You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, Peraturan Pemerintah nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan, perubahan (PP No. 19 Tahun 2005), menetapkan delapan Standar
yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar yang
dimaksud meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Salah satu
standar yang dinilai langsung berkaitan dengan mutu lulusan yang diindikasikan
oleh kompetensi lulusan adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Ini
berarti bahwa untuk dapat mencapai mutu lulusan yang diinginkan, mutu tenaga
pendidik (guru), dan tenaga kependidikan (kepala sekolah, pengawas, laboran,
pustakawan, tenaga administrasi, pesuruh) harus ditingkatkan.

Perubahan arah kebijakan tentang guru dan dosen di Indonesia telah


membawa sejumlah angina perubahan yang berarti dan penting bagi mereka,
terutama menyangkut persoalan profesionalitas. Setiap sekolah dalam hal ini para
pengelola dan gurunya pasti telah mencoba dengan berbagai macam cara yang
kreatif untuk menerjemahkan kebijakan pemerintah demi pengembangan para
gurunya. Tentu saja demi kepentingan ini yang diperlukan oleh setiap lembaga
sesungguhnya adalah perlunya penekanan pada aspek open manajemen dan
penyediaan infrastruktur dan suprastruktur yang memungkinkan para guru bias
leluasa dan merasa tertantang untuk selalu meningkatkan kinerjanya. Keluwesan
kultural dan structural setiap lembaga sekolah sangat memainkan peran yang
cukup signifikan dalam kerangka memberi penyadaran para guru untuk selalu
berinovasi dalam setiap aspek pendidikan.

1
Peningkatan kinerja seperti ini, sangat perlu dilakukan oleh setiap guru
sebagai bentuk kewajiban melakukan peningkatan pada standar kompetensi, baik
pada aspek penguasaan bidang studi, pemahaman peserta didik, meliputi
pemahaman karakteristik peserta didik dan tahapan perkembangannya dalam
aspek intelektual, personal dan spiritual. Serta tak kalah penting adalah
pengembangan kepribadian dan keprofesionalan seorang guru, termasuk pada
aspek ini adalah pengembangan intuisi keagamaan, kebangsaan yang religious dan
berkepribadian, pemilikan sikap dan kemampuan mengaktualisasikan diri serta
mengembangkan profesionalisme kependidikan (Syamsul Maarif. 2011: viii).

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah (UU RI No 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen).

Guru merupakan unsur sumber daya yang sangat menentukan keberhasilan


pendidikan di sekolah, karena guru merupakan unsur manusiawi yang sangat
dekat hubungannya dengan siswa dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah.
Adapun penanggung jawab keterlaksanaan proses pembelajaran di kelas adalah
guru. Pemberdayaan terhadap mutu guru perlu dilakukan secara terus menerus,
dan berkelanjutan. Hal tersebut tentu tidak lepas dari unsur manajemen kelas.

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan


dosen (UU RI No 14 Tahun 2005 Guru dan Dosen). Landasan pelaksanaan
sertifikasi guru adalah Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Syamsul Maarif. 2011: 21).

Pelaksanaan sertifikasi guru dapat dilaksanakan melalui uji kompetensi


maupun pemberian sertifikat langsung. Pemerintah telah mengaturnya dalam
Peraturan Menteria Agama Nomor 103 Tahun 2015 tentang Pemenuhan beban
kerja guru Madrasah yang bersertifikasi pendidik.

2
Guru adalah elemen yang berpengaruh besar terhadap terciptanya proses
dan hasil yang berkualitas. Dalam hal ini guru di tuntut untuk meningkatkan
profesionalisme demi tercapainya tujuan pendidikan. Dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru ini maka di perlukan sertifikasi sebagai peningkat mutu dan
kualitas guru. Selain itu tujuan sertifikasi juga untuk meningkatkan kesejahteraan
guru, dengan demikian diharapkan guru yang telah sertifikasi dapat terpacu untuk
lebih meningkatkan profesionalisme dan mutu pendidikan. Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Apalagi dengan adanya sertifikasi ini guru merasa terbantu karena bagi guru yang
telah memiliki sertifikat dan persyaratan lain akan mendapatkan tunjangan profesi
yang besarya sama dengan gaji satu bulan, dengan demikian di harapkan seorang
guru dapat mengajar secara lancar tanpa terkendala masalah ekonomi.

Menurut Mulyasa (2007), Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi
calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan
kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Representasi pemenuhan standar
kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi guru adalah sertifikat
kompetensi pendidik. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru
atau calon guru yang memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi guru
pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dengan kata lain sertifikasi guru
merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional.
Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandnag sebagai bagian esensial dalam upaya
memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Dengan demikian sertifikasi adalah hal yang akan mendorong guru untuk
senantiasa memperbaiki diri terutama dalam kinerjanya ketika mendidik. Namun
sertifikasi guru dapat juga di artikan proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar
profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan
sistem dan praktik.

