You are on page 1of 6

MODEL PEMBELAJARAN HOLISTIK MENINGKATKAN KADAR ASETILKOLIN DAN

PERILAKU CARING PADA MAHASISWA YANG MERAWAT PASIEN STROKE ISKEMIK


(Holistic Learning Model Increase Asetilkoline Level and Caring Behavior on Student in
Caring Patiens with Ischemic Stroke)

Luluk Widarti*, Siti Maimuna*, Tanty Wulandari*, Moch Bahrudin*


*Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Surabaya
E-mail: lulukwidarti@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pendahuluan: pembelajaran holistik membutuhkan perhatian dan potensi mahasiswa yang mencakup aspek intelektual,
emosional, fisik, artistik, kreativitas, dan spiritual. Metode: Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimental. Sampel
pada penelitian ini adalah 30 siswa akademi keperawatan Sidoarjo yang sedang menempuh pendidikan pada semester
2. Sampel diberikan intervensi berupa pembelajaran holistik, dilakukan pretest dan posttest berupa pengukuran kadar
asetilkolin dengan teknik Elisa kuantitatif, serta perilaku caring diukur dengan kuesioner dan observasi. Data dianalisis
dengan menggunakan uji levene, t -test, wilcoxon dan uji korelasi. Hasil: Analisis statistik menunjukkan ada perbedaan
yang signifikan pada tingkat asetilkoline antara sebelum dan setelah intervensi dengan p = 0,015, sedangkan perbedaan
signifikan pada perilaku caring menunjukkan p = 0,001. Hasil uji korelasi menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara kadar asetilkolin dan perilaku caring pasca intervensi (r = 0,003). Diskusi: Dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran holistik dapat meningkatkan kadar asetilkolin dalam darah dan perilaku caring. Dosen dianjurkan untuk
menggunakan model pembelajaran holistik dalam mengajar siswa.

Kata kunci: pembelajaran holistik, asetilkolin, perilaku caring, asuhan keperawatan.

ABSTRACT
Introduction: Holistic learning requires attention and potential of students that covers aspects of intellectual, emotional,
physical, artistic, spiritual, and creativity. Methods: This study used a pre-experimental design. The samples in this
study were 30 students in semester 2 of nursing diploma Sidoarjo. Samples given intervention in the form of holistic
learning, and given a pretest and posttest including measurement of acetylcholine levels by quantitative Elisa technique,
and caring behavior by using questionnaires and observations. Data were analyzed using levenes test, t-test, wilcoxon
test and correlation. Results: Statistical analysis showed that there was significant difference in the level of asetilkoline
before and after the intervention with p = 0.015, whereas significant differences in caring behavior indicates p = 0.001.
The result of correlation test showed that there was significant correlation between the levels of acetylcholine and caring
behavior after intervention (r = 0.003). Disscussion: It was concluded that the holistic learning model can improve the
asetilkoline levels and caring behavior of the students. Lecturers are encouraged to use the model of holistic learning
in teaching students.

Keywords: holistic learning, acetylcholine, caring behavior, nursing care.

PENDAHULUAN Sampai saat ini masih banyak dosen yang


menggunakan atau menerapkan strategi
Belajar mengajar adalah sebuah
pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran
interaksi yang bernilai normatif. Yang perlu
yang terfokus pada ranah kognitif, afektif
dipahami adalah bahwa belajar bukan hanya
dan psikomotorik dalam membentuk peserta
duduk di bangku kelas, mendengarkan
didiknya, sehingga pembelajaran terlalu
dosen menerangkan, mengerjakan soal-
berorientasi untuk mencetak peserta didik
soal, mendapatkan nilai yang bagus,
pandai secara kognitif (yang mengembangkan
melainkan belajar itu adalah merefleksikan
otak kiri saja), dan kurang perhatian pada
pengalaman yang didapatkan dari aktivitas
pengembangan otak kanan (afektif, empati
yang dilalui peserta didik pada waktu proses
dan rasa). Hal ini berdampak pada waktu
pembelajaran.
memberikan pelayanan kesehatan terhadap
Salah satu faktor yang berpengaruh
masyarakat.
dalam keberhasilan proses pembelajaran adalah
Berdasarkan hasil survei kepuasan
strategi pembelajaran atau model pembelajaran.
pasien yang dilakukan Depkes RI Juli

