You are on page 1of 10

ANALISIS KINERJA PERAWAT PEMBIMBING KLINIK DENGAN PENDEKATAN

TEORI KINERJA DAN INDIKATOR KOMPETENSI


(Analysis of Nurse's Clinical Education Performance based on Work Theory and The Indicator of
Competence)

Srinalesti Mahanani*, Yulis Setiya Dewi**, Widji Soeratri***


* STIKes RS Baptis Kediri Jl. Mayjen Panjaitan, No. 3B, Kediri, Telp. +62 354 683470
**Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
***Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
E-mail: nalesti.mahanani@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Pembelajaran klinis adalah suatu proses transformasi seorang mahasiswa untuk menjadi perawat
profesional. Perawat pembimbing klinik berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran klinis karena memiliki
berbagai peran mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi praktik pembelajaran klinis . Peningkatan kualitas
pembelajaran praktik klinis, dapat dicapai dengan meningkatkan kinerja perawat pembimbing klinik. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel psikologis dan variabel organisasi terhadap kompetensi dan
kinerja perawat pembimbing klinik. Metode: Sampel penelitian ini adalah pendidik klinis perawat yang bekerja di bangsal
rawat inap di Rumah Sakit Baptis Kediri. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap I mengukur kompetensi dan
kinerja perawat pembimbing klinik oleh kepala ruang dan mahasiswa, serta variabel psikologis dan variabel organisasi oleh
perawat pembimbing klinik. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Tahap II melakukan focused
group discussion untuk mendiskusikan tentang variabel yang mempengaruhi kompetensi dan kinerja perawat pembimbing
klinik. Data diolah menggunakan partial least square dengan = 0,05, path koefisien = 0,5 dan t tabel = 1,96. Hasil:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat pembimbing klinik dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan
kompetensi individu yang ditunjukkan dengan koefisien path = 0.600 dan t = 6.741. Sedangkan kompetensi individu akan
meningkat dengan adanya peningkatan aspek psikologis perawat pembimbing klinik yang meliputi persepsi, kepribadian,
motivasi, kemampuan belajar dan sikap dengan koefisien path sebesar = 0,518 dan t = 2,715. Peningkatan aspek psikologis
sebanding dengan peningkatan variabel organisasi yang meliputi sumber daya organisasi, imbalan, struktur organisasi
dan desain pekerjaan dengan koefisien path sebesar = 0,825 dan t = 19,658. Diskusi: Kesimpulan penelitian ini adalah
bahwa peningkatan kompetensi dan kinerja perawat pembimbing klinik dapat diupayakan dengan peningkatan kualitas
aspek psikologis. Aspek psikologis akan dapat ditingkatkan melalui peningkatan variabel organisasi.

Kata kunci: kompetensi, kinerja, perawat pembimbing klinik

ABSTRACT
Introduction: Clinical Learning is a process of transformation of the student to become a professional nurse. Clinical
Nurse Educator contributes to improve the quality of clinical learning because of variety of roles ranging from planning,
implementing and evaluating learning clinical practice. Improving the quality of clinical practice learning, can be reached
by improving the performance of Clinical Nurse Educator. The aim of this study was to know the effect of psychological
variables and organizational variables to the competence and performance of Clinical Nurse Educators. Sample was
Clinical Nurse Educators who work inpatient wards at Kediri Baptist Hospital inpatient wards. Method: This study was
conducted in two stages. Phase I measure the competence and performance of Clinical Nurse Educator by Supervisor
and students, as well as psychological variables and organizational variables by using questionnaires. Phase II was
done by Focused Group Discussion to discuss about the variables that affect Clinical Nurse Educator performance. Data
processed using Partial Least Square with = 0.05, path coefficient = 0.5 and t table = 1.96. Result: The results of this
research is showed that Performance Nurse Educator can be improved by increasing Individual Competence with path
coefficient= 0.600 and t = 6.741. The individual competence will be increase by improving pscychological aspect nurse
educator such as perception, personal aspect, motivation, learning skill and attitude with path coefficient = 0.518 and t =
2.715. Psycological Aspect can be increasing by improving Organization Variable such as Organization Resource, Salary,
Organization Structure and Job Description with path coefficient = 0.825 and t = 19.658. Discussion: The conclusion of
this result that increase of nurse educator competence and performance can be effort by improving psycological aspect
and organizational variable