3
Namun yang terjadi saat ini sering di jumpai bahwasanya hal yang mendorong
guru mengejar sertifikasi bukan untuk mengembangkan kinerja yang akan
dilakukan setelah mendapatkan sertifikasi akan tetapi hanyalah faktor uanglah
yang mendorong kebanyakan guru untuk melakukan sertifikasi, apa lagi setelah
mereka ketahui bahwasanya tunjangan yang mereka dapatkan apabila sudah
sertifikasi cukup besar, apa lagi yang harus di pertahankan dari kebijakan
sertifikasi guru ini jika hanya mendidik guru untuk berperilaku matre dan lepas
dari tujuan awal untuk meningkatkan kinerja guru

Disiplin dalam bekerja juga sangat penting artinya bagi guru. Karena itu,
kedisiplinan harus ditanamkan secara terus menerus kepada guru. Penanaman
yang terus menerus menyebabkan disiplin tersebut menjadi kebiasaan bagi guru.
Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing, pada umumnya
mempunyai kedisplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya
tidak disiplin. Sesungguhnya masalah kedisiplinan ini menjadi perhatian bagi
setiap manusia. Disiplin mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mengarahkan kehidupan manusia untuk meraih cita-citanya serta kesuksesan
dalam bekerja, karena tanpa adanya kedisiplinan maka seseorang tidak
mempunyai patokan tentang apa yang baik dan yang buruk dalam tingkah
lakunya. Kemampuan profesional Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan
yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang
kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan
peserta didik dapat belajar dengan tenang. Kepala Sekolah dituntut untuk dapat
bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru.

Dalam interaksi saya dengan sesama kolega guru MI di Kabupaten


Lampung Timur, saya masih mendapati guru yang bekerja kurang disiplin,
kurangnya keprofessionalan guru terlihat di mana masih kurangnya upaya para
guru dalam mempersiapkan rencana pembelajaran yang sesuai, kurangnya
keinginan untuk meningkatkan kompetensi diri, seringnya absen mengajar karena
alasan yang kurang penting. Karena itu saya harus mencari faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi professionalisme guru. Dari sekian banyak faktor yang

4
mempengaruhi professional guru, salah satu faktor tersebut adalah dengan
mengikutsertakan guru dalam program sertifikasi, dengan mengikuti program
sertifikasi guru, diharapkan para guru akan bekerja lebih professional.

Di samping mengikutsertakan guru dalam program sertifikasi, seorang


guru juga perlu memiliki kinerja kerja yang tinggi, dengan memiliki motivasi
kerja yang tinggi seorang guru akan bekerja dengan maksimal. Seperti yang telah
dikatakan sebelumnya, bahwa seorang guru dikatan professional apabila memiliki
kemampuan tinggi dan disiplin kerja tinggi, dengan mengikut sertakan guru dalam
program sertifikasi, diharapkan akan memberikan dorongan motivasi kerja yang
tinggi.

Disiplin kerja mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan sekolah.


Masalah kerja menjadi sorotan bagi orang banyak, kerja seorang pemerintah akan
dirasakan oleh masyarakat, dan kerja guru akan dirasakan oleh peserta didiknya
atau orang tua walinya. Maka guru harus benar-benar kompeten di bidangnya,
memiliki motivasi tinggi dan juga harus bisa mengabdi secara optimal dan
bertanggungjawab.

Para guru madrasah ibtidaiyah di Lampung Timur yang sudah


bersertifikasi terus melakukan peningkatan kualitasnya sehubungan dengan
professionalitasnya, seperti dengan membuat perencanaan pembelajaran, dan terus
meningkatkan prospek kerjanya. Namun ada beberapa guru yang sudah mengikuti
pelatihan sertifikasi, sepulang dari pelatihan, guru tersebut kembali ke keadaan
yang seperti dulu. Tak jarang guru yang sudah sertifikasi belum meningkatkan
kualitas kerjanya secara maksimal, bahkan belum membuat perubahan prospek
kerjanya menjadi seorang yang professional. Hal itu sangat disayangkan,
sebetulnya seorang guru yang sudah sertifikasi hendaknya mampu menjadi
inspirasi untuk meningkatkan motivasi kerjanya sehingga bisa mencapai
keprofesionalannya dan bisa memberikan contoh bagi guru lain.

Berangkat dari latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui


apakah program pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Lampung Timur

5
sudah berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu
dengan menunjukkan adanya peningkatan Kinerja guru PAI sebagai dampak dari
sertifikasi dan Kedisiplinan, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
dengan mengangkat judul Pengaruh Sertifikasi dan Kedisiplinan Terhadap
Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Lampung Timur,
hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah sertifikasi dan Kedisiplinan
berpengaruh terhadap Kinerja guru PAI di Madrasah Ibtidaiyah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah


yang dapat diidentifikasikan yang ada hubungannya dengan kinerja guru PAI
sebagaimana berikut:
1. Masih kurang upaya para guru PAI dalam mempersiapkan rencana
pembelajaran yang sesuai,
2. Sebagian guru belum menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi,
3. Masih ada guru PAI yang ketika dilakukan evaluasi oleh pengawas
belum memliki administrasi pembelajaran yang lengkap,
4. Masih terdapat guru PAI yang belum menunjukkan kedisiplinan dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai tenaga profesional,
5. Guru PAI yang bersertifikat belum menunjukkan peningkatan kinerja
yang memuaskan..
.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan yang dikaitkan dengan judul diatas sangatlah luas, sehingga
tidak mungkin dari lapangan permasalahan-permasalahan itu dapat terjangkau dan
terselesaikan semua. Oleh karena itu perlu adanya pemabatasan masalah guna
menghindari kesalah pahaman sehingga timbul penafsiran yang berbeda-beda
yang akan mengakibatkan penyimpangan judul diatas.
Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup dan fokus masalah yang
diteliti sebagai berikut :
1. Kinerja guru dibatasi pada faktor kualitas kerja, kecepatan atau ketepatan
dan inisiatif dalam bekerja.

6
2. Sertifikasi dibatasi pada faktor, kwalifikasi, kompetensi dan profesional.
3. Kedisiplin guru dibatasi pada factor motivasi, kemampuan dan kwalitas
kerja.

