You are on page 1of 10

KESIAPAN MAHASISWA UNTUK BELAJAR KERJASAMA INTERPROFESI

DALAM PERAWATAN ANTENATAL


(The Readiness of Students to Learn Interprofessional Teamwork in Antenatal Care)

Dina Zakiyyatul Fuadah*, Sunartini Hapsara**, Mariyono Sedyowinarso***


*Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Karya Husada Pare-Kediri
Jalan Soekarno-Hatta No 01, Kediri
**Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
***Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
E-mail: dinazakiyya_ichsan@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai rerata Angka Kematian Ibu yang tinggi. Usaha yang
dilakukan adalah dengan mengembangkan praktik kolaborasi interprofesional pada tingkat pelayanan kesehatan. Sikap
kolaborasi dalam kerja tim harus dibentuk sejak pada tingkat pendidikan melalui latihan dan simulasi pembelajaran
interprofesional bagi siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pembelajaran interprofesional
terhadap kesiapan siswa untuk bekerja sama interprofesional dalam melakukan antenatal care. Metode: Desain yang
digunakan adalah quasi eksperimen (pretest-posttest tanpa kelompok kontrol) dengan time series. Responden pada
penelitian ini adalah mahasiswa semester 5 di STIKes Karya Husada Kediri pada tahun 2011/2012 yang berjumlah 60
orang. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random. Data didapatkan menggunakan kuesioner Readiness
Interprofessional Learning Scale (RIPLS) dan Teamwork Score (TWS) observations checklist. Analisis statistic
menggunakan Anova, Friedman, dan Kruskal Walllis. Hasil: Kesiapan siswa dalam belajar bekerja sama interprofesional
menunjukkan angka p = 0,001 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kesiapan sebelum dan sesudah
pelatihan IPE. Delta test menunjukkan nilai p > 0,05 sehingga tidak ada perbedaan antara 3 kelompok mahasiswa dalam
hal kesiapan belajar bekerja sama interprofesional dalam melakukan antenatal care. Diskusi: Pelatihan pembelajaran
interprofesional menggunakan metode simulasi berpengaruh terhadap kesiapan mahasiswa keperawatan, kebidanan, dan
gizi untuk belajar bekerja sama interprofesional dalam melakukan antenatal care.

Kata kunci: pembelajaran interprofesional, kesiapan, pelatihan dan simulasi, mahasiswa pra klinik, antenatal care

ABSTRACT
Introduction: Indonesia as a developing country have a higher Maternal Mortality Rate (MMR). The prevention efforts is
developing interprofessional collaborative practice (IPCP) in the level of health care. Collaboration attitudes should start
from education level through interprofessional education training and simulation for student. The objective of this study
was to analyze the effect of interprofessional education training toward the readiness of students to learn interprofessional
teamwork in antenatal care. Methods: Quasi-experimental design (pre test and post test without control) with Time-
Series Design. Participants used in this study were students of five semester in STIKes Karya Husada Kediri year of
2011/2012 and the number of samples are 60 students. Technique sampling using simple random. The data collected by
used questionnaires Readiness Interprofessional Learning Scale (RIPLS) and checklist observations using Teamwork
Score (TWS). Anova, Friedman test, and Kruskal Wallis was used to statistically analyzed the data. Results: Readiness to
learn interprofessional teamwork indicates the value of p = 0.001 thats means there are significant differences between
the readiness before and after training IPE. Delta test showed that p value > 0.05 so there is no difference between the
three programs study on readiness to learn interprofessional teamwork in antenatal care. Discussion: Interprofessional
education training using simulation methods can affect the readiness of nursing, midwifery and nutritionist students for
learning interprofessional teamwork in antenatal care.

Keywords: interprofessional education, readiness, training and simulations, pre clinics students, antenatal care.

PENDAHULUAN 529.000 perempuan meninggal akibat kondisi


yang berhubungan dengan kehamilan setiap
World Health Organization (WHO)
tahunnya dan hampir semua yaitu 99% dari
menyatakan setiap menit seorang wanita
kematian ibu, terjadi di negara berkembang.
meninggal selama persalinan atau melahirkan.
Indonesia sebagai negara berkembang masih
Jurnal Review in Obstetric and Gynecology
memiliki angka kematian ibu (AKI) yang
tahun 2010 juga menyatakan bahwa sekitar

