Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Peningkatan kinerja seperti ini, sangat perlu dilakukan oleh setiap guru
sebagai bentuk kewajiban melakukan peningkatan pada standar kompetensi, baik
pada aspek penguasaan bidang studi, pemahaman peserta didik, meliputi
pemahaman karakteristik peserta didik dan tahapan perkembangannya dalam
aspek intelektual, personal dan spiritual. Serta tak kalah penting adalah
pengembangan kepribadian dan keprofesionalan seorang guru, termasuk pada
aspek ini adalah pengembangan intuisi keagamaan, kebangsaan yang religious dan
berkepribadian, pemilikan sikap dan kemampuan mengaktualisasikan diri serta
mengembangkan profesionalisme kependidikan (Syamsul Maarif. 2011: viii).
2
Guru adalah elemen yang berpengaruh besar terhadap terciptanya proses
dan hasil yang berkualitas. Dalam hal ini guru di tuntut untuk meningkatkan
profesionalisme demi tercapainya tujuan pendidikan. Dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru ini maka di perlukan sertifikasi sebagai peningkat mutu dan
kualitas guru. Selain itu tujuan sertifikasi juga untuk meningkatkan kesejahteraan
guru, dengan demikian diharapkan guru yang telah sertifikasi dapat terpacu untuk
lebih meningkatkan profesionalisme dan mutu pendidikan. Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Apalagi dengan adanya sertifikasi ini guru merasa terbantu karena bagi guru yang
telah memiliki sertifikat dan persyaratan lain akan mendapatkan tunjangan profesi
yang besarya sama dengan gaji satu bulan, dengan demikian di harapkan seorang
guru dapat mengajar secara lancar tanpa terkendala masalah ekonomi.
Menurut Mulyasa (2007), Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi
calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan
kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Representasi pemenuhan standar
kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi guru adalah sertifikat
kompetensi pendidik. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru
atau calon guru yang memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi guru
pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dengan kata lain sertifikasi guru
merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional.
Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandnag sebagai bagian esensial dalam upaya
memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Dengan demikian sertifikasi adalah hal yang akan mendorong guru untuk
senantiasa memperbaiki diri terutama dalam kinerjanya ketika mendidik. Namun
sertifikasi guru dapat juga di artikan proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar
profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan
sistem dan praktik.
3
Namun yang terjadi saat ini sering di jumpai bahwasanya hal yang mendorong
guru mengejar sertifikasi bukan untuk mengembangkan kinerja yang akan
dilakukan setelah mendapatkan sertifikasi akan tetapi hanyalah faktor uanglah
yang mendorong kebanyakan guru untuk melakukan sertifikasi, apa lagi setelah
mereka ketahui bahwasanya tunjangan yang mereka dapatkan apabila sudah
sertifikasi cukup besar, apa lagi yang harus di pertahankan dari kebijakan
sertifikasi guru ini jika hanya mendidik guru untuk berperilaku matre dan lepas
dari tujuan awal untuk meningkatkan kinerja guru
Disiplin dalam bekerja juga sangat penting artinya bagi guru. Karena itu,
kedisiplinan harus ditanamkan secara terus menerus kepada guru. Penanaman
yang terus menerus menyebabkan disiplin tersebut menjadi kebiasaan bagi guru.
Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing, pada umumnya
mempunyai kedisplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya
tidak disiplin. Sesungguhnya masalah kedisiplinan ini menjadi perhatian bagi
setiap manusia. Disiplin mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mengarahkan kehidupan manusia untuk meraih cita-citanya serta kesuksesan
dalam bekerja, karena tanpa adanya kedisiplinan maka seseorang tidak
mempunyai patokan tentang apa yang baik dan yang buruk dalam tingkah
lakunya. Kemampuan profesional Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan
yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang
kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan
peserta didik dapat belajar dengan tenang. Kepala Sekolah dituntut untuk dapat
bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru.
4
mempengaruhi professional guru, salah satu faktor tersebut adalah dengan
mengikutsertakan guru dalam program sertifikasi, dengan mengikuti program
sertifikasi guru, diharapkan para guru akan bekerja lebih professional.
