You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu arah dari visi kesehatan. Masalah
kesehatan jiwa terutama gangguan jiwa secara tidak langsung dapat menurunkan
produktifitas, apalagi jika onset gangguan jiwa dimulai pada usia produktif .
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan dan masih
banyak ditemukan di masyarakat. Masalah gangguan jiwa secara tidak langsung
akan menurunkan produktivitas apalagi jika penderita gangguan jiwa dimulai
pada usia produktif selain itu juga menambah beban dari keluarga penderita.
Secara garis besar ada beberapa proses yang berperan dalam terciptanya
suatu perilaku manusia. Pertama adalah proses kognisi yang meliputi: sensasi,
persepsi perhatian, ingatan, asosiasi, pertimbangan, pikiran dan kesadaran. Kedua
adalah unsure kemauan, sedangkan yang ketiga adalah aspek emosi dan afek serta
yang terakhir adalah psikomotor.keempat komponen tersebut pada kenyataanya
merupakan satu kesatuan yang sulit untuk dipisah-pisahkan serta saling
berinteraksi dalam lingkungan internal individu (Iyus Yosep:2009).
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan dan
mempengaruhi seluruh kehidupan dan fungsi kehidupan seseorang. Alam
perasaan merujuk pada perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi
seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Alam perasaan ini meliputi
perlakuan dan penyerapan emosi seseorang dan mempunyai arti yang sama
dengan efek. Keadaan perasaan dan emosi sama halnya dengan aspek lain. Dari
kepribadian, emosi atau alam perasaan memberikan suatu peran adaptif terhadap
individu. Alam perasaan merupakan keadaan emosional yang berkepanjangan dan
mempengaruhi seluruh kehidupan dan fungsi kehidupan seseorang.
Gangguan alam perasaan adalah gangguan aspek atau suasana hati dengan
manifestasi gejala mania atau harga diri rendah.
1. Gangguan mania
Adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya perasaan
yang meningkat atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan
terangsang. Dapat diiringi perilaku berupa peningkatan aktivitas flight of
idea, euphoria, penyimpangan sex.
2. Harga Diri Rendah

12
Harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998).
Menurut klasifikasi Diagnostic and Statisyical Manual of Mental Disorder
Text Revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah satu
jenis gangguan jiwa kategori gangguan kepribadian (Videbeck, 2008).

World Health Organitation tahun 2001 menyatakan paling tidak 1 dari 4


orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Sedangkan menurut
Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan World Health Organitation di
berbagai negara menunjukkan bahwa sebesar 20 30 % pasien yang datang ke
pelayanan kesehatan menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of Human
Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika didiagnosis
mengalami gangguan jiwa (Videbeck, 2008). Berdasarkan data Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2000 mencapai 2,5 juta orang.
Tingginya presentase masyarakat yang mengalami gangguan jiwa salah
satunya harga diri rendah ini, sudah barang tentu perlu dan harus mendapat
perhatian khusus naik dari masyarakat maupun dari tenaga kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan disajikan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana pengertian dari mania dan HDR ?
1.2.2 Apa saja penyebab dari harga diri rendah ?
1.2.3 Apa saja tanda dan gejala dari harga diri rendah?
1.2.4 Bagaimana mekanisme perilaku dan mekanisme koping pasien harga diri
rendah?
1.2.5 Bagaimana Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada pasien harga diri
rendah?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari mania dan harga diri rendah
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab dari harga diri rendah
1.3.3 Untuk mengetahui tanda dan gejala dari harga diri rendah
1.3.4 Untuk mengetahui mekanisme perilaku dan mekanisme koping pasien
harga diri rendah

12
1.3.5 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada pasien harga
diri rendah

1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat mengetahui pengertian dari mania dan harga diri rendah
1.4.2 Dapat mengetahui penyebab dari harga diri rendah
1.4.3 Dapat mengetahui faktor predisposisi dan presipitasi dari harga diri rendah
1.4.4 Dapat mengetahui mekanisme perilaku dan mekanisme koping pasien
harga diri rendah
1.4.5 Dapat mengetahui Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada pasien harga
diri rendah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

