You are on page 1of 20

***AGENT AND DETECTIVE GIRL***

CAST

Liana Rossalie Hendratomo (Lily)


Gadis berusia 20 tahun, sedang menempuh pendidikan jenjang S1 di sebuah Universitas dengan
jurusan Psikologi. Berkulit putih dan berwajah sedikit oriental. Ayahnya seorang jendral
Kepolisian yang tewas dalam misi penjebakkan untuk memberantas Organisasi Narkoba terbesar
di Asia saat ia berusia 10 tahun. Tidak pernah mengenal sosok sang Ibu karena menurut sang
Ayah beliau meninggal setelah melahirkan dirinya. Kini ia juga tergabung dalam Tim 1
Kepolisian sebagai Detektif Termuda. IQ nya yang 170 amat sangat membantunya dalam
penyelidikan kasus, dan hingga kini sudah 200 kasus yang berhasil ia tangani, baik kasus
pencurian hingga pembunuhan. Cantik, kuat dan berbakat. Itulah sebutan untuk dirinya dalam
organisasi polisi. Pemegang Dan III sabuk hitam Tae Kwon Do.

David Lee (Dave), Nama Korea : Lee Jae Wook


Warga negara Republik Korea yang tergabung sebagai Agen FBI dan datang ke Indonesia dalam
rangka penyelidikan mengenai penyelundupan senjata illegal yang marak di benua Asia. Berusia
28 tahun dengan tinggi 178cm dan berwajah rupawan. Keahlian khususnya adalah menjinakkan
bom dan mengusai 10 bahasa asing, terutama bahasa Indonesia. Segala macam jenis peledak
tidak ada yang tidak bisa ia jinakkan. Langsung bergabung dengan Tim 1 saat pertama kali tiba
di Mabes Polri. Di Amerika ia lebih dikenal dengan nama Dave.

Rezky Ardian Purnomo (Ardian)


Lelaki berusia 27 tahun yang juga tergabung dalam Tim Investigasi 1. Ia adalah anak dari
Letnan Adi Purnomo (sekarang Jendral Adi Purnomo) yang merupakan sahabat almarhum
Jendral Sigit Hendratomo Ayah Lily-. Keahlian khususnya adalah menembak. Ya. Dia adalah
sniper terbaik di Mabes Polri. Tak ada satu pun anggota kepolisian yang dapat menandingi
kemampuan menembak seorang Ardian. Sangat menyayangi Lily seperti adiknya sendiri karena
mereka telah tumuh bersama sejak 10 tahun yang lalu. Memiliki sahabat perempuan yang ia
cintai diam-diam sejak kecil, bernama Tiara.

Tiara Evelyn (Ara)


Gadis berusia 25 tahun, seorang dokter yang baru saja menyelesaikan masa residennya dan kini
tergabung dalam Tim Investigasi 1 sebagai ahli forensik. Ia, Lily dan Ardian tumbuh di
lingkungan yang sama sejak 10 tahun yang lalu. Menyayangi Lily layaknya adik kandungnya
sendiri. Kedua orang tua nya telah meninggal dunia akibat di bunuh oleh organisasi
penyelundup Narkoba. Ya. Ia memiliki nasib yang sama seperti Lily. Ayahnya berkebangsaan
Korea merupakan anggota CIA
***AGENT AND DETECTIVE GIRL***
PROLOG
BY : Haruna Riana

Agustus, 2006

Seorang lelaki berumur sekitar 30an berjalan melangkahi beberapa mayat yang tergeletak. Ia
menginjak darah yang menggenang, menghasilkan jejak kaki di langkah berikutnya. Ia berhenti
di dekat mayat Pria yang memakai seragam kepolisian. Perlahan ia berjongkok dan menyentuh
name tag yang terpasang di seragam mayat tersebut.

Sigit Hendratomo.

Lelaki itu tersenyum simpul. Dia seorang Jendral.gumamnya. Ia pandang mayat yang
berlumuran darah itu. Suatu kehormatan seorang Jendral mati di tanganku..ucapnya lagi.

Sungguh disayangkan kau harus mati ditanganku Jendral. Kau tak akan mati begini jika kau tak
menghalangi jalanku.ucapnya. Sudah ku katakan untuk tidak ikut campur. Tapi jiwa sok
pahlawan mu itu membuatku terusik. Bukan kau yang mengendalikan jalannya negara ini. Bukan
juga Presiden yang bersembunyi di Istana Negara nya yang megah itu. Tapi aku. Theseus.

Lelaki yang menyebut dirinya Theseus itu menolehkan wajah mayat Jendral dan tanpa sengaja
melihat sebuah loket terpasang di lehernya. Loket itu terbuka dan menampakkan sebuah foto
anak perempuan yang memakai seragam SD. Anak perempuan itu terlihat tersenyum bahagia.

Dia punya anak?

Lelaki itu menarik loket tersebut dan menyimpannya di saku. Ia berdiri dan melangkah lagi,
meninggalkan mayat itu tergeletak begitu saja. Jejak kaki yang berlumuran darah terus mengikuti
langkahnya hingga ia keluar dari ruangan penuh mayat tersebut. Dan ternyata tanpa ia sadari,
sedari tadi ada sepasang mata mungil berurai airmata yang memperhatikan dirinya dari balik
tong besar.

Anak perempuan berumur sekitar 10 tahun memakai seragam SD dilapisi jaket bulu persis
seperti foto yang ada dalam loket.

Ayah

Perlahan anak itu mendekati mayat yang ia panggil Ayah, mayat sang Jendral. Airmatanya
mengalir ketika melihat tubuh sang Ayah yang berlumuran darah dan sudah tak bernyawa. Tanpa
bisa ditahan, anak itu jatuh berlutut, seolah kedua kakinya tak mampu lagi menopang berat
tubuhnya akibat rasa shock. Terisak-isak ia menangisi jasad sang Ayah, tak mempercayai bahwa
Ayah yang ia sayangi sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya.
Cling!!

Seberkas cahaya kecil tertangkap oleh matanya. Anak itu perlahan bangkit dan melangkah
menuju cahaya kecil itu. Ternyata itu adalah sebuah jam saku kuno bermotif rumit dengan
bentuk seperti bunga mawar di tengahnya. Karena merasa tertarik ia mengambil jam saku
tersebut dan menyimpannya di saku jaketnya.