Keywords: competence, performance, clinical nurse educator

329
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 329338

PENDAHULUAN Dalam upaya meningkatkan kinerja perawat


pembimbing klinik tersebut, RS Baptis
Pembelajaran klinik adalah kegiatan
Kediri telah menyelenggarakan pelatihan
belajar mengajar yang dilakukan pada tatanan
pembimbing klinik namun belum dilakukan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (Keliat,
evaluasi terhadap efektivitas hasil pelatihan
2000). Kegiatan pembelajaran klinik sangat
tersebut.
penting bagi mahasiswa program pendidikan
Pembentukan seorang perawat profesional
keperawatan. Menurut Ewan dalam Martono
secara utuh dalam bidang pengetahuan, sikap
(2009) pembelajaran klinik merupakan
dan keterampilan sangatlah dipengaruhi
jantung dari proses pendidikan pada program oleh keseimbangan antara pendidikan dan
pendidikan keperawatan. Pengalaman belajar pelayanan keperawatan. Berdasarkan hasil
klinik atau lapangan pada pendidikan tinggi evaluasi bimbingan klinik dan perkembangan
keperawatan mutlak diperlukan untuk profesional pada mahasiswa keperawatan
menumbuhkan dan membina kemampuan ditemukan bahwa bimbingan klinik memiliki
dan sikap keperawatan profesional. Program pengaruh besar terhadap perkembangan
Pengalaman Belajar Klinik (PBK) merupakan identitas profesional mahasiswa keperawatan
suatu proses transformasi mahasiswa yang (Azisah, 2012). Pengetahuan yang di dapat
akan menjadi seorang perawat professional calon perawat atau peserta didik di kelas
(Martono, 2009) dan laboratorium idealnya dapat diterapkan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh seutuhnya di tempat praktek. Dalam kegiatan
Erawati (2010) di RS Baptis Kediri menjelaskan pembelajaran klinik terjadi proses interaksi
bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara mahasiswa, pasien dan pembimbing
antara motivasi dan beban kerja dengan klinik.
Bimbingan klinik dapat membantu
kinerja pembimbing klinik. Berdasarkan
peserta didik dalam mengembangkan
hasil studi pendahuluan yang dilakukan di
kemampuan praktek profesionalnya, untuk
RS Baptis Kediri pada tanggal 31 Januari
itu perawat pembimbing klinik harus
2014 terhadap kinerja perawat pembimbing membekali diri dengan pengetahuan dan
klinik didapatkan hasil wawancara dengan keterampilan dalam melakukan bimbingan
2 orang manajer keperawatan didapatkan yang efektif dan berkualitas. (Yusiana, 2011).
data bahwa perawat pembimbing klinik Martono (2009) menguraikan bahwa peran
yang ada di RS Baptis Kediri seluruhnya perawat pembimbing klinik dalam kegiatan
memiliki tugas rangkap baik sebagai perawat pembelajaran klinik sangat berarti sekali agar
fungsional maupun struktural yaitu sebagai pelaksanaan pembelajaran menjadi efektif.
Kepala Ruang, Wakil Kepala Ruang dan Pembimbing praktek klinik mempunyai
sebagai Supervisor sehingga cukup disibukkan kontribusi meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan kegiatan pelayanan perawatan dan praktek klinik, karena memiliki berbagai peran
pendampingan kepada mahasiswa menjadi mulai dari merencanakan, melaksanakan
kurang optimal. Sedangkan berdasarkan dan mengevaluasi pembelajaran praktek
penilaian manajer terhadap masing-masing klinik. Peningkatan mutu pembelajaran
praktek klinik, dapat ditempuh dengan cara
individu perawat pembimbing klinik
meningkatkan kinerja perawat pembimbing
disampaikan bahwa secara umum pembimbing
klinik. Ewan (1994) dalam Martono (2009)
klinik dinilai telah memiliki tanggung jawab
menyatakan bahwa seorang pembimbing
yang baik dalam melaksanakan bimbingan praktek klinik harus memiliki kompetensi
kepada mahasiswa namun penilaian terhadap memberikan pelayanan keperawatan kepada
kompetensi individu berupa pengetahuan pasien, mulai dari mengkaji masalah-
dan keterampilan melaksanakan pengajaran masalah pasien sampai memberikan
masih kurang. Penampilan kinerja perawat tindakan mengevaluasi efektivitas tindakan
pembimbing klinik juga belum optimal tersebut, sehingga dapat menjadi contoh bagi
dalam merencanakan, melaksanakan dan mahasiswa di tempat pelayanan tersebut. Teori
mengevaluasi proses pembimbingan klinik. Kinerja mendasar yang diungkapkan Gibson