226
Kesiapan Mahasiswa untuk Belajar (Dina Zakiyyatul Fuadah, dkk.)

cukup tinggi (Sukmawati, 2012). Penyebab ditemukan dan dilatih sejak dini mulai dari
tersering kematian ibu adalah perdarahan tahap perkuliahan agar mahasiswa mempunyai
postpartum, eklampsia, persalinan macet, dan bekal pengetahuan dan pengalaman mengenai
sepsis. Kematian ibu masih disebabkan karena cara bekerja sama secara tim yang baik dengan
masalah terkait keterlambatan mengambil profesi lain sebelum mereka terjun ke dunia
keput usan, keterlambatan mengakses kerja (Wagner, 2011). Model pembelajaran
pelayanan kesehatan dan keterlambatan dalam pendidikan interprofesi atau interprofessional
melakukan tindakan di sarana pelayanan education yang selanjutnya disebut IPE
kesehatan (Armiatin, 2013). dapat dijadikan suatu media pembelajaran
Upaya menurunkan angka kematian ibu bagi mahasiswa untuk belajar dan melatih
salah satunya melalui peningkatan pelayanan kemampuan bekerja sama dengan profesi lain.
kesehatan neonatal dan ibu melalui program IPE merupakan proses di mana sekelompok
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). peserta didik atau tenaga kesehatan dengan
Perawatan selama kehamilan atau perawatan latar belakang berbeda belajar bersama dalam
antenatal sebagai salah satu bentuk pelayanan jangka waktu tertentu pada masa pendidikan,
KIA yang aman dan bermutu bagi ibu hamil dengan interaksi sebagai tujuan utamanya,
dan janin/bayi dapat terwujud bila sistem untuk kolaborasi dalam menyediakan
mikro pelayanan KIA yang diberikan oleh pelayanan preventif, promotif, rehabilitatif, dan
klinis berjalan dengan baik (Depkes, 2008). pelayanan kesehatan lainnya (WHO, 2010). IPE
Pelayanan dikatakan baik apabila tata kelola memberikan kesempatan kepada mahasiswa
pelayanan dalam memberikan perawatan tidak yang mempunyai latar belakang profesi yang
terjadi fragmentasi atau tumpang tindihnya berbeda dengan tujuan yang sama bekerja
peran dan fungsi sebagai pemberi pelayanan bersama secara aktif dalam meningkatkan
dengan latar belakang profesi yang berbeda kualitas perawatan kepada pasien.
(Susilaningsih, 2011). Pelayanan yang tumpang Saat ini pengembangan kurikulum IPE
tindih antar profesi terjadi karena kurangnya belum dikembangkan secara merata di instansi
komunikasi antar tenaga kesehatan dalam kerja pendidikan. WHO (2010) mengeluarkan data
sama tim. Saat ini, pada pelayanan antenatal tentang penerapan IPE di beberapa negara,
masih sering terjadi overlapping kompetensi, yaitu pada tatanan institusi sebanyak 10,2%
di mana tidak ada pembagian atau batasan dokter, 16% perawat atau bidan, 5,7% ahli
peran yang jelas dalam memberikan pelayanan gizi, serta tenaga kesehatan lainnya telah
perawatan antara profesi dokter, perawat dan menerima pembelajaran berbasis IPE. Pada
bidan di mana hal tersebut dapat memicu tatanan universitas hasil dari survei dari 42
ketegangan antar profesi yang menghambat negara menyatakan bahwa sebanyak 24,6%
terjadinya bentuk kerja sama yang efektif. sudah mendapatkan kurikulum IPE pada tahap
Dampak dari kurangnya kerjasama akademik. Sementara di Indonesia belum
antar tenaga kesehatan yang baik menjadikan termasuk didalamnya, untuk itu perlu adanya
pemanfaatan fasilitas pelayanan yang harus sosialisasi tentang metode pembelajaran IPE
diterima masyarakat tidak efektif dan efisien. ini secara menyeluruh di seluruh instansi
Melalui kerja sama yang baik antar profesi pendidikan mengingat sekolah tinggi ilmu
kesehatan dalam pelayanan, maka pasien kesehatan merupakan penyedia utama calon
akan ditangani secara holistik sehingga tenaga kesehatan yang nantinya diharapkan
outcome perawatan dan kepuasan pasien mempunyai kompetensi yang baik terutama
akan meningkat (Remington, 2006). Kerja kemampuan untuk bekerja sama dengan
sama antara dokter dan perawat adalah tenaga kesehatan lainnya.
hal yang sangat penting dalam mengoptimalkan Pembelajaran ini berpotensi untuk
pelayanan kepada pasien (Liaw, 2013; menyiapkan mahasiswa dalam menghadapi
Way et al., 2000). Kemampuan bekerja sama praktik klinik, membantu meningkatkan
secara interprofesi (interprofessional teamwork) hubungan profesional yang kuat dengan
tidak muncul begitu saja, melainkan harus menghargai perannya masing-masing.

227
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 226235

Pengenalan pembelajaran IPE salah satunya tersebut dilakukan dikarenakan mahasiswa


