You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, perkembangan industri kosmetik, detergen, produk-produk
perawatan diri semakin meningkat, dimana meningkatnya produk-produk tersebut
mengakibatkan kebutuhan bahan aktif seperti surfaktan semakin meningkat pula.
Surfaktan (surface active agent) merupakan salah satu oleokimia turunan yang
merupakan senyawa aktif yang mampu menurunkan tegangan permukaan dan
tegangan antaramuka suatu cairan. Surfaktan memiliki gugus hidrofilik (biasa
disebut bagian kepala, dan yang suka air) dan hidrofobik (yang disebut bagian ekor,
yang tidak suka air), sehingga surfaktan dapat digunakan sebagai bahan penggumpal,
pembusaan, dan emusifier oleh industri farmasi, kosmetik, kimia, pertanian dan
pangan serta industri produk perawatan diri (Aisyah, 2011).
Surfaktan banyak digunakan pada berbagai industri, misalnya industri
detergen, pelembut, cat, tinta, bahan pengemulsi (emulsifier) insektisida dan lain-
lain. Di Indonesia, kebutuhan surfaktan nonionik pada tahun 2009 mencapai 18.176
ton (Aisyah, 2011). Permintaan surfaktan didunia international cukup besar. Pada
tahun 2004, permintaan surfaktan sebesar 11,84 juta ton per tahun dan pertumbuhan
permintaan surfaktan rata-rata 3% per tahun (Rochmad, 2008).
Bahan baku surfaktan dapat terbuat dari sumber nabati yang bersifat
renewable (dapat diperbaharui) dan biodegradable (mudah terurai), serta proses
produksi yang lebih bersih sehingga sejalan dengan isu lingkungan. Salah satu
surfaktan yang memenuhi kriteria tersebut ialah surfaktan coco diethanolamida
(Coco-DEA).
Coco diethanolamida (coco-DEA) merupakan surfaktan alkanolamida yang
disintesis dari reaksi amidasi antara minyak, asam lemak dan metil ester asam lemak
dari kelapa dengan senyawa amina yaitu dietanolamina. Alkanolamida tidak bermuatan
atau tidak terjadi ionisasi pada molekul. Kelebihan dari surfaktan ini adalah dapat
digunakan pada rentan pH yang luas, biodegradable, lembut dan bersifat non iritasi,
baik untuk kulit dan mata, toksisitas rendah dan pembusa yang stabil. Pada umunya
coco-DEA dipakai sebagai bahan penstabil atau pengembang busa untuk
mempertahankan stabilitas busa sabun cair atau shampoo yang berkurang karena
adanya kotoran. Surfaktan ini juga dikenal sebagai pengemulsi (emulsifier) yang
sangat bagus yang dipakai juga pada industri farmasi dan tekstil (rust inhibiting,
latex stabilizing, anti-static function in textiles, dye-leveling, waterproofing and
water-in-oil additives) (Rahmi, dkk., 2011).
Surfaktan coco-diethanolamida memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai
pengikat busa, pengemulsi, pelembut, dan pengental pada industri komestik, seperti
sabun cair, shampo, dan cairan pencuci tangan. Pemanfaatan minyak kelapa sebagai
bahan baku pembuaatan surfaktan memiliki peluang yang cukup baik. Pada saat ini
industri-industri deterjen, farmasi, dan kosmetika berkembang dengan pesat sehingga
menyebabkan kebutuhan surfaktan meningkat. Dengan adanya bahan baku nabati
pada pembuatan surfaktan, maka kebutuhan surfaktan yang aman dan ramah
lingkungan untuk keperluan industri dapat terpenuhi (Yuniasari, 2007)
Dalam skala laboratorium, Coco-DEA disintesis melalui dua metode, yaitu
sintesis langsung dan bertingkat. Pada metode langsung, dilakukan dengan
mereaksikan trigliserida dari minyak kelapa dengan dietanolamina. Sementara pada
metode bertingkat, trigliserida dijadikan metil ester terlebih dahulu kemudian
disintesis dengan diethanolamina (Yuniasari, 2007).
Permasalahan utama dalam sintesis surfaktan Coco-Diethanolamine yaitu
tingkat kandungan amida yang belum terlalu tinggi. Penelitian sebelumnya
memvariasikan suhu dan waktu reaksi untuk menghasilkan Coco-DEA yang lebih
baik dan disajikan dalam Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu terkait Pengaruh Suhu dan Waktu Reaksi dalam
Meningkatkan Kandungan Amida Surfaktan Coco-Diethanolamine
Kondisi
Peneliti Judul Penelitian
Optimum
Pada suhu 90oC
dengan lama
pemanasan 120
Sintesis Coco-
menit dihasilkan
Yuniasri, Diethanolamine dari
total amina
Kendedes Minyak Kelapa dengan
61,39%
Metode Amidasi
Pada suhu 60-
100oC dan lama
pemanasan 2 jam
Pembuatan Coco-
diperoleh coco-
Rahmi, Dwinna Diethanolamida dengan
diethanolamina
Reaktor High Mixing
dengan
Homogenizer
kandungan amida
98%