5
sudah berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu
dengan menunjukkan adanya peningkatan Kinerja guru PAI sebagai dampak dari
sertifikasi dan Kedisiplinan, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
dengan mengangkat judul Pengaruh Sertifikasi dan Kedisiplinan Terhadap
Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Lampung Timur,
hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah sertifikasi dan Kedisiplinan
berpengaruh terhadap Kinerja guru PAI di Madrasah Ibtidaiyah.
B. Identifikasi Masalah
6
2. Sertifikasi dibatasi pada faktor, kwalifikasi, kompetensi dan profesional.
3. Kedisiplin guru dibatasi pada factor motivasi, kemampuan dan kwalitas
kerja.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah atau sering disebut problematika merupakan
bagian penting yang harus ada dalam penulisan karya ilmiah. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006:57) problematika adalah bagian pokok dari suatu
kegiatan penelitian. Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian, harus
diketahui lebih dahulu permasalahannya akan lebih terarah dan terfokus.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang dijadikan pokok
masalah dalam penelitian ini adalah :
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka
tujuan yang hendak dicapai antara lain:
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh sertifikasi terhadap kinerja guru
7
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademis dan para praktisi pendidikan.
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan serta meemberi masukan dalam
rangka penyusunan teori atau konsep-konsep baru terutama untuk
pengembangan pemikiran dalam memecahkan permasalahan yang
berhubungan dengan kinerja guru bagi para peneliti berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberi masukan kepada guru untuk selalu meningkatkan
kedisiplinan ,profesionalisme, dan kinerjanya.
b. Memberikan masukan kepada sekolah dan diknas sebagai
pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan
upaya peningkatan tunjangan profesi, dan kinerja guru.
8
Kabupaten Brebes hasil dari penelitian ini adalah pengaruh yang positif
antara kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalisme guru terhadap
kinerja guru sekolah dasar negeri sebesar 43,80%. Pengaruh positif ini
berarti bahwa jika kepemimpinan kepala sekolah dan guru semakin
profesionalis dalam melaksanakan tugasnya, maka kinerja guru akan
meningkat.
Dari beberapa hasil penelitian relevan di atas, yang membedakan judul yang
peneliti ajukan adalah terletak pada variabel X1 yaitu Sertifikasi Guru, sedangkan
untuk variabel X2 ada beberapa yang sama dan untuk variabel Y sama yaitu
mengukur kinerja guru. Oleh karena itu ada perbedaan variabel judul yang
peneliti ajukan dengan hasil penelitian relevan tersebut.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja Guru
1. Definisi Kinerja
Dalam bahasa Inggris istilah kinerja adalah performance. Performance
merupakan kata benda. Salah satu entry-nya adalah thing done (sesuatu hasil
yang telah dikerjakan). Jadi arti Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
dan sesuai dengan moral maupun etika.
Menurut Mangkunegara (2001:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya
kinerja pekerja berkaitan erat dengan sistem pemberian penghargaan yang
diterapkan oleh lembaga/organisasi tempat mereka bekerja. Pemberian
penghargaan yang tidak tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
seseorang.
Berkaitan erat dengan kinerja guru di dalam melaksanakan tugasnya sehari-
hari, sehingga dalam melaksanakan tugasnya guru perlu memiliki tiga
kemampuan dasar agar kinerjanya tercapai sebagai berikut:
a. Kemampuan pribadi meliputi hal-hal yang bersifat fisik seperti tampang,
suara, mata atau pandangan, kesehatan, pakaian, pendengaran, dan hal
yang bersifat psikis seperti humor, ramah, intelek, sabar, sopan, rajin,
kreatif, kepercayaan diri, optimis, kritis, obyektif, dan rasional;
b. Kemampuan sosial antara lain bersifat terbuka, disiplin, memiliki dedikasi,
tanggung jawab, suka menolong, bersifat membangun, tertib, bersifat adil,
pemaaf, jujur, demokratis, dan cinta anak didik;
10
c. Kemampuan profesional sebagaimana dirumuskan oleh P3G yang meliputi
10 kemampuan profesional guru yaitu: menguasai bidang studi dalam
kurikulum sekolah dan menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang
studi, mengelola program belajar mengajar,mengelola kelas, menggunakan
media dan sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola
interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pendidikan, mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan,
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami prinsip
dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan
mengajar menurut.