dapat melalui suatu pelatihan yang dilengkapi pada tahap pre klinik dan sudah mendapatkan
dengan simulasi di mana cara ini merupakan materi tentang perawatan antenatal. Sampel
cara yang cukup efektif untuk meningkatkan yang masuk kriteria inklusi adalah mahasiswa
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor reguler STIKes Karya Husada angkatan
mahasiswa dalam pembelajaran IPE. Melalui 2011/2012 semester V (lima) yang bersedia
pelatihan memungkinkan peserta untuk menjadi responden. Besar sampel dalam
mengeksplorasi cara-cara kolaboratif untuk penelitian ini didasarkan pada studi literatur
meningkatkan aspek komunikatif perawatan menggunakan rumus besar sampel penelitian
klinis. Banyak penelitian menunjukkan analitik numerik berpasangan (Shrader et
bahwa melalui simulasi akan meningkatkan al,.2012; Dahlan, S. 2012). Besar sampel adalah
kemampuan mahasiswa dalam berkolaborasi 60 responden, kemudian dibagi menjadi 10
atau bekerja sama secara tim. Penelitian Liaw, kelompok kecil, masing-masing kelompok
S.Y., et al (2011) menjelaskan bahwa pelatihan terdiri dari 6 mahasiswa meliputi mahasiswa
interprofesional berbasis simulasi dalam keperawatan, kebidanan dan gizi kesehatan.
program sarjana telah memberikan kesempatan Pengambilan sampel dilakukan secara simple
mahasiswa kedokteran dan keperawatan random sampling.
sebagai pengembangan awal keterampilan Jen is d at a yang dig u na kan
komunikasi dan kerja sama interprofesi. dalam penelitian ini adalah data primer
STIKes Karya Husada Kediri sebagai diperoleh melalui kuesioner Readiness for
institusi pendidikan tinggi swasta yang Interprofessional Learning Scale (RIPLS)
menyelenggarakan pendidikan formal untuk (Parsell dan Blihg, 1999) untuk mengukur
sarjana dan diploma yang terdiri dari program sikap yang langsung diberikan kepada
studi S1 Ilmu Keperawatan dan diploma responden dan checklist teamwork score
keperawatan, kebidanan dan gizi belum (TWS) (Shrader, et al.,2012) untuk mengukur
terpapar dengan metode pembelajaran IPE. keterampilan kerja sama mahasiswa melalui
Melihat permasalahan tersebut maka perlu observasi pada saat simulasi.
dipikirkan suatu program sosialisasi terkait Pada penelitian ini responden diberikan
tentang pembelajaran IPE pada institusi intervensi berupa pelatihan interprofessional
ini karena mempunyai kesempatan untuk education (IPE) yang dilengkapi dengan
dikembangkannya metode pembelajaran metode simulasi perawatan antenatal pada ibu
secara interprofesi yaitu salah satunya hamil. Pengambilan data dilakukan sebanyak
melalui pelatihan pendidikan interprofesi tiga kali yaitu pre test, post test 1 dan post
yang dilakukan pada mahasiswa keperawatan, test 2, di mana jeda waktu pengambilan data
kebidanan dan gizi di STIKes Karya Husada adalah satu minggu.
Pare Kediri. A nalisa data unt u k mengetahui
perbedaan sikap dan perilaku responden
sebelum dan sesudah intervensi menggunakan
BAHAN DAN METODE
uji Repeated Anova untuk data berdistribusi
Penelitian ini dilakukan di STIKes normal dan uji Friedman untuk data
Karya Husada Kediri. Jenis penelitian berdistribusi tidak normal. Uji delta beda
merupakan quasy-experiment (pre test dan menggunakan Kruskal Wallis
post test tanpa kontrol) dengan time series
design di mana post test dilakukan sebanyak
HASIL
dua kali pengambilan data.
Populasi dalam penelitian ini adalah Responden pada penelitian ini berjumlah
mahasiswa diploma (D3) STIKes Karya 60 mahasiswa yang menyelesaikan proses
Husada Kediri angkatan 2011/2012 semester penelitian mulai dari pre test sampai dengan
V (lima) jurusan keperawatan, kebidanan, dan post test pertama dan kedua. Responden terdiri
gizi yang berjumlah 280 mahasiswa. Pemilihan atas mahasiswa program studi keperawatan,

228
Kesiapan Mahasiswa untuk Belajar (Dina Zakiyyatul Fuadah, dkk.)

program studi kebidanan, program studi gizi bahwa mahasiswa mempunyai sikap yang
kesehatan. Adapun karakteristik responden positif terhadap kesiapan untuk belajar kerja
pada penelitian ini mayoritas responden sama interprofesi dalam perawatan antenatal.
memiliki karakteristik usia 20 tahun (56,7%), Hasil pengambilan dan pengolahan
responden perempuan (85,0%) lebih banyak data secara statistik uji Friedman (tabel
dari laki-laki, asal program studi responden 2) menjelaskan bahwa ada pengaruh yang
memiliki persentase jumlah yang sama dari signifikan antara pemberian pelatihan dengan
ketiga program studi (33,3%) untuk program keterampilan kerja sama mahasiswa dalam
studi keperawatan, kebidanan dan gizi, sebagian melakukan perawatan antenatal pada saat
besar responden menyatakan belum pernah simulasi dengan nilai p = 0,001 ( < 0,05).
memiliki pengalaman pembelajaran interprofesi Nilai mean berdasarkan rentang skala TWS
(90,0%). antara 22110 pada penelitian ini yang
Hasil pengambilan dan pengolahan data semakin meningkat menunjukkan perilaku
secara statistik menggunakan uji Friedman yang positif terhadap kesiapan mahasiswa
(tabel 1) menjelaskan bahwa ada pengaruh untuk belajar kerja sama interprofesi dalam
yang signifikan antara pemberian pelatihan perawatan antenatal.
IPE dengan perubahan sikap mahasiswa untuk Uji beda dilakukan untuk mengetahui
belajar kerja sama interprofesi dalam perawatan perbedaan kesiapan antar program studi
antenatal dengan nilai p = 0,001 ( < 0,05). keperawatan, kebidanan dan gizi kesehatan
Hasil pada sub variabel menunjukkan sub dengan menggunakan uji Kruskall Wallis,
variabel kerja sama dan kolaborasi, identitas didapatkan hasil nilai p > 0,05 baik dari
profesi mengalami peningkatan kesiapan yang kompetensi sikap dan keterampilan, maka hal
signifikan, namun sub variabel peran dan ini menunjukkan tidak ada perbedaan kesiapan
tanggung jawab tidak mengalami peningkatan. antara program studi keperawatan, kebidanan
Nilai mean berdasarkan rentang skala RIPLS dan gizi kesehatan dalam perawatan antenatal.
antara 19-95 pada penelitian ini menunjukkan (tabel 3 dan 4)

