You are on page 1of 10

Nama : Olpin Ocdieltha Palajukan

Stambuk : N 101 12 142


Kelompok : X (Sepuluh)
Hari/Tanggal : Jumat, 29 Mei 2015
Judul Skenario : Tubuh Pendek Anakku

L.O (Learning Objective)

1. Jelaskan klasifikasi gangguan pertumbuhan!


2. Jelaskan penyebab gangguan pertumbuhan!
3. Bagaimana menilai pasien dengan gangguan pertumbuhan?
4. Jelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan anak!
5. Bagaimana proses perkembangan seksual laki laki dan perempuan?

JAWAB:

1. Klasifikasi gangguan pertumbuhan :


Gangguan pertumbuhan yang disebabkan oleh kelainan sekresi pertumbuhan:
1. Dwarfisme

Disebabkan oleh Panhipopituitarisme (penurunan sekresi hormon hipofisis


anterior) selama masa kanak kanak, Pada umumnya penumbuhan bagian
bagian fisik tubuh sesuai satu dengan yang lainnya tetapi kecepatan
pertumbuhannya menurun. Seorang anak 10 tahun dapat mempunyai pertumbuhan
seperti usia4 5 tahun. Pasien ini tidak melewati masa pubertas, tidak pernah
menyekresi hormon gonadotropin yang cukup. Tetapi, sepertiga hanya terjadi
defisiensi hormon pertumbuhan sehingga dapat bereproduksi.

2. Panhipopituitarisme Dewasa

Dapat menyebabkan hipotiroidisme, sekresi glukokortikoid oleh kelenjar


adrenal menurun, tertekannya hormon gonadotropin sehingga fungsi seksual
hilang.
3. Gigantisme

Peningkatan produksi hormon pertumbuhan karena sangat aktifnya sel


asidofilik hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior. Seluruh jaringan
tubuh tumbuh cepat sekali termasuk tulang. Bila keadaan ini terjadi sebelum masa
remaja, tinggi badan akan meningkat hingga seperti raksasa jika tulang epifisis
belum bersatu dengan batang tulang.

4. Akromegali

Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa remaja, sesudah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang maka orang tidak dapat tumbuh lagi; namun
tulang dapatlebih tebal dan jaringan lunak terus bertumbuh. Pembesaran jelas
pada tulang tangan dan kaki, tulang mebranosa, tulang tengkorak, hidung, tepi
supraorbita, rahang bagian bawah dan tulang vertebra karena pertumbuhan tulang
ini tidak berhenti pada masa remaja.

Referensi :

Guyton, A, C., Hall, J,E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC.

2. Penyebab gangguan pertumbuhan yaitu :


Faktor Genetik

Menentukan kapasitas maksimal pertumbuhan seseorang. Beberapa kelainan


kromosom atau gangguan jaringan ikat yang diturunkan menyebabkan kelainan
tinggi dari pasien (contoh:sindrom turner).

Diet yang memadai (Asupan Nutrisi)

Termasuk protein total dan asam amino esensial untuk sintesis protein yang
dibutuhkan untuk tumbuh. Anak dengan malnutrisi tidak pernah mencapai potensi
pertumbuhan penuhnya mereka.
Bebas dari penyakit kronik dan kondisi lingkungan penuh stress

Keadaan stress berkepanjangan dapat memicu sekresi kortisol dari korteks


adrenal. Kortisol memiliki beberapa efek antipertumbuhan yang kuat, misalnya
mendorong pemecahan protein, menghambat pertumbuhan tulang panjang dan
menghambat sekresi GH.

Kadar normal hormon hormon yang mempengaruhi pertumbuhan

Adapun hormon yang berperan dalam pertumbuhan janin, seperti


somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan peptida peptida lain
dengan aktivitas mirip insulin (IGF - I).

Selain GH yang mutlak dibutuhkan hormon lain seperti hormon tiroid,


insulin, dan hormon seks, IGFs, dan hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal
berperan sekunder dalam mendorong pertumbuhan.

Referensi :

Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta : EGC.

3. Berikut ini cara menilai anak dengan gangguan pertumbuhan yaitu:

Diagnosis

Anamnesis

- Riwayat kelahiran dan persalinan, meliputi juga berat dan panjang lahir (untuk
mengetahui ada tidaknya pertumbuhan janin terhambat).
- Pola pertumbuhan keluarga (baik pertumbuhan linier maupun pubertas)
- Riwayat penyakit kronikdanobat obatan (misalnya steroid)
- Riwayat asupan nutrisi maupun penyakit nutrisi sebelumnya
- Riwayat pertumbuhan dan perkembangan (untuk sindrom)
- Data antropometri yang ada sebelumnya (untuk melihat pola pertumbuhan linier)
- Data antropometri kedua orang tua biologisnya (untuk menentukan potensi tinggi
genetik).
Pemeriksaan Fisik

- Terutama pemeriksaan antropometri berat badan dan tinggi badan serta lingkat
kepala
- Ada tidaknya disproporsi tubuh (dengan mengukur rentang lengan serta rasio
segmen atas dan segmen bawah)
- Menentukan adatidaknya stigmata sindrom, tampilan dismorfik tertentu, serta
kelainan tulang.
- Pemeriksaan tingkat maturasi kelamin (stadium pubertas).
- Pemeriksaan fisis lain secara general.

