You are on page 1of 13

PERTEMUAN 13

Implementasi Akuntansi Pemerintah untuk PPKD (BUD) dan Laporan


Konsolidasian

I GEDE DHYANA PUTRA


1406305057

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2016

0
BAB I
PENDAHULUAN

Kegiatan akuntansi pada PPKD meliputi pencatatan atas pendapatan, belanja,


dan selain kas. Proses tersebut dilaksanakan oleh fungsi akuntansi SKPKD (seksi
akuntansi DPPKA) berdasarkan dokumen-dokumen sumber yang diserahkan oleh
bendahara PPKD ataupun berdasarkan dokumen-dokumen sumber yang diperoleh
langsung oleh fungsi akuntansi SKPKD (seksi akuntansi DPPKA).
Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah
dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip yang
dinyatakan dalam PP No. 24 Tahun 2005. Laporan Keuangan dihasilkan SKPKD akan
dikonsolidasikan dengan Laporan Keuangan SKPD untuk kemudian dijadikan dasar
dalam membuat Laporan Keuangan
Laporan keuangan Pemda merupakan laporan keuangan gabungan dari seluruh
SKPD dan laporan keuangan PPKD sebagai PPKD/BUD. Laporan keuangan Pemda ini
dibuat setiap semester/tahunan dan merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
pengelolaan keuangan daerah untuk tahun anggaran tersebut. Untuk bisa menyusun
laporan keuangan Pemda, terlebih dahulu disusun laporan keuangan Satuan Kerja secara
terpisah, juga PPKD menyusun laporan keuangan sebagai PPKD/BUD. Pada saat akan
disusun laporan keuangan pemda maka laporan keuangan SKPD dan PPKD
digabungkan untuk menjadi laporan keuangan tingkat Pemda. Format laporan keuangan
PPKD sama dengan laporan keuangan SKPD. Yang berbeda dari kedua laporan
keuangan tersebut adalah cakupan transaksi dan akun yang digunakannya. Adapun
komponen laporan keuangan yang disusun oleh PPKD terdiri atas: a) Laporan Realisasi
Anggaran (LRA); b) Neraca; c) Laporan Arus Kas; dan d) Catatan atas Laporan
Keuangan.
Laporan keuangan konsolidasi ini disusun oleh PPKD yang dalam hal ini
bertindak mewakili pemda sebagai konsolidator. Laporan konsolidasi ini dibuat
karena Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) dibangun dengan
arsitektur pusat dan cabang (Home Office & Branch Office). PPKD bertindak
sebagai kantor pusat, sedangkan SKPD bertindak sebagai kantor cabang.
Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah
menggabungkan/mengkonsolidasikan laporan keuangan dari seluruh SKPD dengan
PPKD. Proses penyusunan laporan keuangan konsolidasi ini terdiri atas 2 tahap
utama, yakni tahap penyusunan kertas kerja (worksheet) konsolidasi dan tahap
penyusunan laporan keuangan gabungan pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Laporan Keuangan untuk PPKD (BUD)
Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh PPKD merupakan hasil proses akuntansi
sesuai dengan siklus akuntansi yang dilaksanakan sebelumnya, yaitu tahap
pengidentifikasian dokumen sumber, tahap penjurnalan, dan tahap posting ke buku
besar tiap-tiap akun. Agar memudahkan kontrol dalam penyusunan laporan keuangan
secara manual, dapat dibantu melalui penyusunan Kertas Kerja (Worksheet). Langkah-
langkah dalam penyusunan laporan keuangan PKPD sesuai dengan kertas kerja yang
dibuat terdiri atas: Neraca saldo, Jurnal Penyesuaian, Neraca Saldo setelah Penyesuaian,
Jurnal Penutupan, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sebelum konversi dan Laporan
Realisasi Anggaran setelah konversi, kemudian menyusun Neraca sebelum konversi dan
Neraca setelah konversi.
1) Neraca Saldo
Neraca saldo merupakan ikhtisar buku besar. Fungsi Akuntansi PPKD melakukan
rekapitulasi saldo-saldo buku besar menjadi neraca saldo. Angka-angka saldo dari
semua akun buku besar dipindahkan ke kolom Neraca Saldo dalam worksheet, sesuai
dengan posisi debit atau kredit dalam saldo di buku besar masing-masing.
2) Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dimaksudkan agar nilai dari akun-akun LRA dan neraca sudah
menunjukkan nilai wajar pada tanggal pelaporan. Penyesuaian ini meliputi: transaksi
penyesuaian akibat adanya perbedaan waktu pengakuan transaksi seperti pengakuan
piutang, akumulasi penyusutan di akhir periode akuntansi, penyesuaian untuk SP2D
yang belum diterbitkan untuk pembelian/pembangunan aktiva tetap, dan penyesuaian
penerimaan hibah berupa aset.
Jurnal Penyesuaian untuk Pengakuan Piutang

