You are on page 1of 9

PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI BERBASIS WEBSITE PADA REMAJA

(The Use of Web-Based Information System in Adolescents)

Hery Ernawati*, Elsi Dwi Hapsari**, Lely Lusmilasari**


*Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo,
Jl. Budi Utomo No 10 Ponorogo
**Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
E-mail: heryernawati@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja. Remaja dapat membuat keputusan
terhadap kesehatan reproduksi mereka secara mandiri. Salah satu media penting yang berfungsi sebagai sumber informasi
tentang kesehatan reproduksi pada remaja adalah melalui website. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara penggunaan informasi berbasis web dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional, yang melibatkan siswa kelas X
dan XI SMA, SMK, MA di Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini dilakukan di sekolah-sekolah dengan fasilitas komputer
dan koneksi internet, yang melibatkan 210 remaja, yang dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan univariat, bivariat dengan menggunakan
uji statistik spearman rank, dan cara-cara multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi akses situs dan durasi untuk informasi tentang kesehatan reproduksi oleh remaja
adalah 1.36 kali seminggu dan 1,65 jam; pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah 58,1% dalam kategori rendah;
dan tidak ada hubungan yang ditemukan antara penggunaan sistem informasi berbasis web dan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi pada remaja, meskipun ada kecenderungan meningkat dalam frekuensi dan durasi kunjungan situs
web untuk informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi pada remaja. Diskusi: Penggunaan sistem informasi
berbasis web tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi subjek yang sama dengan metode yang berbeda, yang tidak
memilih responden di pertemuan pertama dan menggunakan kuesioner tertutup untuk memilih responden, sehingga para
remaja akan merasa bebas dan terbuka untuk peneliti.

Kata kunci: sistem informasi berbasis web, pengetahuan, kesehatan reproduksi pada remaja

ABSTRACT
Introduction: Knowledge about reproductive health is very important for adolescents. They can make informed decision
on their reproductive health. One of important media that serve as the source of information on reproductive health in
adolescents is website. The objective of this study was to find out the relationship between the use of web-based information
and knowledge about reproductive health in adolescents. Method: A Cross Sectional was conducted from February 2013
to April 2014, involving the Tenth and Eleventh Grade students of SMA, SMK, MA in Ponorogo Regency. The study was
conducted in schools with computer facilities and internet connection, involving 210 adolescents, who were selected using
Simple Random Sampling technique. The data was collected by questionnaire. Data analysis was conducted in univariate,
bivariate with using Spearman Rank test, and multivariate ways using logistic regression test. Results: The study showed
that mean website access frequency and duration for information about reproductive health by adolescents were 1.36
times a week and 1.65 hours; knowledge about reproductive health was 58,1% in low category; and no relationship was
found between the use of web-based information system and knowledge about reproductive health in adolescents, even
though there was an increasing trend in the frequency and duration of website visits for information related to reproductive
health in adolescents. Discussion: The use of web-based information system does not have a significant relationship with
knowledge about reproductive health in adolescents. Further research is necessary to explore the same subject with a
different method, which is not selecting the respondents in the first meeting and use a closed questionnaire to select the
respondents. This way, the adolescents will feel free and open to the researcher.

Keywords: web-based information system, knowledge, reproductive health in adolescents

PENDAHULUAN atau bebas dari kecacatan namun juga sehat


Kesehatan reproduksi remaja adalah secara mental serta sosial kultural (WHO,
suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, 2013). Usia remaja dibedakan menjadi usia
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki remaja awal (1215 tahun) dan usia remaja
oleh remaja, yang tidak hanya bebas penyakit akhir (1518 tahun). Perubahan yang terjadi

194
Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Website (Hery Ernawati, dkk.)