Tabel 1. Uji komparatif variabel dan sub variabel kesiapan untuk belajar kerja sama interprofesi dalam
perawatan antenatal pada mahasiswa di STIKes Karya Husada Kediri
Pre Post 1 Post 2 p
Variabel Mean Mean Mean
SD SD SD
(Min-maks) (Min-maks) (Min-maks)
Kesiapan terhadap 82,83 87,22 84,77
IPE (n= 60) (70,00- 5,57 (73,00-95,00) 5,62 (65,00- 7,06 0,001*
90,00) 95,00)
Kerja sama dan 40,15 42,32 41,23
Kolaborasi (34,00- 2,63 (35,00-45,00) 2,30 (31,00- 3,40 0,001*
45,00) 45,00)
Identitas profesi 29,97 31,92 31,05
(19,00- 2,82 (26,00-35,00) 3,05 (26,00- 3,01 0,003*
35,00) 35,00)
Peran dan tanggung 12,72 12,98 12,48
jawab (10,00- 1,40 (8,00-15,00) 1,46 (7,00-15,00) 1,84 0,210
15,00)
Sumber: Data Primer
Instrumen: RIPLS range scale 19-95, nilai 95 mengindikasikan sikap positif
*p < 0,05

229
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 226235

Tabel 2. Uji beda kesiapan untuk belajar kerja sama interprofesi dalam perawatan antenatal antar
prodi di STIKes Karya Husada Kediri
Ilmu
Kebidanan Gizi Kesehatan
Keperawatan
Responden (n=20) (n=20) p
(n=20)
Mean St. dev Mean St. dev Mean St. dev
Pre-Post 1 3,25 7,58 4,60 7,96 5,30 7,08 0,685
Post 1-Post 2 -0,45 9,32 -1,50 8,83 -5,40 9,14 0,396
Pre-Post 2 2,80 6,91 3,10 8,71 -0,10 8,68 0,203
Sumber: Data Primer
Instrumen: RIPLS range scale 1995, nilai 95 mengindikasikan sikap positif

Tabel 3. Uji komparatif variabel kesiapan mahasiswa secara berkelompok untuk belajar kerja sama
interprofesi dalam perawatan antenatal di STIKes Karya Husada Kediri
Pre Post 1 Post 2
Variabel Mean Mean Mean P
SD SD SD
(Min-maks) (Min-maks) (Min-maks)
Keseluruhan 47,30 4,67 88,70 6,90 94,70 6,39 0,001*
(n= 60) (41,00-54,00) (78,00-101,00) (82,00-102,00)
Ilmu 47,30 4,74 88,70 7,02 94,70 6,50 0,001*
Keperawatan (41,00-54,00) (78,00-101,00) (82,00-102,00)
Kebidanan 47,30 4,74 88,70 7,02 94,70 6,50 0,001*
(41,00-54,00) (78,00-101,00) (82,00-102,00)
Gizi Kesehatan 47,30 4,74 88,70 7,02 94,70 6,50 0,001*
(41,00-54,00) (78,00-101,00) (82,00-102,00)
Sumber: Data Primer (observasi pada kelompok interprofesi)
Instrument: Teamwork Score (TWS) range scale 22110, nilai 110 mengindikasikan perilaku
positif
*p<0,05

Tabel 4. Uji beda kesiapan untuk belajar kerja sama interprofesi dalam perawatan antenatal antar
prodi di STIKes Karya Husada Kediri Tahun 2014
Ilmu Keperawatan Kebidanan Gizi Kesehatan
Responden (n=20) (n=20) (n=20) p
Mean St. dev Mean St. dev Mean St. dev
Pre-Post 1 41,40 8,76 41,40 8,76 41,40 8,76 1,000
Post 1-Post 2 47,40 5,29 47,40 5,29 47,40 5,29 1,000
Pre-Post 2 6,00 7,38 6,00 7,38 6,00 7,38 1,000
Sumber: Data Primer
Instrument: Teamwork Score (TWS) range scale 22-110, nilai 110 mengindikasikan perilaku positif