Jurnal Penyesuaian untuk SP2D yang belum diterbitkan untuk


pembelian/pembangunan aktiva tetap

Jurnal Penyesuaian untuk Penerimaan Hibah Aset

2
Jurnal penyesuaian tersebut dicatat dalam jurnal umum kemudian diposting ke buku
besar serta diletakkan dalam kolom Penyesuaian yang terdapat pada Kertas Kerja.
3) Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran PPKD sebelum Konversi
Laporan Realisasi Anggaran PPKD (LRA PPKD) sebagai kantor pusat, disusun
setiap semester/tahunan. Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan dan
belanja PPKD yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu
periode.
4) Jurnal Penutup
Jurnal Penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal sehingga
menjadi nol pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal adalah perkiraan yang
digunakan untuk Laporan Realisasi Anggaran, yaitu Pendapatan, Belanja, dan
Pembiayaan serta menutup surplus/defisit ke ekuitasnya PPKD. Jurnal penutup yang
dilakukan PPKD adalah sebagai berikut:

Jurnal penutup akan mempengaruhi nilai SILPA di Neraca menjadi jumlah yang benar.
5) Neraca PPKD sebelum Konversi

3
Setelah disusun LRA PPKD, selanjutnya PPKD menyusun Neraca PPKD. Neraca
ini menyajikan informasi tentang posisi keuangan PPKD mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas dana pada tanggal tertentu.
6) Konversi Laporan Keuangan PPKD
Laporan keuangan yang dibuat oleh PPKD yang dihasilkan oleh sistem ini
menggunakan struktur akun belanja yang berbeda dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Untuk itu diperlukan sebuah langkah konversi. Berikut bagan
konversi yang dimaksud.
Konversi Untuk LRA - Pendapatan
Pendapatan yang merupakan wewenang PPKD untuk mencatat dan melaporkannya
dalam LRA, seperti terlihat dalam bagan di atas, harus dilakukan konversi, yaitu:
a. Dari komponen Dana Perimbangan, yakni: Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi-
Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus ke Pendapatan Transfer.
b. Dari komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, yakni: Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya ke komponen Pendapatan Transfer dan Lain-Lain
Pendapatan yang Sah.
Konversi Untuk LRA - Belanja
Belanja Langsung bukan merupakan kewenangan SKPKD sebagai PPKD, tetapi
merupakan kewenangan SKPKD sebagai SKPD. Sedangkan untuk Belanja Tidak
Langsung tidak dikenal dalam format SAP, sehingga perlu dikonversi ke Belanja
Operasi, yang diuraikan sebagai berikut:
a) Dari komponen belanja tidak langsung, yaitu belanja tidak terduga ke
komponen belanja tidak terduga, dan
b) Dari komponen belanja tidak langsung, yaitu belanja bagi hasil dan belanja
bantuan keuangan ke transfer/bagi hasil ke desa.
Dalam konversi agar sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP, pelaporan
realisasi belanja dalam LRA tidak berdasarkan program dan kegiatan, sebagaimana
klasifikasi anggaran belanja langsung dalam APBD. Tetapi untuk tujuan Penjabaran
Laporan Realisasi APBD, belanja harus dilaporkan bersama program dan kegiatan.
Konversi Untuk LRA Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan yang merupakan wewenang PPKD untuk mencatat dan
melaporkannya dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca, seperti terlihat, dalam
bagan di atas, harus dilakukan konversi, yaitu:
a) Dari akun penerimaan pinjaman daerah ke pinjaman dalam negeri, dan
b) Dari akun penerimaan piutang daerah ke penerimaan kembali pinjaman

