You are on page 1of 33

DATA PERENCANAAN GTT KOMPLEKS GEDUNG POLITEKNIK NEGERI

MALANG

Koplek Gedung terdiri dari 6 gedung dengan luas masing-masing 22x22m dengan jarak antar
gedung 10 m, yang dilengkapi dengan fasilitas umum berupa Pompa air Bersih, Post Satpam, dan
penerangan jalan umum.

Kebutuhan sambungan daya pada komplek per gedung adalah sbb:


1. Daya per gedung : 41,5 kVA
Daya 6 x 41,5 kVA = 249 kVA
Gedung Telah bersisi fasilitas berupa pompa air 6 x 249,11 VA = 1494,6 VA
Gedung juga memiliki fasilitas 3 Penangkal Petir (tiap gedung)

2. POS Satpam : 1300 VA


Pos Satpam dilengkapi dengan pompa air 250 watt (249,11 VA)
3. Data GTT
Jarak GTT dengan gedung yang paling jauh 100 meter
Jatuh tegangan maksimal yaitu 5% (pada beban paling ujung)

PERENCANAAN PROYEK GTT

Perencanaan Distribusi dan Rekap Daya beban JTR untuk komplek perumahan
4.1 Perencanaan kebutuhan Trafo dan PHB untuk melayani distribusi daya listrik komplek gedung .
4.2 Perencanaan konstruksi GTT dan PHB ( lihat contoh di PSTL kampus baru/referensi lain)
4.3 Perencanaan saluran JTM dan distribusi JTR dengan ketentun sbb:
Jarak antar tiang 40 50 meter
Jatuh tegangan maksimum 5 % (pada beban paling ujung )standar +5/-10%
Spesifikasi tiang : Beton bertulang ( sesuai standar )
Perhitungan teknis pemilihan kabel
4.4 Perencanaan kebutuhan PJU sesuai dengan jumlah tiang distribusi atau pada lokasi yang diperlukan
dengan ketetntuan sbb :
Kuat penerangan 12 - 15lux ( pada area antar tiang).
Kontrol lampu PJU menggunakan photocell.
Perhitungan illuminasi
4.5 Tentukan kebutuhan matrial dan RAB Proyek.
4.6 Dokumen Proyek meliputi :
Gambar rencana JTR dan JTM
Gambar konstrksi GTT dan PHB
Gambar konstruksi lampu penerangan jalan
Gambar distribusi dan rekap daya (diagram PHB)
Data trafo & tiang JTR / JTM
Perhitungan teknis (trafo, kabel, penerangan jalan )
RAB Proyek (GTT, PHB/LVPANEL, JTR, JTM, PJU & rekap RAB)
4.1 PERENCANAAN KEBUTUHAN TRANSFORMATOR DAN PHB
YANG DIGUNAKAN

Dalam pemilihan trafo harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :


Faktor keserempakan beban
Faktor perkembangan beban untuk beberapa tahun mendatang.
Maka dari sini kita dapat menentukan Trafo:
Daya total pada kompleks gedung dan fasilitas umum terdiri dari :

Gedung 41,5 kVA (beserta 6 249000 VA


fasilitas gedung)
Fasum 1300 VA (beserta 1 1300 VA
fasilitas gedung)
TOTAL 250300 VA
*Faktor keserempakan beban yang digunakan yaitu 60%
Untuk kemungkinan perluasan beban pada tahun mendatang , maka direncanakan
dengan penambahan prosentase cadangan beban yaitu sebesar 20% , sehingga
kapasitas daya trafo yang terpasang yaitu :

Kapasitas trafo = 120 % x daya total tersambung.