Menurut Robet Bacal (2005:3) kinerja adalah proses komunikasi yang
berlangsung terus menerus, yang dilaksanakan kemitraan, antara seorang guru dan
siswa dengan terjadinya proses komunikasi yang baik antar kepala sekolah dengan
guru, dan guru dengan siswa dalam proses pembelajaran dapat mempercepat
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, dan ini
merupakan suatu sistem kinerja yang memberi nilai tambah bagi sekolah dalam
rangka meningkatkan kualitas siswa dalam belajar.
Kinerja sebagai suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2003:34).
Dengan demikian kinerja guru adalah persepsi guru terhadap prestasi kerja
guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab, kejujuran, kerjasama
dan prakarsa.
2. Penilaian Kinerja
Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan
indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas
organisasi yang tinggi. Untuk mengetahui apakah tugas, tanggung jawab dan
wewenang guru sudah dilaksanakan atau belum maka perlu adanya penilaian
objektif terhadap kinerja. Penilaian pelaksanaan
11
pekerjaan ini adalah suatu proses yang dipergunakan oleh organisasi untuk
menilai pelaksanaan pekerjaan pegawai. Sehubungan dengan hal tersebut maka
upaya mengadakan penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan hal yang
penting. Berbicara tentang kinerja guru erat kaitannya dengan standar kinerja yang
dijadikan ukuran dalam mengadakan pertanggungjawaban. Penilaian kinerja
bermanfaat untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan organisasi sesuai
dengan standar yang dibakukan dan sekaligus sebagai umpan balik bagi pekerja
sendiri untuk dapat mengetahui kelemahan, kekurangannya sehingga dapat
memperbaiki diri dan meningkatkan kinerjanya.
Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan
guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan
patokan-patokan tertentu. Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran, yang dilihat dari penampilannya dalam melakukan proses
belajar mengajar. Diknas sampai saat ini belum melakukan perubahan yang
mendasar tentang standar kinerja guru, dan secara garis besar. Masih mengacu
pada rumusan 12 kompetensi dasar yang harus dimiliki guru yaitu: (1) menyusun
rencana pembelajaran; (2) melaksanakan pembelajaran; (3) menilai prestasi
belajar; (4) melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi bbelajar peserta
didik; (5) memahami landasan kependidikan; (6) Memahami kebijakan
pendidikan; (7) memahami tingkat perkembangan siswa; (8) Memahami
pendekatan pembelajaran yang sesuai materi pembelajaran; (9) Menerapkan
kerjasama dalam pekerjaan; (10) Memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam
pendidikan; (11) Menguasai keilmuan dan ketrampilan sesuai materi
pembelajaran; dan (12) Mengembangkan profesi (Depdikbud, 2004:7).
Ke dua belas kompetensi inilah yang dapat dilihat melalui alat penilaian
kemampuan guru (APKG). Aspek-aspek APKG secara umum dapat
dikelompokkan kedalam tiga kemampuan, yaitu : (1) Kemampuan guru dalam
membuat perencanaan pengajaran; (2) Kemampuan guru dalam
12
mengajar di kelas; (3) Kemampuan guru dalam mengadakan hubungan antar
pribadi. Menurut Sudjana (2002:17) kinerja guru dapat dilihat dari kompetensinya
melaksanakan tugas-tugas guru, yaitu:
1) Merencanakan proses belajar mengajar;
2) Melaksanakan dan mengelolah proses belajar mengajar;
3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar dan
4) Menguasai bahan pelajaran.
13
a) Faktor Personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill),
kemampuan, kepecayaan diri,motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh tiap
individu guru.
b) Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam
memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan kerja pada guru.
c) Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesema anggota tim,
kekompakan, dan keeratan anggota tim.
d) Faktor system, meliputi system kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh
pimpinan sekolah, proses organisasi dan kultur kerja dalam organisasi
(sekolah).
e) Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal.
Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa banyak faktor dan variabel yang
mempengaruhi kinerja guru. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri,
dan juga dapat berasal dari luar atau faktor situasional. Disamping itu, kinerja
dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan individu.