330
Analisis Kinerja Perawat Pembimbing Klinik (Srinalesti Mahanani, dkk.)

(1987) menyebutkan bahwa kinerja individu ruang dan mahasiswa tentang evaluasi
dipengaruhi oleh Variabel Individu, Psikologi kompetensi dan kinerja perawat pembimbing
dan Variabel Organisasi. klinik serta 2 buah kuesioner yang diberikan
Zuhriana (2012) mengemukakan kepada perawat pembimbing klinik untuk
bahwa untuk mencapai prestasi kerja dan mengukur variabel psikologi dan variabel
kesuksesan sebuah organisasi serta kontribusi organisasi. Instrumen yang digunakan untuk
pribadi karyawan terhadap organisasinya mengevaluasi kompetensi perawat pembimbing
maka diperlukan kompetensi individu untuk klinik mengadopsi instrument Evaluation
melaksanakan peran dan tugasnya. Kompetensi of Requirement of Nurse Teacher (ERNT)
adalah kemampuan kerja setiap individu yang dibuat oleh Salminen yang telah diujicobakan
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan pada Perawat Pembimbing Klinik di Finlandia
dan sikap kerja yang sesuai dengan standar dan dipublikasikan melalui Jurnal Nurse
yang ditetapkan. Perawat pembimbing Education Today pada tahun 2012. Instrumen
klinik memiliki berbagai kompetensi yang yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja,
menjadi modal dalam mengoptimalkan aspek psikologis dan variabel organisasi
kinerjanya. Salminen (2012) menyebutkan disusun oleh peneliti berdasarkan indikator
secara deskriptif bahwa kompetensi perawat sesuai dengan literatur. Sebelum digunakan,
pendidik tersebut diantaranya adalah (1) keempat instrumen tersebut telah terlebih
kompetensi sebagai perawat; (2) kompetensi dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
pengajaran pedagogika; (3) kemampuan Pengolahan data dilakukan dengan metode
melakukan evaluasi; (4) faktor personal; dan statistic Partial Least Square (PLS) dengan
(5) hubungan dengan mahasiswa. Berdasarkan t-standar : 1,96, jika nilai t value > 1,96 (alpha
uraian tersebut peneliti akan melakukan 5%) berarti pengujian signifikan dan jika
penelitian tentang Analisa Kinerja Perawat nilai t-value < 1,96 (alpha 5%) berarti tidak
Pembimbing Klinik dengan pendekatan Teori signifikan.
Kinerja dan Indikator The Competence of
Nurse Educators
HASIL
Aspek psikologis yang diidentifikasi
BAHAN DAN METODE
dari perawat pembimbing klinik adalah
Penelitian ini dilakukan kepada perawat persepsi, kepribadian, motivasi, dan kemauan
pembimbing klinik di ruang rawat inap RS belajar. Rerata aspek psikologis pembimbing
Baptis Kediri pada Bulan April-Juni 2014. Jenis klinik dalam kategori cukup (tabel 1). Sikap
penelitian analitik korelasional dengan desain perawat pembimbing klinik dibedakan
studi observasional. Adapun jumlah sampel menjadi positif dan negatif, di mana sebagian
dalam penelitian ini adalah 17 orang. Penelitian besar perawat pembimbing klinik di RS
ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap I untuk Baptis Kediri mempunyai sikap positif (tabel
mengukur dan menganalisa kinerja perawat 2). Aspek organisasi meliputi sumber daya
pembimbing klinik oleh kepala ruangan dan organisasi, imbalan, struktur organisasi, dan
mahasiswa, serta mengukur variabel individu, desain pekerjaan. Hasil identifikasi aspek
variabel psikologi dan variabel organisasi organisasi mempunyai rerata cukup (tabel
perawat pembimbing klinik. Tahap II adalah 3). Hasil analisis hubungan antar variabel
melakukan Focused Group Discussion dengan disajikan pada tabel 4.
Perawat Pembimbing Klinik, Kepala ruang Be rd a s a rk a n h a si l p e ngola h a n
dan Supervisor / Komite Keperawatan tentang pemodelan, didapatkan hasil bahwa terdapat
Variabel yang mempengaruhi Kinerja yaitu pengaruh yang signifikan aspek psikologis
pada tanggal 6 dan 11 Juni 2014. Pengambilan terhadap kompetensi dengan besarnya
data dilakukan dengan menggunakan koefisien estimate dari aspek psikologis
kuesioner. Terdapat 4 buah kuesioner yang terhadap kompetensi adalah 0,518 sedangkan
terdiri dari 2 buah kuesioner kepada kepala nilai t hitung adalah 2,715 (>1,96). Variabel

331
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 329338

Tabel 1. Aspek psikologis perawat pembimbing klinik di RS Baptis Kediri


Baik Cukup Kurang
No Sub Variabel
f % f % f %
1 Persepsi 5 29,41 11 64,70 1 5,89
2 Kepribadian 6 35,30 11 64,70 0 0
3 Motivasi 5 29,41 12 70,59 0 0
4 Kemauan Belajar 2 11,76 10 58,83 5 29,41

organisasi berpengaruh terhadap aspek dengan koefisien estimate sebesar 0,600 dan
psikologis dengan koefisien estimate sebesar nilai t hitung adalah 6,741 (>1,96). Berdasarkan
0,825 sedangkan nilai t hitung adalah 19,658 pemodelan tersebut, maka diketahui bahwa
(>1,96). Besarnya koefisien estimate dari variabel organisasi mempengaruhi aspek
variabel organisasi terhadap kompetensi adalah psikologis dan selanjutnya mempengaruhi
0,244 sedangkan nilai t hitung adalah 1,036 kompetensi dan kinerja.
(>1,96) sehingga disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan variabel
organisasi terhadap kompetensi. Sedangkan PEMBAHASAN
kompetensi berpengaruh terhadap kinerja Penilaian aspek sikap pada perawat
pembimbing klinik adalah sebagian besar
responden memiliki sikap pada kategori
Tabel 2. Sikap perawat pembimbing klinik di cukup yaitu sebanyak 12 orang (70,59%)
RS Baptis Kediri dan masih terdapat responden dengan sikap
yang baik namun memiliki kompetensi
No Kategori Jumlah Persentase kurang (4 responden). Sikap (attitude)
1 Positif 17 100 %
adalah kesiapsiagaan mental, yang dipelajari
2 Negatif 0 0%
dan diorganisasi melalui pengalaman dan
Total 17 100 %

Tabel 3. Aspek organisasi perawat pembimbing klinik di RS Baptis Kediri


Baik Cukup Kurang
No Sub Variabel
f % f % f %
1 Sumber Daya organisasi 4 23,52 12 70,59 1 5,89
2 Imbalan 1 5,89 10 58,83 6 35,28
3 Struktur Organisasi 2 11,76 15 88,34 0 0
4 Desain Pekerjaan 4 23,52 12 70,59 1 5,89