= 120 % x 250300 VA
= 300360 VA
= 300,360 kVA

A. PEMBAGIAN BEBAN PADA TRANSFORMATOR GTT


Karena gedung berlangganan TR maka setelah dilihat dari TDL ( Tarif Dasar
Listrik) daya tertinggi untuk TR adalah 197000 VA
Karena daya total terpasang transformator 300360 VA dan berlangganan TR
maka direncanakan menggunakan 2 GTT dengan masing-masing GTT 200
kVA dengan langganan 164000 VA

I .Batas Daya dan Pengukuran Untuk Tarif Tegangan Rendah ( TR )

DAYA TERSAMBUNG PEMBATAS


(VA) (Amper)
450 1x2
900 1x4
1300 1x6
2.200 1 x 10
3.500 1 x 16
4.400 1 x 20
5.500 1 x 25
7.700 1 x 35
11.000 1 x 50

13.900 1 x 63
17.600 1 x 80
22.000 1 x 100

3.900 3x6
6.600 3 x 10
10.600 3 x 16
13.200 3 x 20
16.500 3 x 25
23.000 3 x 35
33.000 3 x 50

41.500 3 x 63
53.000 3 x 80
66.000 3 x 100

82.500 3 x 125
105.000 3 x 160
131.000 3 x 200
147.000 3 x 225
164.000 3 x 250
197.000 3 x 300
RINCIAN PEMBAGIAN DAYA PADA GTT 1
TOTAL TOTAL
JALUR BEBAN JUMLAH KETERANGAN
DAYA BEBAN K
FASUM 1 1300 Tarikan fasa R
1
a GEDUNG 1 1 41500 tarikan fasa RST p
125800 VA
2 GEDUNG 2 1 41500 tarikan fasa RST
as it
3 GEDUNG 3 1 41500 tarikan fasa RST
as GTT 1

trafo = 120 % x daya total tersambung.


= 120 % x 125800 VA
= 150960 VA
*berlangganan TR 164000 VA dengan arus pembatas 3x250 A

RINCIAN PEMBAGIAN DAYA PADA GTT 2

TOTAL TOTAL
JALUR BEBAN JUMLAH KETERANGAN
DAYA BEBAN K
1 GEDUNG 1 1 41500 tarikan fasa RST
a p
2 GEDUNG 2 1 41500 tarikan fasa RST 124500
as 3 GEDUNG 3 1 41500 tarikan fasa RST it
as GTT 2
trafo = 120 % x daya total tersambung.
= 120 % x 124500 VA
= 149400 VA
*berlangganan TR 164000 VA dengan arus pembatas 3x250 A

GTT 1 dengan daya total terpasang pada transformator 200 kVA digunakan LV panel
1 jurusan 1 pintu.
GTT 2 dengan daya total terpasang pada transformator 200 kVA digunakan LV panel
1 jurusan 1 pintu.

NB : Menggunakan trafo merk trafindo dengan spesifikasi sebagai berikut :


SPESIFIKASI TRAFO
Kapasitas Daya 200 kVA
Dimensi :
1. Panjang : 1410 mm
2. Lebar : 735 mm
3. Tinggi : 1335 mm

Impedansi 4%
Tegangan 20 kV/400 V
Bushing
Lebih lengkap lihat di lampiran katalog trafo

B. PENENTUAN PHB TR PADA GARDU PORTAL GTT 1 DAN GTT 2


Lihat pada lampiran 1 dan 2

- Menentukan NH Fuse pada GTT 1 dan 2


In Ib sehingga dipilih NH fuse dengan rating arus 125 A , dengan merk Bussman

In =

= = 109,21 A

Jadi , tiap jurusan menggunakan pengaman NH fuse dengan rating 125A dengan merk
BUSSMANN

