You are on page 1of 8

RESPONS BIO-PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL PADA KELUARGA TENAGA KERJA

INDONESIA YANG TERINFEKSI HIV


(Bio-psycho-social-spiritual responses of family and relatives of HIV-Infected Indonesian Migrant
Workers)

Nursalam*, Ninuk D.K*, Abu Bakar*, Purwaningsih*, Candra P.A*,


*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Kampus C Jl. Mulyorejo Surabaya
E-mail: nursalam@fkp.unair.ac.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Angka kejadian Human Immunodeficiency Virus (HIV) di kalangan pekerja Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
yang pulang dari negara tujuan kerjanya terutama di Propinsi Jawa Timur cukup tinggi. Stres yang dialami oleh penderita
akan bertambah dengan perilaku anggota keluarga yang maladaptif, sehingga bisa mempengaruhi proses penyembuhan
dan bahkan meningkatkan angka kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons bio-psiko-sosio-spiritual
anggota keluarga TKI yang terinfeksi HIV. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis respons bio-psiko-sosio-spiritual
pada keluarga Tenaga Kerja Indonesia yang terinfeksi HIV serta membandingkannya dengan respons keluarga non TKI
yang terinfeksi HIV. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah komparatif, yaitu untuk mengungkap respons
bio-psiko-sosio-spiritual pada keluarga TKI yang terinfeksi HIV dan membandingkan dengan keluarga TKI yang tidak
terinfeksi HIV. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien TKI yang terinfeksi dan tidak terinfeksi di dua
kabupaten di wilayah Jawa Timur. Sampel sebanyak 17 orang diambil dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan
data dalam dilakukan di rumah keluarga TKI yang terinfeksi virus HIV, meliputi respons biologis dengan pengambilan
darah vena untuk pemeriksaan kortisol, dan pengukuran variabel psikologis sosial dan spiritual dengan menggunakan
kuesioner dan wawancara. Analisa data dilakukan dengan uji statistik t Test dan Mann-Whitney dengan signifikansi 0,05.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan respons biologis keluarga pasien HIV TKI dan non TKI (p = 0,000)
meskipun sebagian besar responden berada dalam rentang normal atau tidak stres. Sebaliknya, pada respons psikologi,
sosial dan spiritual tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik dengan nilai-nilai signifikasi psikologis p
= 0,065, sosial p = 0,057, dan spiritual p = 0,243. Diskusi: Kesimpulan dari penelitian respons biologis (kortisol) pada
kelompok responden keluarga pasien HIV TKI lebih baik dibandingkan dengan non TKI, tetapi tidak terdapat perbedaan
secara statistik pada respons psikologis, sosial dan spiritual.

Kata kunci: HIV, TKI, keluarga pasien, stres, psikologis, sosial, spiritual

ABSTRACT
Introduction: Incidence of Human Immunodeficiency Virus (HIV) among Indonesian Migrant Workers (TKI) returning
from his destination countries, especially in East Java is quite high. Stress experienced by the patient is affected bythe
family member maladaptive behaviors; thus affect healing process and even increased mortality. The purpose of this
study was to analyze the response of the bio-psycho-socio-spiritual family of Indonesian Workers who are infected with
HIV and compared with the response of non-family workers who are infected with HIV. Method: Research design was
comparative to reveal the response of the bio-psycho-socio-spiritual families of HIV-infected familyof migrant workers
and non-migrant workers. The population was family of both migrant and non-migrant in two districts in East Java in
2014. Sample of 17 people were recruited by simple random sampling technique. Data were performed at the family home,
including biologic response (venous blood sampling for cortisol examination), and measurement of the psychological,
social and responses by using questionnaires and interviews. Data were analysed with statistical t test and Mann-
Whitney test with a significance level of 0.05. Result: The results showed no differences in the biological response of HIV
patients families among migrant and non-migrant workers (p = 0.000) although the majority of respondents were in the
normal range or not stress. In contrast, the psychology, social and spiritual responsesshowed no statistically significant
difference with p = 0.065, p = 0.057, p = 0.243 for psychological, social, and spiritual responses respectively. Discussion:
There is a difference in the biological response (cortisol) in the group of family and relatives of patients with HIV among
migrant workers compared with non-migrant workers, but there is no statistical difference in the psychological, social
and spiritualresponses.