B. Sertifikiasi
1. Pengertian Sertifikasi
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi
ini diberikan kepada para guru untuk memenuhi standar professional
guru.Sertifikasi bagi guru prajabatan dilakukan melalui pendidikan profesi di
LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji
kompetensi. Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam
bentuk portofolio. Penilaian portofolio ini digunakan sebagai pengakuan atas
standar profesionalitas guru dalam bentuk kumpulan dokumen yang
menggambarkan kualitas guru yang mengarah pada sepuluh komponen,yaitu
kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas,
14
prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum
ilmiah, pengalaman organisasi di bidang ke pendidikan dan sosial, penghargaan
yang relevan dengan bidang pendidikan.
Dasar utama pelaksanaan sertifikasi adalah Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal 30
Desember 2005. Pasal yang menyatakannya adalah Pasal 8: guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Pasal lainnya adalah Pasal 11, ayat (1) menyebutkan bahwa sertifikat
pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan.
Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18
Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan pada
tanggal 4 Mei 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
2. Pengertian Kedisiplinan
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktifitas ataukegiatan. Kadang
kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapikadang juga tidak. Kegiatan yang
kita laksanakan secara tepat waktu dandilaksanakan secara kontinyu, maka akan
menimbulkan suatu kebiasaan.
Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan secara teratur dan tepatwaktulah yang
biasanya disebut disiplin dalam kehidupan sehari-hari.Disiplin diperlukan
dimanapun, karena dengan disiplin akan terciptakehidupan yang teratur dan
tertata. Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian
kedisiplinan guru antara lain sebagai berikut:
15
a. Oteng Sutrisno berpendapat, bahwa kedisiplinan guru adalah suatu
keadaan tertib dan teratur yang dimiliki guru dalam sekolah tanpa ada
pelanggaran-pelanggaran yang dapat merugikan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadap
sekolah secara keseluruhan sehingga dapat membimbing kearah
pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis dan 1Budiman,
kedisiplinan dalam pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan
ajaran Islam sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan akhirat.
b. Elizabeth. B. Hurlock memberikan pengertian, kedisiplinan adalah
merupakan sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada
saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.3 Sedangkan guru
adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik dan
mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam
informasi tentang wawsan wiyata mandala, kedisiplinan guru
diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan, peraturan dan
norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab.4 Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan kedisiplinan guru adalah sikap penuh
kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam
menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap
pendidikan anak didiknya. Karena bagaimanapun seorang guru atau tenaga
kependidikan (pegawai, merupakan cermin bagi anak didiknya dalam
sikap atau teladan. Sikap disiplin dan tenaga
kependidikan (pegawai) akan memberikan warna terhadap hasil
pendidikan yang jauh lebih baik.
c. Zakiyah Drajat sebagaimana dikutip dalam buku Fikih pendidikan karya
Heri Jauhari Muchtar merinci tugas guru atau pendidik dalam mengajar
adalah:5
a. Menjaga proses belajar dan mengajar dalan suatu kesatuan.
1
1Budiman, kedisiplinan dalam
http://chemistrybudiman07.blogspot.com/2015/06/angketkedisiplinan- siswahtml, diakses 03 Juni
2016
16
b. Menjagar anak dalam berbagai aspek yaitu pengetahuan, keterampilan
dan pengembangan seluruh kepribadian.
c. Mengajar sesuai tingkat perkembangan dan kematangan anak.
d. Menjaga keperluan (kebutuhan) dan bakat anak didik.
e. Menentukan tujuan-tujuan pelajaran bersama-sama dengan anak atau
peserta didik supaya mereka juga mengetahui dan mendukung
pencapaian tujuan tersebut.
f. Memberi dorongan, penghargaan dan imbalan kepada peserta didik.
g. Menjadikan materi dan metode pengajaran berhubungan dengan
kehidupan nyata, sehingga mereka menyadari bahwa yang dipelajarinya
itu baik dan berguna.
h. Membagi materi pelajaran kepada satuan-satuan dan memusatkannya
pada permasalahan-permasalahan.