- Menentukan MCCB pada GTT 1 dan 2


Sesui dengan TDL , untuk langganan 164 kVA menggunakan pengaman utama 3 x
250 A

Jadi , menggunakan pengaman utama MCCB NS TM 250D


4.2 KONSTRUKSI GTT DAN PHB TR

A. PENGAMAN GTT
1. Karakteristik dan Pemilihan Cut-Out

Karakteristik utama suatu cut-out adalah sehubungan dengan kebuuhan antara


waktu dan arus. Hubungan antara minimum melting dan maksimim clearing time,
ditentukan dari test data yang menghasilkan karakteristik waktu dan arus. Kurva minimum
melting time dan maksimum clearing time adalah petunjuk yang penting dalam
penggunaan fuse link pada system yang dikoordinasikan.
Melting time adalah interval waktu antara permulaan arus gangguan dan
pembusuran awal. Interval selama dalam masa pembusuran berakhir adalah arching time.
Sedangkan clearing time adalah melting time ditambah dengan arching time.
Factor-faktor dalam pemilihan fuse cut-out
Penggunaan cut-out tergantung pada arus beban, tegangan, type system, dan
arus gangguan yang mungkinterjadi. Keempat factor diatas ditentukan dari tiga buah
rating cut-out, yaitu :
1) Pemilihan rating arus kontinyu
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya akan sama dengan atau lebih besar arus
arus beban kontinyu maksimum yang diinginkan akan ditanggung. Dalam menentukan
arus beban dari saluran, pertimbangan arus diberikan pada kondisi normal dan kondisi
arus beban lebih ( over load ). Pada umumnya outgoing feeder 20 kV dari GI dijatim
mampu menanggung arus beban maksimum 630 A
2) Pemilihan Rating tegangan
Rating tegangan ditentukan dari karakteristik sebagai berikut :
Tegangan system fasa atau fasa ke tanah maksimum.
System pentanahan.
Rangkaian satu atau tiga fasa.
Sesuai dengan teganga sisitem dijatim maka rated tegangan cut-out dipilih
sebesar 20 kV dan masuk ke BIL 150.
3) Pemilihan rating Pemutusan.
Setiap transformator berisolasi minyak harus diproteksi dengan gawai proteksi
arus lebih secara tersendiri pada sambungan primer, dengan kemampuan atau setelan
tidak lebih dari 250 %dari arus pengenal transformator.
Setelah melihat data- data diatas maka perhitungan pemilihan fuse cut-out
adalah sebagai berikut :
Arus
Dayatrafo
I co 2,5
3 20kV
200kVA
I co 2,5
3 20kV
= 14,43 A
Pembatas utama TM menggunakan CO sedang Pembatas utama TR
menggunakan NH fuse atau MCCB,pembatas jurusan menggunakan NH fuse I
MCCB I NFB I Phasa dengan Kapasitas disesuaikan kapasitas trafo distribusi :
Trafo Pembatas Utama Pembatas Utama Pembatas Jurusan
(TM) (TR) (A)
160 kVA 5 200 63-80
200 kVA 6 250 80-100
250 kVA 8 310 100-125

Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari
beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih HUBBELL
CO dengan arus sebesar 200 A, yang mempunyai spesifikasi umum sebagai berikut:
o Type : CP710342
o Voltage Nominal : 27 Kv
o Current continuous : 200 A
o Interupting RMS Asym : 10 kA
NB: Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada katalog
2. Pemilihan Arester Untuk Transformator GTT

Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Karena kepekaan
arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem.
Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang
sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan
perlindungan yang baik. Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang
datang berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1s, jarak titik penyambaran dengan transformator
5 Km.
Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi
(primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti tegangan pada
sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester tersebut masih tetap mampu
memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.
Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal
sistem. Sehingga:
Vmaks = 110% x 20 kV
= 22 kV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 24kV.
Koefisien pentanahan didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa ke
tanah dalam kondisi gangguan. Untuk menetukan tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan
ground digunakan persamaan :

Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan
ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :

Keterangan :
Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)
Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)

Tegangan pelepasan arrester


Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi
kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.
Tegangan yang sampai pada arrester :

Keterangan :
E = tegangan pelepasan arester (KV)
e = puncak tegangan surja yang datang
K = konsatanta redaman (0,0006)
x = jarak perambatan

Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi
oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flashover dan probabilitas
tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e adalah :
e =1,2 BIL saluran
Keterangan :
e = tegangan surja yang datang (kV)
BIL = tingkat isolasi dasar transformator (kV)
Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)

Z adalah impedansi saluran yang diabaikan karena jarak perambatan sambaran tidak
melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang GTT yang lain
berjarak antara 8 Km sampai 10 Km. ( SPLN 52-3,1983 : 11 )
Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (A)
e = tegangan surja yang datang (KV)
Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surja saluran ()
R = tahanan arrester ()
Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
V =IxR
Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :
ea = Eo + (I x R)
Keterangan :
I = arus pelepasan arrester (KA)
Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)
Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)
Z = impedansi surja ()
R = tahanan arrester ()
Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest
voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 s.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut.
Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi
oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan probabilitas tembus
isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E adalah :
e =1,2 BIL saluran
e = 1,2 x 125 KV
e = 150 KV
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest
voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 s.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL
arrester yang sama dengan BIL transformator yaitu 150 KV.