12
Gangguan alam perasaan ditandai oleh depresi atau peningkatan alam
perasaan. Gangguan ini memunculkan gejala yang mengindikasikan disfungsi
afek, emosi, pikiran, dan aktivitas-aktivitas umum(Linda : 2007).
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang
mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan
alam perasaan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi
(Wahyu : 2010).
Keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh
kepribadian individu dan fungsi kehidupan. Hal ini berhubungan dengan emosi
dan memeiliki pengertian yang sama dengan keadaan perasaan atau emosi. Seperti
aspek-aspek lain dalam kepribadian, emosi atau mood berperan dalam proses
adaptasi.ada empat fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai bentuk komunikasi
sosial, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif, dan mekanisme
pertahanan psikodinamis (Stuart Laraia 1998).
Gangguan afek (suasana hati) dengan manifestasi gejala-gejala mania dan
atau depresi. Klien dengan gangguan alam perasaan biasanya akan didapat suatu
keadaan sedih, ketakutan, putus asa, gembira berlebihan dan khawatir.
Keadaan emosional yang berkepanjangan dan mempengaruhi seluruh
kehidupan dan fungsi kehidupan seseorang.

Emotio Reaksi supr Supresi Man


nal Kehilan esi Reaksi ia
Respon gan Kehilan atau
sive yang gan Depr
Wajar Yang esi
Meman
jang

Rentang respon emosi seseorang yang normal bergerak secara dinamis.


Tidak merupakan suatu titik yang statis dan tetap. Dinamisasi tersebut dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural. Pada
klien yang mengalami gangguan alam perasan, reaksinya cenderung menetap dan

12
memanjang. Rentang respon emosi bergerak daro emotional responsive samapai
mania/depresi denga cirri-ciri sebagai berikut (Gail Stuart:2006) :
Responsive: klien lebih terbuka, menyadari perasaannya, dapat
berpartisipasi dengan dunia internal.
Reaksi kehilangan yang wajar: klien merasa bersedih, kegiatan klien
berhenti (misalnya : bekerja, sekolah).
Supresi: merupakan tahap awal dimana coping individu termasuk
maladaptive klien menyangkal perasaannya sendiri, klien berusaha menekan atau
mengalihkan perhatiannya terhadap lingkungan.
Depresi: gangguan alam perasaan yang ditandai denga perasaan sedih
yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga.

2.1.1 Mania
Kata maniak bersala dari kata yunani, yaitu sinonim dengan kata
kegilaankata ini di gunakan untuk mendeskripsikan ganguan perilaku yang
didominasi tiga gejala pokok euphoria, aktivitas psikomotor yang tinggi dan
mengalirnya ide-ide (Ana : 2013).
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang meningkat,meluas atau
keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang. Kondisi ini dapat
diiringi dengan prilaku berupa peningkatan kegiatan,banyak bicara,ide-ide yang
meloncat,senda gurau,tertawa berlebihan,penyimpangan seksual(Wahyu : 2010).
Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan
yang meningkat atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.
Dapat diiringi perilaku berupa peningkatan aktivitas flight of idea, euphoria,
penyimpangan sex.

Perilaku yang berhubungan dengan mania :


a. Afektif
Gambaran berlebihan, peningkatan harga diri, tidak tahan kritik
b. Kognitif
Ambisi mudah terpengaruh, mudah beralih perhatian, waham kebosanan,
flight of idea.
c. Fisik
Gangguan tidur, nutrisi tidak adekuat, peningkatan aktivitas, dehidrasi.
d. Tingkah laku

12
Agresif, aktivitas motorik meningkat, kurang perawatan, seks berlebihan
dan bicara bertele-tele.

2.1.2 Harga Diri Rendah (HDR)


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu memncapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadp diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1998).
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk.
Harga diri meningkat bila diperhatikan/dicintai dan dihargai atau dibanggakan.
Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga
diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok,
dan diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi
lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman
(Yoseph, 2009).