246
Model Pembelajaran Holistik Meningkatkan Kadar Asetilkolin (Luluk Widarti, dkk.)

2009 pada beberapa rumah sakit di Jakarta utuh, sehingga apa yang dipelajari dapat
menunjukkan bahwa 14% pasien tidak puas dikontribusikan ke masyarakat luas.
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, Dalam pembelajaran, dosen senantiasa
di mana hal tersebut akan menurunkan mutu dihadapkan ke dalam berbagai masalah,
pelayanan dan menurunkan citra perawat. Studi terutama berkaitan dengan efektivitas dan
pendahuluan yang dilakukan pada Januari efisiensi pembelajaran. Masalah-masalah
2011 pada mata kuliah KMB, hasil penilaian tersebut antara lain: bagaimana meningkatkan
kognitif dikategorikan cukup sebanyak motivasi peserta didik agar mencapai prestasi
21,4%, penilaian psikomotor dikategorikan belajar yang optimal, bagaimana melibatkan
kurang sebanyak 9%, dan penilaian afektif peserta didik agar dapat berpartisipasi secara
dikategorikan kurang baik sebanyak 16%. aktif (baik fisik maupun mental) dalam proses
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pembelajaran, bagaimana memilih metode
peneliti pada 2012 di Prodi Keperawatan pembelajaran yang paling tepat untuk setiap
Sidoarjo, dosen yang menerapkan strategi materi yang diajarkan sesuai dengan standart
pembelajaran konvensional sebanyak 81% dan kompetensi dan mampu membawa perubahan
yang menerapkan model pembelajaran holistik aktualisasi diri dalam diri peserta didik.
sebanyak 19%. Me t o d e p e mb el aja r a n hol i s t i k
Untuk tercipta peserta didik yang diharapkan mampu mengembangkan potensi
berk u alit a s ma k a penelit i mencoba peserta didik sehingga peserta didik mampu
menggunakan model pembelajaran holistik. menghadapi dan memecahkan problema
Pembelajaran holistik adalah pembelajaran kehidupan yang dihadapinya. Metode
yang mencakup penanaman psikologis pembelajaran holistik harus menyentuh
(emosional), sosial dan spiritual (moral). potensi nurani maupun potensi kompetensi
Proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik. Dengan demikian pembelajaran
mahasiswa telah mampu mencapai aktualisasi holistik dapat mendidik manusia (mahasiswa)
diri secara optimal, yang ditandai dengan secara utuh, sehingga mampu berperilaku
adanya kesadaran, kejujuran, kebebasan atau caring dan pada akhirnya dapat memberikan
kemandirian, dan kepercayaan. asuhan keperawatan pada pasien stroke secara
Dengan aktualisasi diri yang positif holistik.
pada diri mahasiswa, maka akan terbangun Berdasarkan uraian diatas penelitian
coping style yang positif. Sinyal kognitif ini bertujuan untuk menguji efektivitas model
positif tersebut berjalan ke otak. Emosi positif pembelajaran holistik terhadap perubahan
yang lebih banyak sebagai sinyal positif respon biologis (kadar asetilkolin dalam
diproyeksikan ke hipotalamus. Transmisi darah) dan respon psikologis (perilaku caring)
ini akan mengakibatkan keseimbangan mahasiswa keperawatan semester II dalam
antara sintesis dan sekresi neurotransmiter. memberikan asuhan keperawatan pada pasien
Keseimbangan tersebut akan memperbaiki stroke.
kondisi respons biologis dan psikologis peserta
didik.
BAHAN DAN METODE
Neurotransmiter yang berf ungsi
pengingatan yang dikaitkan dengan belajar Penelitian ini menggunakan rancangan
salah satunya adalah asetilkolin. Terkait pre-experimental designs dengan bentuk one-
dengan keberhasilan model pembelajaran group pretest-posttest design. Penelitian ini
holistik dapat diukur dengan respon biologis dimaksudkan untuk menguji adanya perbedaan
yaitu kadar asetilkolin dalam darah dan peningkatan kadar asetilkolin dan perilaku
respons psikologis dapat diukur dengan prilaku caring mahasiswa dalam memberikan asuhan
caring mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien stroke, sebelum
keperawatan khususnya pada pasien stroke. dan sesudah diberikan model pembelajaran
Dengan demikian pembelajaran holistik holistik.
dapat mendidik manusia (mahasiswa) secara