Margin Perlindungan Arrester


Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
MP = (BIL / KIA-1) x 100%
MP = (150 KV/ 133,3 1) x 100%
= 125.28 %
Keterangan :
MP = margin perlindungan (%)
KIA = tegangan pelepasan arrester (KV)
BIL = tingkat isolasi dasar (KV)
Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya. Kriteria
yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi transformator .
Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan
Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin
dengan peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi
digunakan persamaan sebagai berikut :
2 A x
Ep= ea +
v
2 4000 KV / s x
125 = 133,3 KV+ 300m / s

8,3 = 26,6x
x = 0,31 m
jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.

Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator tiang.


Namun di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di permukaan
tanah dengan menggunakan kabel tanah. Transformator tersebut berada dalam
tempat terpisah dengan pengaman arresternya. Transformator diletakkan di atas
tanah dan terhubung dengan arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui
kabel tanah.

Tabel Batas Aman Arrester


IMPULS BIL BIL KONDISI KETERANGAN
PETIR ARRESTER TRAF0
(KV) (150 KV) (125 KV)
Tegangan masih
di bawah rating
120 KV < 150 KV <125 KV Aman transformator
maupun arrester
Tegangan masih
125 KV <150 KV =125 KV Aman memenuhi
batasan
keduanya
Tegangan lebih
130 KV <150 KV >125 KV Aman diterima arrester
dan dialirkan ke
tanah
Masih memenuhi
batas tegangan
150 KV =150 KV >125 KV Aman tertinggi yang
bisa diterima
arrester.
Tidak Arrester rusak,
200 KV >150 KV >125 KV aman transformator
rusak

*Menggunakan arrester dengan rating tegangan 24 kV merk ELPRO (lebih lengkap


lihat katalog arrester)

3. Pentanahan pada GTT


Pentanahan arrester , body trafo ,body panel
Pada pentanahan arrester, body trafo , dan body panel harus mempunyai tahanan
maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang
tunggal dengan catatan:
1 Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ): 100 ohm/m
2. Luas penampang elektroda adalah 5/8 Cu telanjang
r = 7,94 mm
3. Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal
4. Panjang elektroda = 3 meter
5. Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
4L
R pentanahan = ln 1
2. .L a
100 4 x3
ln 1
2. .3 0,00794
= 33,5 Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5
Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT
l 3
k In In 5,9
r 0,00794
1 L 1 3 In.x In.1,33
x 1,33 m 0,048
L 3 k 5,9
1 2m 1 2 0,048
Factor pengali konfigurasi = 0,548
2 2

Rpt x factor pengali konfigurasi
2L
100
x0,548 2,9 memenuhi persyaratan karena Rpt<5
2x3
Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal
sistem double straight adalah sebesar 2,9 . Sehingga memenuhi syarat PUIL.

Pentanahan netral trafo

. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal


dengan catatan:
1 Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ): 100 ohm/m
2 Luas penampang elektroda adalah 5/8 Cu telanjang
r = 7,94 mm
3 Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal
4 Panjang elektroda = 3 meter
5 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
4L
R pentanahan = ln 1
2. .L a
100 4 x3
ln 1
2. .3 0,00794
= 33,5 Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5

Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT


l 3
k In In 5,9
r 0,00794
1 L 1 3 In.x In.1,33
x 1,33 m 0,048
L 3 k 5,9
1 2m 1 2 0,048
Factor pengali konfigurasi = 0,548
2 2

Rpt x factor pengali konfigurasi
2L
100
x0,548 2,9 memenuhi persyaratan karena Rpt<5
2x3
Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal
sistem double straight adalah sebesar 2,9 . Sehingga memenuhi syarat PUIL
4. PENGAMAN PHB TR
4.3 PERHITUNGAN JTM DAN JTR

A. PERHITUNGAN DROP TEGANGAN PADA SUTR

GTT1
Untuk A1
Beban yang dipikul 1 gedung x 41500VA = 41500 VA
1 fasum x 1300 VA = 1300 VA
Total = 42800 VA