Seorang lelaki paruh baya berseragam polisi berjalan mendekati anak kecil itu. Di seragamnya
terdapat name tag tertulis Adi Purnomo dan dilihat dari emblem yang melekat di bahunya, ia
berpangkat Letnan. Ia memegang pundak sang anak.

Ayo kita pergi dari sini Lily. Tempat ini berbahayaucapnya. Anak perempuan bernama Lily
itu menoleh. Airmata masih mengalir dari kedua bola matanya.

Tapi bagaimana dengan Ayah, Om?isaknya. Ly gak tega ninggalin Ayah disini

Adi berjongkok dan memeluk Lily. Membiarkan bocah itu membasahi seragamnya dengan
airmata. Kedua tangannya menepuk-nepuk pundak Lily, berusaha menenangkan. Mendengar
isak tangis Lily membuatnya tak dapat berkata-kata. Ia merasa iba dan kasihan melihat nasib
anak sahabatnya ini. Dengan nanar ia menatap mayat Pemimpin sekaligus sahabat dekatnya yang
tergeletak mengenaskan. Perlahan terlihat kedua matanya berkaca-kaca dan tanpa bisa ditahan,
airmata pun menetes. Cepat-cepat ia menghapus airmata itu, dan berdiri sembari menggandeng
tangan Lily.

Kita harus pergi dari sini Ly Om akan menjaga kamu. AyoAdi berjalan dengan cepat
dengan tangan masih menggandeng Lily. Lily mengikuti langkah Adi sambil sesekali menoleh
ke belakang, memandang sang Ayah yang harus ia tinggalkan. Teringat ia akan kata-kata
terakhir yang disampaikan sang Ayah tadi sewaktu Ayahnya menyuruhnya bersembunyi.

Lily bunga Ayah yang cantik Jadilah gadis yang kuat. Jangan mudah menangis. Dan jadilah
orang yang memiliki rasa keadilan tinggi

Lengan kiri Lily menggenggam loket kalung yang dipakainya dengan erat. Loket yang berisi foto
sang Ayah dengan dirinya. Kembali ia menoleh ke belakang, memandang sosok sang Ayah
untuk terakhir kalinya.

Lily pasti akan membalas ini semua Ayah.. Lily pasti akan mengangkap penjahat itu dan
menghukumnya. Lily janji

Airmata terus mengalir seiring langkahnya yang semakin menjauh dari mayat sang Ayah.
Tekadnya yang ingi balas dendam begitu kuat hingga ia tanpa sadar menggenggam erat
gandengan tangan Adi Purnomo. Sang Letnan menyadari bahwa sanak sahabatnya ini tengah
terbakar dendam. Sungguh tragis. Ia hanya berharap bocah berumur 10 tahun itu tidak memiliki
tekad yang buruk nantinya.
***AGENT AND DETECTIVE GIRL***
BAB I

Januari, 2017

Budhe Jeruk ini harganya berapa?tanya seorang gadis berambut panjang pada salah satu
pedagang buah yang juga merangkap menjual rujak. Terlihat dari kalung identitas yang di
pakainya tertulis Liana R.H.

Ah itu Untuk cah ayu sekilo 10 ribu ajasahut si penjual. Gadis itu tersenyum.

Budhe bisa aja Klo gitu aku beli 2 kilo ya Terus itu mangga mudanya sekilo sama tolong
siapin juga bumbu rujaknya ya dhe.pesan gadis itu.

Beres cah ayu Budhe penjual buah mulai menyiapkan pesanan gadis itu. Sembari
menunggu, gadis itu membuka akun SNS nya lewat smartphone. Ada beberapa notifikasi yang
tidak sempat ia buka dua hari ini.

Terlihat tidak ada notifikasi yang terlalu penting. Hanya beberapa promosi barang online dari
teman-teman kuliahnya. Ada juga pesan dari beberapa lelaki di kampusnya yang selama ini
berusaha mendekati dirinya.

Argh Mereka sungguh membosankan

Drrttdrrtt.

Ponsel yang tengah ia genggam bergetar dan menampakkan ID Caller Ara(ng). Ia menggeser
panel ke hijau.

Ya kak Ara?sahutnya.

Dek, sebelum ke kantor, tolong isiin pulsa kakak di counter depan kantor itu ya. Pake uang
kamu dulu. Nanti di kantor kakak gantiucap Ara di seberang. Liana memutar mata.

Oke Nanti Lily belikan..

Gomawo Lily-ah.. Kakak tunggu di kantor ya..

Iya KLIK. Sambungan telepon terputus.

Lily menggeleng-gelengkan kepala sambil menatap layar ponselnya. Kebiasaan jelek yang di
miliki perempuan yang sudah ia anggap kakaknya sendiri itu satu,

Selalu lupa mengisi pulsa.


Kakaknya itu tidak pernah menyadari bahwa pulsa ponselnya itu memiliki batas, seperti manusia
yang memiliki batas umur untuk hidup. Oleh karena itu harus selalu memanfaatkan waktu
selama hidup sebaik-baiknya.

Aseekk. Tapi apa hubungannya ya?

Pernah ia dan Ardian menyarankan Ara untuk menggunakan simcard model pasca-bayar agar
tidak perlu susah-susah mengisi pulsa terus menerus, tapi Ara menolak.

Tagihan kartu kredit tiap bulan aja udah bikin pusing.. Janganlah lagi ditambah tagihan pulsa
pasca-bayar!! Nggak sanggup Suzy bayarnyaaa.!!! Itu alasan Ara.

Err.Dan saat itu Lily hanya bisa tepok jidat.

Ck. Tau make pulsa, tapi tak tau beli pulsa.dumel Lily.

Padahal Ara tergolong kalangan berada, mengingat ia mewarisi harta lumayan banyak dari
almarhum kedua orang tuanya. Ditambah gaji profesinya sebagai dokter dan ahli forensik, bisa
membuat gadis itu hidup tenang tanpa harus bersusah-payah.

Melihat lagi ID caller Ara di ponselnya membuat Lily terkikik.

