You are on page 1of 11

Gejala klinis

1. Nyeri mata yang hebat

2. Penurunan ketajaman penglihatan

3. Keluar cairan atau darah dari mata

4. Riwayat trauma, jatuh, atau adanya benda asing yang masuk kedalam bulbi.

(Gerstenblith dan Rabinowitz, 2012; Schueler et al., 2011)

Gejala lainnya dari ruptur bulbi:

1. Nyeri wajah

2. Pembengkakan wajah, di sekitar mata

3. Mata yang memar

4. Penglihatan ganda, ketika melihat keatas

5. Pupil abnormal

6. Gejala hifema; perdarahan di dalam mata, darah menutup pupil

7. Mata merah; perdarahan menutup conjunctiva bulbi

(Schueler et al., 2011).

Diagnosa

Pemeriksaan Fisik

1. Laserasi seluruh lapisan sklera atau kornea, subconjunctiva hemoragik berat

(terutama seluruh conjunctiva bulbi), COA yang dalam atau dangkal jika

dibandingkan dengan mata kontralateral, pupil yang runcing atau ireguler, iris TIDs,
material lensa maupun vitreous di COA, benda asing atau katarak pada lensa, atau

keterbatasan gerakan ekstraokuler. Isi intraiokuler dapat berada di luar bulbi.

2. Tekanan intraokuler yang rendah (walaupun dapat pula normal atau meningkat, tapi

jarang(, iridodyalisis, hifema, ekimosis periorbital, vitreous hemoragik, dislokasi

atau subluksasi lensa, dan TON. Commotio retinae, ruptur koroid, dan putusnya

retina dapat dijumpai namun sering disamarkan oleh vitreous hemoragik

(Gerstenblith dan Rabinowitz, 2012)

Jika ruptur bagian anterior, dapat mudah dikenali dengan COA yang dangkal atau

mendatar dan pupil umumnya berpindah kearah lokasi penetrasi. Pembengkakan dan

kekeruhan lensa dapat timbul (katarak traumatik), perdarahan pada COA (hifema) dan

badan vitreous (vitreous hemoragik) dapat timbul. Hipotonus dari bulbi akan timbul

pada ruptur bulbi. Pada ruptur bulbi posterior, hanya tanda tidak langsung yang akan

muncul, seperti tekanan intaokuler yang rendah, dan asimetri kedalaman COA (John,

2011).
Pemeriksaan

Langkah pemeriksaan fisik:

1. Terkadang diagnosis ruptur bulbi jelas. Mata terlihat tidak beraturan dengan

jaringan uvea prolaps keluar kearah anterior dari luka skleral atau korneal.

Terkadang, benda asing masih dapat ditemukan ketika pasien datang ke IGD.

2. Ruptur bulbi sering sulit dilihat hanya dengan mata. Lokasi tempat ruptur sering

terjadi tidak mudah dilihat, dan adanya cedera superfisial lain dapat menghalangi

pemeriksaan segmen posterior. Benda asing yang sangat kecil dapat masuk ke

dalam mata melalui luka kecil yang sulit untuk divisualisasikan.


3. Pemeriksaan pada mata yang cedera sebaiknya dilakukan secara sistematis dengan

tujuan mengidentifikasi dan melindungi bulbi yang ruptur.

4. Penting untuk menghindari tekanan pada bulbi yang ruptur untuk menghindari

adanya pengeluaran isi intraokuler dan menghindari kerusakan lebih lanjut.

5. Pada anak yang sulit dilakukan pemeriksaan, dapat dilakukan dengan sedasi.

Ketajaman Penglihatan dan Gerakan Mata

1. Visus sebaiknya diperiksa pada kedua mata, baik yang terkena cedera maupun yang

tidak. Dapat dipermudah dengan menghitung jari atau hanya dapat mengenali

persepsi cahaya.

2. Gerakan ekstraokuler sebaiknya diperiksa untuk mengetahui apakah terdapat

fraktur dasar orbita.

Orbit

1. Orbita sebaiknya diperiksa, untuk mencari adanya deformitas tulang, benda asing,

dan perpindahan bulbi.