42800
In = 62,05 A
3 x380
Untuk B1
Beban yang dipikul 2 gedung x 41500 VA = 83000 VA
Total = 83000 VA
83000
In 126,105 A
380 x 3

GTT 2
Untuk C1
Beban yang dipikul 1 gedung x 41500 VA = 41500 VA
Total = 41500 VA
41500
IN 63,052 A
380 x 3
Untuk D1
Beban yang dipikul 1 gedung x VA = 41500 VA
Total = 41500 VA
41500
In 63,052 A
380 x 3
Untuk D2
Beban yang dipikul 1 gedung x 41500 VA = 41500 VA
Total = 41500 VA
41500
In 63,052 A
380 x 3

o Luas penampang bagian kanan GTT 1 (B1)


V =220/380V
V = 5% x 380 = 19 V
xlxI
A lxi
V v
0.017
A 80 x126,105 9.026mm 2
19
Jadi besarnya kabel yang dipilih 16 mm
o Luas penampang untuk bagian kiri GTT 1 (A1)
0.0175
A 30 x62,05 0.00111861,5 1,6655mm 2
19
Jadi besarnya kabel NFA2X-T yang dipilih 16 mm

o Luas penampang bagian kiri GTT 1 (B1)


V =220/380V
V = 5% x 380 = 19 V
xlxI
A lxi
V v
0.017
A 80 x126,105 9.026mm 2
19
Jadi besarnya kabel yang dipilih 16 mm
o Luas penampang untuk bagian kiri GTT 1 (A1)
0.0175
A 30 x62,05 0.00111861,5 1,6655mm 2
19
Jadi besarnya kabel yang dipilih 16 mm

o Luas penampang bagian kanan GTT 2 (C1)


V =220/380V
V = 5% x 380 = 19 V
xlxI
A lxi
V v
0.017
A 10 x63,05 0,564mm 2
19
Jadi besarnya kabel yang dipilih 16 mm
o Luas penampang untuk bagian kiri GTT 1 (D1,D2)
0.0175
A 80 x126,05 0.00111861,5 9,02mm 2
19
Jadi besarnya kabel yang dipilih 16 mm

B. PERHITUNGAN ANDONGAN
4.3PERHITUNGAN PJU
A. KOMPLEKS GEDUNG
F .U .M .K
E Lux
W .s atau

E.W .S
F
U .M .K
E = illumination level (lux).
F = Lamp flux (lumen)
U = Koeficient of utilization (%)
M = maintenance factor (%)
W = lebar jalan (m)
S = Spacing of lighting pole for roadway (M)
K = coefficient of lamp flux life ( =75%)

Jalan pada perumahan mempunyai data sebagai berikut :


1. Required illumination level 12 lux
2. With (W) 7,5 m
3. height of the lamp (h) 11 m
4. Spacing (s) 40 m
5. angle above horisontal 5 degree
6. over hung (oh) 0.5 m
7. Maintenance factor (M) 0.75
Perhitungan UTILIZATION
W OH 7,5 0.5
B / H (roadside ) 0,64
H 11
OH 0.5
B / H ( pavement side) 0.045
H 11

dari gravis didapat (UTILIZATION CURVES) :


U1 = 0.05 (pavement side) U2 = 0.22 (road side)

Maka U = U1 + U2 = 0.05 +0.22 = 0.27


Jadi besanya lumen yang harus diberikan untuk tiap tiap lampu sebesar :
ExWxS
F
UxMxK
12 x7,5 x 40
23703,7lumen
0.27 x0.75 x0.75

-
Lampu untuk penerangan jalan dipasang pada tiang listrik dengan tinggi tiang listrik 9
meter dan lampu untuk penerangan jalan dipasang 7 meter dari tiang listrik. Dan
banyaknya lampu tiang penerangan jalan sama dengan banyaknya tiang listrik.
(gambar dibawah)

II. PABRIK / INDUSTRI

Tata letak penerangan jalan raya


F .U .M .K
E Lux
W .s atau

E.W .S
F
U .M .K
E = illumination level (lux).
F = Lamp flux (lumen)
U = Koeficient of utilization (%)
M = maintenance factor (%)
W = lebar jalan (m)
S = Spacing of lighting pole for roadway (M)
K = coefficient of lamp flux life ( =75%)