Ara(ng) alias Arang. Bukan karena Ara memiliki kulit hitam sehitam arang. Bukan. Ara justru
lebih putih dari dirinya, mengingat Ara memiliki darah campuran Korea-Manado.

Ia membuat nama Arang karena perilaku Ara saat marah itu persis seperti karakter hantu
perawan bernama Arang di drama Arang and The Magistrate. Meledak-ledak macem petasan
bunting.

Untung Ara tidak pernah tahu soal ID caller ini.

Ini jeruk dan mangga pesanannya cah ayu.ujar budhe penjual menyadarkaan Lily dari
lamunannya.. Lily mendongak dan tersenyum. Ia menerimanya dan memberikan uang 50rb.

Ambil aja kembaliannya dhekatanya.

Baru saja ingin memasukkan buah-buahan itu ke dalam tas ranselnya, tiba-tiba seseorang
menabrak dirinya.

BRUKK!

Aduh..!!!

Ponsel yang dipegangnya beserta buah yang baru saja dibeli jadi jatuh berantakan. Lily
menoleh, ingin tahu siapa orang ceroboh yang tidak waspada jalan itu. Orang yang menabraknya
ternyata seorang lelaki memakai topi berwarna hitam dan jaket berkupluk warna hitam juga,
seolah menutupi wajahnya.

WOIII!!!! COPEETTT!!!! TOLONG TANGKAP DIAA!!!!

Lelaki berkupluk itu mengumpat dan bergegas bangkit hendak meninggalkan tempat itu. Namun
telah terlihat seorang bapak-bapak berlari dari arah datangnya si Lelaki diikuti beberapa pria
berseragam satpam dan mengepung dia. Merasa tidak memiliki peluang untuk melarikan diri,
lelaki itu mengeluarkan pisau lipat dari sakunya lalu menarik Lily dan memiting lehernya.

Jangan mendekat!!kata si pencopet. atau dia akan mati!! Lelaki itu menempelkan ujung
pisau di leher Lily. Melihat ujung pisau yang mulai menyentuh kulit Lily membuat orang-orang
yang mengejar pencopet itu tadi mulai mundur. Lily mengerjab. Segala sesuatu baginya terjadi
begitu cepat.

Whoa Apa-apan ini? Pagi-pagi udah dapet pengalaman action macem James Bond aja

Mastenang mas Semua bisa dibicarakan baik-baikucap salah seorang security yang
berbadan cukup gempal. Satu anggota security lainnya bersiap-siap sambil memegang tongkat
pemukulnya. Terlihat juga seorang ibu-ibu berusia sekitar 40an. Dari penampilannya yang
lumayan glamor, terlihat ia adalah seorang nyonya kaya.

Sepertinya nyonya itu yang kena copet

Lily mengalihkan pandangan ke arah belanjaannya yang tergeletak mengenaskan. Ia menatap


sedih. Bayangannya untuk menikmati rujak segar siang nanti sepertinya harus musnah. Beberapa
buah mangga sudah terinjak-injak oleh kerumunan orang yang mengelilingi mereka.

Hiks Poor mangga gue!!!

Aargh!!Lily merintih pelan. Ia merasakan ujung pisau benar-benar mulai menggores lehernya.
Terasa sedikit cairan hangat yang mengalir. Perlahan ia memegangnya, dan itu darah.

Aiishh Ini abang copet bener-bener mau main-main ama gue..

Mastenang Mas..satpam yang bertubuh gempal kembali mencoba bernegosiasi. Tolong


lepasin gadis itu. Tuh lihat. Lehernya mulai luka. Nanti jadi bekas luka lho.. Kan kasihan..
Cantik-cantik punya bekas luka. Ntar nggak ada yang mau nikah ama dia.. Emang Mas mau
tanggung jawab nikahin dia? dia cantik lho.. Perawatannya pasti mahal. Emang kamu sanggup
Mas?kata si satpam gempal. Beberapa orang yang disitu menahan tawa.

Wah Sial!! Ni satpam kamprettoo juga.. Ngajak negosisasi kok ngaco gitu caranya

Jadi Mas turunkan itu pisau ya Nanti saya bayarin makan bakso di simpang depan deh..
Baksonya terkenal enak lhoo Murah meriah lagi. Enam ribuan seporsi Ya Mas ya.kata
si satpam gempal lagi.
Ni satpam bego apa ya Masa nge-bujuk copet pake traktiran bakso?

Selagi si satpam gempal ngoceh, satpam yang bertubuh kurus perlahan mendekati si copet dan
Lily dari belakang. Tongkat pemukul sudah siap di tangannya. Selangkah demi selangkah
mendekati. Namun saat tinggal selangkah lagi, rupanya pencopet itu menyadarinya. Ia berbalik
dan menebas pisau lipat itu ke arah satpam kurus. Hampir saja itu melukainya jika si satpam
kurus tak segera menghindar.

Kalian semua minggir..!!! MINGGIIIRR!!!!!Si pencopet mundur sambil menyeret Lily.


Kalau kalian tidak menyingkir,,, DIA AKAN MATI!!!!teriaknya dan itu tepat di telinga
kanan Lily. Hal ini membuat Lily jadi habis sabar.

Oii bang Lo kalau teriak jangan di kuping gue! Budeg ini gue jadinya!sahut Lily ketus. Ia
merasa telinganya berdenging.

Diem Lo!! Lo mau mati di tangan gue???! Pencopet itu semakin keras memiting leher Lily.

Wah sialan ni orang!

Lily melirik sedikit ke arah jam tangannya. Dan kini telah pukul 09.00 tepat.

What?? Gue telatt!! Udah gak bisa ini. Harus gue selesain sekarang..

Lily menegakkan dirinya. Ia juga merenggangkan sedikit kedua kakinya sebagai kuda-kuda dan
tangan kanan yang terkepal kuat. Sekuat tenaga ia menyikut bagian perut si pencopet dengan
siku lengannya.

HEAAA!!!

BUGH!!

Arrghh!!!rintih si pencopet kesakitan. Merasa pitingan di lehernya mulai merenggang, Lily


tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia memegang pergelangan tangan si copet yang tadi
memitingnya dengan tangan kirinya, dan dengan cepat memuntir lengan si copet ke belakang
tubuh si copet.