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah atau sering disebut problematika merupakan
bagian penting yang harus ada dalam penulisan karya ilmiah. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006:57) problematika adalah bagian pokok dari suatu
kegiatan penelitian. Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian, harus
diketahui lebih dahulu permasalahannya akan lebih terarah dan terfokus.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang dijadikan pokok
masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh Sertifikasi terhadap kinerja guru PAI di


Madrasah Ibtidaiyah se-Lampung Timur?
2. Apakah terdapat pengaruh Kedisiplinan terhadap kinerja guru PAI di
Madrasah Ibtidaiyah se-Lampung Timur?
3. Apakah terdapat pengaruh sertifikasi dan kedisiplinan secara bersama-
sama terhadap kinerja guru PAI MI di se-Lampung Timur?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka
tujuan yang hendak dicapai antara lain:
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh sertifikasi terhadap kinerja guru

PAI di Madrasah Ibtidaiyah Se-Lampung Timur.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kedisiplinan terhadap kinerja guru

PAI di MI se- Lampung Timur.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh sertifikasi dan kedisiplinan secara

(bersama-sama) terhadap kinerja guru PAI di MI se- Lampung Timur.

7
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademis dan para praktisi pendidikan.
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan serta meemberi masukan dalam
rangka penyusunan teori atau konsep-konsep baru terutama untuk
pengembangan pemikiran dalam memecahkan permasalahan yang
berhubungan dengan kinerja guru bagi para peneliti berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberi masukan kepada guru untuk selalu meningkatkan
kedisiplinan ,profesionalisme, dan kinerjanya.
b. Memberikan masukan kepada sekolah dan diknas sebagai
pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan
upaya peningkatan tunjangan profesi, dan kinerja guru.

G. Penelitian yang relevan


Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, adalah
sebagai berikut.
1) Penelitian Isdiana, IKIP PGRI Semarang, (2013) yang berjudul Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Profesionalisme Guru terhadap Kinerja
Guru SMP Negeri di Kecamatan Batang hasil dari penelitian ini adalah ada
pengaruh signifikan Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) terhadap Kinerja
Guru (Y) sebesar 16,1% dengan angka korelasi 0,401, dan Profesionalisme
Guru (X2) terhadap Kinerja Guru (Y) sebesar 16,2% dengan angka korelasi
0,402. Sedangkan Pengaruh Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah (X 1)
dan Profesionalisme Guru (X2) terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di
Kecamatan Batang (Y) secara bersama-sama sebesar 19,7% dengan angka
korelasi 0,444.
2) Penelitian Sumarno, Universitas Negeri Semarang, (2009) yang berjudul
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Profesionalisme Guru
Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Paguyuban

8
Kabupaten Brebes hasil dari penelitian ini adalah pengaruh yang positif
antara kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalisme guru terhadap
kinerja guru sekolah dasar negeri sebesar 43,80%. Pengaruh positif ini
berarti bahwa jika kepemimpinan kepala sekolah dan guru semakin
profesionalis dalam melaksanakan tugasnya, maka kinerja guru akan
meningkat.
Dari beberapa hasil penelitian relevan di atas, yang membedakan judul yang
peneliti ajukan adalah terletak pada variabel X1 yaitu Sertifikasi Guru, sedangkan
untuk variabel X2 ada beberapa yang sama dan untuk variabel Y sama yaitu
mengukur kinerja guru. Oleh karena itu ada perbedaan variabel judul yang
peneliti ajukan dengan hasil penelitian relevan tersebut.

9
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kinerja Guru
1. Definisi Kinerja
Dalam bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Performance
merupakan kata benda. Salah satu entry-nya adalah thing done (sesuatu hasil
yang telah dikerjakan). Jadi arti Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Mangkunegara (2001:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya
kinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang
diterapkan oleh lembaga/organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian
penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
seseorang.
Berkaitan erat dengan kinerja guru di dalam melaksanakan tugasnya sehari-
hari, sehingga dalam melaksanakan tugasnya guru perlu memiliki tiga
kemampuan dasar agar kinerjanya tercapai sebagai berikut:
a. Kemampuan pribadi meliputi hal-hal yang bersifat fisik seperti tampang,
suara, mata atau pandangan, kesehatan, pakaian, pendengaran, dan hal
yang bersifat psikis seperti humor, ramah, intelek, sabar, sopan, rajin,
kreatif, kepercayaan diri, optimis, kritis, obyektif, dan rasional;
b. Kemampuan sosial antara lain bersifat terbuka, disiplin, memiliki dedikasi,
tanggung jawab, suka menolong, bersifat membangun, tertib, bersifat adil,
pemaaf, jujur, demokratis, dan cinta anak didik;

10
c. Kemampuan profesional sebagaimana dirumuskan oleh P3G yang meliputi
10 kemampuan profesional guru yaitu: menguasai bidang studi dalam
kurikulum sekolah dan menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang
studi, mengelola program belajar mengajar,mengelola kelas, menggunakan
media dan sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola
interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pendidikan, mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan,
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami prinsip
dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan
mengajar menurut.
Menurut Robet Bacal (2005:3) kinerja adalah proses komunikasi yang
berlangsung terus menerus, yang dilaksanakan kemitraan, antara seorang guru dan
siswa dengan terjadinya proses komunikasi yang baik antar kepala sekolah dengan
guru, dan guru dengan siswa dalam proses pembelajaran dapat mempercepat
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, dan ini
merupakan suatu sistem kinerja yang memberi nilai tambah bagi sekolah dalam
rangka meningkatkan kualitas siswa dalam belajar.
Kinerja sebagai suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2003:34).
Dengan demikian kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja
guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama
dan prakarsa.