Keywords: HIV, migrant workers, their families, stress, psychological, social, spiritual

PENDAHULUAN fungsi dari sel-sel sistem imun. Sebagai


Human Immunodeficiency Virus (HIV) progress dari infeksi, sistem imun menjadi
adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel- lemah, dan manusia menjadi lebih rentan
sel sistem imun, menghancurkan atau merusak terkena infeksi. Stadium yang paling lanjut

209
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 209216

dari infeksi HIV adalah Acquired Immune Propinsi Jawa Timur (Dinkes Provinsi Jawa
Deficiency Syndrome (AIDS) (WHO, 2013a). Timur, 2012). Data secara nasional mengenai
Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh TKI yang positif terinfeksi HIV & AIDS
terutama pada darah, cairan sperma, cairan belum terdokumentasi dengan baik. Namun,
vagina, dan air susu ibu. Virus tersebut merusak terdapat sumber menyatakan bahwa terjadi
kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan kewaspadaan oleh pihak Dinas Tenaga
turun dan hilangnya daya tahan tubuh sehingga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan
mudah terjangkit penyakit infeksi lainnya (Disnakertransduk) Jawa Timur mengenai
(Nursalam & Kurniawati, 2007). Penurunan penyebaran kasus HIV & AIDS di Propinsi
imunitas dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jawa Timur adalah dari mantan tenaga kerja-
Faktor yang perlu diperhatikan oleh tenaga tenaga kerja Indonesia (Depkes, 2013). Data
kesehatan adalah stresor psikososial. Aspek jumlah pekerja di Jawa timur yang terjangkit
psikososial menurut Stewart (1997) dibedakan HIV & AIDS sebanyak 1700-an, dengan 10%
menjadi tiga hal, antara lain: (1) stigma diantaranya adalah mantan Tenaga Kerja
sosial; (2) diskriminasi terhadap orang yang Indonesia (ANTARA, 2011).
terinfeksi HIV; (3) terjadinya waktu yang lama Individu dengan HIV & AIDS yang
terhadap respon psikologis mulai penolakan, mendapat perawatan di rumah sakit akan
marah, tawar-menawar, dan depresi berakibat mengalami kecemasan dan stres pada semua
pada keterlambatan upaya pencegahan dan tingkat usia. Penyebab kecemasan yang
pengobatan. Lingkup terkecil dari lingkungan dialami pasien tersebut salah satu faktor yang
sosial pasien adalah keluarga. Dukungan sosial mempengaruhi selain dari petugas kesehatan
terutama dari keluarga adalah penting, dan adalah keluarga yang menunggui selama
sangat menentukan perkembangan penyakit perawatan. Keluarga juga sering merasa
yang dapat menurunkan kondisi kesehatan cemas dengan perkembangan keadaan pasien,
pasien, mempercepat progresivitas penyakit pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun
hingga timbul kematian. Namun, bagaimana dampak tersebut tidak secara langsung kepada
gambaran respon bio-psiko-sosio-spiritual pasien, tetapi secara psikologis pasien akan
pada keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merasakan perubahan perilaku dari keluarga
yang terinfeksi virus HIV ini masih belum yang menungguinya selama perawatan
diteliti. (Marks, 1998 dalam Subowo, 1992). Pasien
Data dari WHO tentang jumlah orang menjadi semakin stres dan berpengaruh
yang terinfeksi HIV di Indonesia pada tahun terhadap proses penyembuhannya karena
2011 berkisar 380.000 jiwa. Data ini selalu penurunan respon imun. Ader (1885) dalam
meningkat tiap lima tahunnya, yakni pada Subowo (1992) telah membuktikan bahwa
tahun 2006 tercatat sebanyak 180.000 jiwa dan individu yang mengalami kegoncangan jiwa
pada tahun 2001 berkisar 12.000 jiwa (WHO, akan mudah terserang penyakit, karena pada
2013b). Pada tahun 2013 ini, Ditjen PP & PL kondisi stres akan terjadi penekanan sistem
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia imun.
merilis data tentang penemuan kasus baru Ada keterkaitan antara lingkungan
HIV pada tahun 2012 mencapai 21.511. Data sosial (keluarga) pasien HIV & AIDS dengan
ini meningkat daripada tahun sebelumnya progresifitas penyakit tersebut, membuat
pada 2011 sejumlah 21.031. Jumlah penderita penulis ingin mengetahui bagaimana gambaran
HIV khusus Propinsi Jawa Timur, seperti yang reaksi psikologis (respon stres) pada keluarga
disampaikan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terinfeksi
Jawa Timur pada tahun 2011 tercatat sebanyak virus HIV. Dukungan dari lingkungan sosial
2646 jiwa, terjadi peningkatan dari tahun (keluarga) sangat dibutuhkan pasien HIV &
sebelumnya sejumlah 2233 jiwa. Data hingga AIDS sehubungan dengan rasa putus asa yang
Juni 2012 menunjukkan bahwa Kabupaten dialami pasien sejak pasien tersebut dinyatakan
A dan Kabupaten Tulung Agung termasuk terinfeksi virus HIV. Harapannya, dengan
dalam zona merah distribusi kasus AIDS di