PEMBAHASAN yang ditentukan. Kompetensi yang diharapkan


dalam pembelajaran IPE meliputi pengetahuan,
Kesiapan mahasiswa sangat
keterampilan, sikap dan kemampuan dalam
mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran
tim yang akan dijalaninya dalam melakukan
secara interprofesional (Parsell et al., 1999).
praktik bersama (American College of
Seseorang dikatakan mempunyai kesiapan
Clinical Pharmacy, 2009). Pada penelitian ini
jika sudah memenuhi kriteria kompetensi

230
Kesiapan Mahasiswa untuk Belajar (Dina Zakiyyatul Fuadah, dkk.)

pengukuran kesiapan mahasiswa dilihat dari bahwa salah satu outcome yang diharapkan
dua kompetensi yaitu kompetensi sikap dan dalam penerapan IPE adalah terjadinya
kompetensi keterampilan dalam IPE. kerja sama dan kolaborasi yang kuat antar
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa professional kesehatan terutama dari disiplin
terdapat perbedaan signifikan kesiapan ilmu yang berbeda. Responden dalam
mahasiswa antara sebelum dan sesudah penelitian ini sebagian besar menunjukkan
diberikan intervensi ber upa pelatihan sikap positif bahwa pembelajaran interdisiplin
interprofessional education (IPE) pada di dalam kelas akan membantu mereka menjadi
keseluruhan mahasiswa dengan nilai p = anggota tim pelayanan kesehatan yang lebih
0,001 ( = 0,05). Nilai mean yang semakin baik.
meningkat mengindikasikan sikap mahasiswa Sub variabel identitas profesi mengalami
semakin positif terhadap pembelajaran IPE. peningkatan pada pengambilan data pre-post
Coster et al., (2008), Hind (2003) 1 (p = 0,001). Identitas profesi merefleksikan
menyatakan bahwa mahasiswa keperawatan, pentingnya identitas professional profesi untuk
kebidanan, kedokteran gigi, fisioterapi, farmasi, mendefinisikan kehidupan dan kekuatan
gizi kesehatan dan okupasi menunjukkan rata- budaya profesi masing-masing individu.
rata skor yang tinggi dalam kesiapan terhadap Morison et al., (2004) menyatakan bahwa
pembelajaran IPE, hal ini berarti mahasiswa mahasiswa kedokteran, keperawatan dan gizi
mempunyai sikap yang positif terhadap kesehatan menjadi lebih memiliki rasa yang
kesiapan IPE, didukung dengan penelitian kuat berkaitan dengan peran profesi mereka
Morison et al., (2004) yang menyatakan bahwa sendiri setelah mendapatkan training IPE.
mahasiswa kedokteran dan keperawatan Begitu pula yang disampaikan Coster et al.,
mempunyai kesiapan yang positif setelah (2008) bahwa mahasiswa yang memiliki
mengikuti program IPE, mereka memperoleh identitas profesi yang positif terhadap IPE
pengalaman terutama kaitannya dengan saat berada pada tahap akademik akan lebih
pengembangan keterampilan dalam kerja tertarik untuk berkolaborasi dengan mahasiswa
sama tim. Hal senada juga disampaikan dalam profesi lain, karena mereka membawa persepsi
penelitian Cullen (2003) dengan menggunakan yang lebih positif tersebut saat memasuki
metode Interprofessional Team Objective pendidikan klinik.
Structured Cinical Examination (ITOSCE) Sub variabel peran profesi tidak
dengan skenario perawatan intrapartum, mengalami perubahan yang signifikan (p =
menyatakan bahwa mahasiswa kebidanan dan 0,210) setelah mengikuti pelatihan IPE. Tidak
kedokteran menyatakan kesiapannya terhadap adanya perubahan pada sub variabel peran
pembelajaran interprofesional. Semua pendapat dan tanggung jawab profesi bisa dipengaruhi
semakin menguatkan bahwa sebagian besar oleh waktu pelatihan IPE yang singkat,
mahasiswa tenaga kesehatan dengan latar sehingga mahasiswa belum mengalami
belakang profesi yang berbeda menunjukkan proses internalisasi peran yang maksimal.
sikap yang positif terhadap keinginan untuk Pada penelitian ini, pelatihan hanya dilakukan
bekerja sama setelah mendapatkan program selama dua hari dan dievaluasi sebanyak
pelatihan atau training tentang pembelajaran dua kali dengan jeda waktu satu minggu.
IPE. Di Universitas Auckland, implementasi IPE
Sub variabel kerja sama dan kolaborasi dengan responden mahasiswa tahun pertama
diketahui nilai p signifikan pada semua waktu akademik pendidikan dokter, keperawatan dan
pengambilan data (lihat tabel 1). Hal ini farmasi berlangsung satu bulan (Horsburgh
menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami et al, 2001). Penelitian Coster, (2008)
peningkatan yang signifikan terkait kerja membutuhkan waktu empat tahun melakukan
sama dan kolaborasi setelah intervensi baik program IPE dengan metode longitudinal
pada saat pengambilan data pertama maupun survey untuk mengetahui perubahan kesiapan
pengambilan data kedua setelah intervensi, mahasiswa kesehatan dalam pembelajaran
seperti yang diungkapkan oleh Barr (1998), interprofesi yang dimulai dari mahasiswa