Fraktur tepi orbita dapat dipalpasi, dan memperkuat dugaan adanya

ruptur bulbi

Krepitus orbita menandakan adanya subcutaneous emfisema dari fraktur

sinus yang berhubungan

Benda asing dalam orbita yang menusuk atau melubangi bulbi sebaiknya

dibiarkan sampai dilakukan operasi.

Ruptur bulbi dapat disertai dengan enoftalmos

Retrobulbar hemoragik yang timbul juga dapat menyebabkan

eksoftalmos, bahkan ruptur sklera yang tidak terlihat.


(Acerra, 2012).

Palpebra

1. Cedera palpebra dan lakrimal sebaiknya diperiksa dengan tujuan mengidentifikasi

dan melindungi cedera bulbi dalam yang mungkin terjadi.

2. Bahkan laserasi kecil pada palpebra dapat memunculkan perforasi bulbi yang

mengganggu penglihatan.

3. Repair palpebra sebaiknya tidak dilakukan hingga telah ditegakkan ruptur bulbi.

Conjunctiva

1. Laserasi conjunctiva dapat menunjukkan cedera sklera lain yang lebih serius.

2. Hemoragik conjunctiva berat dapat menandakan ruptur bulbi.

Kornea dan sklera

1. Laserasi pada semua lapis kornea atau sklera yang terdapat perforasi bulbi terbuka,

sebaiknya dilakukan di ruang operasi

2. Prolaps iris melalui laserasi semua lapis kornea dapat terlihat sebagai warna yang

berbeda pada lokasi cedera.

3. Sklera yang melipat merupakan tanda ruptur dengan ekstrusi isi okuler.

4. Tekanan intraokuler biasanya rendah, tetapi pengukuran TIO merupakan

kontraindikasi, untuk menghindari tekanan pada bulbi.

5. Luka kornea yang halus mungkin memerlukan pewarna flourescent. Pada laserasi

semua lapisan, dengan aliran aquaeous dari COA, aliran yang terpisah jelas dengan

pewarna flourescent warna kuning terlihat melalui iluminasi dengan lampu Wood

(Seidel test positif)

Pupil
1. Pupil sebaiknya diperiksa bentuk, ukuran, refleks cahaya, dan defek pupil aferen.

2. Pupil yang berbentuk meruncing, bentuk air (teardrop) atau bentuk ireguler dapat

menandakan adanya ruptur bulbi.

COA

1. Pemeriksaan slitlamp dapat menunjukkan cedera yang berkaitan, seperti defek

transiluminasi iris (red reflex yang dapat dikaburkan oleh vitreous hemoragik);

laserasi kornea; prolaps iris; hifema dari kerusakan badan silier, dan cedera lensa,

termasuk dislokasi atau subluksasi.

2. COA yang dangkal dapat menjadi satu-satunya tanda pada ruptur bulbi yang tidak

terlihat, yang dihubungkan dengan prognosis yang buruk. Ruptur posterior dapat

muncul dengan COA yang lebih dalam karena ekstrusi vitreous humor dari segmen

posterior.

Pemeriksaan penunjang

1. CT Scan

2. Radiografi

3. MRI

4. USG

Penatalaksanaan

1. Bagian mata diperban dengan kasa yang steril


2. Hindari menggunakan obat topical ataupun intervensi-intervensi lain

yang perlu membuka tutup mata

3. Berikan obat yang sesuai untuk sedative, dan juga control kesakitan

4. Pemberian antibiotic intravena untuk profilaksis

5. Surgical repair

Eviserasi

Eviserasi adalah salah satu prosedur bedah dalam

rekonstruksi orbita dimana rekonstruksi ini dilakukan untuk

tujuan terapeutik dan kosmetik. Eviserasi melibatkan

pengeluaran isi bola mata (lensa, uvea, retina, vitreus, dan

kadangkornea) dengan meninggalkan sklera, otot luar mata, dan

saraf optik yang utuh, biasanya diikuti dengan penempatan

implan orbital untuk menggantikan volume okulus yang hilang.

Eviserasi diperkenalkan pertama kali pada tahun 1817

oleh Bear, ketika iamengeluarkan sisa isi bola mata pada mata

yang mengalami perdarahan yanghebat akibat trauma. Tahun

1885, Mules mengembangkan hasil kosmetik darieviserasi

dengan menempatkan bola kaca berongga di atas sklera

untuk menambah volume dan menyokong orbital.