i. Menghindari perbuatan-perbuatan yang percuma dan member informasi
yang tak berarti, serta menjauhi hukuman dan pengulangan pekerjaan.
j. Mengikut sertakan anak atau peserta didik dalam PBM secara aktif
sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.
k. Warnai situasi proses belajar-mengajar dengan suasana toleran,
kehangatan, persaudaraan dan tolong menolong. Suasana PBM tidak
hanya berpengaruh terhadap keberhasilan pelajaran, tetapi juga
mempunyai pengaruh dalam penyerapan anak atau pesrta didik terhadap
sifat-sifat sosial yang baik atau tidak baik.6
3. Bentuk dan Macam Disiplin
Pelaksanaan disiplin di berbagai organisasi seperti sekolah ,
berbeda bentuk dan macamnya, Piet A. Sahertian membagi disiplin
kepada tiga bentuk seperti di bawah ini :
a. Disiplin Tradisional, adalah disiplin yang bersifat menekan,
menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian
yang terdidik.
b. Disiplin Modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang
memungkinkan agar si pendidik dapat mengatur dirinya. Jadi situasi
17
yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga si terdidik
mengembangkan kemampuan dirinya.
18
ditujukan untuk memperkecil kemungkinan pelanggaran pelanggaran
lebih lanjut dengan diberikan sanksi yang tepat pada setiap
pelanggaran yang terjadi. Khusus pada disiplin korektif, Keith Devis
menambahkan pendapatnya bahwa untuk melaksanakan disiplin ini
perlu langkah dan proses yang benar, sehingga pada tahap selanjutnya
benar-benar membuktikan keterlibatan yang bersangkutan (yang
melanggar). Proses tersebut meliputi pertama suatu prasangka yang
takbersalah samapai pembuktian pegawai berperan dalam pelanggaran
kedua hak untuk di dengar dari beberapa kasus terwakilkan oleh
pegawai lain. Ketiga disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya
dengan keterlibatan pelanggaran. Jika ketiga proses itu dilakukan
dengan baik, maka 26 kemungkinan salah hukuman terhadap
pelanggaran akan terhindarkan dan manfaat dari sebuah sanksi untuk
menimbulkan efek jera dan menumbuhkan kesadaran kepada guru lain
tercapai. Kepala Sekolah sebagai pemimpin di sebuah instansi
pendidikan harus mampu mengkombinasikan semua potensi yang
dimiliki untuk menerapkan disiplin kerja guru di sekolah. dengan
kompetensi yang dimiliki, kepala sekolah dapat memberikan
kenyamanan bagi guru untuk menerapkan disiplin kerja yang telah
ditetapkan, sehingga disiplin kerja dapat dilaksanakan dengan baik
tanpa adanya perasaan dipaksa atau takut karena dihukum.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir merupakan alur penalaran yang didasarkan pada tema
masalah penelitian yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah
mempelajari teori yang mendukung judul penelitian. Menurut Sugiono (2003:47)
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
yang penting
19
Dalam penelitian ini untuk mewujudkan arah dari pemecahan dan penganalisa
masalah yang dihadapi, maka terlebih dahulu perlu dikemukakan gambaran yang
berupa kerangka pemikiran sebagai berikut :
Sertifikasi (X1)
Kedisiplinan (X2)
Gambar Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Uraian kerangka diatas dapat dijelaskan bahwa antara Sertifikasi (X1),
Kesisiplinan guru (X2) dan kinerja guru (Y) mempunyai hubungan yang dapat
dipisahkan artinya apabila proses pembelajaran didukung dengan pemahaman,
mutu dan profesionalitas maka pada akhirnya akan diperoleh kinerja guru yang
optimal.
D. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiono (2008:93) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian
biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Pada penelitian ini
dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Sertifikasi berpengaruh positif terhadap kinerja guru PAI di MI se-
Lampung Timur.
2. Kedisiplinan berpengaruh positif terhadap kinerja guru PAI di MI se-
Lampung Timur.