247
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 246251

Populasi dan sampel yang dimaksud Tabel 1. Karakteristik responden yang


dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa mendapatkan model pembelajaran
semester dua nonregular jurusan keperawatan holistik
kampus Sidoarjo yang berjumlah 30 mahasiswa. No Karakteristik Jumlah Presentasi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah 1. Umur:
mahasiswa menyatakan bersedia menjadi 18 tahun 3 10%
responden penelitian dengan menandatangani 19 tahun 20 67%
surat persetujuan atau informed consent baik 20 tahun 7 23%
sebagai subjek penelitian maupun tindakan 2. Jenis Kelamin:
pengambilan darah, mahasiswa dalam kondisi Laki-laki 9 30%
sehat. Perempuan 21 70%
Variabel dalam penelitian ini yaitu 3. IP Semester I
model pembelajaran holistik dan perilaku 22,5 2 7%
2,63 21 70%
caring. Kadar asetilkolin diukur menggunakan
3,13,5 7 23%
ELISA quantitative technique, sedangkan
data perilaku caring dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner, wawancara, dan diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0,015
observasi. Uji statistik yang digunakan dalam (<0,05) dengan demikian disimpulkan bahwa
penelitian ini yaitu paired t test dan wilcoxon ada perbedaan kadar Ach dalam darah sebelum
signed rank test. dan setelah intervensi model pembelajaran
Uji kelayakanan etik penelitian holistik. Hasil pemeriksaan kadar Ach dalam
dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2012. darah sebelum intervensi, dapat dilihat
Waktu penelitian selama 3 bulan. Pelaksanaan dari nilai mean = 53,383 sedangkan setelah
pembelajaran model holistik dilakukan oleh intervensi nilai mean = 57,540 yang artinya ada
peneliti selaku dosen. Besar sampel 30 peningkatan secara bermakna. Pada gambar 1
mahasiswa semester II kelas non reguler. dapat dilihat bahwa kadar Ach dalam darah
responden sebelum intervensi lebih rendah
dibandingkan dengan kadar Ach dalam darah
HASIL responden setelah intervensi.
Distribusi responden berdasarkan umur, Perbedaan perilaku caring antara
jenis kelamin, dan IP semester I disajikan pada sebelum dan sesudah intervensi model
tabel berikut. pembelajaran holistik dapat dilihat pada
Dari 30 mahasiswa dilakukan uji gambar 2, di mana terlihat perilaku caring
normalitas untuk data hasil pemeriksaan responden sebelum intervensi lebih rendah
Ach. Rerata hasil pemeriksaan Ach sebelum dibandingkan dengan perilaku caring
mendapatkan model pembelajaran holistik responden setelah intervensi. Berdasarkan
adalah 53,383 dengan nilai standar deviasi hasil uji statistik wilcoxon signed rank test
sebesar 12,932, sedangkan rerata hasil menghasilkan p = 0,001 (<0,05) yang berarti
pemeriksaan Ach sesudah mendapatkan model ada perbedaan perilaku caring sebelum dan
pembelajaran holistik adalah 57,540 dengan setelah intervensi model pembelajaran holistik.
nilai standar deviasi sebesar 12,257. Karena Hasil evaluasi perilaku caring sebelum
nilai signifikansi dari pengujian kolmogorov intervensi, dapat dilihat dari nilai mean =
smirnov lebih dari nilai (0,05) maka dapat 387,567 sedangkan setelah intervensi nilai
disimpulkan bahwa data hasil pemeriksaan mean = 397,500 yang artinya ada peningkatan
Ach sebelum dan sesudah mendapatkan model secara bermakna.
pembelajaran holistik berdistribusi normal. Pengujian korelasi dilakukan untuk
Hasil pemeriksaan kadar Ach dalam mengetahui apakah respons biologis (kadar
darah sebelum dan setelah intervensi memiliki Ach dalam darah) berhubungan dengan
pola yang berbeda tiap respondennya. perilaku caring. Hasil uji korelasi spearman
Berdasarkan hasil uji statistik paired t test rank didapatkan nilai p = 0,003 (< 0,05) dengan