210
Respons Bio-psiko-sosio-spiritual pada Keluarga (Nursalam, dkk.)

adanya respon emosi yang positif dari keluarga ETHICAL CLEARANCE


dapat mengurangi stres yang dialami pasien.
Penelitian ini sudah diuji dan dinyatakan
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
laik etik oleh Tim Etik Universitas Airlangga
respons bio-psiko-sosio-spiritual pada keluarga
pada tanggal 23 Juli 2014, dengan nomor
Tenaga Kerja Indonesia yang terinfeksi HIV
surat persetujuan No. 1245/UN3.14/LT/2014.
serta membandingkannya dengan respons
Prinsip etik yang diterapkan dalam penelitian
keluarga non TKI yang terinfeksi HIV.
ini meliputi prinsip beneficence, prinsip justice
dan prinsip menghargai martabat manusia.
METODE
Desain penelitian yang digunakan HASIL
adalah komparatif, yaitu untuk mengungkap
Hasil pengumpulan data menunjukkan
respons bio-psiko-sosio-spiritual pada keluarga
bahwa dari 17 responden (8 responden terkena
TKI yang terinfeksi HIV dan membandingkan
HIV, tetapi bukan sebagai TKI sedang 9
dengan keluarga TKI yang tidak terinfeksi
responden terkena HIV dan pernah sebagai
HIV. Hasil dari riset ini bertujuan untuk
TKI keluar negeri) didapatkan proporsi yang
menjadi bahan penambah wawasan/khasanah
sama pada responden laki-laki dan perempuan.
keilmuan keperawatan keluarga khusus pada
Seluruh responden adalah keluarga dekat
keluarga TKI dengan penyakit HIV & AIDS,
penderita HIV baik suami atau istri, adik,
sehingga indikator pencapaian riset ini bisa
kakak, anak, orang tua, dan keponakan.
merubah perilaku keluarga TKI dengan HIV &
Tabel 1 menunjukkan nilai hasil
AIDS dalam menyikapi dan memperlakukan
pemeriksaan kortisol pada kelompok keluarga
anggota keluarga yang terinfeksi HIV ke arah
TKI lebih baik dibandingkan dengan non TKI,
yang positif.
tetapi hampir seluruh responden baik anggota
Populasi dalam penelitian ini adalah
keluarga TKI maupun non-TKI penderita HIV
keluarga pasien TKI yang terinfeksi dan
& AIDS mempunyai kadar kortisol berada
tidak terinfeksi di dua kabupaten di wilayah
dalam rentang normal. Hanya masing-masing
Jawa Timur. Sampel sebanyak 17 orang
satu orang responden yang memiliki kadar
direkrut dengan teknik consecutive sampling.
kortisol tinggi pada kelompok keluarga TKI,
Pengambilan data dilakukan selama 5
dan satu orang pada tingkat rendah yaitu pada
bulan. Pengumpulan data dalam penelitian
keluarga non-TKI. Uji t-Test menunjukkan
ini dilakukan di rumah keluarga TKI yang
angka p = 0,000 artinya terdapat perbedaan
terinfeksi virus HIV, di mana pertama
kadar kortisol antara keluarga pasien HIV TKI
keluarga pasien diambil sampel darah dengan
dan non TKI.
menggunakan peralatan dan prosedur sesuai
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada
standart. Waktu pengambilan dilakukan
aspek psikologis, sebagian keluarga penderita
sewaktu-waktu pada saat peneliti bertemu
HIV TKI berada pada tahap bargaining,
dengan responden. Darah diambil kurang lebih
sedangkan keluarga penderita non TKI pada
3 ml dan dilakukan kontrifusi di tempat untuk
tahap acceptance (menerima). Respon sosial
pemeriksaan kortisol.
terbanyak adalah emosi dan sosial, sedangkan
Variabel psikologis sosial dan spiritual
cemas berada pada minoritas responden.
diukur dengan menggunakan kuesioner dan
Respons spiritual keluarga, baik TKI maupun
wawancara. Responden yang lansia atau pun
non TKI adalah mayoritas tabah. Hasil uji
kurang bisa lancar membaca maka pengisian
statistik dengan Mann Whitney menunjukkan
kuesioner dengan dibantu peneliti dengan
tidak ada satu pun respons psikologis, sosial
dibacakan kuesionernya. Pengambilan darah
dan spiritual yang bermakna antara kelompok
dilakukan sebelum pengisian kuesioner.
keluarga TKI dan non-TKI dengan nilai
Analisa data dilakukan dengan uji
signifikasi psikologis p = 0,065, sosial p =
statistik t-Test dan Mann-Whitney dengan
0,057, dan spiritual p = 0,243.
signifikansi 0,05.