Tabel 4. Analisis uji hipotesis penelitian analisis kinerja perawat pembimbing klinik dengan pendekatan
teori kinerja dan indikator the competence of nurse educator di RS Baptis Kediri
Coeffisien Uji
No Hubungan Antar Variabel Keterangan
Path (t tabel: 1,96)
1 Aspek Psikologis Kompetensi 0,518 2,715 Signifikan
2 Variabel Organisasi Kompetensi 0,244 1,036 Tidak Signifikan
3 Va r i a b e l O rga n i s a s i A s p e k 0,825 19,658 Signifikan
Psikologis
4 Kompetensi Kinerja 0,600 6,471 Signifikan

332
Analisis Kinerja Perawat Pembimbing Klinik (Srinalesti Mahanani, dkk.)

Gambar 1. Hasil bootstrapping pada analisis kinerja perawat pembimbing


klinik dengan pendekatan teori kinerja dan indikator the
competence of nurse educator

mempunyai pengaruh tertentu atas cara Penilaian aspek psikologis pada sub
tanggap seseorang terhadap orang lain, obyek variabel persepsi didapatkan hasil lebih dari
atau situasi yang berhubungan dengannya 50% (64,7%) responden memiliki persepsi
(Gibson, 1986). Menurut Notoatmodjo (2009) dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil
sikap adalah respons tertutup seseorang diskusi yang dilakukan, persepsi perawat
terhadap stimulus atau obyek tertentu yang pembimbing klinik khususnya persepsi
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi terhadap sikap proaktif mahasiswa dan
yang bersangkutan. Menurut Gibson (1986) persepsi terhadap kesiapan mahasiswa dalam
komponen yang menentukan sikap adalah proses pembelajaran klinik belum optimal
afeksi, kognisi dan perilaku dan selanjutnya Pe r s e p s i a k a n m e m p e n g a r u h i
sikap membentuk afek, kognisi dan perilaku. kompetensi dan kinerja individu, hal ini
Spe nce r d ala m K a r t i n i (2011) diperkuat dengan hasil tabulasi silang bahwa
menyebutkan ciri dari kompetensi tidak hanya responden yang memiliki persepsi kurang
niat dan kemampuan yang ada tetapi keahlian dalam melaksanakan tugasnya juga memiliki
dan keterampilan yang diwujudkan dalam kompetensi ada kategori kurang. Pada saat
sikap dan nilai sehari-hari dalam melakukan diskusi, Institusi Pendidikan menyatakan
pekerjaannya. Sagala (2009) menyebutkan telah membekali mahasiswa dengan ilmu
bahwa kompetensi adalah perpaduan dari keperawatan sesuai dengan kurikulum dan
penguasaan pengetahuan, keterampilan, telah melakukan ujian laboratorium sebelum
nilai dan sikap yang diref leksikan dalam periode praktik sehingga disepakati bahwa
kebiasaan berpikir dan bertindak dalam Institusi Pendidikan dan Perawat Pembimbing
melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Klinik perlu melakukan review pada
Kompetensi merupakan gabungan dari mahasiswa setiap awal periode praktik
kemampuan, pengetahuan, sikap, kecakapan, Penilaian pada sub variabel motivasi
sifat, pemahaman, apresiasi yang mendasari didapatkan hasil bahwa sebagian besar
karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja responden memiliki motivasi pada kategori
dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan cukup yaitu sebanyak 12 orang (70,59%).
guna mencapai standar kualitas dalam Maa r uf (2010) menyebut ka n ba hwa
pekerjaan nyata. motivasi adalah suatu keadaan dari dalam