248
Model Pembelajaran Holistik Meningkatkan Kadar Asetilkolin (Luluk Widarti, dkk.)

HasilPemeriksaanAchSebelumdanSesudahIntervensi
h
ar HasilPemeriksaanAchSebelumdanSesudahIntervensi
a
d
 h ar 100
m
al ad 100
a  80
d m a
h
c la 6080 PRE(pg/m)
A
r d 
h
a c 4060
d A PRE(pg/m)
POST(pg/m)
a r
kr a 2040
o d POST(pg/m)
ks ak
r
o 020
ks
01 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Responden Ke
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 1 Grafik perbedaan kadar Responden Ach dalamKe
darah antara sebelum dan sesudah intervensi model
Gambar pembelajaran holistik.
Gambar 1 Grafik perbedaan kadar Ach dalam darah
1. Grafik perbedaan kadar Ach dalam darah antara
antara sebelum
sebelum dan
dan sesudah intervensi model
sesudah intervensi model
pembelajaran
pembelajaran holistik.
holistik.

HasilevaluasiPerilakucaring SebelumdanSesudahIntervensi
g 440 HasilevaluasiPerilakucaring SebelumdanSesudahIntervensi
in
r 420440
a g
C
u
n
ir 420
ka 400
a
ilr C
u PerilakuCaringPre
380
e ka 400
p
r li PerilakuCaringPost
PerilakuCaringPre
o 360 re 380
ks p PerilakuCaringPost
340 r 360
o
ks
3401 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
1 3 5 7 RESPONDENKE
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
RESPONDENKE
Gambar 2. Grafik perbedaan perilaku caring antara sebelum dan sesudah intervensi model
pembelajaran holistik.
Gambar 2. Grafik perbedaan perilaku caring antara sebelum dan sesudah intervensi model
Gambar 2. Grafik perbedaan
pembelajaran perilaku caring antara sebelum dan sesudah intervensi model
holistik.
PEMBAHASAN pembelajaran holistik. positif tersebut berjalan ke otak melalui jalur
Pada penelitian ini hasil uji beda kadar sistem sensoris, sesudah mencapai talamus,
PEMBAHASAN positif tersebut berjalan ke otak melalui jalur
Ach dalam darah mempunyai perbedaan yang sinyal diteruskan ke korteks sensoris,
Pada penelitian ini hasil uji beda kadar sistem sensoris, sesudah mencapai talamus,
bermakna antara sebelum dan sesudah selanjutnya diproyeksikan ke amigdala (bagian
Ach dalam
koefisien darah mempunyai
korelasi sebesar perbedaan
0,518, sehinggayang sinyal diteruskan ke korteks sensoris,
dilakukan pembelajaran model holistik. Hal ini baik
dari dalamlimbik).
sistem aspek intelektual,
Emosi positif emosional,
yang lebihfisik,
bermakna antara sebelum dan sesudah selanjutnya diproyeksikan ke amigdala (bagian
dapat
didugadisimpulkan
pada peserta bahwa kadarmendapatkan
didik yang Ach dalam banyak sebagai
artistik, sinyal
kreatif dan positif diproyeksikan
spiritual terpenuhi. ke
Dalam
dilakukan pembelajaran model holistik. Hal ini dari sistem limbik). Emosi positif yang lebih
pembelajaran
darah holistikpositif
berkorelasi kebutuhan danperilaku
potensi hipotalamus. Transmisi peraninidan otoritas
akan
diduga pada peserta didik dengan
yang mendapatkan pembelajaran
banyak sebagai holistik,
sinyal positif diproyeksikan ke
baik dalam
caring. aspek intelektual,
Denganholistik
demikian emosional,
dapat dan fisik,