211
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 209216

Tabel 1. Tabulasi kadar kortisol responden keluarga penderita HIV TKI dan Non TKI
TKI NON TKI
Kode
Kortisol Nilai Normal Kode Resp Kortisol Nilai Normal
Resp
01 9.63 (4.3- 22.4) 10 15.37 (3.09- 16.66)
02 10.52 (4.3- 22.4) 11 12.49 (4.3- 22.4)
03 20.29 (4.3- 22.4) 12 8.63 (3.09- 16.66)
04 9.72 (4.3- 22.4) 13 331.5 (P:171-536/ S:64- 327)
05 11.03 (4.3- 22.4) 14 4.0 (P:171-536/ S:64- 327)
06 11.52 (4.3- 22.4) 15 152.1 (P:171-536/ S:64- 327)
07 10.45 (4.3- 22.4) 16 434.6 (P:171-536/ S:64- 327)
08 22.50 (4.3- 22.4) 17 346.1 (P:171-536/ S:64- 327)
09 13.07 (3.09- 16.66)
Mean = 13, 19 Mean = 163, 09
SD = 4,79 SD = 181,01
t-Test = 0,000
Keterangan: Perbedaan rentang nilai normal berdasarkan waktu pengambilan darah

Tabel 2. Tabulasi silang respons psikologis, sosial dan spiritual responden keluarga penderita HIV
TKI dan Non TKI
RESPONS SUB RESPONS NON TKI TKI
f % f %
Psikologis Denial - - - -
Anger - - - -
Bargaining 1 12,5 6 66,7
Depression 1 12,5 1 11,1
Acceptance 6 75 2 22,2
Mann Whitney = 0,065
Sosial Emosi 3 37,5 6 66,7
Cemas 1 12,5 2 22,2
Sosial 4 50 1 11,1
Mann Whitney = 0,057
Spiritual Harapan 1 12,5 - -
Tabah 7 87,5 9 100
Hikmah - - - -
Mann Whitney = 0,243

keluarga yang tinggal dengan ODHA baik


PEMBAHASAN
yang tertular saat TKI atau pun non-TKI telah
Hampir seluruh responden baik anggota mengetahui status penyakit yang dialami oleh
keluarga TKI maupun non-TKI penderita HIV anggota keluarganya yang tertular HIV selama
& AIDS mempunyai kadar kortisol berada lebih dari 3 tahun. Sebagian besar keluarga jika
dalam rentang normal. Hal ini disebabkan dikaitkan dengan teori berduka menurut Engels
karena beberapa hal, di antaranya lama (1964) dalam Suseno (2004) sudah mencapai
keluarga mengetahui status penyakit anggota fase reorganization/the outcome, sehingga
keluarga dengan HIV. Sebagian besar anggota keluarga telah mampu mengembangkan suatu