Salah satu indikasi yang paling umum untuk melakukan

eviserasi adalahtrauma penetrasi okulus. Di samping

keuntungan kosmetik dan beberapa keuntungan lain yang


diberikannya, terdapat beberapa pertentangan apakah eviserasi

merupakan tindakan terbaik untuk trauma penetrasi okulus.

Enukleasi

Enukleasi bulbi merupakan tindakan pembedahan

mengeluarkan bola mata dengan melepas dan memotong

jaringan yang mengikatnya didalam rongga orbita. Jaringan

yang dipotong adalah seluruh otot penggerak mata, saraf optik

dan melepaskan conjungtiva daribola mata. Enukleasi bulbi

biasanya dilakukan pada keganasan intraokular, mata yang

dapat menimbulkan oftalmia simpatika, mata yang tidak

berfungsi dan memberikan keluhan rasa sakit, endophthalmitis

supuratif dan pthisis. Biasanya pasien setelah enukleasi bulbi

diberimata palsu atau protesis.

Eksenterasi

Eksenterasi orbita adalah pembedahan destruktif yang

dilakukan pada situasi klinis yang genting sebagai upaya

menyelamatkan jiwa. Eksenterasi terutama dilakukan pada

kondisi keganasan orbita dan kadang-kadang untuk infeksi dan

inflamasi orbita yang mengancam nyawa.

Eksenterasi orbita melibatkan pengangkatan jaringan

lunak orbita termasuk bola mata. Prosedur tradisional mencakup


pengangkatan bola mata, kelopak mata, konjungtiva, dan

keseluruhan isi orbita termasuk area periorbita. Eksenterasi

subtotal mencakup pengangkatan bola mata, konjungtiva, dan

otot ekstraokular, tanpa dilakukan diseksi subperiosteal.

Komplikasi

Komplikasi setelah trauma okuli perforans:2,13

a. Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis

b. Katarak traumatik

Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul

terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan

terlihat katarak subkabsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa

menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak

tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius. Trauma tembus dapat

menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan

cepat akibat proliferasi epitel sehingga terbentuk kekeruhan terbatas kecil.

Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak

dengan cepat disertai dengan terdapatnya lensa di dalam bilik mata depan.

c. Glaukoma sekunder

Trauma dapat mengakibatkan kelainan jaringan dan susunan jaringan di

dalam mata yang dapat mengganggu pengaliran cairan mata sehingga

menimbulkan glaukoma sekunder


d. Ablasi retina

Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid pada

penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk

terjadinya ablasi retina ini seperti retina tipis akibat retinitis semata, myopia,

dan proses degenerasi retina lainnya. Lepasnya retina atau sel kerucut dan

batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan

nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan

mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.

Komplikasi Post Eviserasi

Anopthalmic orbit

Enophthalmos

Sulkus superior dalam

Kekenduran kelopak dalam bawah

Ptosis

Kelainan socket mengendur

Kelainan socket mengerut

Perdarahan

Infeksi

Prognosis

Blunt Injury atau trauma tumpul terbukti 2.278 kali lebih mungkin mengalami akhir

yang buruk dibandingkan dengan luka tembus. Hal ini sesuai dengan penelitian lain

dimana penulis telah menunjukkan adanya luka pada benda tajam yang berkorelasi
dengan hasil visual yang lebih baik bila dibandingkan dengan mekanisme trauma

tumpul. Rahman dkk, menunjukkan hasil visual yang signifikan secara statistik pada

pasien yang menderita Luka tajam dibandingkan cedera tumpul (P = 0,004). [15]

Cedera tumpul dapat mempengaruhi struktur internal mata, dan juga, saraf optik dan

luas luka dapat terjadi pada penyisipan rection posterior sehingga menghasilkan hasil

akhir yang buruk.

Acerra J.R. 2012. Globe Rupture. http://emedicine.medscape.com/article/798223-

overview#a0104 3.

Acerra J.R. 2012. Globe Rupture Clinical Presentation.

http://emedicine.medscape.com/article/798223-clinical#a0217

Schueler, S.J. Beckett J.H. Gettings D.S. 2011. Ruptured Globe Symptoms.

http://www.freemd.com/ruptured-globe/symptoms.htm

You might also like