3. Sertifikasi guru serta kedisiplinan secara bersama-sama berpengaruh
positif terhadap kinerja guru PAI di MI se- Lampung Timur.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
X1
X2
21
Keterangan dari bagan paradigma penelitan:
22
C. Definisi Operasional
Supaya konsep data diteliti secara empiris maka konsep tersebut harus
didefinisikan dengan cara mengubahnya menjadi variabel atau sesuatu yang
mempunyai nilai. Penjelasan dari definisi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kinerja Guru adalah skor penilaian yang diperoleh dari jawaban responden
melalui instrumen penelitian yang mengukur kinerja seorang guru mengenai
kesediaan seorang guru untuk melakukan suatu kegiatan dan
menyempurnakannya sesuai dengan tanggungjawabnya dan sesuai dengan
tujuannya yang telah ditetapkan dengan penuh tanggungjawab, disiplin dan
orientasi kedepan guna memperoleh kemajuan. Indikatornya adalah sebagai
berikut:
1. Menyusun perencanaan pembelajaran
2. Kemampuan mengajar
3. Melakukan penilaian
2). Sertifikasi guru adalah skor penilaian yang diperoleh dari jawaban responden
melalui instrumen penelitian yang mengukur sertifikasi guru. Untuk
mengukur variabel ini peneliti menggunakan instrument yang berhubungan
dengan penilaian sertifikasi, dengan indikator sebagai beriku :
b. Kinerja terencana
c. Pengaruh sertifikasi
23
f. Kinerja terencana
g. Pengaruh sertifikasi
b. Disiplin kerja
c. Kebutuhan
D. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Instrumen
24
D. Setuju (S) diberi skor 4
25
> r_tabel, maka butir bersifat valid atau butir berkorelasi dan jika r_hitung <
r_tabel, maka butir tidak bersifat valid atau butir tidak berkorelasi.
Dengan kriteria df 1 = k-1, df 2 = n-2 maka diperoleh 3-1 = 2 dan 45-2 = 43,
sehingga diketahui untuk df 1 = 2 dan untuk df 2 = 43 selanjutnya diperoleh nilai
r_tabel dari 45 sampel yaitu (43 ; 0,05 = 0,294) karena hipotesisnya dua arah
maka diketahui nilai r_tabel = 0,294.
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji instrumen yang reliabel, berarti
instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
sama akan menghasilkan data yang sama. Seperti yang diungkapkan oleh
Arikunto (1998: 170) yaitu Uji reliabilitas dimaksud untuk mengetahui apakah
instrumen yang disusun cukup dapat digunakan sebagai alat pengumpul
E. Analisis Data
1. Regresi Linier Berganda
Digunakan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme guru dan motivasi
kerja guru terhadap kinerja guru MTs Miftahul Ulum Braja Selebah Lampung
Timur.. Adapun menurut Sudjana (2002 : 69) rumusnya adalah sebagi berikut:
Y = + b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y = Kinerja guru
= Konstanta
b1 = Koefisien regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X1
X1 = Tingkat Pendapatan
X2 = Profesionalisme guru
2. Uji Parsial (Uji t)
Digunakan untuk mengetahui signifikasi ada tidaknya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara parsial atau sendiri-sendiri, sehingga sudah bisa
diketahui apakah dugaan yang sudah ada dapat diterima atau ditolak. Langkah-
langkahnya :
26
a. Uji t profesionalisme kerja (X1) dengan kinerja guru (Y).
1) Menentukan formulasi Ho dan H1
Ho : = 0 : berarti tidak ada pengaruh antara variable independen
dengan variable depanden secara terpisah.
H1 : 0 : berarti ada pengaruh antara variable independen dengan
varibel dependen secara terpisah.
2) Level of significant = 5%
3) Kriteria pengujian
Ho ditolak
Ho diterima Ho ditolak
S 2 y.12
Sbi =
xij (1 Ri 2
2
JK ( S )
S2y.12 =
(n k 1
Keterangan :
Sbi = galat baku koefisien bi
S2Y.12 = galat baku taksiran dalam populasi
Ri2 = koefisien antara X1 dan X2
5) Kesimpulan
Membandingkan antara t hitung dengan t tabel maka dapat diketahui ada
tidaknya pengaruh Sertifikasi guru (X1) dan kinerja guru (Y).
Pangujian uji t dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for
Wondows V 15.0
27
b. Uji t Kedisiplinan (X2) dengan kinerja guru (Y).