231
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 226235

masuk sampai studinya berakhir, waktu maka diharapkan para mahasiswa mempelajari
yang cukup lama ini mendukung terciptanya dan memahami hubungan antara berbagai
interaksi antara mahasiswa satu dengan yang subdisiplin yang berbeda dan keterkaitannya
lainnya. Perubahan peran sangat berkaitan dengan kenyataan yang ada di dunia ini. Model
dengan pengamalan seseorang saat berada pendekatan ini memadukan keterampilan,
di lingkungan kerja, perubahan peran akan pengetahuan, atau bahkan sikap dan perilaku,
dirasakan mahasiswa setelah nantinya terpapar sehingga dengan pelatihan dan simulasi
dengan dunia kerja di mana dia akan dituntut diharapkan mahasiswa dapat belajar untuk
untuk bekerja bersama dengan profesi lain. menyelesaikan permasalahan yang muncul
Uji statistik menunjukkan terdapat dengan berkolaborasi bersama sesuai dengan
perbedaan kesiapan pada kelompok mahasiswa kompetensi masing-masing profesi.
antara sebelum dan sesudah diberikan Pada hasil uji statistik mengenai
intervensi berupa pelatihan interprofessional kesiapan masing-masing program studi
education (IPE) pada mahasiswa keperawatan, baik dari komponen sikap dan keterampilan
kebidanan dan gizi dengan nilai p = 0,001 di menunjukkan nilai p > 0,05 hal ini berarti
semua pengambilan data pada saat simulasi menunjukkan tidak adanya perbedaan kesiapan
perawatan antenatal kepada ibu hamil. antara program studi keperawatan, kebidanan
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dan gizi. Karakteristik responden dalam
ceklist Teamwork Score (Shrader, D. 2013) penelitian ini relatif homogen (lihat tabel
di mana dalam ceeklist tersebut dapat 6), sebagian besar (85 %) berjenis kelamin
mengevaluasi perilaku mahasiswa dalam perempuan, rentang usia tidak terlalu jauh yaitu
aspek pembentukan struktur tim dari anggota antara 20-21 tahun, hampir seluruhnya (90%)
kelompok, kepemimpinan, monitoring situasi belum mempunyai pengalaman pembelajaran
pada saat melakukan perawatan, kemampuan interprofesi, dan jumlah mahasiswa mempunyai
memberikan dukungan kepada sesama anggota proporsi yang sama untuk masing-masing
dan melakukan komunikasi yang efektif program studi yaitu 20 mahasiswa. Pada
baik dengan anggota maupun dengan pasien penelitian ini peneliti memberikan intervensi
dan keluarga pasien. Melalui pembelajaran yang sama untuk semua responden yaitu pre
IPE yang disertai simulasi mengharuskan test dan post test, pemberian materi dengan
mahasiswa profesi kesehatan belajar dan topik yang sama yang dilakukan fasilitator
meniadakan perbedaan di antara mereka yang sama untuk semua responden. Hal
dengan menjadikan tim yang solid diantara tersebut mungkin menjadi salah satu faktor
mereka sehingga mahasiswa dapat saling yang mendukung hasil analisis bahwa tidak
menghargai satu sama lain dan hanya berfokus ada perbedaan kesiapan untuk masing-masing
pada peningkatan kesejahteraan pasien. program studi.
Ker et al., (2003) menyatakan bahwa Keseimbangan kelompok, tahapan
pengenalan lebih dini tentang pembelajaran pembelajaran, serta subjek dari pelatihan
interprofesi kepada mahasiswa akan sangat merupakan hal yang esensial dari pelaksanaan
bermanfaat bagi mereka ketika menjalankan IPE (Morison et al, 2004). Hal tersebut
profesi mereka. Pembelajaran ber upa sesuai dengan pendapat Oandasan & Reeves,
pemberian pengetahuan tentang profesi mereka (2005); Pirrie, (1999); Lockhart Wood, (2000)
dan profesi kesehatan lain. Serta adanya bahwa interaksi interprofesional yang efektif
pelatihan simulasi ketika berada di bangsal diperlukan keseimbangan dalam jumlah atau
rumah sakit dapat menambah pengalaman populasi, keseimbangan kelompok dalam
dan wawasan mahasiswa akan pentingnya pembelajaran merupakan hal yang dibutuhkan
kolaborasi saat melakukan tindakan bagi dalam kesuksesan IPE karena kelompok profesi
pasien. Di samping itu, pembelajaran ini yang lebih besar bisa menjadi penghalang
juga dapat meningkatkan kepercayaan diri yang membuat dominasi salah satu pihak.
bahwasanya mereka memiliki keterampilan Hal tersebut tercermin dalam penelitian ini,
yang baik. Melalui model pendekatan tersebut di mana masing-masing kelompok interprofesi