212
Respons Bio-psiko-sosio-spiritual pada Keluarga (Nursalam, dkk.)

kesadaran baru bahwa mereka perlu merawat Hampir tidak ada perbedaan kadar kortisol
anggota keluarganya yang sakit. Sebagai responden dengan anggota keluarga HIV &
akibatnya, merawat anggota keluarga yang AIDS yang tertular saat TKI maupun non-
menderita HIV bukan lagi merupakan sumber TKI, menunjukkan respons biologis (kortisol)
stress bagi responden. dalam rentang normal. Dapat dikatakan tidak
Teori adaptasi Roy mengemukakan ada kecemasan secara biologis pada responden
bahwa adaptasi dari jaringan atau sel imun baik dengan anggota keluarga HIV & AIDS
yang memiliki hormon kortisol dapat terbentuk yang tertular saat TKI maupun non-TKI.
bila dalam waktu lain menderita stres atau Sebagian besar responden dengan
yang biasa disebut dengan mekanisme anggota keluarga TKI penderita HIV &
regulator. Faktor pemahaman tentang cara AIDS respons psikologisnya berada dalam
penularan HIV & AIDS oleh individu turut tahap bargaining. Berbeda dengan responden
memengaruhi tingkat kecemasan. Hal ini dengan anggota keluarga HIV & AIDS
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan non-TKI yakni sebagian besar responden,
oleh Anurmalasari, Karyono, & Dewi (2009) respons psikologisnya berada dalam tahap
yang melakukan penelitian yang menghasilkan acceptance. Sebagian kecil responden dengan
kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara anggota keluarga HIV & AIDS yang TKI
pemahaman HIV & AIDS dengan kecemasan dan non-TKI respons psikologisnya berada
tertular HIV & AIDS pada wanita tuna susila dalam tahap depresi. Respons psikologis
di Cilacap. Persepsi individu dapat dibentuk dalam tahap menerima dialami oleh sebagian
bersumber dari banyak faktor seperti faktor kecil responden dengan anggota keluarga
adanya peran kelompok dukungan sebaya. HIV & AIDS yang tertular saat menjadi
Hal ini dibuktikan berdasar penelitian yang TKI. Sebagian kecil saja responden dengan
dilakukan Kamila & Siwiendrayanti (2010) anggota keluarga HIV & AIDS non-TKI yang
yang menyatakan terdapat hubungan yang respons psikologisnya berada dalam tahap
kuat dengan adanya peran dukungan sebaya bargaining.
dalam membentuk persepsi pada sesama Respons adaptasi psikologis terhadap
Orang Dengan HIV & AIDS (ODHA) untuk stresor menurut Kubler Ross (1974) dalam
patuh dalam mengonsumsi Anti-Retroviral Potter & Perry (2005) menguraikan lima tahap
Virus (ARV). reaksi emosi seseorang terhadap stresor yakni
Walaupun sebagian kecil responden 1) pengingkaran; 2) marah; 3) tawar menawar;
yang tidak tinggal serumah dengan ODHA, 4) depresi; dan 5) menerima.
tetapi mereka tetap yang merawat anggota Adanya anggota keluarga yang terinfeksi
keluarga yang ODHA apabila terserang infeksi HIV & AIDS dipandang sebagai sumber
oportunistik di rumah sakit. Pemahaman stresor bagi responden, sehingga respons
tentang cara penularan HIV dari responden psikologis atau tingkat penerimaan responden
sebagian besar diperoleh dari peran serta terhadap anggota keluarga yang terinfeksi HIV
kelompok sebaya dalam hal ini ODHA & AIDS tidak hanya dilihat secara kualitatif
yang bekerja sosial di bawah kendali Dinas dengan melihat kadar kortisol, tapi juga
Kesehatan Kabupaten. Dinas Kabupaten A dibuktikan secara kuantitatif menggunakan
misalnya, mempunyai kader HIV & AIDS kuesioner untuk melihat tahapan respons
yang juga anggota perwakilan Komisi psikologis responden. Menurut peneliti,
Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) terdapat perbedaan tahapan psikologis yang
cabang Kabupaten A. Mereka sangat mengenal dicapai secara kuantitatif. Pada responden
betul para ODHA di Kabupaten A dibuktikan dengan anggota keluarga yang terinfeksi HIV
dengan interaksi yang cukup bersahabat & AIDS saat bekerja sebagai TKI berada
baik pada ODHA amupun ke keluarganya. dalam tahap bargaining. Tahap bargaining
Peran serta yang baik ini turut mendukung menurut Kubler Ross mempunyai ciri antara
pemahaman responden akan penyakit HIV & lain marah-marah telah berlalu, tidak ada
AIDS yang dialami anggota keluarga mereka. manfaatnya menyesali yang terjadi, dan mulai