diartikan mengakibatkan keseimbangan antara sintesis
pembelajaran kebutuhan
artistik, kreatif dan spiritual terpenuhi. Dalam
potensi guru/dosen
hipotalamus.untuk Transmisi
memimpin daninimengontrol
dan sekresi neurotransmiter. Keseimbangan
akan
bahwa
baik dengan
dalam aspekpeningkatan kadar
intelektual,
pembelajaran holistik, peran dan otoritas
Ach
emosional,dalam
fisik, mengakibatkan
kegiatanakan
tersebut
keseimbangan
pembelajaran
memperbaiki
antara
hanyakondisi sintesis
sedikit respon
dan guru
artistik,
darah diikutikreatif
pula dan spiritual terpenuhi.
peningkatan perilaku Dalam
caring dan banyak
lebih sekresi berperan
neurotransmiter.
sebagai Keseimbangan
sahabat, mentor
guru/dosen untuk memimpin dan mengotrol biologis, yaitu berupa peningkatan kadar Ach
pembelajaran holistik, peran dan otoritas
mahasiswa. tersebut akan memperbaiki kondisi respon
kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan guru dalam darah. Pentingnya
dan fasilitator. rangkaian
Forbes (1996) Ach bagi
mengibaratkan
guru/dosen untuk memimpin dan mengotrol biologis, yaitu berupa peningkatan kadar Ach
lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor fungsi
peran otak karena Ach seorang
merupakantemanrangkaian
kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan guru dalam darah. Pentingnya rangkaian Achdalam
guru seperti bagi
dan fasilitator. Forbes (1996) mengibaratkan neurokimia
perjalanan yang
yangbertugas
telah mengirimkan
berpengalaman signaldan
lebih
PEMBAHASANbanyak berperan sebagai sahabat, mentor fungsi otak karena Ach merupakan rangkaian
peran guru seperti seorang teman dalam ke seluruh sistem syaraf, berperan dalam
dan fasilitator. Forbes (1996) mengibaratkan
perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
neurokimia yang bertugas mengirimkan signal
menyediakan asupan bagi netron dan reseptor
peranPada guru seperti iniseorang
penelitian hasil ujiteman
beda dalam
kadar ke seluruh
Dengan sistem syaraf, diri
aktualisasi berperan dalam
yang positif
menyenangkan. otak.
perjalanan
Ach dalam yang
darah telah berpengalaman
mempunyai perbedaan dan menyediakan
pada diri asupan
mahasiswa, bagi netron dan reseptor
Dengan aktualisasi diri yang positif Peserta didik makajuga akan terbangun
mengalami
menyenangkan.
yang bermakna antara sebelum dan sesudah otak.
pada diri mahasiswa, maka akan terbangun perubahan
coping stylesikap terutama
yang positif,mengenai nilai-nilai
Dengan aktualisasi diri yang positif Peserta didik sinyal
juga kognitif positif
mengalami
dilakukan
coping style yang positif,
pembelajaran model sinyal kognitif
holistik. Hal ini humanistik
tersebut meliputi
berjalan ke empati,
otak melalui kesabaran,
jalur sistem
pada diri mahasiswa, maka akan terbangun perubahan sikap terutama mengenai nilai-nilai
diduga
copingpada peserta
style yangdidik yang sinyal
positif, mendapatkan
kognitif  sensoris,
humanistiksesudah mencapai
meliputi empati,talamus, sinyal
kesabaran,
pembelajaran holistik kebutuhan dan potensi
  diteruskan ke korteks sensoris, selanjutnya