Jalan pada perumahan mempunyai data sebagai berikut :


8. Required illumination level 12 lux
9. With (W) 7 m
10. height of the lamp (h) 8 m
11. Spacing (s) 45 m
12. angle above horisontal 5 degree
13. over hung (oh) 0.5 m
14. Maintenance factor (M) 0.75

Perhitungan UTILIZATION

W OH 7 0.5
B / H (roadside) 0,81
H 8
OH 0.5
B / H ( pavement side) 0.06
H 8
dari gravis didapat (UTILIZATION CURVES) :
U1 = 0.08 (pavement side) U2 = 0.24 (road side)
Maka U = U1 + U2 = 0.08 +0.24 = 0.32
Jadi besanya lumen yang harus diberikan untuk tiap tiap lampu sebesar :
ExWxS
F
UxHxK
15 x7 x 45
26.250lumen
0.32 x0.75 x0.75
jadi lampu yang dipilih :
- Type Son (HPS)250 W
- Base E27/27
- Luminous 28000
- Tegangan miminum 200V
Lampu untuk penerangan jalan dipasang pada tiang listrik dengan tinggi tiang listrik 9
meter dan lampu untuk penerangan jalan dipasang 7 meter dari tiang listrik. Dan
banyaknya lampu tiang penerangan jalan sama dengan banyaknya tiang listrik.
(gambar dibawah)
PENTANAHAN TITIK BINTANG TRAFO
DAN PENTANAHAN GI

Perhitungan pentanahan yang perlu diperhatikan adalah jenis tanah yang akan kita
pasangi elektroda tersebut. Dalam perhitungan ini dengan menggunakan jenis tanah
sebagai berikut :
Jenis tanah lading (sawah)
tanah 100
elektroda batang
L : 5m
a : 1963 mm2 = 0,002 m2
r : 25 mm = 0,025
diameter : 50 mm

tahanan pentanahan dengan benggunakan batang tunggal

4L
rp in 1
2L r
100 4,5
in 1
2.3,14.5 0,025

18,08

belum memenuhi standard tahanan pentanahan

tahanan pentanahan dengan konfigurasi square dengan perhitungan sebagai berikut :


.k
Rpt xfaktorpengalikonfiguirasi
2L

L 5
k 200
r 0,025
5,3

factor pengali square

1 2m q

4
1 L 1 5
in in
L 5
m 0,034
L in.200
in
r

1 2L
in
2L
q
in

1 2.5
in
2.5

in.200

0,017

100.5,3 1 2.0,034 0,017


RPt x
2.3,14.5 4

4,92

telah memenuhi standard


luas maksimum pentanahan antar 4 elektroda adalah 10 x 5 m,
sehingga dapat diperoleh jarak antar elektroda 1 meter sisi lebar
dan 2 m untuk sisi panjang.
Elektroda batang ditanam kedalam tanah dengan kewdalaman 80
centi meter dari permukaan tanah.
Penyambungan antar elektroda dengan menggunakan kabel tanah
BC 50 mm2 dengan ditanam sedalam 80 cm dari permukaan tanah.
Penyambungan dengan las pada elektroda
Diatas permukaan dilapisi koral sehingga didapatkan beda potensial
tanah tersebar dengan nilai sekecil mungkin.
Titik bintang trafo ditanahkan bersama dengan pentanahan gardu
induk.
DETIL PEMASANGAN ELEKTODA
SANGKAR FARADAY

dalam perhitungan ini yang perlu diperhatikan adalah system pengaman dari sisi TR
maupun TT pada trafo. Sesuai dengan catalog yang ada jarak aman sisi tegangan
tinggi adalah = 500 mm
dengan perkiraan panjang tangan manusia sekitar kurang lebih 500 mm.
sehingga dapat terhitung sangkar faraday sesuai dengan dimensi trafo yang
digunakan.
Dimensi trafo yang digunakan dengan data sebagai berikut :
Panjang (L) : 1540 mm
Lebar (W) : 840 mm
Tinggi (H) : 1350 mm

Sehingga diperoleh dimensi sangkar faraday terpasang sebagai berikut :