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi
secara:
1. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami/istri, putus sekolah, putus hubungan
kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban pemerkosaan, dituduh
KKN, dipenjara tiba-tiba).
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon mal yang daptif. Kondisi

12
ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau pada
klien gangguan jiwa.

2.2 Etiologi
Berbagai faktor penunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya
(Yosep, 2009).
Menurut Stuart (2006), faktor-faktor yang mengkibatkan harga diri rendah
kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan kepada orang
lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
Dimasyarakat umumnya peran seseorang, disesuaikan dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang objektif dan rasional sedangkan pria dianggap
kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif dibanding wanita.
Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak
sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun
hubungan sosial. Misal: seorang istri yang berperan sebagai kepala
rumah tangga atau seorang suami yang mengerjakan pekerjaan rumah,
akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran tidak sesuai
muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita
atau pria. Peran yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai
sejumlah peran.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan

12
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan
menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja
akan menimbulkan perasaan benci pada orang tua. Teman sebaya
merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin
diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh kelompoknya.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah
biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum,
gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional
atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul secara tiba-
tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, diperkosa atau dipenjara,
termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah
disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang
membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya
dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki
pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.

Perilaku Berhubungan Dengan Harga Diri Rendah.


Harga diri rendah merupakan masalah banyak orang, dan diekspresikan melalui
tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai evaluasi diri
negatif dengan membenci diri dan menolak diri.
Cara individu yang mengekspresikan secara langsung harga diri rendah.
(Stuart & Sundeen) yaitu:
a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri.
Pandangan negatif tentang dirinya. Misalnya: mengatakan dirinya
bodoh dan tidak tahu apa-apa.
b. Merendahkan dan mengurangi martabat.
Individu menghindari, mengabaikan atau menolak kemampuan nyata
yang dimiliki.
c. Rasa bersalah dan khawatir.
Klien menghukum diri, muncul dalam bentuk fobia, obsesi dan klien
menolak diri sendiri.

12
d. Manifestasi fisik.
Seperti tekanan darah tinggi, psikosomatis, penyalahgunaan obat dan
lain sebagainya.
e. Menunda keputusan.
Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
f. Gangguan berhubungan.
Klien menjadi kejam, merendahkan diri atau mengekploitasi orang
lain. Perilaku yang muncul dalam bentuk menarik diri atau isolasi diri
karena perasaan tak berharga.
g. Menarik diri dari realitas.
Bila kecemasan karena penolakan diri mencapai kecemasan tingkat
berat dan panik, mungkin klien akan mengalami gangguan asosiasi,
halusinasi, curiga, cemburu atau paranoid.

h. Merusak diri.
Individu mencederai diri sendiri bahkan sampai keinginan mengakhiri
hidupnya.
i. Merusak atau mencederai orang lain.
Kebencian dan penolakan diri sendiri dpaat berkisar pada lingkungan
dengan melukai orang lain.
Perilaku yang obyekti dan perasaan subyektif klien harus dikumpulkan
perawat sebelum merumuskan diagnosa keperawatan. Berikut uraian
tentang perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah.

12
1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
2. Produktifitas menurun.
3. Destruksif pada orang lain.
4. Gangguan berhubungan.
5. Perasaan dirinya penting yang berlebih-lebihan.
6. Perasaan tidak mampu.
7. Rasa bersalah.
8. Irritabel atau mudah marah.
9. Sikap negatif terhadap diri sendiri.
10. Ketegangan peran.
11. Pesimis terhadap kehidupan.
12. Keluhan fisik.
13. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
14. Menolak kemampuan diri sendiri.
15. Mengejek diri sendiri.
16. Merusak diri.
17. Pengurangan diri.
18. Penyalah gunaan obat.
19. Menarik diri dari realita.
20. Cemas dan takut.

2.3 Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronik


Menurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala harga diri rendah kronik
adalah sebagai berikut:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produksivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.

Selain data diatas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan


harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap mata lawan bicara, lebih
banyak menunduk, bicara lambat dengan suara nada lemah.