 249
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 246251

diproyeksikan ke amigdala (bagian dari dengan masyarakat, lingkungan dan nilai-


sistem limbik). Emosi positif yang lebih nilai spiritual. Secara eksplisit ditujukan untuk
banyak sebagai sinyal positif diproyeksikan mengembangkan seluruh dimensi manusia,
ke hipotalamus. Transmisi ini akan yaitu aspek akademik (kognitif), emosi, sosial,
mengakibatkan keseimbangan antara sintesis spiritual, motorik, dan kreativitas. Jadi tujuan
dan sekresi neurotransmiter. Keseimbangan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
tersebut akan memperbaiki kondisi respons Proses belajar dianggap berhasil jika siswa
biologis, yaitu berupa peningkatan kadar Ach mampu mencapai aktualisasi diri secara
dalam darah. Pentingnya rangkaian Ach bagi optimal. Jika merujuk pada pemikiran Maslow,
fungsi otak karena Ach merupakan rangkaian maka pendidikan harus dapat mengantarkan
neuro kimia yang bertugas mengirimkan peserta didik untuk memperoleh aktualisasi
signal ke seluruh sistem syaraf, berperan diri (self-actualization) yang ditandai dengan
dalam menyediakan asupan bagi netron dan adanya kesadaran, kejujuran, kebebasan atau
reseptor otak. kemandirian, dan kepercayaan.
Peser t a d id i k juga mengala m i Caring merupakan fenomena universal
perubahan sikap terutama mengenai nilai- yang mempengaruhi cara manusia berpikir,
nilai humanistik meliputi empati, kesabaran, merasa, dan mempunyai hubungan dengan
bertanggung jawab, kerendahan hati, kejujuran, sesama. Sejak Nightingale, perawat harus
menunjukkan rasa hormat, dan mendengarkan mempelajari pelayanan dari berbagai filosofi
serta memperhatikan pada waktu proses dan persepsi etik. Human caremerupakan hal
pembelajaran berlangsung. Terkait dengan yang mendasar dalam teoricaring. Menurut
mahasiswa perawat sikap tersebut sangat Pasquali dan Arnold (1989) serta Watson
dibutuhkan, karena tidak semua orang bisa (1979),human careterdiri dari upaya untuk
memiliki kesabaran dalam melayani orang melindungi, meningkatkan, dan menjaga
yang tengah menderita penyakit. Pengalaman atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan
ilmu untuk menolong sesama memerlukan membantu orang lain mencari arti dalam
kemampuan khusus dalam kepedulian sakit, penderitaan, dan keberadaannya serta
sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk membantu orang lain untuk meningkatkan
itu mahasiswa perawat perlu mempunyai pengetahuan dan pengendalian diri. Dengan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial demikian perasaan tersebut harus ada
yang mencangkup keterampilan intelektual, dalam diri setiap perawat sehingga dapat
teknikal dan interpersonal yang tercermin memberikan asuhan keperawatan yang baik
dalam perilaku caring atau kasih sayang/cinta kepada pasien.
(Johnson, 1989). Stimulasi fisiologis maupun psikologis
Terdapat perbedaan perilaku caring dapat menyebabkan perubahan biomolekuler
mahasiawa pada asuhan keperawatan pasien di otak (Nestler, 2000). Hasil penelitian
stroke antara sebelum dan sesudah dilakukan didapatkan korelasi antara respon biologis
pembelajaran model holistik. Hal ini di (kadar Ach dalam darah) dengan perilaku
karenakan model pembelajaran holistik dapat caring, di mana peningkatan kadar Ach diikuti
memenuhi kebutuhan mahasiswa pada aspek dengan peningkatan perilaku caring. Proses
bio-psiko-sosial-spiritual. Penggunaan model tersebut merupakan hasil biokimiawi dalam
tersebut mempercepat respon adaptif dengan sistem saraf. Sistem saraf terdiri dari triliunan
respon psikologis yang adaptif pada diri sel saraf. Bila suatu sel saraf mendapatkan
seseorang dapat memulihkan fungsi kognitif, rangsangan yang dapat pada tubuh selnya atau
kemampuan untuk berfikir secara rasional melalui dendrit, suatu impus saraf yaitu suatu
konsentrasi, dan daya ingat (Hawari, 2008). perubahan pada potensi elektrik sel, menjalar
Model pembelajaran holistik berangkat sepanjang akson menuju ke terminal akson.
dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang Suatu impuls saraf untuk dapat berpindah dari
individu dapat menentukan identitas, makna satu sel saraf k sel saraf lainnya dan untuk
dan tujuan hidup melalui hubungannya menghasilkan komunikasi, implus tersebut