Pada suhu 160oC


dengan lama
Pembuatan Surfaktan dari
pemanasan 3 jam
Minyak Kelapa Murni
diperoleh coco-
Probowati, dkk (VCO) Melalui Proses
diethanolmina
Amidasi dengan Katalis
dengan
NaOH
kandungan amida
71,4%

Data penelitan terdahulu yang dirangkum pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa
persentase kandungan amida terbesar yang diperoleh adalah 98%, dengan variasi
o
suhu 60-100 C dan waktu reaksi 120 menit, dengan menggunakan metode
bertingkat. Tetapi kendala dari penelitian yang dilakukan oleh Rahmi ialah
penggunaan alat Reaktor High Mixing Homogenizer yang tidak tersedia.
Atas dasar pemikiran yang telah dipaparkan, maka penulis ingin melakukan
penelitian pengaruh suhu dan waktu reaksi terhadap tingkat kandungan amida dan
karakteristik surfaktan nonionik Coco-Diethanolamine dari Minyak
kelapa/VCO(Virgin Coconut Oil) dan Diethanolamine, serta untuk mendapatkan
informasi penting terkait suhu reaksi dan waktu reaksi dalam proses pembuatan
Coco-Diethanolamine dengan proses amidasi sehingga metode ini nantinya dapat
dikembangkan untuk skala industri.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh rasio molar substrat dan konsentrasi katalis terhadap
tingkat kandungan amida pada surfaktan yang dihasilkan.
2. Bagaimana pengaruh rasio molar substrat dan konsentrasi katalis terhadap
karakteristik surfaktan yang dihasilkan.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh rasio molar substrat dan konsentrasi katalis terhadap
tingkat kandungan amida pada surfaktan yang dihasilkan.
2. Mengetahui pengaruh rasio molar substrat dan konsentrasi katalis terhadap
karakteristik surfaktan yang dihasilkan.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah
1. Untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh rasio molar substrat dan
konsentrasi katalis terhadap tingkat kandungan amida pada surfaktan yang
dihasilkan dari reaksi amidasi.
2. Untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh rasio molar substrat dan
konsentrasi katalis terhadap karakteristik surfaktan yang dihasilkan dari
reaksi amidasi.
3. Untuk meningkatkan nilai ekonomis dari VCO (Virgin Coconut Oil) yang
merupakan produk turunan dari oleokimia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia,
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara,
Medan.
2. Bahan baku untuk sintesis Coco-Diethanolamine adalah minyak kelapa
(VCO), diethanolamine, asam sulfat(H2SO4), dan methanol, dan katalis
Natrium Metoksida (CH3ONa).
3. Bahan tambahan untuk sintesis Coco-Diethanolamine adalah natrium
hidroksida (NaOH).
4. Reaksi sintesis Coco-Diethanolamine dilangsungkan dengan memvariasikan
dua variabel seperti berikut :
- Rasio mol substrat VCO : Diethanolamine : 1:2; 1:3 dan 1 : 4 (mol/mol)
- Persen Berat Katalis : 1 % ; 1,2 % dan 1,5 %.
Sedangkan variabel tetap nya adalah :
- Kecepatan pengadukan : 200 rpm
- Waktu reaksi : 2 jam
- Suhu reaksi : 150 0C
Analisa yang dilakukan adalah :
1. Analisa kualitatif dengan menggunakan spektroskopi FT-IR.
2. Analisa karakteristik Coco-Diethanolamine:
a. Analisa Tegangan Permukaan (Surface Tension)
Penentuan tegangan permukaan larutan dilakukan dengan menggunakan
Tensiometer du Nuoy.
b. Analisa nilai HLB (Hidrophylic-Lipophylic Balance)
Penentuan Nilai Hidrophylic-Lipophylic Balance (HLB) ini berguna
untuk mengetahui kegunaan surfaktan yang dihasilkan.
3. Analisa kuantitatif
a. Analisa bilangan asam reaksi untuk menentukan % konversi
b. Analisa mennggunakan GC-MS untuk menentukan % yield

You might also like