2.4 Mekanisme prilaku dan mekanisme koping


Penggunaan mekanisme koping untuk melindungi diri dalam menghadapi
persepsi yang menyakitkan meliputi pertahanan koping jangka pendek atau jangka
panjang dan pertahanan ego.
Pertahanan jangka pendek meliputi :

12
a. Aktifitas pelarian sementara dari krisis.
Contoh: Pemakaian obat terlarang, ikut musik rock, balap mobil,
obsesi nonton televisi.
b. Aktivitas sebagai pengganti identitas
Contoh: Ikut kelompok tertentu untuk dapat identitas yang sudah
dimiliki kelompok, pengikut kelompok tertentu.
c. Aktivitas memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri/identitas diri yang kabur.
Contoh: ikut aktifitas yang kompetisi, prestasi akademis, kontes,
kelompok anak muda (geng).
d. Aktifitas yang memberi arti dari kehidupan.
Contoh: Penjelasan tentang keisengan akan menurunkan ketegangan.

Pertahanan Jangka Panjang :


Pertahanan jangka panjang mencakup penentuan identitas dan identitas
negatif. Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka
panjang. Penyelesaiasn positif akan menghasilkan integritas ego-identitas dan
keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin akan menjadi individu antisosial, ini disebabkan
karena ia merasa tidak memiliki identitas yang positif. Mungkin remaja ini
mengatakan; saya lebih baik menjadi anak tidak baik daripada tidak jadi
apapun.
Mekaniseme Pertahanan Ego :
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi dan displacement. Dalam keadaan yang semakin berat
dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan penyesuaian seperti:
psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia nervosa, bunuh diri, persetubuhan dengan
siapa saja, kriminal, kenakalan, penyalahgunaan zat, perkosaan, inses dan
penganiayaan.

2.5 Rencana Keperawatan Harga Diri Rendah dalam Bentuk Strategi


Pelaksanaan
2.5.1 Pengertian Strategi Pelaksanaan

12
Strategi pelaksanaan komunikasi adalah salah satu tindakan
keperawatan jiwa terjadwal yang diterapkan pada pasien yang
bertujuan untuk mengurangi masalah keperwatan jiwa yang
ditangani (Fitria, 2009). Berdasarkan standar asuhan keperawatan
yang tersedia, asuhan keperawatan harga diri rendah dilakukan
dalam dua sesi pertemuan. Pada setiap pertemuan, pasien
memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi
masalahnya ke dalam jadwal kegiatan. Strategi pelaksanaan
komunikasi pada pasien harga diri rendah terdiri dari dua sesi
petemuan yaitu sesi pertemuan pertama (SP1) dilakukan pada sesi
pertama dan sesi pertemuan kedua (SP2).
Kegiatan yang dilakukan pada SP1 adalah mendiskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu
pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang
akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilihdan menyusun
jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
jadwal pelaksanaan harian pasien. Sedangkan kegiatan
yangdilakukan pada SP2adalah melatih pasien melakukan kegiatan
lain yang sesuai dengan kemampuan pasien. Latihan dapat
dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan
dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki dapat meningkatkan
harga diri pasien.
Tabel 1 : Strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien harga diri
rendah
No Kemampuan/Kompetensi Merawat Pasien
1. 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
(SP1) 2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
dilakukan.
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan
kemampuan pertama pasien.
4. Melatih pasien sesuai dengan kemampuan yang dipilih.
5. Memberi pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.

12
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
2. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
(SP2) 2. Melatih kemampuan kedua.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

2.5.2 Tindakan Keperawatan Jiwa Pada Kasus Harga Diri Rendah


Adapun tujuan tindakan keperawatan jiwa pada pasien harga diri
rendah adalah sebagai berikut:
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
d) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih yang dipilih
sesuai dengan kemampuan.
e) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai dengan
kemampuan.
f) Pasien dapat melakukan kegiatan yang lain sesuai dengan jadwal
pelaksanaan.