2. Penilaian Kinerja
Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan
indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas
organisasi yang tinggi. Untuk mengetahui apakah tugas, tanggung jawab dan
wewenang guru sudah dilaksanakan atau belum maka perlu adanya penilaian
objektif terhadap kinerja. Penilaian pelaksanaan

11
pekerjaan ini adalah suatu proses yang dipergunakan oleh organisasi untuk
menilai pelaksanaan pekerjaan pegawai. Sehubungan dengan hal tersebut maka
upaya mengadakan penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan hal yang
penting. Berbicara tentang kinerja guru erat kaitannya dengan standar kinerja yang
dijadikan ukuran dalam mengadakan pertanggungjawaban. Penilaian kinerja
bermanfaat untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan organisasi sesuai
dengan standar yang dibakukan dan sekaligus sebagai umpan balik bagi pekerja
sendiri untuk dapat mengetahui kelemahan, kekurangannya sehingga dapat
memperbaiki diri dan meningkatkan kinerjanya.
Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan
guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan
patokan-patokan tertentu. Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran, yang dilihat dari penampilannya dalam melakukan proses
belajar mengajar. Diknas sampai saat ini belum melakukan perubahan yang
mendasar tentang standar kinerja guru, dan secara garis besar. Masih mengacu
pada rumusan 12 kompetensi dasar yang harus dimiliki guru yaitu: (1) menyusun
rencana pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3) menilai prestasi
belajar; (4) melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi bbelajar peserta
didik; (5) memahami landasan kependidikan; (6) Memahami kebijakan
pendidikan; (7) memahami tingkat perkembangan siswa; (8) Memahami
pendekatan pembelajaran yang sesuai materi pembelajaran; (9) Menerapkan
kerjasama dalam pekerjaan; (10) Memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam
pendidikan; (11) Menguasai keilmuan dan ketrampilan sesuai materi
pembelajaran; dan (12) Mengembangkan profesi (Depdikbud, 2004:7).
Ke dua belas kompetensi inilah yang dapat dilihat melalui alat penilaian
kemampuan guru (APKG). Aspek-aspek APKG secara umum dapat
dikelompokkan kedalam tiga kemampuan, yaitu : (1) Kemampuan guru dalam
membuat perencanaan pengajaran; (2) Kemampuan guru dalam

12
mengajar di kelas; (3) Kemampuan guru dalam mengadakan hubungan antar
pribadi. Menurut Sudjana (2002:17) kinerja guru dapat dilihat dari kompetensinya
melaksanakan tugas-tugas guru, yaitu:
1) Merencanakan proses belajar mengajar;
2) Melaksanakan dan mengelolah proses belajar mengajar;
3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar dan
4) Menguasai bahan pelajaran.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja


Menurut Mathis dan Robert L. Jackson (2001:82) banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja dari individu tenaga kerja, antara lain : 1) kemampuan, 2)
motivasi, 3) dukungan yang diterima, 4) keberadaan pekerjaan yang mereka
lakukan dan 5) hubungan mereka dengan organisasi.
Menurut Gibson, et al (2006 : 89) dalam Yamin ada tiga perangkat variabel
yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu:
1) Variabel individual meliputi kemampuan dan ketrampilan (mental dan
fisik), latar belakang (keluarga, tingkat sosial, penggajian) dan
demografis (umur, asal-usul, jenis kelamin)
2) Variabel organisasional meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur, dan desain pekerjaan
3) Variabel psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
motivasi.
Ketiga variabel tersebut berhubungan satu sama lain dan saling pengaruh-
mempengaruhi. Gabungan variabel individu, organisasi, dan psikologis sangat
menentukan bagaimana seseorang mengaktualisasikan diri.
Menurut Syafri Mangkuprawira dan Aiada Vitayala dalam Yamin (2007 :
155). Kinerja merupakan suatu kontruksi multi dimensi yang mencakup banyak
faktor yang mempengaruhinya, faktor tersebut adalah :

13
a) Faktor Personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill),
kemampuan, kepecayaan diri,motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh tiap
individu guru.
b) Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam
memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja pada guru.
c) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesema anggota tim,
kekompakan, dan keeratan anggota tim.
d) Faktor system, meliputi system kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh
pimpinan sekolah, proses organisasi dan kultur kerja dalam organisasi
(sekolah).
e) Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal.
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa banyak faktor dan variabel yang
mempengaruhi kinerja guru. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri,
dan juga dapat berasal dari luar atau faktor situasional. Disamping itu, kinerja
dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan individu.

B. Sertifikiasi
1. Pengertian Sertifikasi
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi
ini diberikan kepada para guru untuk memenuhi standar professional
guru.Sertifikasi bagi guru prajabatan dilakukan melalui pendidikan profesi di
LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji
kompetensi. Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam
bentuk portofolio. Penilaian portofolio ini digunakan sebagai pengakuan atas
standar profesionalitas guru dalam bentuk kumpulan dokumen yang
menggambarkan kualitas guru yang mengarah pada sepuluh komponen,yaitu
kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas,

14
prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum
ilmiah, pengalaman organisasi di bidang ke pendidikan dan sosial, penghargaan
yang relevan dengan bidang pendidikan.
Dasar utama pelaksanaan sertifikasi adalah Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal 30
Desember 2005. Pasal yang menyatakannya adalah Pasal 8: guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Pasal lainnya adalah Pasal 11, ayat (1) menyebutkan bahwa sertifikat
pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan.
Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18
Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan pada
tanggal 4 Mei 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

2. Pengertian Kedisiplinan

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktifitas ataukegiatan. Kadang
kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapikadang juga tidak. Kegiatan yang
kita laksanakan secara tepat waktu dandilaksanakan secara kontinyu, maka akan
menimbulkan suatu kebiasaan.
Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan secara teratur dan tepatwaktulah yang
biasanya disebut disiplin dalam kehidupan sehari-hari.Disiplin diperlukan
dimanapun, karena dengan disiplin akan terciptakehidupan yang teratur dan
tertata. Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian
kedisiplinan guru antara lain sebagai berikut:

15
a. Oteng Sutrisno berpendapat, bahwa kedisiplinan guru adalah suatu
keadaan tertib dan teratur yang dimiliki guru dalam sekolah tanpa ada
pelanggaran-pelanggaran yang dapat merugikan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadap
sekolah secara keseluruhan sehingga dapat membimbing kearah
pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis dan 1Budiman,
kedisiplinan dalam pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan
ajaran Islam sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan akhirat.
b. Elizabeth. B. Hurlock memberikan pengertian, kedisiplinan adalah
merupakan sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada
saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.3 Sedangkan guru
adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik dan
mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam
informasi tentang wawsan wiyata mandala, kedisiplinan guru
diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan, peraturan dan
norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab.4 Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan kedisiplinan guru adalah sikap penuh
kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam
menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap
pendidikan anak didiknya. Karena bagaimanapun seorang guru atau tenaga
kependidikan (pegawai, merupakan cermin bagi anak didiknya dalam
sikap atau teladan. Sikap disiplin dan tenaga
kependidikan (pegawai) akan memberikan warna terhadap hasil
pendidikan yang jauh lebih baik.
c. Zakiyah Drajat sebagaimana dikutip dalam buku Fikih pendidikan karya
Heri Jauhari Muchtar merinci tugas guru atau pendidik dalam mengajar
adalah:5
a. Menjaga proses belajar dan mengajar dalan suatu kesatuan.
1
1Budiman, kedisiplinan dalam
http://chemistrybudiman07.blogspot.com/2015/06/angketkedisiplinan- siswahtml, diakses 03 Juni
2016

16
b. Menjagar anak dalam berbagai aspek yaitu pengetahuan, keterampilan
dan pengembangan seluruh kepribadian.
c. Mengajar sesuai tingkat perkembangan dan kematangan anak.
d. Menjaga keperluan (kebutuhan) dan bakat anak didik.
e. Menentukan tujuan-tujuan pelajaran bersama-sama dengan anak atau
peserta didik supaya mereka juga mengetahui dan mendukung
pencapaian tujuan tersebut.
f. Memberi dorongan, penghargaan dan imbalan kepada peserta didik.
g. Menjadikan materi dan metode pengajaran berhubungan dengan
kehidupan nyata, sehingga mereka menyadari bahwa yang dipelajarinya
itu baik dan berguna.
h. Membagi materi pelajaran kepada satuan-satuan dan memusatkannya
pada permasalahan-permasalahan.
i. Menghindari perbuatan-perbuatan yang percuma dan member informasi
yang tak berarti, serta menjauhi hukuman dan pengulangan pekerjaan.
j. Mengikut sertakan anak atau peserta didik dalam PBM secara aktif
sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.
k. Warnai situasi proses belajar-mengajar dengan suasana toleran,
kehangatan, persaudaraan dan tolong menolong. Suasana PBM tidak
hanya berpengaruh terhadap keberhasilan pelajaran, tetapi juga
mempunyai pengaruh dalam penyerapan anak atau pesrta didik terhadap
sifat-sifat sosial yang baik atau tidak baik.6
3. Bentuk dan Macam Disiplin
Pelaksanaan disiplin di berbagai organisasi seperti sekolah ,
berbeda bentuk dan macamnya, Piet A. Sahertian membagi disiplin
kepada tiga bentuk seperti di bawah ini :
a. Disiplin Tradisional, adalah disiplin yang bersifat menekan,
menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian
yang terdidik.
b. Disiplin Modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang
memungkinkan agar si pendidik dapat mengatur dirinya. Jadi situasi

17
yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga si terdidik
mengembangkan kemampuan dirinya.

c. Disiplin liberal, yang dimaksud disiplin liberal, adalah disiplin yang


diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas.
Macam disiplin juga disampaikan oleh Anwar Prabu Mangkunegara,
ia membagi disiplin dalam dua macam disiplin kerja, yaitu disiplin
preventif dan disiplin korektif.10

1) Disiplin Preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai


mengikuti dan memenuhi pedoman kerja, aturan aturan yang telah
digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk
menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif,
pegawai dapat memelihara dirinya terhadap
peraturan peraturan perusahaan. 8Imam Nawawi, Terjemahan Riyadus
Sholihin, Jilid I, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), 611. 9Piet A.
Sahertian,.127
10 Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002 ), 129. 25
2) Disiplin Korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam
menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap memenuhi
peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada
disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan
sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah
untuk memperbaiki pegawai, pelanggar, memelihara peraturan yang
berlaku, dan memberikan pelajaran bagi pelanggar
Kedua macam disiplin baik preventif dan korektif adalah disiplin diri
guna melatih dan membentuk pribadi guru, murid dan staf agar
bertanggung jawab terhadap kerja dan patuh kepada aturan
(kebijakan) sekolah. Preventif ditujukan untuk mendorong para guru ,
murid dan staf mengikuti atau mematuhi norma-norma dan aturan-
aturan sekolah sehingga pelanggaran tidak terjadi. disiplin korektif