213
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 209216

berpikir dan mempunyai niat atau bersikap penolakan, marah-marah, tawar menawar,
tenang. Hal ini seperti yang dialami salah satu dan depresi berakibat terhadap keterlambatan
responden yang menyatakan sering kali masih upaya pencegahan dan pengobatan. Adanya
takut dengan penyakit HIV & AIDS, namun dukungan sosial yang baik dari keluarga,
jika melihat keadaan anggota keluarganya teman, maupun tenaga kesehatan dapat
yang terinfeksi HIV & AIDS saat ini yang meningkatkan kualitas hidup ODHA. Hal ini
dalam keadaan sehat dan mampu mengurus sesuai dengan penelitian oleh Payuk, Arsin,
keluarga dengan baik serta bisa bekerja dengan & Abdullah (2012) tentang hubungan antara
berdagang makanan membuat responden ingin dukungan sosial dengan kualitas hidup ODHA
berperan aktif merawat anggota keluarganya di daerah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat
tersebut terbatas pada mengingatkan untuk (Puskesmas) Jumpandang Baru, Makasar.
minum obat dan menjaga stamina. Bentuk dukungan sosial terutama kepada
Pada responden dengan anggota ODHA menurut Nurbani & Zulkaida (2012)
keluarga yang terinfeksi HIV & AIDS non- antara lain emotional support, informational
TKI berada dalam tahap acceptance. Menurut support, instrumental or tangible support, dan
peneliti terdapat bukti yang sesuai antara yang companionship support, dukungan tersebut
dialami responden dengan ciri individu berada berdampak positif pada kehidupan ODHA.
dalam tahap acceptance menurut Kubler Untuk kesehatan, ODHA menjadi lebih
Ross. Ciri tersebut antara lain responden memperhatikan kesehatannya. Jika dilihat dari
lebih sabar dalam menerima anggota keluarga dampak psikologis, ODHA menjadi memiliki
yang terinfeksi HIV & AIDS dan berusaha motivasi, lebih percaya diri dalam menjalankan
melindungi anggota keluarga tersebut dengan sesuatu dan menjadi lebih ringan dalam
stigma-stigma masyarakat terkait adanya melakukannya. Adapun dampak sosial, ODHA
tetangga yang mengerti penyakit apa yang menjadi lebih banyak teman, merasa dirinya
dialami anggota keluarganya dan menyebarkan berarti, serta ODHA diikutsertakan dalam
isu ke yang lain. kegiatan kelompok. Selain dampak tersebut,
Respons sosial responden dengan ada pula dampak perkerjaan yang dapat
anggota keluarga terinfeksi HIV & AIDS baik mengoptimalkan kemampuannya, menjadikan
saat menjadi TKI dan non-TKI mengemukakan kemampuan ODHA bertambah, ODHA dapat
bahwa terdapat sebagian besar responden mengevaluasi pekerjaannya serta mendapatkan
dengan anggota keluarga HIV & AIDS TKI informasi yang dibutuhkan, sehingga ODHA
mempunyai respons sosial dalam tahap emosi, dapat membantu dalam memberikan informasi
sebagian kecil yang berada dalam tahap cemas mengenai akses kesehatan kepada kelompok
dan sosial yang baik. Responden dengan anggota dukungan.
anggota keluarga terinfeksi HIV & AIDS Selama pengambilan data berlangsung,
non-TKI terdapat sebagian kecil responden pada responden dengan anggota keluarga
respons sosialnya berada dalam tahap cemas, yang terinfeksi HIV & AIDS saat bekerja
hampir setengahnya dalam tahap emosi, dan sebagai TKI mempunyai respons sosial yang
setengahnya berada dalam tahap sosial yang kurang sesuai dengan yang ditunjukkan atau
baik. dihasilkan dari kuesioner berdasar data secara
Respons adaptif sosial individu yang kuantitatif. Responden memiliki interaksi
menghadapi stresor tertentu menurut Stewart sosial dengan masyarakat sekitar yang baik.
(1997) dibedakan dalam 3 aspek yang antara Peneliti hampir tidak pernah, walaupun ada,
lain: 1) stigma sosial memperparah depresi melihat responden harus mengisolasi sosial
dan pandangan yang negatif tentang harga diri dengan masyarakat sekitar, sehingga merasa
individu; 2) diskriminasi terhadap orang yang emosi dan cemas ketika melakukan interaksi
terinfeksi HIV, misalnya penolakan bekerja dan sosial dengan masyarakat sekitar terutama
hidup serumah juga akan berpengaruh terhadap tetangga meskipun tetangga mengetahui
kondisi kesehatan; dan 3) terjadinya waktu penyakit yang diderita anggota keluarga
yang lama terhadap respons psikologis mulai responden.