232
Kesiapan Mahasiswa untuk Belajar (Dina Zakiyyatul Fuadah, dkk.)

mempunyai komposisi yang sama baik dari sangat representatif untuk dilaksanakan di
jumlah dana latar belakang profesi. laboratorium skill.
Tunstall Pedoe et al, (2003) yang Peran fasilitator dalam pembelajaran
menyatakan bahwa mahasiswa yang sudah IPE juga sangat mempengaruhi kesiapan
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mahasiswa. Barr (1994) menambahkan seorang
mempunyai kesiapan yang lebih tinggi fasilitator dalam IPE diharuskan telah terbiasa
dalam bekerja maupun kolaborasi daripada dengan dinamika pembelajaran interprofesi,
mahasiswa yang belum memperoleh informasi memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan
sebelumnya mengenai interprofessional kesempatan belajar, menghargai perbedaan dan
education. Hal tersebut bertentangan dengan keahlian dari profesi yang berparisipasi dalam
hasil penelitian ini, sebagian besar yaitu 90% grup pembelajaran IPE. Bahwa dosen yang
dari responden belum mempunyai pengalaman ideal dalam penyelenggaraan IPE selain dapat
tentang pembelajaran interprofesi, namun berkomunikasi dengan baik, sebagai inovator,
hasil pengukuran kesiapan relatif sama dan dosen tersebut juga harus dapat menghargai
tidak ada perbedaan dari ketiga program profesi lain. Temuan ini juga didukung Barr et
studi. Fungsi pelatihan dalam meningkatkan al., (2005), menyebutkan seorang dosen juga
pengetahuan dan pengalaman belajar kerja harus dapat bertindak sebagai inovator dalam
sama interprofesi nampaknya cukup efektif penyelenggaraan pembelajaran IPE
untuk meningkatkan kesiapan mahasiswa,
walaupun mahasiswa belum memiliki
SIMPULAN DAN SARAN
pengalaman tentang pembelajaran interprofesi
namun mereka menunjukkan sikap dan Simpulan
perilaku yang positif untuk belajar kerja sama Pelatihan interprofessional education
interprofesi. (IPE) dengan menggunakan metode simulasi
Mem ili h topi k pembelaja ra n dapat mempengaruhi kesiapan mahasiswa
merupakan salah satu hal yang krusial dalam program studi keperawatan, kebidanan dan gizi
Interprofessional Education (Buring, 2009). kesehatan untuk belajar kerja sama interprofesi
Banyak topik pembelajaran yang dapat dalam perawatan antenatal. Kesiapan
diaplikasikan dalam pembelajaran IPE, seperti mahasiswa dilihat melalui dua kompetensi
halnya Saini et al., (2011) yang berpendapat yaitu sikap dan keterampilan. Perubahan sikap
bahwa topik tentang health promotion pada mahasiswa semakin positif setelah dilakukan
anak-anak dengan kasus gangguan pernapasan pelatihan terutama pada komponen kerja sama
efektif untuk dipelajari dengan pendekatan & kolaborasi dan identitas profesi. Perubahan
IPE. Pendapat lain dari Vyas (2012) kemampuan keterampilan bekerja sama
menyatakan bahwa modul tentang patient menunjukkan perilaku yang positif pada saat
safety dapat meningkatkan pengetahuan dan simulasi.
keterampilan kerja sama mahasiswa profesi
kesehatan dalam menangani pasien. Cullen Saran
(2003); Furber (2004) menggunakan skenario
Perlu adanya kontinuitas kegiatan yang
kasus perawatan intrapartum dalam program
serupa dimulai dari institusi pendidikan dengan
pembelajaran IPE. Dalam hal ini peneliti
lebih banyak mengadakan kegiatan akademik
berusaha menggali beberapa topik yang
yang melibatkan beberapa profesi. Jadwal
sesuai dengan kondisi sumber daya manusia di
kegiatan simulasi interprofesi dengan muatan
institusi kami yaitu bidang maternitas dengan
kasus yang berbeda perlu dimasukkan dalam
topik mengenai perawatan antenatal, karena
kurikulum akademik. Peningkatan sumber
mahasiswa pada tahap ini sudah mendapatkan
daya tenaga pengajar untuk menjadi role
mata kuliah tersebut sehingga lebih mudah
model masing-masing profesi melalui kegiatan
untuk memahami, selain itu topik tersebut
bimbingan di klinik dengan menunjuk dosen
mampu mencakup berbagai disiplin ilmu
yang bersertifikasi pelatihan IPE. Peneliti
yaitu keperawatan, kebidanan dan gizi dan
selanjutnya sebaiknya melakukan evaluasi