12
Tindakan keperawatan keperawatan jiwa yang dilakukan pada pasien
harga diri rendah adalah sebagai berikut:
a) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positifyang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di
rumah.
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.
b) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan
cara-cara berikut.
1) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang
masih dapat digunakan saat ini.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
3) Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi
pendengar yang aktif.
c) Membantu pasien untuk memilih / menetapkan kemampuan yang
dilatih. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut.
1) Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai
kegiatanyang akan pasien lakukan sehari-hari.
2) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan
dengan bantuan minimal.
d) Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut.
1) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan
kegiatan.
2) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan.
3) Berikan dukungan dan pujian setiap kegitan yang dapat
dilakukan pasien.
e) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih.

12
1) Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatih.
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap kegiatan.
4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telahdilatih.
5) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
melakukan kegiatan.

Tabel Bentuk Strategi Pelaksanaan Pada Kasus Jiwa


No PASIEN KELUARGA
SP1P SP1K
1. Mengidentifikasi Mendiskusikan masalah yang
kemampuan yang dimiliki dirasakan keluarga dalam merawat
2. klien. klien di rumah.
Membantu klien menilai Menjelaskan pengertian, tanda dan
kemampuan klien yang gejala harga diri rendah yang
3. masih dapat digunakan. dialami klien beserta proses
terjadinya.
Membantu klien memilih
Menjelaskan cara-cara merawat
atau menetapkan kegiatan
4. klien dengan harga diri rendah.
yang akan dilatih sesuai
5.
dengan kemampuan klien.
Mendemonstrasikan cara merawat
Melatih klien sesuai dengan
klien dengan harga diri rendah.
kemampuan yang dipilih.
Memberi kesempatan kepada
6. Memberikan pujian yang
keluarga untuk mempraktikkan cara
wajar.
merawat klien dengan harga diri
rendah.
Menganjurkan klien
memasukkan dalam kegiatan
harian.
SP2P SP2K

12
1. Mengevaluasi jadwal Melatih keluarga mempraktikkan
kegiatan harian klien. cara merawat klien langsung kepada
2. klien harga diri rendah.
Melatih klien melakukan
kegiatan lain yang sesuai
3.
dengan kemampuan klien.
Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.

SP3K
Membuat perencanaan pulang
bersama keluarga dan membuat
jadwal aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning)
Menjelaskan follow up klien setelah
pulang.

Contoh Kasus
Raka adalah salah satu siswa di salah satu SMU tervaforit, ia diberi
tanggung jawab menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Dia dikenal sebagai
pribadi yang ramah, supel, dan disenangi teman-temannya. Suatu hari ia
mengendarai motor dan terjadi kecelakaan, kemudian dilarikan ke salah satu
rumah sakit. Raka mengalami fraktur di bagian kaki kanannya dan Dokter
memfonis Raka untuk di amputasi.
Karena hal itu, Raka selama di Rumah Sakit terlihat murung dan lebih
suka menyendiri. Bila ada teman yang menjenguk dia lebih memilih untuk
menghindar dan tidak mau bertemu ataupun berbicara dengan teman-
temannya bahkan dengan keluarganya pun Raka jarang berkomunikasi karena
merasa malu dengan keadaan kakinya sekarang. Dengan perawat pun Raka
kurang merespon dan kurang kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang
mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan
alam perasaan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania atau
depresi.
Dalam fase akut, gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan untuk
mencegah efek yang merugikan dan klien diberikan penyuluhan. Pada fase lanjut,
klien di monitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase
pemeliharaan, seorang klien yang berisiko kambuh sering kali tetap diberi obat
bahkan selama waktu remisi. Untuk klien yang dianggap tidak berisiko tinggi
mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.

3.2Saran
Dari kesimpulan di atas, kita sebagai mahkluk yang telah diberikan
kesempurnaan anatomik harus bisa menjaga kondisi tubuh kita dan mengetahui

12
bagimana kondisi tubuh kita. Sehingga kita kemungkinan besar dapat terhindar
dari penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Copel,Linda Carman.2007. kesehatan Jiwa dan Psikiatri:pedoman klinis perawat.


Jakarta:EGC
Doenges,Marilynn E. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Jakarta :
EGC
Stuart,Gail W. 1998. Buku saku Keperawatan Jiwa E/3. Jakarta : EGC

12

You might also like