214
Respons Bio-psiko-sosio-spiritual pada Keluarga (Nursalam, dkk.)

Responden mengetahui cara penularan diagnosis penyakit yang diterima anggota


virus ini dengan cukup baik dari peran keluarganya.
serta kelompok sebaya yang juga pemerhati
ODHA yang bersama Dinas Kesehatan Kota/
SIMPULAN DAN SARAN
Kabupaten melakukan pendampingan tidak
hanya terhadap ODHA-nya sendiri tapi juga Simpulan
memberi pengetahuan kepada responden Respons biologis (kortisol) pada
tentang penularan penyakit HIV & AIDS. kelompok responden keluarga pasien HIV
Hal ini memengaruhi respons penerimaan TKI menunjukkan respons yang lebih baik
responden akan anggota keluarga mereka yang dibandingkan dengan non TKI. Sebaliknya,
tertular HIV & AIDS saat bekerja sebagai TKI psikologis, sosial dan spiritual kedua kelompok
sehingga responden tidak menjadi sumber keluarga dirasakan sama dan tidak ada
stresor bagi ODHA melainkan menjadi faktor perbedaan.
pendukung bagi ODHA dalam meningkatkan
kualitas hidup ODHA. Saran
Responden dengan anggota keluarga
terinfeksi HIV & AIDS non-TKI menunjukkan Perlu dilakukan pendampingan terus
kegiatan interaksi sosial dengan masyarakat menerus kepada pasien maupun keluarga
sekitar yang baik. Beberapa responden terlibat pasien HIV oleh petugas dan pendamping
dalam acara kemasyarakatan saat peneliti ODHA. Penelitian lebih lanjut perlu melakukan
melakukan pengambilan data. Walaupun juga intervensi terhadap aspek pengelolaan koping
terdapat responden yang merasa malu untuk untuk mengurangi stres anggota keluarga
berinteraksi sosial karena telah diketahuinya sebagai dampak dari merawat anggota keluarga
penyakit anggota keluarga mereka di yang menderita HIV.
masyarakat. Namun responden tidak terbatasi
interaksi sosialnya dengan kelompok lainnya. KEPUSTAKAAN
Seluruh responden dari anggota keluarga HIV
& AIDS yang tertular saat bekerja sebagai ANTARA News. 2011. JATIM tertinggi
TKI yang respons spiritualnya berada dalam kasus HIV/AIDS. (Online) (http://www.
tahap tabah. Sedangkan pada responden antarajatim.com/lihat/berita/77591/
dengan anggota keluarga HIV & AIDS non- jatim-tertinggi-kasus-hivaids. diakses
TKI terdapat sebagian kecil responden saja tanggal 22 Desember 2013 pukul
yang respons spiritualnya berada dalam fase 17.35)
harapan dan sebagian besarnya dalam fase Anurmalasari, R., Karyono, & Dewi, K.S.
tabah. 2009. Hubungan antara pemahaman
Responss adaptif spiritual dikembangkan tentang HIV/AIDS dengan kecemasan
dari konsep Ronaldson (2000) dalam Nursalam tertular HIV/AIDS pada WPS (Wanita
& Kurniawati (2007). Respons adaptif Penjaja Seks) langsung di Cilacap.
(O n l i n e) ( h t t p: //e p r i n t s .u n d i p.
spiritual, meliputi: 1) harapan yang realistis;
ac.id/11101/. Diakses tanggal 6 Oktober
2) tabah dan sabar; dan 3) pandai mengambil
2014 pukul 10.00 WIB)
hikmah.
Depkes. 2013. Profil kesehatan Indonesia
Gambaran respons spiritual responden 2012. (Online) (http://www.depkes.
dari kedua populasi ODHA yang berbeda go.id/downloads/Profil%20Kesehatan_
tersebut yang berada dalam fase tabah 2012%20%284%20Sept%202013%29.
tergambar jelas saat peneliti melakukan pdf . diakses tanggal 19 Desember 2013
pengambilan data. Hampir seluruh responden pukul 18.16)
menyatakan tabah dan menerima anggota Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2012. Program
keluarganya yang terinfeksi HIV & AIDS pengendalian penyakit menular di Jawa
dan menjalani kehidupan seperti orang-orang Timur. (Online) (http://dinkes.jatimprov.
biasa yang lain. Bersikap seperti tidak ada go.id/userimage/P2.pdf. Diakses tanggal
yang terjadi, dalam artian dapat melupakan 22 Desember 2013 pukul 17.33)