333
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 329338

yang member kekuatan, yang menggiatkan dalam menyediakan materi dan sebagai
atau yang menggerak kan, karenanya narasumber dalam pelaksanaan pelatihan
disebut penggerakan atau motivasi yang perawat pembimbing klinik.
mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
arah tujuan-tujuan. kinerja Gibson yang menyatakan bahwa
Pada hasil pengukuran sub variabel meskipun organisasi memberikan efek tidak
belajar didapatkan lebih dari 50% responden langsung terhadap perilaku dan kinerja
memiliki kemauan belajar pada kategori individu. Melalui penelitian ini dibuktikan
cukup yaitu sebanyak 10 orang (58,83 %) dan bahwa variabel organisasi akan memberikan
terdapat responden yang memiliki kemauan pengaruh terhadap kinerja individu melalui
belajar pada kategori kurang yaitu sebanyak variabel moderat yaitu aspek psikologis.
5 orang (29,41%). Hasil validasi dengan Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
perawat pembimbing klinik didapatkan yang didapatkan oleh Nasution (2009) yaitu
data Perawat Pembimbing Klinik mengaku bahwa desain pekerjaan dan kepemimpinan
bahwa setelah menyelesaikan pendidikan tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
dan bekerja di rumah sakit, frekuensi belajar individu, namun hasil penelitian ini didukung
menurun karena merasa melakukan tugas oleh Nugroho (2006) yang menyebutkan
rutinitas sehingga stimulus belajar menjadi dalam penelitiannya bahwa meskipun
kurang. Hasil ini berbeda dengan penelitian variabel kepemimpinan tidak berpengaruh
yang dilakukan Salminen (2012) di Turku secara langsung terhadap kinerja namun
yang mendeskripsikan bahwa mahasiswa budaya organisasi mempunyai pengaruh yang
dan pimpinan menilai perawat pembimbing signifikan sebagai suatu variabel moderat,
klinik telah menggunakan literatur dan artinya semakin baik kepemimpinan yang
hasil penelitian secara aktif dalam upaya didukung oleh budaya organisasi yang
meningkatkan kualitas pembimbingan klinik baik maka semakin tinggi kinerja individu,
dengan sangat baik. Hal ini mengindikasikan artinya variabel organisasi akan memberikan
bahwa perawat pembimbing klinik di Turku kontribusi terhadap kinerja individu.
telah mengembangkan dan menerapkan Hasil pengukuran variabel organisasi
budaya belajar dengan sangat baik. berada pada kategori cukup. Variabel
Gibson dalam teorinya menyatakan organisasi meliputi sumber daya, desain
bahwa belajar merupakan salah satu proses pekerjaan, imbalan dan struktur organisasi
fundamental yang mendasari perilaku. dan kepemimpinan. Sebagian besar responden
Sebagian besar perilaku dalam organisasi memiliki sumber daya organisasi pada kategori
adalah perilaku yang diperoleh dengan belajar. cukup yaitu sebanyak 12 orang (70,59 %)
Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dan terdapat responden dengan sumber daya
terjadinya perubahan yang relatif tetap dalam organisasi pada kategori kurang yaitu sebanyak
perilaku sebagai akibat dari praktek. Belajar 1 orang (5,89 %), manajemen menyampaikan
merupakan suatu proses terjadinya beberapa bahwa penataan bimbingan klinik masih
perubahan tertentu dalam perilaku. belum optimal baik dalam SDM maupun
Jenis dan metode pembelajaran yang sarana prasarana dikarenakan penataan
bervariasi dapat menjadi solusi dalam perawat pembimbing klinik baru diawali pada
meningkatkan kemauan belajar perawat beberapa tahun terakhir dan bersamaan dengan
pembimbing klinik. Melalui proses diskusi persiapan pengajuan akreditasi. Tindak lanjut
disepakati bahwa Perawat pembimbing klinik yang perlu dilakukan adalah mempertahankan
perlu meningkatkan motivasi internal dalam dan melanjutkan perencanaan penataan SDM
mengembangkan pengetahuan, Diklat perlu dan sarana prasarana dalam pembelajaran
memfasilitasi dengan menyelenggarakan klinik.
pertemuan/pelatihan tentang perkembangan Perawat Pembimbing Klinik mengatakan
ilmu keperawatan terkini serta Institusi bahwa sistem yang berjalan sudah baik, hanya
pendidikan menyatakan siap untuk membantu saja merasa imbalan yang diterima kurang