Oii!! Sakit woii!!!teriak si copet.

Ha!! Sakit bang?!tanya Lily mengejek. Lo pikir lebih sakit mana sama leher gue yang udah
elo gores?? Sampe luka gini. Nanti kalo ada bekas luka nya emang lo mau tanggung jawab, ha?!!
Biaya operasi plastik mahal coy!! Dan itu kudu ke Korea!! Lo mau bayarin ongkos gue ke sana??
Belom lagi itu mangga gue yang jadi berceceran gara-gara elo! Kalo ntar ponakan gue jadi ileran
gegara kakak gue ngidamnya kagak kesampaian, elo mau ngelapin tuh iler seumur hidup??!
Oke. Lily merasa ia udah mulai ikutan ngaco-nya si satpam gempal. Pasalnya dia sendiri juga
tidak memiliki kakak yang sedang mengandung. Secara ia adalah anak tunggal. Sejauh ini yang
ia tahu juga, Ara masih perawan ting-ting. Dan dari mana faedahnya luka gores gitu doang bisa
ninggalin bekas sampe harus operasi plastik?? Daripada makin ngawur, Lily merasa harus segera
menyelesaikan masalah ini. Ia pun menendang punggung si pencopet dengan kaki kanannya
hingga membuat pencopet itu jatuh tersungkur. Pisau lipat yang tadi digenggamnya terlepas. Lily
yang melihat itu segera menendang pisau lipat itu jauh-jauh dan langsung diamankan oleh si
satpam kurus.

Massa yang mengelilingi mereka tadi mulai menyebar untuk menghindar. Lily merenggangkan
lehernya sejenak karena merasa pegal setelah tercekik tadi. Ia meraba bagian yang terluka. Masih
ada darah yang menetes walau tidak separah tadi karena lukanya hampir mengering. Ia
mendekatkan jari tangannya yang terkena darah dan segera bau besi berkarat langsung
menyeruak indera penciumannya.

Ugh! Bau darah!

Pencopet itu bangkit. Sepertinya tidak terima karena ditendang oleh seorang perempuan. Ia
berlari menyerang balik. Lily yang menyadari hal itu hanya tersenyum sinis.

Aigoo Ni orang gak mau nyerah juga

Pencopet itu mengarahkan pukulan ke arah wajah Lily yang segera di tangkis oleh Lily
menggunakan tangan kirinya, dan dengan cepat ia lakukan pukulan balasan menggunakan
telapak tangan kanan jurus Kung Fu yang pernah ia pelajari tanpa sengaja dulu- ke arah dada si
pencopet sehingga membuat pencopet itu mundur beberapa langkah.

Tidak mau juga menyerah, pencopet itu kembali berusaha menyerang Lily dengan tendangan.
Lily menghindar dari tendangan itu dan segera memberikan Dollyo Chagi* menggunakan kaki
kanan tepat ke arah rahang si pencopet dan kemudian langsung memberikan Dolke Chagi**
tanpa menoleh menggunakan kaki kiri

DUAKK!! BUGHH!!

Si pencopet kembali jatuh tersungkur dan kali ini di lengkapi darah yang mulai menetes dari
sudut bibirnya. Kali ini pencopet itu tidak bangkit lagi.

Huft!

Lily menarik dan menghembuskan napas perlahan. Ia membungkuk dan mengibaskan jeans nya
yang sedikit berdebu akibat berkelahi dengan si pencopet tadi. Kemudian ia berdiri, dan baru ia
sadari bahwa sekelilingnya sunyi senyap tanpa suara. Massa yang ada disitu hanya terdiam dan
terbengong melihat ke arahnya. Bahkan dua satpam yang tadi mengejar si copet juga terbengong.

Heol!
Lily berjalan ke arah si copet dan berjongkok, mulai menggeledah. Setelah meraba-raba semua
saku milik pencopet, Ia menemukan sebuah dompet merk ternama di dalam saku jaket bagian
dalam. Lily pun bangkit dan berjalan menuju Nyonya yang terlihat kaya tadi.

Bu Apa ini dompet yang dicuri tadi?tanya Lily. Si Nyonya yang tadi terdiam langsung
tersentak.

Ehh i-iya.dengan tergagap Nyonya tersebut menerima dompet yang diberikan Lily. Te-
terima kasih ya nak.

Lily hanya tersenyum, kemudian mengangguk. Ia berbalik dan kini menghadap dua satpam yang
masih terbengong.

Astaga.

Oii bang Satpam!! Noh.. Tangkap tuhh si copet!!sentak Lily. Dua satpam yang dari tadi hanya
sibuk menonton tersadar dan segera menghampiri si pencopet yang sudah babak belur. Mereka
berdua langsung menggotong si pencopet yang pingsan ke pos polisi terdekat.

Lily langsung berjalan menuju belanjaannya yang sudah berantakan. Ia mengumpulkan beberapa
jeruk dan mangga yang masih utuh dan memasukkannya ke dalam tas ransel. Dari 8 jeruk dan 5
mangga muda yang ia beli, yang selamat hanya 5 jeruk dan 2 mangga. Lily menghela napas.

Ini tidak akan cukup

Budhe!! Jeruk dan mangga nya masing-masing tambah sekilo lagi ya!!

###

Sebuah mobil Avanza Veloz berwarna hitam tengah melaju dengan kecepatan sedang menuju
Mabes Polri yang terletak di Kebayoran Baru. Di dalamnya terdapat tiga orang lelaki dewasa
yang dua diantaranya tengah mengobrol serius, sedangkan satu lelaki lagi hanya mendengarkan
sembari fokus menyetir.

Jadi, sampai sekarang pergerakan Black Rose belum juga diketahui kemana arahnya?tanya
seorang lelaki berparas Asia, lengkap dengan mata yang sedikit sipit. Dilihat dari wajahnya, ia
seperti orang Korea.

Belum Mr.Lee.. Kami sudah memantau semua jalur yang mungkin akan mereka gunakan,
namun tidak satu pun yang cocok.ujar pemuda yang duduk tepat di samping lelaki yang di
panggil Mr. Lee tadi.