250
Model Pembelajaran Holistik Meningkatkan Kadar Asetilkolin (Luluk Widarti, dkk.)

harus dapat melewati celah sinaptik. Kancing- holistic sebagai model terapi yang dapat
kancing terminal di setiap akson mengandung menstimulasi neurotrasmeter atensi, emosi,
gelembung-gelembung sinaptik kecil, struktur daya ingat, dan perilaku.
kecil yang berisi neurotransmiter, zat kimia
yang memungkinkan suatu implus saraf
KEPUSTAKAAN
melewati sinaps. Ketidakteraturan dalam kerja
sistem neurontrasnmiter di otak berkaitan erat Abdurahman, M., & S. A. Muhdin. (2007).
dengan pola-pola perilaku abnormal. Analisis korelasi, regresi, dan jalur
Neuront ransmiter f ungsi pelak u dalam penelitian. Bandung: CV Pustaka
Asetilkolin (Ach) mengendalikan kontraksi otot Setia.
dan pembentukan ingatan. Seseorang dengan Ader, R., D. L. Felten, N. Cohen, S. Y. Felten,
kadar Ach yang rendah akan mengalami & S. L. Carlson. 1991. Central neural
circuits involved in neural-immune
gangguan kontraksi otot dan proses-proses
interactions. Neurochemical links
mental yang meliputi belajar, ingatan, atensi,
between the nervous and immune
emosi, gangguan mood dan perilaku. Proses
system. In. (Ader R, Felten DL, Cohen
biokimia dalam tubuh tersebut merupakan N, eds). Psychoneuroimmunology. San
penjelasan adanya korelasi positif antara kadar Diego: Academic Press Inc. Pp. 3-25.
Ach dengan perilaku caring mahasiswa dalam Biondi, M. 2001. Effects of stres on immune
penelitian ini. fuctions: an overview. 3rd. Ed. Edited
by Rader R, Felten DL, Cohen N. In
Psychoneuroimmunology. Volume II,
SIMPULAN
Pp 189-266.
Ditemukan kadar asetilkolin serta Chesnokova, V., & S. Melmed. 2002.
perilaku caring lebih rendah sebelum Minireview: neuro-immuno-endocrine
perlakuan dibanding sesudah perlakuan modulation of hypothalamic-pituitary-
respons psikologis (perilaku caring) meningkat adrenal (hpa) axis by gp130 signaling
pada mahasiswa yang telah mendapat model lolecules. Endocrinology. Pp. 1571-
pembelajaran holistik. 1574.
Dossey & Dossey. 1998. Holistic nursing: A
handbook for practice. (5th ed).
SARAN Hawari, D. 2008. Managemen stres, cemas
dan depresi. Jakarta: Balai Penerbit
Model pembelajaran holistik di-
FKUI Jakarta.
rekomendasikan untuk dapat digunakan pada Kuntoro. 1998. Metodologi penelitian.
berbagai tingkat pendidikan dalam memenuhi Surabaya: Fakultas Pascasarjana
kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta Unair.
didik. Untuk itu diperlukan dukungan pembuat Kuntoro. 2008. Metode sampling dan
kebijakan di bidang pendidikan terutama penentuan besar sampel. Surabaya:
dalam hal pembuatan SOP pembelajaran Pustaka Melati.
tersebut. Selain itu perlu dilakukan penelitian Lazarus, R. S. 1993. From psychological stress
lebih lanjut mengenai pengaruh model to emotion. Annu Rev Psychol. Pp. 1-
pembelajaran holistik terhadap kadar dopamin 21.
untuk memperjelas peran model pembelajaran

251

You might also like