18
ditujukan untuk memperkecil kemungkinan pelanggaran pelanggaran
lebih lanjut dengan diberikan sanksi yang tepat pada setiap
pelanggaran yang terjadi. Khusus pada disiplin korektif, Keith Devis
menambahkan pendapatnya bahwa untuk melaksanakan disiplin ini
perlu langkah dan proses yang benar, sehingga pada tahap selanjutnya
benar-benar membuktikan keterlibatan yang bersangkutan (yang
melanggar). Proses tersebut meliputi pertama suatu prasangka yang
takbersalah samapai pembuktian pegawai berperan dalam pelanggaran
kedua hak untuk di dengar dari beberapa kasus terwakilkan oleh
pegawai lain. Ketiga disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya
dengan keterlibatan pelanggaran. Jika ketiga proses itu dilakukan
dengan baik, maka 26 kemungkinan salah hukuman terhadap
pelanggaran akan terhindarkan dan manfaat dari sebuah sanksi untuk
menimbulkan efek jera dan menumbuhkan kesadaran kepada guru lain
tercapai. Kepala Sekolah sebagai pemimpin di sebuah instansi
pendidikan harus mampu mengkombinasikan semua potensi yang
dimiliki untuk menerapkan disiplin kerja guru di sekolah. dengan
kompetensi yang dimiliki, kepala sekolah dapat memberikan
kenyamanan bagi guru untuk menerapkan disiplin kerja yang telah
ditetapkan, sehingga disiplin kerja dapat dilaksanakan dengan baik
tanpa adanya perasaan dipaksa atau takut karena dihukum.

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada tema
masalah penelitian yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah
mempelajari teori yang mendukung judul penelitian. Menurut Sugiono (2003:47)
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
yang penting

19
Dalam penelitian ini untuk mewujudkan arah dari pemecahan dan penganalisa
masalah yang dihadapi, maka terlebih dahulu perlu dikemukakan gambaran yang
berupa kerangka pemikiran sebagai berikut :

Sertifikasi (X1)

Kinerja Guru PAI (Y)

Kedisiplinan (X2)
Gambar Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Uraian kerangka diatas dapat dijelaskan bahwa antara Sertifikasi (X1),
Kesisiplinan guru (X2) dan kinerja guru (Y) mempunyai hubungan yang dapat
dipisahkan artinya apabila proses pembelajaran didukung dengan pemahaman,
mutu dan profesionalitas maka pada akhirnya akan diperoleh kinerja guru yang
optimal.

D. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiono (2008:93) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian
biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Pada penelitian ini
dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Sertifikasi berpengaruh positif terhadap kinerja guru PAI di MI se-
Lampung Timur.
2. Kedisiplinan berpengaruh positif terhadap kinerja guru PAI di MI se-
Lampung Timur.
3. Sertifikasi guru serta kedisiplinan secara bersama-sama berpengaruh
positif terhadap kinerja guru PAI di MI se- Lampung Timur.

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Fokus penelitian ini adalah untuk mengungkap sejauh mana Pengaruh


Sertifikasi dan Kedisiplinan terhadap Kinerja guru PAI di MI se-Lampung Timur.
Oleh karena itu untuk mendapatkan data yang lengkap dan mendalam dan
memberi jawaban yang tepat terhadap masalah yang akan diteliti maka digunakan
penelitian kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif korelasional
dengan dua variabel bebas (independent variable) yaitu Sertifikasi (X1) dan
Kedisiplinan guru (X2) dan satu variabel terikat (dependent variable) yaitu kinerja
guru PAI (Y).
Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat digambarkan menjadi rancangan
penelitian seperti yang bisa dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar II: Rancangan Penelitian

X1

X2

21
Keterangan dari bagan paradigma penelitan:

X1= Sertifikasi Guru


X2=Kedisiplinan
Y = Kinerja Guru

B. Populasi dan Sampel


adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian
sampel Sugiyono (2009: 215) mendefinisikan populasi sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Arikunto (2013: 173) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penenlitiannya merupakan penelitian populasi, studi atau
penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Sugiyono (2008: 118) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Arikunto (2013: 174-175)
mengemukakan bahwa sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan
hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah
mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru MTs Miftahul Ulum Braja
Selebah Lampung Timur yaitu sebanyak 26 guru. Teknik pengambilan sampel
didasarkan pada Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi yang dipilih menjadi sampel. penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Dan penelitian ini dinamakan penelitian populasi atau total sampling.

22
C. Definisi Operasional

Supaya konsep data diteliti secara empiris maka konsep tersebut harus
didefinisikan dengan cara mengubahnya menjadi variabel atau sesuatu yang
mempunyai nilai. Penjelasan dari definisi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kinerja Guru adalah skor penilaian yang diperoleh dari jawaban responden
melalui instrumen penelitian yang mengukur kinerja seorang guru mengenai
kesediaan seorang guru untuk melakukan suatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggungjawabnya dan sesuai dengan
tujuannya yang telah ditetapkan dengan penuh tanggungjawab, disiplin dan
orientasi kedepan guna memperoleh kemajuan. Indikatornya adalah sebagai
berikut:
1. Menyusun perencanaan pembelajaran

2. Kemampuan mengajar

3. Melakukan penilaian

4. Melakukan umpan balik

5. Menyusun program remedy dan pengayaan

2). Sertifikasi guru adalah skor penilaian yang diperoleh dari jawaban responden
melalui instrumen penelitian yang mengukur sertifikasi guru. Untuk
mengukur variabel ini peneliti menggunakan instrument yang berhubungan
dengan penilaian sertifikasi, dengan indikator sebagai beriku :

a. Peningkatan kualitas kerja

b. Kinerja terencana

c. Pengaruh sertifikasi

d. Profesionalisme mendapat sertifikasi

e. Peningkatan kualitas kerja

23
f. Kinerja terencana

g. Pengaruh sertifikasi

h. Profesionalisme mendapat sertifikasi

2) Kedisiplinan adalah skor penilaian yang diperoleh dari jawaban responden


melalui instrumen penelitian yang mengukur terhadap motivasi kerja.
Motivasi merupakan faktor yang kehadirannya dapat menimbulkan
kepuasan kerja dan meningkatkan prestasi atau hasil kerja individu dimana
faktor ini merupakan faktor yang dapat memotivasi pegawai. Indikatornya
sebagai berikut:
a. Rasa tanggungjawab