No.. Cukup panggil aku Dave. Sepertinya juga kita seumuran..Rezky?ucap Dave sembari
melirik name-tag yang dipakai pemuda di sebelahnya. Tertulis Rezky Ardian P.

Pemuda itu terkekeh.


Panggil aku Ardian saja Dave... Rekan satu timku biasa memanggilku begitu..ucap Ardian.
Bahasa Indonesia-mu cukup lancar juga..

Dave hanya tersenyum.

Black Rose memang sangat susah untuk di tangkap. Gerakan mereka lebih licin dari seekor
belut. Bahkan sampai FBI dan CIA bekerja sama pun, mereka hingga saat ini masih belum juga
tertangkap.ujar Dave. Ia mengeluarkan tablet PC dan mulai menyalakannya.

Kau benar Dave. Dan yang anehnya, Indonesia selalu menjadi tempat jalur persinggahan
mereka untuk mengedarkan barang-barang haram itu. Padahal negara kami sudah memperketat
keamanan di setiap sudut perbatasan. Tapi tetap saja lolos.keluh Ardian. Ia memijit kepalanya.

Dave tersenyum tipis. Kedua matanya masih fokus membaca data di layar tablet PC.

Pintu depan mungkin memang sudah sangat aman. Namun bagaimana dengan pintu belakang?

Ardian menoleh dan menatap Dave dengan tatapan bertanya. Dave meliriknya sekilas.
Mendadak Ardian paham maksudnya.

Ah soal itu.. Memang tidak semua manusia memiliki rasa keadilan yang tinggi.Ardian
mendengus. Mata mereka akan langsung hijau begitu melihat uang.

Dimana-mana pasti akan ada hal seperti itu Ardian..Dave terkekeh. Bahkan di FBI pun masih
banyak tikus-tikus yang berkeliaran.

Mobil yang mereka tumpangi berhenti sejenak tepat di persimpangan lampu lalu lintas yang di
dekat Mabes Polri. Ardian menyandarkan kepalanya dan melihat keluar jendela yang di samping
Dave. Di sana, di luar mobil ia melihat kerumunan orang yang mengelilingi sesuatu.

Sepertinya ada perkelahian Mas Ar..ujar supir yang sedari tadi hanya diam. Dave ikut menoleh
keluar jendela di sampingnya. Ia menurunkan kaca jendela mobil untuk melhat lebih jelas.

Lho.. Itu bukannya mbak Lily ya Mas Ar?tanya supir itu kaget. Ardian ikut melonggok ke
depan dan melihat dengan jelas sosok perempuan yang sangat di kenalnya.

Astaga gadis itu.. Ardian keluar dari mobil dan bergegas menuju kerumunan. Dave yang
sedikit penasaran pun juga keluar dari mobil dan mengikuti Ardian. Sedikit menyibak
kerumunan, akhirnya membuat mereka dapat melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi.

Disana, seorang gadis tengah menjadi sandera, dengan sebilah pisau yang siap mengiris urat nadi
di lehernya.

Lily.suara Ardian terdengar shock.


Kau kenal dia Ardian?tanya Dave. Ardian menoleh sedikit.

Ah ya.. Dia salah satu rekan tim kita sekaligus adikku.. Ardian menoleh kepada salah satu
orang yang ikut menonton.

Pak,, ini sebenarnya ada apa ya?tanyanya pada seorang bapak-bapak.

Itu Mas.. Tadi ada yang kena copet. Terus pencopetnya waktu kabur tadi nabrak mbak-nya.
Eeh..malah si mbak-nya sekarang yang jadi sandera.jawab bapak itu panjanag lebar.

Kalian semua minggir..!!! MINGGIIIRR!!!!!Si pencopet mundur sambil menyeret Lily.


Kalau kalian tidak menyingkir,,, DIA AKAN MATI!!!! Teriakan si pencopet mengagetkan
semua yang ada disitu.

Oii bang Lo kalau teriak jangan di kuping gue! Budeg ini gue jadinya!Gadis yang baru Dave
ketahui namanya Lily itu terlihat protes.

Diem Lo!! Lo mau mati di tangan gue???! Pencopet itu semakin keras memiting leher Lily.

Kau tidak ingin menolong dia Ardian?tanya Dave heran. Dari tadi ia melihat Ardian hanya
berdiri sambil geleng-geleng kepala.

Tidak perlu Kau lihat saja nanti..ujar Ardian santai. Dave menaikkan kedua alisnya. Ia
kembali menoleh ke arah insiden. Disana, ia melihat gadis itu sedikit merenggangkan kedua
kakinya.

Oh itu.Belum selesai Dave berkata, terlihat gadis itu memukul bagian perut pencopet
menggunakan sikutnya.

HEAA!!! BUGHH!!!

Terlihat pencopet itu sedikit mundur sambil meringis kesakitan. Gadis itu langsung memuntir
tangan kiri si pencopet ke belakang hingga membuat pencopet itu berteriak.

Oii!! Sakit woii!!!teriak si copet.

Ha!! Sakit bang?!Gadis itu mengejek. Lo pikir lebih sakit mana sama leher gue yang udah elo
gores?? Sampe luka gini. Nanti kalo ada bekas luka nya emang lo mau tanggung jawab, ha?!!
Biaya operasi plastik mahal coy!! Dan itu kudu ke Korea!! Lo mau bayarin ongkos gue ke sana??
Belom lagi itu mangga gue yang jadi berceceran gara-gara elo! Kalo ntar ponakan gue jadi ileran
gegara kakak gue ngidamnya kagak kesampaian, elo mau ngelapin tuh iler seumur hidup??!

Ardian terkekeh pelan, membuat Dave kembali meliriknya sekilas. Beberapa orang yang
menonton pun ikut tertawa kecil.
Gadis itu pun menendang punggung si pencopet dengan kaki kanannya hingga membuat
pencopet itu jatuh tersungkur. Terlihat pisau lipat yang tadi digenggamnya terlepas. Gadis itu
segera menendang pisau lipat itu jauh-jauh dan langsung diamankan oleh satpam.

Massa yang mengelilingi mereka tadi mulai menyebar untuk menghindar, membuat Ardian dan
Dave yangdari tadi menonton ikut mundur beberapa langkah. Dave melihat gadisitu
merenggangkan lehernya sejenak dan meraba lehernya. Mata Dave menyipit.