4
Pengeluaran Pembiayaan yang merupakan wewenang PPKD untuk mencatat dan
melaporkannya dalam LRA, seperti terlihat, dalam bagan di atas, tidak perlu dilakukan
konversi karena tidak terdapat perbedaan yang berarti.
Konversi Untuk Neraca
Ketika akan melakukan konversi Neraca, perlu diteliti lebih dahulu pada klasifikasi
mana terjadi perbedaan antara Permendagri No. 13 Tahun 2006 dengan PP No. 24
Tahun 2005, kemudian lakukan konversi.
Perbedaan pada kelompok Aset Lancar terlihat pada akun piutang, selain piutang pajak
dan piutang retribusi dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 terdapat akun Piutang
Dana Bagi Hasil, Piutang Dana Alokasi Umum, Piutang Dana Alokasi Khusus yang di
dalam format menurut PP No. 24 Tahun 2005 tidak disajikan contohnya, sehingga perlu
ditambahkan. Kemudian dalam format PP No. 24 Tahun 2005 diberikan kelompok akun
Bagian Lancar Pinjaman, yaitu akun Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan
Negara, Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat, dan Bagian Lancar
Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya yang di dalam Permendagri No. 13 Tahun
2006 tidak ada.
Perbedaan pada kelompok akun Investasi Jangka Panjang:
a) Dalam format PP No. 24 Tahun 2005 Investasi dalam Proyek Pembangunan
digolongkan ke dalam kelompok Investasi Non- Permanen, sedangkan dalam
Permendagri No. 13 Tahun 2006 Penyertaan Modal dalam Proyek Pembangunan
digolongkan ke dalam kelompok Investasi Permanen,
b) Dalam format Permendagri No. 13 Tahun 2006 terdapat akun Investasi Dana
Bergulir termasuk ke dalam Investasi Non-Permanen, yang di dalam format PP
No. 24 Tahun 2005 tidak ada,
c) Dalam format Permendagri No. 13 Tahun 2006 terdapat akun Penyertaan Modal
Perusahaan Patungan termasuk ke dalam Investasi Permanen, yang di dalam
format PP No. 24 Tahun 2005 tidak ada.
Perbedaan kelompok Kewajiban:
a) Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2005 terdapat Utang Pajak yang dimasukkan
ke dalam Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) menurut PP No. 24 Tahun
2005,
b) Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2005 terdapat Pendapatan Diterima di Muka
yang dimasukkan ke dalam Utang Jangka Pendek Lainnya menurut PP No. 24
Tahunv2005,
c) Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2005 terdapat Utang Luar Negeri yang
dimasukkan ke dalam Utang Jangka Panjang Lainnya menurut PP No. 24 Tahun
2005.
tidak terdapat perbedaan antara Permendagri No. 13 Tahun 2006 dengan PP No. 24
Tahun 2005 bagi komponen Ekuitas pada Neraca.

5
7) Penyusunan Laporan Keuangan PPKD Setelah Konversi
Laporan Keuangan yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran PPKD Setelah
Konversi dan Neraca PPKD setelah Konversi
8) Penyusunan Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas disusun untuk memberikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan transitoris. Untuk kepentingan
penyusunan Laporan Arus Kas ini, nilai-nilai yang ditampilkan adalah yang ada di buku
kas, baik yang ada di SKPD maupun di PPKD, yang terdiri atas seluruh penerimaan kas
yang meliputi: pendapatan, penerimaan pembiayaan, dan transaksi transitoris. Juga
ditampilkan nilai-nilai dari seluruh pengeluaran kas, yang meliputi: belanja,
pengeluaran pembiayaan, dan transaksi transitoris. Yang dimaksud dengan transaksi
transitoris di sini adalah transaksi yang dilakukan Pemda tetapi uangnya bukan hak
Pemda, melainkan hak pihak ketiga, sehingga Pemda di sini sifatnya hanya perantara.
Contoh transaksi transitoris adalah pemotongan pajak yang dilakukan Pemda, seperti
pemotongan pajak, IWP, Taperum, dan lainnya yang serupa.
9) Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus memiliki referensi
silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
2.2. Laporan Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus
Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan konsolidasian disajikan oleh entitas pelaporan, kecuali:
1. Laporan keuangan konsolidasian arus kas yang hanya disajikan oleh entitas
yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum
2. Laporan keuangan konsolidasian perubahan saldo anggaran lebih yang hanya
disusun dan disajikan oleh Pemerintah Pusat.
Proses konsolidasi diikuti dengan eliminasi akun-akun timbal balik (reciprocal accounts),
antara lain sisa uang persediaan yang belum dipertanggungjawabkan oleh bendahara
pengeluaran sampai dengan akhir periode akuntansi. Namun demikian, apabila eliminasi
dimaksud belum dimungkinkan, maka hal tersebut diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.