334
Analisis Kinerja Perawat Pembimbing Klinik (Srinalesti Mahanani, dkk.)

sesuai dengan beban kerja. Hasil pengukuran penghitungan beban kerja. Tindak lanjut yang
sub variabel imbalan didapatkan hasil bahwa perlu dilakukan adalah manajemen rumah
lebih dari 50 % responden memiliki imbalan sakit dan institusi pendidikan perlu melakukan
pada kategori cukup yaitu sebanyak 10 finalisasi rancangan penetapan imbalan perawat
orang (58,83%) dan terdapat responden yang pembimbing klinik berdasarkan penghitungan
memiliki imbalan pada kategori kurang yaitu beban kerja, mengimplementasikannya
sebanyak 6 orang (35,28 %). serta melakukan evaluasi kinerja perawat
Imbalan menjadi sub variabel yang pembimbing klinik
penting karena imbalan mampu (1) menarik Sub variabel kepemimpinan terhadap
orang yang berkualitas untuk bergabung dalam perawat pembimbing klinik di RS Baptis
organisasi; (2) mempertahankan karyawan Kediri berada pada kategori cukup (58,83%).
agar tetap datang bekerja, dan (3) memotivasi Penelitian ini membuktikan bahwa variabel
karyawan untuk mencapai tingkat prestasi organisasi tidak mempengaruhi secara
yang tinggi. Setiap orang memiliki harapan langsung terhadap kinerja sebab metode
yang berbeda terhadap bentuk imbalan yang kepemimpinan yang diterapkan di RS Baptis
akan diterimanya. Imbalan yang disukai Kediri tetap dapat membuat mereka nyaman
setiap orang berbeda dalam beberapa hal, sehingga meningkatkan motivasi dalam
tergantung pada karir seseorang, umur dan bekerja.
situasi yang berbeda. Imbalan ekstrinsik Aspek psikologis yang diukur dalam
memuaskan karena imbalan tersebut mengarah penelitian ini meliputi sikap, persepsi,
pada imbalan lain. Terdapat beberapa imbalan kepribadian, belajar dan motivasi sedangkan
ekstrinsik yang mengarah pada imbalan yang variabel organisasi meliputi sumber daya,
lebih disukai, misalnya uang yang merupakan imbalan, struktur organisasi, kepemimpinan
bentuk imbalan ekstrinsik yang mengarah dan desain pekerjaan. Dua dari sepuluh sub
pada hal-hal lain seperti prestise, otonomi, variabel independen tersebut yaitu beban
kekbasan, keamanan dan naungan. kerja dan motivasi pernah diteliti oleh Erawati
Dalam proses disk usi, Instit usi (2010) kepada perawat pembimbing klinik di
Pendidikan memberikan wawasan bahwa RS Baptis Kediri dengan hasil yang senada
pada rumah sakit lain imbalan yang diterima dengan penelitian ini yaitu beban kerja tidak
cukup tinggi karena perawat pembimbing berpengaruh secara langsung terhadap kinerja
klinik yang ditetapkan oleh rumah sakit namun terdapat pengaruh positif motivasi dan
tersebut dapat memprioritaskan tugasnya beban kerja secara bersama-sama terhadap
sebagai pembimbing klinik (tidak hanya kinerja perawat pembimbing klinik.
mengoreksi dokumentasi askep) sehingga Pengaruh yang signifikan variabel
proses pembimbingan berjalan dengan optimal. organisasi terhadap aspek psikologis sesuai
Perawat Pembimbing Klinik menyatakan akan dengan pernyataan Kopelman yang dikutip
siap untuk bekerja dengan lebih baik asalkan oleh Ilyas (2001) bahwa ada empat determinan
diimbangi dengan imbalan yang sebanding. utama dalam produktivitas organisasi
Manajemen rumah sakit merasa kesulitan termasuk didalamnya adalah prestasi kerja.
untuk penataan tenaga seperti rumah sakit lain Faktor determinan tersebut adalah lingkungan,
di mana seorang perawat pembimbing klinik karakteristik organisasi, karakteristik kerja dan
tidak difungsikan sebagai perawat pelaksana karakteristik individu. Karakteristik kerja dan
utama sehingga yang dapat ditawarkan adalah karakteristik organisasi akan mempengaruhi
akan diberikan imbalan yang sebanding karakteristik individu seperti imbalan,
namun diharapkan perawat pembimbing klinik penetapan tujuan akan meningkatkan motivasi
dapat melaksanakan dengan seimbang kedua kerja, sedangkan prosedur seleksi tenaga kerja
tugas yaitu sebagai pelaksana dan pembimbing serta latihan dan program pengembangan akan
klinik. Manajemen juga menyampaikan bahwa meningkatkan pengetahuan, keterampilan
telah disusun rancangan penetapan imbalan dan kemampuan dari individu. Selanjutnya
perawat pembimbing klinik berdasarkan variabel karakteristik kerja yang meliputi

335
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 329338

penilaian pekerjaan akan meningkatkan sesuai dengan deskripsi hasil penelitian yang
motivasi individu untuk mencapai prestasi dilakukan oleh Salminen (2012) terhadap
kerja yang tinggi. perawat pembimbing klinik di Turku, yaitu
Hasil pengolahan data ini juga didukung bahwa berdasarkan hasil evaluasi dari
dengan pernyataan perawat pembimbing mahasiswa didapatkan hasil bahwa kompetensi
klinik yaitu bahwa Perawat Pembimbing perawat pembimbing klinik melakukan
Klinik merasa bahwa motivasi dan sikap evaluasi berada pada kategori kurang.
dalam proses pembimbingan klinik sangat Per masalahan belum optimalnya
dipengaruhi oleh kurang sebandingnya antara kompetensi perawat pembimbing klinik
beban kerja dengan imbalan yang diterima k hususnya d ala m t iga sub va r iabel
sebagai perawat pembimbing klinik khususnya penelitian ini yaitu kompetensi sebagai
jika dibandingkan dengan imbalan yang perawat, kemampuan pedagogik dan
diterima perawat pembimbing klinik di rumah kemampuan melakukan evaluasi senada
sakit lain. Siagian (2004) menyebutkan bahwa dengan hasil penelitian Elgicil (2007) yang
imbalan erat kaitannya dengan prestasi kerja dilakukan di Turkey yaitu bahwa mayoritas
seorang karyawan. Imbalan merupakan salah permasalahan praktik terkait komperensi
satu faktor eksternal yang mempengaruhi perawat pembimbing klinik diantaranya
motivasi eksternal seseorang, di samping ketidakmampuan perawat pembimbing klinik
faktor eksternal lain yang menjadi indikator dalam mengajarkan pengkajian, mayoritas
dalam variabel organisasi. Stoner dalam perawat pembimbing klinik cenderung
Bogar (2012) merupakan faktor eksternal menghakimi, memberikan umpan balik
yang mempengaruhi motivasi seseorang. negatif, tidak mampu berkomunikasi dengan
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa baik, tidak mampu memberikan arahan kepada
variabel organisasi mempengaruhi aspek mahasiswa dan beban kerja berlebih.
psikologis dalam peningkatan kompetensi Kompetensi perawat pembimbing klinik
yang pada akhirnya akan meningkatkan yang diukur dalam penelitian ini sesuai dengan
kinerja perawat pembimbing klinik. indikator yang diidentifikasi oleh Nabavi (2010)
Hasil penelitian ini diperkuat dengan dalam penelitiannya. Nabavi menyimpulkan
pernyataan perawat pembimbing klinik di RS bahwa Perawat Pembimbing Klinik yang
Baptis Kediri yang mengungkapkan bahwa efektif adalah individu yang yang memiliki
mereka bekerja cenderung didasarkan pada kompetensi professional diantaranya adalah
aspek psikologis dengan konsep pelayanan kemampuan dalam menjiwai ilmu keperawatan,
memberikan yang terbaik dalam bekerja sesuai mampu secara reflektif mengevaluasi diri dan
kemampuan yang dimilikinya artinya baik mahasiswa, mampu membuat suasana belajar
buruknya kinerja tidak sepenuhnya bergantung klinis menjadi nyaman, dan melaksanakan
pada sistem organisasi yang dijalankan namun asuhan keperawatan yang berorientasi pada
bergantung dari sikap, kepribadian dan pasien serta mampu berperan sebagai role
motivasi internal. Namun perawat pembimbing model bagi mahasiswa.
klinik tidak memungkiri bahwa kestabilan Sasongko (2008) menyebutkan bahwa
organisasi sangat mempengaruhi psikologis kompetensi adalah keseluruhan kemampuan,
mereka. pengetahuan, sikap dan perilaku yang
Hasil peng u k u ran sub var iabel ditunjukkan secara konsisten oleh individu
kompetensi perawat pembimbing klinik oleh untuk menghasilkan kinerja unggul pada
kepala ruang dan mahasiswa adalah terdapat suatu jabatan atau bidang pekerjaan tertentu.
tiga sub variabel dengan kategori kurang yaitu Kompetensi pembimbing klinik adalah
kompetensi sebagai perawat, kemampuan persyaratan kemampuan minimal dan
pedagogik dan kemampuan melakukan kewenangan yang harus dimiliki pembimbing
evaluasi, sedangkan dua sub variabel berupa klinik untuk dapat melaksanakan tugas/
faktor personal dan hubungan dengan peserta pekerjaan sesuai standar pembelajaran
didik berada pada kategori baik. Hasil ini praktek klinik. Dengan demikian kompetensi