1) Menentukan formulasi Ho dan H1
Ho : = 0 : berarti tidak ada pengaruh antara variabel independen
dengan variable depanden secara terpisah.
H1 : 0 : berarti ada pengaruh antara variable independen dengan
varibel dependen secara terpisah.
2) Level of significant = 5%
3) Kriteria pengujian
Ho ditolak
Ho diterima Ho ditolak
S 2 y.12
Sbi =
xij (1 Ri 2
2
JK ( S )
S2y.12 =
(n k 1
Keterangan :
Sbi = galat baku koefisien bi
S2Y.12 = galat baku taksiran dalam populasi
Ri2 = koefisien antara X1 dan X2
5) Kesimpulan
Membandingkan antara t hitung dengan t tabel maka dapat diketahui ada
tidaknya pengaruh Sertifikasi (X1) dan kinerja guru (Y).
Pangujian uji t dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS
for Wondows V 15.0
28
3. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui signifikasi pengaruh variabel
Sertifikasi (X1) dan Kedisiplinan (X2) secara bersama-sama terhadap
kinerja guru PAI (Y).
a. Menentukan formulasi Ho dan H1
Ho : = 0 : berarti tidak ada pengaruh antara profesionalisme (X1) dan
motivasi (X2) terhadap kinerja (Y)
H1 : 0 : berarti ada pengaruh antara profesionalisme (X1) dan
motivasi (X2) terhadap kinerja (Y)
b. Penentuan level of significance 5%, dipilih = 0,05
c. Kriteria pengujian
0 F( ; k, n k 1)
29
Nilai F hitung diperoleh kemudian dibandingkan dengan F tebel. Apabila
H0 ditolak berarti ada pengaruh variabel independen (X) dengan
variabel dependen (Y).
(Budiyono, 2000: 284-285)
Pangujian uji F dilakukan dengan menggunakn bantuan program SPSS
for Wondows V 15.0.
4. Koefisien Determinasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan
yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukkan
dalam prosentase. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
a1 x1 y a 2 x 2 y
R2
y 2
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
a = Koefisien regresi
Y = kinerja guru
X1 = profesionalisme guru
X2 = motivasi kerja
5. Mencari Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE) X1 dan X2
terhadap Y
a. Sumbangan relatif adalah untuk mengetahui seberapa besar sumbangan
masing-masing prediktor terhadap kriterium Y dengan rumus :
X 1Y
Untuk X 1 X 100%
JK reg
X 2Y
Untuk X 2 X 100%
JK reg
b. Sumbangan efektif adalah sumbangan untuk mengetahui seberapa
besar sumabangan yang diberikan masing-masing prediktor terhadap
kriterium terlebih dahulu dicari efektif garis regresi dengan rumus :
()
R2 = SE = ()
X 100%
30
Mencari hubungan efektif X1 terhadap Y SE%X1 =SR%.X1 x R2
Mencari hubungan efektif X2 terhadap Y SE%X2 =SR%.X2 x R2
Dimana R2 = efektif garis regres data.
Untuk keperluan melakukan uji reliabilitas instrumen, peneliti
menggunakan SPSS 16 for windows. Dengan menggunakan bantuan
program ini dapat diketahui melalui kolom Cronbach's Alpha sebagai nilai
r_hitung kemudian dibandingkan dengan r_tabel. Jika nilai alpha r_hitung
> r_tabel maka item dinyatakan reliabel dan demikian juga sebaliknya.
Tabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan dk = n-2 (45-2 =
43) maka diperoleh (43 ; 0.05 = 0.294) dengan tingkat kepercayaan 95 %.
31
DAFTAR PUSTAKA
DEPDIKNAS RI. UURJ No. 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
DEPDIKNAS RI Jakarta. Diknas, Alat Penilaian Kemampuan Guru. 2003
Hasibuan, Malayu SP. 2003. Organisasi Dan Motivasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
32
Mathis, Robert L dan Jackson, John H. 2002. Manajemen SDM. Jakarta: Salemba
Empat.
Yamin, Martinis dan Maisah. 2010. Standarisai Kinerja Guru. Jakarta : Gaung
Persada Press
33