215
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 209216

Kamila, N & Siwiendrayanti, A. 2010. Persepsi Tanggal 6 Oktober 2014. Pukul 10.00
orang dengan HIV dan AIDS terhadap WIB)
peran kelompok dukungan sebaya. Pot ter & Per r y. 20 05.Fu n d a mental
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6 (1) Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC
36- 43. (Online) (http://journal.unnes. Stewart, G., 1997. Managing HIV. Sydney:
ac.id/nju/index.php/kemas/ar ticle/ MJA Publisher
view/1750/1945. Diakses tanggal 6 Subowo, 1992. Histologi umum. Jakarta: Bumi
Oktober 2014 pukul 10.00 WIB) Aksara
Nurbani, F & Zulkaida, A. 2012. Dukungan Suseno, T. 2004.Pemenuhan kebutuhan
sosial pada ODHA. (Online) (http:// dasar manusia: kehilangan, kematian
publication.g u nadar ma.ac.id / danberduka dan proses keperawatan.
handle/123456789/1880. Diakses Jakarta: Sagung Seto
Tanggal 6 Oktober 2014 pukul 10.00 WHO, 2013a. HIV/AIDS. (Online) (http://www.
WIB) who.int/topics/hiv_aids/en/>. diakses
Nursalam, & Kurniawati, N.D. 2007. Asuhan tanggal 19 Desember 2013 pukul
keperawatan pada Pasien terinfeksi 18.00)
HIV. Jakarta: Salemba Medika WHO. 2013b. Data on the size of the HIV/AIDS
Payuk, I., Arsin, A.A., & Abdullah, A.Z. 2012. epidemic: prevalence of HIV among
Hubungan dukungan sosial dengan adults aged 15 to 49 (%) by country.
kualitas hidup orang dengan HIV/ AIDS (Online), (http://apps.who.int/gho/data/
di Puskesmas Jumpang Baru Makassar. node.main.562?lang=en. diakses tanggal
(Online) (htt p://222.124.222.229/ 19 Desember 2013 pukul 18.05)
handle/123456789/3975. Diakses

216

You might also like