336
Analisis Kinerja Perawat Pembimbing Klinik (Srinalesti Mahanani, dkk.)

pembimbing klinik mempunyai andil Individu akan meningkat dengan adanya


atau kontribusi terhadap kinerja seorang peningkatan Aspek Psikologis Perawat
pembi mbi ng k li n i k d ala m keg iat a n Pembimbing Klinik yang meliputi Persepsi,
pembelajaran praktek klinik (Martono, Kepribadian, Motivasi, Kemampuan Belajar
2009). dan Sikap. Peningkatan Aspek Psikologis
Hasil penelitian ini sesuai dengan sebanding dengan peningkatan Variabel
penelitian yang dilakukan oleh Martono (2009) Organisasi yang meliputi Sumber Daya
yaitu bahwa ada pengaruh antara kompetensi Organisasi, Imbalan, Struktur Organisasi dan
terhadap kinerja perawat pembimbing klinik di Desain Pekerjaan
RSUD Sragen. Martono (2009) menyebutkan
bahwa kinerja pembimbing klinik akan Saran
meningkat bilamana kompetensi pembimbing Perlunya peningkatan kualitas variabel
klinik meningkat, hal ini membuktikan bahwa organisasi untuk meningkatkan aspek
adanya hubungan yang linier antara kompetensi psikologis yang secara berkesinambungan akan
dengan kinerja. Sasongko (2008) dalam meningkatkan Kompetensi dan Kinerja Perawat
penelitiannya juga membuktikan bahwa ada Pembimbing Klinik. Upaya peningkatan
pengaruh antara kompetensi terhadap kinerja variabel organisasi yang dapat dilakukan
tenaga penjualan sehingga disimpulkan bahwa dengan melakukan sistem pengelolaan perawat
dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan pembimbing klinik, menjalin koordinasi
dapat dilakukan dengan meningkatkan baik dengan Institusi Pendidikan maupun
kompetensi. McAshan (dalam Mulyasa 2004) dengan perawat pembimbing klinik, serta
melakukan inventarisasi topik pelatihan yang
menyatakan bahwa kompetensi yang dikuasai
dibutuhkan oleh perawat pembimbing klinik
oleh seseorang akan menyebabkan orang
dan menyelenggarakan pelatihan secara rutin
tersebut dapat melakukan tindakan dengan
sebaik-baiknya.
Hasil penelitian ini disimpulkan KEPUSTAKAAN
bahwa semakin tinggi kompetensi perawat Azisah dan Khilyatul., 2012. Tingkat
pembimbing klinik maka akan meningkatkan Kepuasan Bimbingan Klinik Mahasiswa
kinerjanya, hal ini memperkuat pernyataan Keperawatan. Journal Nursing Study
Sagala dalam Kartini (2001) yaitu bahwa Vol 1 No 1 Tahun 2012, 219224.
komp et e n si a d ala h p e r pa du a n d a r i Azwar S., 2007. Penyusunan Skala Psikologi.
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir Erawati,. 2010. Hubungan Motivasi dan
dan bertindak dalam melaksanakan tugas Beban Kerja Pembimbing Praktek
dan pekerjaannya. Ia menambahkan bahwa Klinik Keperawatan dengan Kinerja
kompetensi merupakan gabungan dari Pembimbing Klinik di RS Baptis Kediri.
kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, Surakarta: Tesis. Program Pascasarjana
sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang Universitas Sebelas Maret
mendasari karakteristik seseorang untuk Gibson, 2001. Organisasi, Struktur, Perilaku
berunjuk kerja dalam melaksanakan tugas dan Proses. Jakarta: Erlangga
Guzman, 2008. Understanding the persona of
atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas
clinical instructors: The use of students
dalam pekerjaan nyata.
doodles in nursing research. Journal
Nurse Education Today 2008
SIMPULAN DAN SARAN Ilyas, Y., 2002. Kinerja, Teori Penilaian dan
Penelitian. Jakarta: FKM UT
Simpulan
Ilyas, Y., 2001. Kinerja: Teori, Penilaian,
Hasil penelitian ini menunjukkan Dan Penelitian. Depok: Pusat Kajian
bahwa Kinerja Perawat Pembimbing Klinik Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan
dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan Masyarakat UI.
Kompetensi Individu. Sedangkan Kompetensi