Sepertinya adikmu itu terluka Ardian. ujar Dave pelan. Ardian berdecak.

Ardian mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan mulai menekan tombol panggilan cepat
nomor 1. Setelah terhubung, ia menempelkan ponselnya ke telinganya.

RaSiapin kotak obat untuk Lily.kata Ardian tanpa basa-basi.

Iya. Tapi gak parah kok. Dia cuma terluka gores sedikit di lehernya. Dia tadi jadi sandera
pencopet

..

Oke.. Ardian langsung memutuskan sambungan telepon. Dave yang tadi hanya meilirik
kembali fokus pada insiden di depannya.

Pencopet itu terlihat bangkit dan kembali hendak menyerang Lily.

Aigoo Ni orang gak mau nyerah jugaujar gadis itu.

Pencopet itu mengarahkan pukulan ke arah wajah Lily yang segera di tangkis oleh gadis itu
menggunakan tangan kirinya, dan dengan cepat ia lakukan pukulan balasan menggunakan
telapak tangan kanan ke arah dada si pencopet sehingga membuat pencopet itu mundur beberapa
langkah.

Dia master Kung Fu?bisik Dave. Ardian yang mendengar hanya tersenyum.

Terlihat tidak mau juga menyerah, pencopet itu kembali berusaha menyerang Lily dengan
tendangan. Dave melihat gadis itu menghindar dari tendangan dan segera memberikan Dollyo
Chagi* menggunakan kaki kanan tepat ke arah rahang si pencopet dan kemudian langsung
memberikan Dolke Chagi** tanpa menoleh menggunakan kaki kiri

DUAKK!! DUAKK!!! BUGHH!!

Si pencopet kembali jatuh tersungkur. Ada darah yang mulai menetes dari sudut bibirnya. Kali
ini pencopet itu tidak bangkit lagi.
Taekwondo??dahi Dave mengernyit. Ia menoleh ke Ardian. Dan kembali Ardian hanya
tersenyum.

Ayo kita pergi..Ardian sudah melangkah kembali ke mobil, diikuti Dave dengan tatapan
penasaran.

###

Seorang pemuda berumur sekitar 25 tahun tengah berdiri sembari menatap ke arah sebuah kursi
kebesaran yang membelakanginya, menghadap jendela. Disana, di kursi tersebut, seorang lelaki
yang terlihat sedikit lebih tua darinya tengah duduk. Tangan kanan lelaki tersebut memegang
sebuah gelas berukuran kecil yang berisi cairan berwarna merah kecoklatan. Di atas meja
terdapat botol berbentuk lonjong yang berisi cairan berwarna sama. Dilabelnya tertulis The
Dimple Pinch Scotch Whisky.

Ada perkembangan terbaru tentang peredaran produk kita, Mark? Lelaki yang duduk itu
bersuara.

Ada Tuan..jawab Pemuda yang berdiri itu langsung, seakan memang sedang menunggu
pertanyaan dari Tuan-nya. Ia mengeluarkan sebuah IPad berukuran sedang dari saku dalam
jasnya dan memberikannya pada lelaki yang ia sebut Tuan tadi.

Saat ini sudah dipastikan bahwa barang-barang tersebut telah sampai ke tangan mereka.
Barang-barang tersebut lolos dari pemeriksaan di perbatasan Papua Nugini.jelas pemuda
bernama Mark itu.

Bagaimana dengan harga? Sudah kau pastikan mereka menandatangi perjanjiannya?

Sudah Tuan. Mereka akan membayar semua barang-barang itu dengan emas yang sudah mereka
selundupkan diam-diam dari pertambangan. Dan emas-emas itu akan dikirimkan pada kita besok
pagi.

Lelaki yang duduk itu kembali meneguk Whisky di tangannya, mengecap rasa manis sekaligus
pahit. Senyum tipis yang terukir di bibirnya menandakan suasana hatinya yang sedang senang.

Semua berjalan sesuai rencana ternyata. Sangat mulus dan mudah..Lelaki itu sedikit
menggoyangkan gelasnya. Mark hanya diam mendengarkan.

Mereka sangat mudah termakan nafsu yang mereka miliki. Tanpa menyadari bahwa nafsu
mereka itu justru yang akan membuat mereka hancur.

Lelaki itu memutar kursinya dan meletakkan gelas yang sedari tadi di genggamnya. Ia menarik
laci di samping dan mengeluarkan sebuat loket kecil dan membukanya. Di dalam loket itu
terdapat sebuah foto lama seorang lelaki dengan anak perempuan.

Kau sudah mendapatkan informasi terbaru tentang gadis itu, Mark?


Ya Tuan.Mark sudah paham siapa yang dimaksud Tuan-nya. Gadis itu masih bertahan di
Mabes Polri. Ia dan timnya sedang bersusah payah melacak keberadaan organisasi kita. Dan hari
ini sepertinya tim mereka akan kedatangan anggota baru

Lelaki itu menaikkan sedikit alisnya. Siapa?

Mark membalik kertas berkas yang sedari tadi di pegangnyaa.

Seorang anggota FBI bernama Lee Ji-wook. Atau biasa dikenal David Lee. Keahlian khususnya
adalah menjinakkan bom.Mark membacakan informasi yang tertulis di berkas.

Lelaki itu tersenyum sinis. Aura dinginnya mulai keluar dan sedikit mempengaruhi suasana
dalam ruangaan itu. Mark sendiri mulai merasa bulu kuduknya sedikit meremang.

Kalian masih berusaha menangkapku ternyata.Lelaki itu memandang foto di dalam loket.
Sekumpulan penghuni hutan tidak akan bisa memburu Raja mereka.

Mark kembali hanya diam mendengarkan.

Kau lihat Jendral. Putri kecilmu sedang berusaha menangkapku, seperti yang kau lakukan 10
tahun yang lalu. Sungguh disayangkan dia harus menghabiskan waktunya dengan sia-sia dengan
memilih jalan untuk memburuku dan yang justru akan mempercepatnya menuju jalan kematian.
Ujar Lelaki itu sambil menatap loket.

Lelaki itu kini mengambil sebuah bingkai berisi foto gadis berumur 20an.