Tahap Penyusunan Kertas Kerja Konsolidasi


Kertas kerja konsolidasi adalah alat bantu untuk menyusun neraca saldo gabungan
SKPD dan PPKD. Kertas kerja berguna untuk mempermudah proses pembuatan

6
laporan keuangan gabungan. Aktivitas utama dari penyusunan kertas kerja konsolidasi
dibagi kedalam 3 bagian yaitu:
1) Menyusun worksheet LRA yaitu dengan cara menggabungkan akun-akun pada kode
4, 5 6 dan 7 dari seluruh SKPD DAN PPKD untuk mendapatkan LRA GABUNGAN.
2) Menyusun worksheet LO yaitu dengan cara menggabungkan akun-akun pada kode
8 dan 9 dari seluruh SKPD DAN PPKD untuk mendapatkan LO
GABUNGAN.
3) Menyusun worksheet Neraca yaitu dengan cara menggabungkan akun-akun pada kode
1.2 dan 3 dari seluruh SKPD DAN PPKD untuk mendapatkan NERACA
GABUNGAN. Namun khusus untuk penggabungan Neraca lebih dulu harus
dibuat jurnal eliminasi, barulah kemudian dibuat NERACA GABUNGAN.
Contoh Kertas Kerja Konsolidasi
Kode Uraian SKPD I SKPD II PPKD Saldo
Rekenin Gabungan
D K D K D K D K
g

Jurnal Eliminasi
Jurnal eliminasi dibuat untuk meng-nol-kan RK-PPKD dan RK- SKPD yang
merupakan akun reciprocal yang bersifat sementara di tingkat Pemda (entitas
pelaporan). Akun ini akan di eliminasi dengan jurnal eliminasi pada akhir periode,
untuk tujuan penyusunan neraca konsolidasi. Namun jurnal eliminasi ini tidak
dilakukan pemostingan ke buku besar masing-masing akun reciprocal tersebut, baik
di SKPD maupun di PPKD. Sehingga akun RK-PPKD di neraca SKPD dan akun RK-
SKPD di neraca PPKD tetap hidup.

Untuk mengeliminasi akun resiprokal ini dengan menjurnal RK-PPKD di Debet dan
RK-SKPD di Kredit.
R/K PPKD xxxx
R/K SKPD xxxx

Jurnal Penutup
Jurnal penutup sudah dilakukan di entitas SKPD dan PPKD ketika menyusun
laporan keuangan masing-masing.
Sehingga pada saat menggabungkan/mengkonsolidasikan tidak perlu lagi membuat

7
jurnal penutup
Tahap Penyusunan Laporan Keuangan
1. Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan laporan yang menyajikan
informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, Surplus/defisit-LRA, dan
pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu
periode. LRA dapat langsung dihasilkan dari LRA konsolidasi yaitu dengan
mengambil data akun-akun kode rekening 4 (Pendapatan - LRA), 5 (Belanja), 6
(Transfer) dan 7 (Pembiayaan) pada worksheet yang telah di gabungkan.
2. Menyusun Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan SAL ini merupakan akumulasi SiLPA periode berjalan dan
tahun-tahun sebelumnya. Laporan perubahan SAL baru dapat disusun setelah LRA
selesai. Hal ini karena dalam menyusun laporan perubahan SAL, kita
memerlukan informasi SiLPA /SIKPA tahun berjalan yang ada di LRA.
3. Penyusunan Laporan Operasional
Sama halnya dengan LRA, Laporan Operasional (LO) juga dapat langsung
dihasilkan dari LO konsolidasi yaitu dengan mengambil data akun-akun kode
rekening 8 (Pendapatan - LO) dan 9 (Beban).
4. Menyusun Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan Perubahan Ekuitas menggambarkan pergerakan ekuitas pemerintah daerah.
Laporan Perubahan Ekuitas disusun dengan menggunakan data Ekuitas Awal dan
data perubahan ekuitas periode berjalan yang salah satunya diperoleh dari
Surplus/defisit Laporan Operasional.
5. Penyusunan Neraca
Laporan keuangan lainnya yang langsung dapat dihasilkan dari WORKSHEET
konsolidasi adalah Neraca. Neraca dapat disusun dengan mengambil data akun-
akun kode rekening 1 (Aset), 2 (Kewajiban) dan 3 (Ekuitas). Ada proses jurnal
eliminasi untuk reciprocal RK-SKPD dan RK-PPKD. Sebagai catatan :Dari proses
penutupan LO sebelumnya di SKPD dan PPKD terbentuk Ekuitas yang sudah
meliputi Transaksi Kas dan Akrual. Dari proses penutupan LRA terbentuk Ekuitas
SAL dan proses offset Ekuitas dari Transaksi Kas. Dengan demikian didalam akun
Ekuitas akan terlihat saldo Ekuitas SAL dan Ekuitas Akrual murni.
6. Membuat Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menggambarkan aliran kas masuk dan kas keluar yang terjadi
pada pemerintah daerah. Semua transaksi arus kas masuk dan kas keluar tersebut
kemudian diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas
pendanaan, dan aktivitas transitoris. Informasi tersebut dapat diperoleh dari Buku