233
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 226235

retensi memori pada mahasiswa yang dapat of health service student. Journal
mempengaruhi perubahan sikap untuk bekerja Interprofessional care. (Online), (http://
sama interprofesi. www.ncbi.nlm.gov/pubmed/12772467.,
diakses tanggal 20 Maret 2011).
Horsburg, M., Lamdin, R., Wiliamson, E.
KEPUSTAKAAN 2001. Multiprofesional learning: the
American College of Clinical Pharmacy, 2009. attitudes of medical, nursing and
Interprofessional Education: Principles pharmacy student to shared learning.
and Application, A Framework for Medical Education, 35: 876883
Clinical Pharmacy. Pharmacotherapy, Ker, J. Mole, L. Bradley, P., 2003. Early
29(3), 145164. introduction to inter professional
Barr, H. 1998. Competent to collaborate: learning: a simulated ward environment.
towards a competency-based model for Medical Education, 37: 248255.
interprofessional education. Journal of Liaw, Zhou, Lau, Siau, Chan., 2013. An
Interprofessional Care, 12: 181187. inter professional communication
Barr, H. 2005. Effective interprofessional training using simulation to enhance
education: argument, assumption and safe care for a deteriorating patient,
evidence. 1st ed. Oxford: Blackwell Nurse Education Today, (Online), (http://
Publishing dx.doi.org/10.1016/j.nedt.2013.02.019.,
Buring, S.M., Bhushan, A., Broeseker, A., diakses tanggal 2 April 2013).
Conway, S., Duncan-Hewitt, W., Mariano C., 1999. The case for interdisciplinary
Hansen, L. & Westberg, S. 2009. collaboration. Nurse Outlook, 37 (6):
Interprofessional education supplement: 285258.
interprofessional education: edinitions, Morison, S., Boohan, M., Moutray, M &
student competencies, and guidelines Jenkins, J., 2004. Developing pre-
for impementation. American Journal qualification interprofessional education
of Pharmaceutical Education, 73 (4) for nursing and medical studenrs:
Article 59. sampling student attitudes to guide
Coster, S., 2008. Interprofessional attitudes development. Nurse Education in
amongst undergraduate students in Practice (4), 2029.
the health professions: a longitudinal Nour, N.M., 2008. An Introduction to
questionnaire survey. International maternal mortality. Review in Obstetric
Journal of Nursing Studies 45 1667 Gynecology 1 (2): 77: 81.
1681. (Online), (http://www.elsevier. Oandasan I, Reeves S (b)., 2005. Key elements
com/ijns diakses tanggal 20 Maret of interprofessional education. Part
2013) 2: factors, processes and outcomes.
Cullen, L., Symonds, I., Fraser, D., Journal of Interprofessional Care,
2003. Evaluation of a formative 19(Suppl 1): 3948.
inter professional team objective Parsell, G., Bligh, J., 1999. The development of
st r uct u red clinical examination a questionnaire to assess the readiness of
(itosce): a method of shared learning in health care students for interprofessional
maternity education. Medical Teacher learning (RIPLS). Medical Education
25 (1). 3841. Journal, 33(1), 95100.
Dahlan, S. 2012. Statistik untuk kedokteran Pirrie, A., 1999. Reflection on multidisciplinary
dan kesehatan. Seri evidence based education in the health profession.
medicine 1. Edisi 5. Jakarta: Salemba British Education Research Journal.
Medika. 25 (1): 113126.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Remington, T.L., Foulk, M. A & Williams,
2008. Pedoman operasional: pelayanan B.C., 2006. Evaluation of evidence for
ter padu kesehatan reproduksi di interprofessional education. American
puskesmas. Jakarta: Depkes RI. Journal of Pharmaceutical Education,
Hind M., Norman I., Cooper S., Gill E., 70(3), p. 66.
2003. Interprofessional perception

234
Kesiapan Mahasiswa untuk Belajar (Dina Zakiyyatul Fuadah, dkk.)

Shrader. S., Kern, Zoller, Blue., 2012. interprofessional education. Journal of


Interprofessional teamwork skills Interprofessional Care 17, 161172.
as predictors of clinical outcomes Vyas. D., Mc. Culloh., Dyer., Gregory and
in a simulate health care setting. Higbee., 2012. An interprofessional
Association of Schools of Allied health course using human simulation patient
Profession, Wash., DC. simulation to teach patient safety and
Saini. B., Shah, Kearey, Basme, Grootjans, teamwork skill. American Journal of
Armour., 2011. An interprofessional Pharmaceutical Skill 76 (4) 71
learning module on astma health Wagner, J., Liston, B. & Miller, J., 2011.
promotion. American Journal of Developing interprofessional
Pharmaceutical Skill 75 (2) article 30. communication skills. Teaching and
Sukmawati, F., Purnami dan Nugroho., 2012. learning in nursing, 6(3), pp. 97101.
Sistem informasi geografis jejaring (Online) (http://linkinghub.elsevier.
rujukan ibu dirujuk dan karakteristiknya com/retrieve/pii., diakses tanggal 25
di kota semarang tahun 2011. Jurnal Februari 2013)
Kesehatan Masyarakat, 1(2) 163176. World Health Organization. 2010. World
Susilaningsih, F,. Mukhlas., Sunartini dan health report 2006: working together
Ut ar ini., 2011. Nu rse-physician for health. (Online), (http://www.who.
collaborative practice in interdisciplinary int/hrh/professional. diakses tanggal 4
model of patient care. Jurnal Manajemen Desember 2012)
Pelayanan Kesehatan. 14 (2) 9298. World Health Organization. 2010 Framework
Tunstall Pedoe, S., Rink, E., Hilton, S., 2003. for action on interprofessional
Student attitude to undergraduate education and collaborative practice.
Geneva, Switzerland: WHO.

235

You might also like