Gadis ini sangat cantik, seperti Aprodite.Lelaki itu mengelus pelan bingkai foto tersebut.

Namun sayang, sampai kapan pun, Aprodite tidak akan bisa menaklukan Theseus.

To Be Continued

*Dollyo Chagi Tendangan kearah samping, yaitu dengan cara memutar pinggang dan
menendang kearah perut atau kepala

**Dolke Chagi tendangan yang dilakukan dengan cara memutar badan kearah belakang 360
derajat. Dolke chagi juga sering disebut tendangan tornado

Hualooww everyone^^
Akhirnya update juga yakk.. Padahal udah hampir 3 bulan berlalu sejak update yang
terakhir..
Mianhae
Selama tiga bulan ini aku lagi observasi ke banyak tempat untuk kelangsungan cerita ini..
Mulai dari perpustakaan sampe aku ke kantor sepupu ku di Polres, Cuma supaya tau
gimana cara kinerja kepolisian..
Aku juga marathon nonton drama yang tema nya polisi.. Supaya aku bisa mencegah ini
cerita jangan sampe mirip dengan salah satu drama itu. Trauma soalnya, karena ada
reader yang inbox aku klo cerita aku ini plagiat (Ampun DJ lah.. Kgak tau ajee diee klo
gw mikir konsep nya ini sampe uban muncul di rambut gw -_- )

Oh ya.. sekedar mengingatkan lagi ni yaa.. Klo aku bakal update cerita ini 2 kali seminggu
aja.. Setiap hari Jumat-Sabtu.. So jangan diuber-uber macem nguber orang yang lagi
ngutang yakk..

Ditunggu bgt vote and comment nya^^

**rHuL**
***AGENT AND DETECTIVE GIRL***
BAB II

Lily melangkah keluar dari sebuah toko counter sambil menenteng kantong plastik kecil. Ia baru
saja membelikan pulsa untuk Ara sekaligus membeli headphone baru. Headphone lama miliknya
suaranya sudah tidak enak di dengar akibat tidak sengaja terbanting olehnya saat membereskan
berkas-berkas kasus di mejanya kemarin. Dengan santai ia melangkah menuju bangunan besar
berwarna cokelat, Mabes Polri tempat ia bekerja.

Pagi Lianasapa seorang petugas kepolisian yang sedang berjaga di depan pintu masuk. Lily
hanya tersenyum dan mengangguk. Ia langsung melenggang masuk ke dalam gedung dan
melangkah menuju tangga dan naik ke lantai 2. Kini ia telah berdiri di depan sebuah pintu kaca
yang diatasnya tertulis Tim Investigasi 1.

Lily mendorong pintu tersebut dan melangkah masuk. Di dalam sudah ada sosok perempuan
yang sudah sangat ia kenal. Tiara.

Good morning!!!!

Tiara yang tadi tengah serius menatap layar laptopnya menoleh. Ia tersenyum melihat kehadiran
Lily. Dengan gerakan tangan, Tiara menyuruh Lily untuk mendekat.

Apa kak?Lily melangkah mendekat. Melalui isyarat mata, Tiara menyuruh Lily duduk di kursi
di depannya. Lily mengangkat alisnya, kemudian duduk.

Tiara mengeluarkan kotak obat yang sudah disiapkannya tadi dan membukanya. Ia
mengeluarkan antiseptic, obat merah, cotton buds, dan plester. Tiara mulai mengobati luka gores
di leher Lily tanpa bertanya. Ia mengoleskan antiseptic, meneteskan obat merah dan menutup
luka tersebut menggunakan plester.

Kak Ara tau darimana kalo aku terluka?tanya Lily tanpa bisa menahan rasa penasaran. Tiara
menyusun kembali semua peralatan ke dalam kotak obat dan langsung menatap Lily.

Ardian tadi menelepon kakak. Katanya kamu tadi abis disandera ama pencopet. Terus katanya
leher kamu luka dikit.jelas Tiara panjang lebar.

Lha kak Ar tau dari mana kalo aku tadi disandera ama pencopet? Terus sekarang dia dimana?

Mollajawab Tiara singkat. Ia meletakkan kembali kotak obat ke dalam lemari.

TOK..TOK

Terdengar pintu di ketuk pelan. Taiara dan Lily serempak menoleh. Terlihat seorang petugas
yang memakai seragam dan sudah cukup mereka kenal.
Ada apa Pak Rudi?tanya Tiara.

Ah kebetulan sudah ada Liana. Kalian berdua di panggil Pak Adi ke kantornya.ucap Pak Rudi.
Setelah menyampaikan pesan, ia langsung keluar ruangan. Lily dan Tiara saling pandang.

Kenapa tuh camer kakak manggil kita?tanya Lily.

Hustt! Camer apaan?!sergah Tiara. Yaudah yuk kita kesana.

Mereka berdua keluar ruangan dan melangkah ke lantai 3, menuju ruangan Komisaris. Tak lupa
membawa walkie-talkie milik masing-masing.

RUANG KOMISARIS

Di depan pintu ruangan terdapat dua penjaga berseragam. Karena keduanya telah mengenal lily
dan Tiara, para penjaga tersebut mempersilahkan mereka berdua masuk.

Di sana, di dalam sebuah ruangan yang lumayan luas, terlihat seorang lelaki paruh baya berumur
sekitar 50an sedang mengobrol dengan dua orang pemuda. Di bagian dada nya terdapat name-tag
dengan tulisan Adi Purnomo. Melihat bintang dan lencana yang terpasang di seragamnya, dapat
diketahui bahwa ia seorang Komisaris Jendral. Lily juga mengenali salah seorang pemuda yang
disana. Ardian.

Hanya yang satu lagi ia tidak mengenalinya, karena pemuda itu duduk membelakanginya.

Selamat pagi Pak..sapa Lily dan Tiara bersamaan. Ketiga pria yang tadi sedang mengobrol
serempak menoleh. Pak Adi tersenyum pada mereka. Beliau meminta mereka mendekat.

Kemarilah kalian berdua..

Lily dan Tiara menghampiri beliau. Ardian dan pemuda yang tadi membelakanginya ikut berdiri
dan kini Lily bisa melihat wajahnya.

Orang Korea?