Panjang : (jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + panjang trafo
: (500+500)x2 +1540 mm
: 2000+1540 mm
: 3540 mm
Lebar : (jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + lebar trafo
: (500+500)x2 +840 mm
: 2000+840 mm
: 2840 mm
Tinggi : (jarak aman trafo+panjang tangan manusia) x 2 + tinggi trafo
: (500+500)x2 + 1350 mm
: 2000+1350 mm
: 3350 mm
PEMILIHAN PERANGKAT KUBIKEL

PEMILIHAN NH FUSE
FUSE= 400% x IP = 400% x 11,54 A = 46,16 A

PEMILIHAN CB
CB= 250% x IP = 250% x 11,54 A = 28,85 A

PEMILIHAN CT (CURRENT TRANSFORMER)


CT dipilih berdasarkan daya yang dimiliki oleh trafo dan juga cubicle yang
digunakan.
PTRAFO = 400 VA
ISEKUNDER TRAFO pada saat NL = 638,12 A
IPRIMER TRAFO = 11,54 A
VPRIMER = 20 KV
VSEKUNDER = 380 V
Dari data pemilihan cubicle dapat dipilih CT dengan spesifikasi sebagai berikut:
DM-1A
Single primary winding
Double secondary winding for measurement and protection
LIHAT LAMPIRAN

PEMILIHAN PT (POTENTIAL TRANSFORMER)


PT dipilih berdasarkan daya yang dimiliki oleh trafo dan juga cubicle yang
digunakan.
PTRAFO = 400 VA
ISEKUNDER TRAFO pada saat NL = 638,12 A
IPRIMER TRAFO = 11,54 A
VPRIMER = 20 KV
VSEKUNDER = 380 V
Dari data pemilihan cubicle dapat dipilih PT dengan spesifikasi sebagai berikut:
For units TM
Transformer RV9 (phase-to-phase) 50 or 60 Hz
Rated Voltage 24 KV
Primary Voltage 20KV
Secondary Voltage 220 V
LIHAT LAMPIRAN

PEMILIHAN KOMPONEN PADA LV PANEL

Untuk beban 36450 VA

36450
In= 55,38 A
3 x380

KHA = 125 % xIn


= 1,25 x 55,38 A
= 69,22 A
Menggunakan busbar dengan menggunakan tembaga (cu) yang dilapisi dengan
lapisan konduktif. Jumlah batang satu buah, sesuai dengan PUIL 2000 dengan KHA
sebesar 69,22 didapatkan ukuran busbar sebesar 12 x 2 mm, dengan penampang 24
mm, Berat 0,23 Kg/m.

Untuk beban 76300 VA


76300
In= 115,9 A
3 x380

KHA = 125 % xIn


= 1,25 x 115,9 A
= 144,87 A
Menggunakan busbar dengan menggunakan tembaga (cu) yang dilapisi dengan
lapisan konduktif. Jumlah batang satu buah, sesuai dengan PUIL 2000 dengan KHA
sebesar 144,87 didapatkan ukuran busbar sebesar 15 x 2 mm, dengan penampang 30
mm, Berat 0,27 Kg/m.
PERHITUNGAN ARUS HUBUNG PENDEK

II. UNTUK GTT PERUMAHAN

Jaringan sisi atas (tegangan menengah)


Psc = 500 MVA
410
In = x 0,15.10 0,005m
500
410
X1= x0,9810 0,33m
500
Z= R1+X1 = 0,005+0,33 = 0,34 m

Transformator
S = 160 KVA
Usc= 4%
U = 410 V
Wc = 2,35 KW
2350 x 410.10
R2 = 1,58m
500
4 410
X = ( x (1,58) 13,35m
100 500

Koneksi kabel dari trafo kepemutus daya 4x16mm (NYFGBY) L=7,5 m/phase
l 7,5
R3= 22,5x 2,64m
A 4 x16
0,12
X3= x7,5 0,23m
4
Koneksi busbar Cu untuk KHA 79,76 A = Cu 1x (12x2)mm
L=3m
l 3
R4= 22,5x 2,8m
A 24
X4= 0,15 x 3 = 0,45

You might also like