b. Disiplin kerja

c. Kebutuhan

D. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Instrumen

Penyusunan instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan


kuesioner, kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh data guna menguji
hipotesis dan model kajian. Untuk memperoleh data tersebut digunakan kuesioner
yang bersifat tertutup, yaitu pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa hingga
responden dibatasi dalam memberikan jawaban dari beberapa alternatif saja atau
memilih pada satu jawaban. Adapun penyusunan skala pengukuran digunakan
metode Likerts Summated Ratings (LSR) dengan alternatif pilihan 1 sampai
dengan 5 jawaban pertanyaan untuk 2 variabel independen yaitu motivasi dan
kinerja guru yang masing-masing diberi skor sebagai berikut :

A. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

B. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

C. Ragu-ragu (RR) diberi skor 3

24
D. Setuju (S) diberi skor 4

E. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5

Untuk penilaian variabel pendapatan dan gaji dengan mengisi sejumlah


uang yang diterima berupa gaji PNS dan pendapatan lain-lain, dengan skor
sebagai berikut:

Rp. 1.500.000,00 Rp. 1.800.000,00 skor 1

Rp. 1.801.000,00 Rp. 2.100.000,00 skor 2

Rp. 2.101.000,00 Rp. 2.400.000,00 skor 3

Rp. 2.401.000,00 Rp. 2.700.000,00 skor 4

Rp. 2.701.000,00 Rp. 3.000.000,00 skor 5

Sedangkan penilaian terhadap variabel pengawasan yang dilakukan oleh


Kepala Sekolah dengan cara seberapa frekuensi pelaksanan pengawasan yang
dilakukan.

E. Uji Coba Instrumen


1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas mempermasalahkan apakah instrumen yang dipakai untuk mengukur
suatu atribut sungguh-sungguh mengukur atribut yang dimaksud. Hasil
penelitian yang valid terjadi apabila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang akan diteliti.

Melalui uji validitas dapat diketahui tingkat ketepatan instrument yang


digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Uji validitas ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 16 yakni dengan membandingkan
nilai r_hitung masing-masing butir instrumen dengan nilai r_tabel, jika r_hitung

25
> r_tabel, maka butir bersifat valid atau butir berkorelasi dan jika r_hitung <
r_tabel, maka butir tidak bersifat valid atau butir tidak berkorelasi.

Dengan kriteria df 1 = k-1, df 2 = n-2 maka diperoleh 3-1 = 2 dan 45-2 = 43,
sehingga diketahui untuk df 1 = 2 dan untuk df 2 = 43 selanjutnya diperoleh nilai
r_tabel dari 45 sampel yaitu (43 ; 0,05 = 0,294) karena hipotesisnya dua arah
maka diketahui nilai r_tabel = 0,294.
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji instrumen yang reliabel, berarti
instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
sama akan menghasilkan data yang sama. Seperti yang diungkapkan oleh
Arikunto (1998: 170) yaitu Uji reliabilitas dimaksud untuk mengetahui apakah
instrumen yang disusun cukup dapat digunakan sebagai alat pengumpul

E. Analisis Data
1. Regresi Linier Berganda
Digunakan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme guru dan motivasi
kerja guru terhadap kinerja guru MTs Miftahul Ulum Braja Selebah Lampung
Timur.. Adapun menurut Sudjana (2002 : 69) rumusnya adalah sebagi berikut:
Y = + b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y = Kinerja guru
= Konstanta
b1 = Koefisien regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X1
X1 = Tingkat Pendapatan
X2 = Profesionalisme guru
2. Uji Parsial (Uji t)
Digunakan untuk mengetahui signifikasi ada tidaknya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara parsial atau sendiri-sendiri, sehingga sudah bisa
diketahui apakah dugaan yang sudah ada dapat diterima atau ditolak. Langkah-
langkahnya :

26
a. Uji t profesionalisme kerja (X1) dengan kinerja guru (Y).
1) Menentukan formulasi Ho dan H1
Ho : = 0 : berarti tidak ada pengaruh antara variable independen
dengan variable depanden secara terpisah.
H1 : 0 : berarti ada pengaruh antara variable independen dengan
varibel dependen secara terpisah.
2) Level of significant = 5%
3) Kriteria pengujian

Ho ditolak
Ho diterima Ho ditolak

-t (/2; n-k-1) -t (/2; n-k-1)

H0 diterima apabila t tabel t hitung t tabel


Ho ditolak apabila t hitung > t tabel atau t hitung >- t tabel
4) Pengujian nilai t
bi
t= Sudajana (2003 : 70 94)
Sbi

S 2 y.12
Sbi =
xij (1 Ri 2
2

JK ( S )
S2y.12 =
(n k 1
Keterangan :
Sbi = galat baku koefisien bi
S2Y.12 = galat baku taksiran dalam populasi
Ri2 = koefisien antara X1 dan X2
5) Kesimpulan
Membandingkan antara t hitung dengan t tabel maka dapat diketahui ada
tidaknya pengaruh Sertifikasi guru (X1) dan kinerja guru (Y).
Pangujian uji t dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for
Wondows V 15.0
27
b. Uji t Kedisiplinan (X2) dengan kinerja guru (Y).
1) Menentukan formulasi Ho dan H1
Ho : = 0 : berarti tidak ada pengaruh antara variabel independen
dengan variable depanden secara terpisah.
H1 : 0 : berarti ada pengaruh antara variable independen dengan
varibel dependen secara terpisah.
2) Level of significant = 5%
3) Kriteria pengujian