Perkenalkan kalian berdua.. Ini adalah David Lee. Agen FBI yang datang kesini untuk
bergabung dalam Tim Investigasi 1. Jelas Adi.

Untuk ukuran seorang Agen FBI, dia terlihat cukup muda. Mungkin seumuran kak Ar..

Lily memandang lelaki bernama David Lee itu dari atas ke bawah. Menilai.
Sstt Dia cukup tampan kan Ly?bisik Ara di sampingnya. Lily mendengus.

Dave,,,,mereka berdua adalah anggota Tim Investigasi 1 yang tentu nantinya akan menjadi
rekanmu seperti Ardian. Ini Lilydan ini Tiara

Dave mengulurkan tangannya yang langsung disambut antusias oleh Tiara.

Annyeonghaeseo.. Mannaseo bangawoyo Lily memutar mata.

Kebiasaan Ara kembali muncul saat bertemu orang Korea. Selalu menggunakan bahasa planet
yang hanya mereka yang tahu.

Well, dia juga sebenarnya paham sedikit tentang bahasa Korea. Dicekoki drama Korea setiap
malam oleh Ara membuat Lily mau tak mau jadi paham beberapa kosakata. Ditambah semua
lagu dalam memori ponselnya adalah lagu Korea, baik lagu boy/girlband, sampai OST drama.
Jangan kira itu semua keinginan Lily. Sudah jelas itu adalah kerjaannya Tiara. Setiap ditanya
kenapa ia melakukan hal itu, jawabannya selalu sama.

Agar Lily kelak berjodoh dengan orang Korea.

Grrr.

Belum lagi karena kebiasaan Tiara yang selalu mencampur-adukkan bahasa, membuat Lily tanpa
sadar mengikuti kebiasaan aneh tersebut. Sampai Ardian yang selalu bersama mereka jadi pusing
sendiri.

Ah.. Ye.. Bangawoyo Hal su isseubnida hangug-eo?Dave terlihat kaget.

Mullon.. Naneun hyeol-aeg hangugTiara mengedipkan sebelah matanya.

Ehem!! Bisa gunakan bahasa yang juga kami pahami saja?Ardian menginterupsi. Raut
mukanya terlihat jengkel.

Dave terkekeh. Ia melepaskan jabat tangannya dengan Tiara dan beralih ke Lily.

David Lee. Biasa dipanggil Dave. Mohon kerjasamanya..Dave mengulurkan tangan.

Liana Rossalie. Mohon kerjasamanya juga.ucap Lily tanpa menyebut embel-embel nama
keluarganya.

Zrrtttt.Zrrtt Trek.
Walkie-talkie yang tergantung di pinggang Lily dan Tiara berbunyi.

Tim Investigasi 1!! Tim Investigasi 1!! Ada kasus pembunuhan di apartemen Sudirman. Mohon
kirim bantuan segera

Lily langsung menarik walkie-talkie di pinggangnya dan menjawab panggilan.

Mengirim bantuan! Tim Investigasi 1 segera kesana.. Trek.

Lily kini menghadap Komisaris.

Lapor Pak! Tim Investigasi 1 akan segera menuju TKP!

Adi mengangguk. Pergilah. Bawa juga Tim Penyidik dan Forensik bersama kalian.

Laksanakan Pak!! Mereka member hormat dan langsung bergegas menuju TKP.

###

Terlihat apartemen di wilayah Sudirman telah dijaga ketat. Beberapa petugas kepolisian berjaga
di luar garis polisi yang sudah dibentangkan. Banyak masyarakat yang sudah berkerumun.
Sepertinya mereka penduduk yang juga tinggal di apartemen tersebut.

TKP nya di lantai berapa pak?Ara bertanya pada salah satu petugas.

Petugas itu terlihat terkejut.

Ah.. TKPnya di lantai 3 nonajawabnya.

Tim Investigas 1 segera masuk ke dalam gedung apartemen dan menuju lantai 3. Disana, di salah
satu yang dijaga oleh dua petugas, terlihat garis polisi melintang. Mereka segera masuk ke dalam
dan mendapati sesosok mayat wanita yang sudah hampir membusuk, disertai baunya yang amat
sangat menyengat.

Augh!!! Baunya sangat menjijikkan!!Tiara menutup hidungnya dan terlihat hampir muntah.

Lily mencibir. Namanya juga mayat yang sudah membusuk, k! Situ kalau mengharapkan yang
wang pergi saja ke taman bunga melati sana. Habis itu situ akan ditemani mbak kunti! Ardian
juga ikut-ikutan menutup hidungnya.
Aku langsung terkikik. Sepertinya Ardian sedang bad mood terhadap Mary. Mungkinkah
penyebabnya karena Sam? Aha! Bunga-bunga bangkai telah bermekaran.
Lianaini data identitas mayat yang kami temukan..seorang tim penyidik memberikan ku
sebuah KTP dan dompet ungu serta hasil penyelidikan sementara. Aku membongkar isi
dompetnya dan menemukan beberapa kartu seperti ATM, Kartu Asuransi Jiwa, SIM A, kartu
Kredit dan kartu peminjaman film. Ku teliti juga hasil penyelidikan sementara dan ternyata
wanita ini bekerja sebagai seorang suster di sebuah Rumah Sakit besar.

Lylihatlah ada sebuah kursi yang terguling di samping mayat. Dan di lehernya terdapat tali
yang melingkar. Dan diatas juga ada tali yang menjuntai.Ardian menunjuk atap Sepertinya tali
itu putus karena beban mayat. Ini bunuh diri.Ardian berspekulasi.

Aku memperhatikan keseluruhan mayat yang telah membusuk itu. Ya ampun! Rasanya aku
beneran mau muntah! Dengan menutup hidung, aku mendekati mayat. Memang ada tali yang
melingkar di leher mayat. Tapi rasanya ada yang aneh. Bagian tali yang terputus terlihat tidak
wajar. Kalau memang tali ini putus dengan sendirinya, seharusnya bagian yang terputus itu tidak
rapi seperti ini. Ini justru terlihat diputus dengan sengaja menggunakan pisau! Dan jejak kaki itu
juga sangat aneh. Terlalu rapi dan terlihat jelas.

You might also like