8
Besar Kas. Laporan Arus Kas disusun oleh Bendahara Umum Daerah.
7. Membuat Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau rincian dari angka yang
tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Hal-hal yang
diungkapkan di dalam Catatan atas Laporan Keuangan antara lain:
a. Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
b. Informasi tentang kebijakan keuangan dan ekonomi makro;
c. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
e. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan;
f. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
g. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

Konsolidasi Pada BLU/BLUD


Selaku penerima anggaran belanja pemerintah (APBN/APBD) BLU/BLUD adalah
entitas akuntansi, yang laporan keuangannya dikonsolidasikan pada entitas pelaporan
yang secara organisatoris membawahinya.
Selaku satuan kerja pelayanan berupa Badan, walaupun bukan berbentuk badan
hukum yang mengelola kekayaan Negara yang dipisahkan, BLU/BLUD adalah
entitas pelaporan.
Konsolidasi laporan keuangan BLU/BLUD pada kementerian/lembaga/pemerintah
daerah yang secara organisatoris membawahinya dilaksanakan setelah laporan keuangan
BLU/BLUD disusun menggunakan standar akuntansi yang sama dengan standar
akuntansi yang dipakai oleh organisasi yang membawahinya.

9
10
BAB III
SIMPULAN

Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh PPKD merupakan hasil proses akuntansi
sesuai dengan siklus akuntansi yang dilaksanakan sebelumnya, yaitu tahap
pengidentifikasian dokumen sumber, tahap penjurnalan, dan tahap posting ke buku
besar tiap-tiap akun. Agar memudahkan kontrol dalam penyusunan laporan keuangan
secara manual, dapat dibantu melalui penyusunan Kertas Kerja (Worksheet). Langkah-
langkah dalam penyusunan laporan keuangan PKPD sesuai dengan kertas kerja yang
dibuat terdiri atas: Neraca saldo, Jurnal Penyesuaian, Neraca Saldo setelah Penyesuaian,
Jurnal Penutupan, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sebelum konversi dan Laporan
Realisasi Anggaran setelah konversi, kemudian menyusun Neraca sebelum konversi dan
Neraca setelah konversi.

Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan dari seluruh


laporan keuangan PPKD dan laporan keuangan SKPD menjadi satu laporan keuangan
entitas tunggal, dalam hal ini adalah laporan keuangan pemda sebagai entitas
pelaporan. Laporan keuangan konsolidasi ini disusun oleh PPKD yang dalam hal ini
bertindak mewakili pemda sebagai konsolidator. Laporan konsolidasi ini dibuat
karena Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) dibangun dengan
arsitektur pusat dan cabang (Home Office & Branch Office). PPKD bertindak
sebagai kantor pusat, sedangkan SKPD bertindak sebagai kantor cabang. Dasar
penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah menggabungkan/mengkonsolidasikan
laporan keuangan dari seluruh SKPD dengan PPKD. Proses penyusunan laporan
keuangan konsolidasi ini terdiri atas 2 tahap utama, yakni tahap penyusunan kertas
kerja (worksheet) konsolidasi dan tahap penyusunan laporan keuangan gabungan
pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan.

11
DAFTAR RUJUKAN

Mursyidi. 2009. Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Bandung : Penerbit PT Refika


Aditama

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.


2007.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
2006.

12

You might also like