Variasi normal perawakan pendek yang fisiologis, yaitu :

- Familial short stature


Tanda :
1. Pertumbuhan selalu dibawah persentil 3
2. Kecepatan pertumbuhan normal
3. Umur tulang (bone age) normal
4. Tinggi badan kedua orang tua pendek
5. Tinggi akhir di bawah persentil 3
- Constitutional delay of growth and puberty
Tanda :
1. Perlambatan pertumbuhan linier pada tiga tahun pertama kehidupan
2. Pertumbuhan linier normal atau hampir normal pada saat pubertaas dan
selalu berada di bawah persentil 3
3. Bone age terlambat (tetapi masih sesuai height age)
4. Maturasi seksual terlambat
5. Tinggi akhir pada umumnya normal
6. Pada umumnya terdapat riwayat pubertas terlambat dalam keluarga.

Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan radiologis
1. Umur tulang (bone age)
2. Bone survey, CT Scan atau MRI, USG kepala pada bayi (atas indikasi)
Skrining Penyakit Sistemik
- Darah perifer lengkap, urin rutin, feses rutin
- Laju endap darah
- Kreatinin, natrium, kalium, analisis gas darah (kadar bikarbonat), kalsium, fosfat,
alkali, fosfatase

Pemeriksan lanjutan

- Fungsi tiroid
- Analisis kromosom (hanya pada wanita)
- Uji stimulasi/provokasi untuk hormon pertumbuhan apabila fungsi tiroid dan
analisis kromosom normal.
Referensi :
Pudjiadi, A. (2009). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta : IDAI.

4. Proses pertumbuhan anak terdiri dari :


a. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini
dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
1. Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
2. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Ovum
yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme, terjadi
diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam
tubuh.
3. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan.

Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:

1. Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2
kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai
berfungsi.
2. Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi
transfer Imunoglobin G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi
asam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan Omega 6
(Arachidonic Acid) pada otak dan retina.

b. Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan.

1. Masa neonatal, umur 0 sampai 28 hari.


Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa
neonatal dibagi menjadi 2 periode:
1. Masa neonatal dini, umur 0 - 7 hari.
2. Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.

2. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem
saraf.

c. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).

Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat


kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta
fungsi ekskresi.

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita.
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya.

Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan


perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut
serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan
otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel
syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari
kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.

d. Masa anak prasekolah (anak umur 60-72 bulan).

Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi


perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya
ketrampilan dan proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai
menunjukkan keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangannya.

Referensi :

PMK. (2014). Tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan


Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
5. Proses perkembangan seksual pada laki-laki dan perempuan yaitu :
1. Perubahan hormonal
Perempuan
Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada
usia sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode
berikutnya. Pada periode selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa
untuk menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang
timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam
kontrol mekanisme umpan balik pada aksis hipotalamushipofisis- gonad.
Hormon LH berperan pada proses menarke dan merangsang timbulnya
ovulasi. Hormon androgen adrenal, dalam hal ini dehidroepiandrosteron
(DHEA) mulai meningkat pada awal sebelum pubertas, sebelum terjadi
peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA berperan pada proses adrenarke.
Proses menarke normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase
ovulasi, dan fase luteal (sekretori). Pada fase folikuler, peningkatan GnRH
pulsatif dari hipotalamus akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH
dan LH yang kemudian merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian
akan mensekresi estrogen yang menginduksi proliferasi sel di endometrium.
Kira-kira tujuh hari sebelum ovulasi terdapat satu folikel yang dominan. Pada
puncak sekresi estrogen, hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan ovulasi
terjadi 12 jam setelah peningkatan LH. Pada fase luteal yang mengikuti fase
ovulasi ditandai dengan adanya korpus luteum yang dibentuk dari proses
luteinisasi sel folikel. Pada korpus luteum kolesterol dikonversi menjadi
estrogen dan progesteron. Progesteron ini mempunyai efek berlawanan dengan
estrogen pada endometrium yaitu menghambat proliferasi dan perubahan
produksi kelenjar sehingga memungkinkan terjadinya implantasi ovum. Tanpa
terjadinya fertilisasi ovum dan produksi human chorionic gonadotropine
(hCG), korpus luteum tidak bisa bertahan. Regresi korpus luteum
mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan estrogen yang menyebabkan
terlepasnya endometrium, proses tersebut dikenal sebagai menstruasi.
Menstruasi terjadi kira-kira 14 hari setelah ovulasi.
Laki-laki
Pada anak laki-laki, perubahan hormonal ini dimulai dengan
peningkatan LH, kemudian diikuti oleh peningkatan FSH. Luteinising hormon
akan menstimulasi sel Leydig testis untuk mengeluarkan testosteron yang
selanjutnya akan merangsang pertumbuhan seks sekunder, sedangkan FSH
merangsang sel sertoli untuk mengeluarkan inhibin sebagai umpan balik
terhadap aksis hipotalamus hipofisis-gonad. Fungsi lain FSH menstimulasi
perkembangan tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya pembesaran
testis. Pada saat pubertas terjadi spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan
testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig.

2. Perubahan fisik
Perempuan
Tahap perkembangan pubertas anak perempuan menurut Tanner
Laki-laki
Tahap perkembangan pubertas anak laki-laki menurut Tanner

Referensi :
Batubara, J, R, L,. (2010). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Jurnal
Sari Pediatri. Diakses pada tanggal 28 Mei 2015.

You might also like