Ho ditolak
Ho diterima Ho ditolak

-t (/2; n-k-1) -t (/2; n-k-1)

H0 diterima apabila t tabel t hitung t tabel


Ho ditolak apabila t hitung > t tabel atau t hitung >- t tabel
4) Pengujian nilai t
bi
t= Sudajana (2003 : 70 94)
Sbi

S 2 y.12
Sbi =
xij (1 Ri 2
2

JK ( S )
S2y.12 =
(n k 1
Keterangan :
Sbi = galat baku koefisien bi
S2Y.12 = galat baku taksiran dalam populasi
Ri2 = koefisien antara X1 dan X2
5) Kesimpulan
Membandingkan antara t hitung dengan t tabel maka dapat diketahui ada
tidaknya pengaruh Sertifikasi (X1) dan kinerja guru (Y).
Pangujian uji t dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS
for Wondows V 15.0
28
3. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui signifikasi pengaruh variabel
Sertifikasi (X1) dan Kedisiplinan (X2) secara bersama-sama terhadap
kinerja guru PAI (Y).
a. Menentukan formulasi Ho dan H1
Ho : = 0 : berarti tidak ada pengaruh antara profesionalisme (X1) dan
motivasi (X2) terhadap kinerja (Y)
H1 : 0 : berarti ada pengaruh antara profesionalisme (X1) dan
motivasi (X2) terhadap kinerja (Y)
b. Penentuan level of significance 5%, dipilih = 0,05
c. Kriteria pengujian

Daerah terima H0 Daerah tolak H0

0 F( ; k, n k 1)

Ho diterima apabila :Fhitung Ftabel


Ho ditolak apabila :Fhitung Ftabel
d. Perhitungan nilai F
JKR / k
F
JKG / n k 1
dengan:
JKR = b1x1 y b 2 x 2 y
JKT = y2
JKG = JKT JKR
Dimana :
k = jumlah variable independent
n = jumlah sampel
F = F hitung
e. Kesimpulan

29
Nilai F hitung diperoleh kemudian dibandingkan dengan F tebel. Apabila
H0 ditolak berarti ada pengaruh variabel independen (X) dengan
variabel dependen (Y).
(Budiyono, 2000: 284-285)
Pangujian uji F dilakukan dengan menggunakn bantuan program SPSS
for Wondows V 15.0.
4. Koefisien Determinasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan
yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukkan
dalam prosentase. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
a1 x1 y a 2 x 2 y
R2
y 2

Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
a = Koefisien regresi
Y = kinerja guru
X1 = profesionalisme guru
X2 = motivasi kerja
5. Mencari Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE) X1 dan X2
terhadap Y
a. Sumbangan relatif adalah untuk mengetahui seberapa besar sumbangan
masing-masing prediktor terhadap kriterium Y dengan rumus :
X 1Y
Untuk X 1 X 100%
JK reg

X 2Y
Untuk X 2 X 100%
JK reg
b. Sumbangan efektif adalah sumbangan untuk mengetahui seberapa
besar sumabangan yang diberikan masing-masing prediktor terhadap
kriterium terlebih dahulu dicari efektif garis regresi dengan rumus :
()
R2 = SE = ()
X 100%

30
Mencari hubungan efektif X1 terhadap Y SE%X1 =SR%.X1 x R2
Mencari hubungan efektif X2 terhadap Y SE%X2 =SR%.X2 x R2
Dimana R2 = efektif garis regres data.
Untuk keperluan melakukan uji reliabilitas instrumen, peneliti
menggunakan SPSS 16 for windows. Dengan menggunakan bantuan
program ini dapat diketahui melalui kolom Cronbach's Alpha sebagai nilai
r_hitung kemudian dibandingkan dengan r_tabel. Jika nilai alpha r_hitung
> r_tabel maka item dinyatakan reliabel dan demikian juga sebaliknya.
Tabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan dk = n-2 (45-2 =
43) maka diperoleh (43 ; 0.05 = 0.294) dengan tingkat kepercayaan 95 %.

31
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, dan Hanafi, Rindyah. 2002. Pengantar Manajemen. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta ; Edisi revisi VI : Rineka Cipta.

Arikonto , Suharsimi. 2006. Menejemen Penelitian. Edisi revisi. Jakarta ; Rineka


Cipta.

Budiyono. 2000. Statistika Dasar untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press

DEPDIKBUD. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

DEPDIKNAS RI. UURJ No. 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
DEPDIKNAS RI Jakarta. Diknas, Alat Penilaian Kemampuan Guru. 2003

Fattah, Nanang. 2003. Landasan Kependidikan. Bandung: PT Remaja


Rodaskarya.

Hamalik.Oemar.2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan sistem.


Yogyakarta: Andi Offset.

Hasibuan, Malayu SP. 2003. Organisasi Dan Motivasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2001). Manajemen sumber daya manusia


perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

32
Mathis, Robert L dan Jackson, John H. 2002. Manajemen SDM. Jakarta: Salemba
Empat.

Robert Bacal,.Performance Management. Terj.Surya Darma dan Yanuar Irawan.


(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 86

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi Jilid I. Yogyakarta: Aditya


Media.

Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung: Transito.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


Baru Algensindo

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 20 tahun 2003 tentang


system pendidikan nasional

Uzer, Moh Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Winardi. 2002. Motivasi Dan Permotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Yamin, Martinis dan Maisah. 2010. Standarisai Kinerja Guru. Jakarta : Gaung
Persada Press

33

You might also like