337
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 329338

K a r t i n i , 2011. Fa k t o r - fa k t o r ya n g Salminen, 2012. The Competence and The


Mempengaruhi Kompetensi Profesional Cooperation of Nurse Educators.
Guru di SMK Negeri 1 Losarang Journal Nurse Education Today 2012
Kabupaten Indramayu; Jakarta: Tesis. Sasongko, H., 2008. Analisis Faktor-faktor
Program Pascasarjana FIK Universitas yang Mempengaruhi Kompetensi
Indonesia Tenaga Penjualan untuk Meningkatkan
Keliat, B.A., 2000. Metoda Bimbingan Klinik Kinerja Penjualan; Semarang: Tesis.
di Rumah Sakit. Jakarta: Rineka Cipta Program Pascasarjana Universitas
Lusiani, 2006. Hubungan Karakteristik Diponegoro
Individu dan Sistem Penghargaan Setyowati D., 2010. Determinan Kinerja
Dengan Kinerja Perawat Menurut Perawat di Ruang Rawat Inap RS TNI
Persepsi Perawat Pelak sana di AL Dr,Martoharjo; Jakarta: Tesis.
RS Sumber Waras. Jakarta. Tesis Program Pascasarjana Universitas
Program Pascasarjana FIK Universitas Indonesia
Indonesia. Siagian, S.P., 2004. Teori Motivasi dan
Maaruf, N.A., 2010. Pengaruh Motivasi Aplikasinya. Yogyakarta: Andi Offset
Terhadap Peningkatan Kompetensi STIKES RS Baptis Kediri, 2013. Laporan
Bidang Desa di Kabupaten Malang; Akademik Semester Genap Kediri
Tesis. Pusat Penelitian Sistem dan Tulak, G.T., 2013. Hubungan Pengawasan
Pengembangan Kebijakan Kesehatan Kepala Ruangan dengan Kinerja
Mangkunegara, A.P., 2004. Manajemen Pembimbing Klinik dalam Penerapan
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Nilai-nilai Profesionalisme Mahasiswa
Bandung: Rosdakarya Tahun 2013. Makasar: Tesis. Fakultas
Mangatua, F., 2007. Analisis Produktivitas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Kerja dan Motivasi Pekerja Akibat Uniplaita, Y.E.O., 2003. Analisis Kinerja
Aktivitas Pemberdayaan Karyawan. Pembimbing Klinik Berdasarkan
Derema Jurnal Manajemen Vol.2 No.2 Persepsi Mahasiswa Poltekes Terhadap
Martono, H., 2009. Pengaruh Kompetensi dan Bimbingan di Rumah Sakit Umum dr.
Motivasi Pembimbing Klinik Terhadap Haulusy Ambon. Yogyakarta: Tesis.
Kinerja Pembimbing Praktek Klinik Di Program Pascasarjana UGM.
RSUD Kabupaten Sragen. Surakarta: Yusiana, M.A., 2011. Evaluasi Penerapan
Tesis. Program Pascasarjana Universitas Pembelajaran Klinik Keperawatan
Sebelas Maret Metode Bedside Teaching Dan Metode
Mulyasa, E., 2004. Kurikulum Berbasis Penugasan Klinik Berdasarkan Model
Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Evaluasi Cipp (Context, Input, Process,
Implementasi. Bandung: PT Remaja Product) Di Rumah Sakit Baptis Kediri.
Rosdakarya Surabaya : Tesis. Fakultas Kesehatan
Nabavi, 2010. Professional approach: The key Masyarakat Universitas Airlangga
feature of effective clinical educator in Zuhrina, 2012. Pengaruh Kompetensi yang
Iran. Journal Nurse Education Today Terdiri Dari Pengetahuan, Keterampilan
2010 dan Sikap Serta Motivasi Terhadap
Notoatmodjo, S., 2009. Pengembangan Sumber kinerja pegawai di PDAM Tirtanadi
Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Cabang Padang Bulan. Medan:
Robbins, S., 2008. Perilaku Organisasi. Program Pascasarjana Universitas
Jakarta: Penerbit Salemba Empat Sumatera Utara
Sagala, S., 2010. Supervisi Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta

338

You might also like