pada usia remaja adalah perubahan secara fisik reproduksi remaja. Namun motivasi membuka
maupun perubahan non fisik. Kematangan website untuk mencari informasi kesehatan
seksual dan terjadinya perubahan bentuk reproduksi masih jarang dibandingan untuk
tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan komunikasi dan hiburan (Goold, 2003;
kejiwaan remaja (Santrock, 2003). Nwagwu, 2007; Widyastari, 2010; BKKBN,
Remaja membutuhkan informasi terkait 2012).
dengan perubahan dalam dirinya, sebagai Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
bagian dari masa transisi remaja menuju pada 27 remaja di Kabupaten Ponorogo
dewasa. Baik secara fisik, mental maupun bahwa 90 persen remaja pernah mengenal
sosial yang tidak terlepas dari fungsi, proses dan menggunakan internet, baik dengan
dan sistem reproduksinya (Respati, 2013). memanfaatkan warnet, melalui handphone
Remaja yang hidup pada jaman sekarang maupun melalui komputer pribadi. Alasan
masuk pada jaman platinum, mereka memiliki remaja mencari artikel tersebut karena ada
karakter yang ekspresif dan eksploratif penugasan dari sekolah (mata pelajaran Biologi
terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, dengan bab reproduksi) (56%) dan menambah
dengan berusaha mendapatkan informasi wawasan tentang kesehatan reproduksi remaja,
melalui beberapa media elektronik dan internet sehingga bisa menjaga kesehatan reproduksi
(Atmaji, 2008). (19%).
Remaja perlu mengetahui kesehatan Aspek kesehatan reproduksi remaja
reproduksi agar memiliki pengetahuan, sikap yang sering di akses adalah aspek menstruasi
dan tingkah laku yang bertanggung jawab (74%), perubahan fisik dan psikologis pada
mengenai proses reproduksi. Dampak jika remaja (35%), organ reproduksi laki-laki dan
remaja tidak mengetahui tentang kesehatan perempuan (56%), penyakit menular seksual
reproduksi berupa praktik kesehatan yang termasuk HIV/AIDS (56%), serta nutrisi
buruk, kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan pada remaja (67%). Berdasarkan fakta di
(KTD), anemia, aborsi, meningkatnya kejadian atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
HIV/AIDS dan penyakit menular seksual penelitian tentang hubungan penggunaan
lainya (Cahyo, 2008; BKKBN, 2010; Respati, sistem informasi berbasis website dengan
2013). Data dari Badan Koordinasi Keluarga pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di
Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Kabupaten Ponorogo.
Ponorogo tahun 2012 bahwa permasalahan
kesehatan reproduksi pada remaja di Ponorogo
BAHAN DAN METODE
meliputi belum mengetahui tentang menstruasi.
Selain itu sekitar 80% remaja perempuan Jenis penelitian yang digunakan adalah
di Ponorogo pernah melakukan hubungan penelitian analitik, dengan rancangan cross
seksual. sectional. Penelitian ini dilakukan di SMA,
Media website banyak digunakan oleh MA, dan SMK yang berada di wilayah
remaja sejak internet menjangkau rumah dan Kabupaten Ponorogo. Sebanyak 210 responden
sekolah, sehingga waktu yang dipergunakan dari sekolah yang memiliki fasilitas komputer
remaja untuk mengakses internetpun semakin dan internet dan berasal dari kelas X dan XI.
meningkat karena mudah diakses, murah, Teknik sampling menggunakan simple random
dan bersifat pribadi. Penelitian tentang sampling.
kemanfaatan internet terhadap kehidupan Alat yang digunakan dalam penelitian
manusia khususnya remaja selama ini masih ini berupa kuesioner, pengukur tinggi
menjadi perdebatan. Berdasarkan beberapa badan dan berat badan. Kuesioner yang
penelitian sebelumnya, penggunaan website digunakan untuk variabel pengetahuan
dikaitkan untuk pendidikan seks, atau kesehatan reproduksi remaja dikembangkan
membandingkan penggunaannya pada dari kuesioner dari BKKBN (2007) dan
remaja sekolah dan putus sekolah. Website Arfan (2009). Sedangkan untuk kuesioner
sebagai salah satu sumber informasi kesehatan penggunaan sistem informasi berbasis website

195
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 194202

dimodifikasi dari kuesioner Goold (2003) dan internet tidak boleh dipergunakan oleh siswa.
Xu (2012). Alat untuk mengukur berat badan Masing-masing sekolah diambil sebanyak 30
menggunakan timbangan digital merk Camry responden.
model EB 9003 yang memiliki presisi 0,1 Pemilihan responden dilak u kan
kg, sedangkan untuk mengukur tinggi badan dengan menentukan siswa yang sudah pernah
menggunakan meteran siku yang ditempelkan membuka website yang berisi materi kesehatan
di dinding. reproduksi remaja. Responden yang memenuhi
Jalannya penelitian dimulai dari syarat dan telah mendapatkan ijin dari orang
penetapan sekolah yang akan digunakan. tua dikumpulkan di satu ruangan dan diberi
Dipilih sekolah yang berada di daerah kuesioner untuk diisi dengan waktu 60 menit.
perkotaan yang memungkinkan memiliki Selesai mengisi kuesioner dilanjutkan dengan
fasilitas komputer dan internet untuk siswanya, mengukur tinggi badan dan berat badan untuk
sehingga ditetapkan yang dijadikan populasi mendapatkan data status nutrisi responden.
terjangkau adalah sekolah yang berada di Analis data meliputi analisi univariat,
wilayah Kecamatan Ponorogo, Babadan dan bivariat dan multivariat. Analisis bivariat
Siman. Penentuan sekolah yang dijadikan menggunakan uji Spearman Rank, dan
tempat penelitian dengan menggunakan teknik analisis Multivariat menggunakan uji Regresi
lotere sehingga didapatkan 12 sekolah dengan Logistik.
rincian dari Kecamatan Ponorogo 2 SMA,
3 SMK, 2 MA; dari Kecamatan Babadan 1
HASIL
SMA, 1 SMK, 1 MA; dan dari Kecamatan
Siman 1 SMA dan I MA. Namun, hanya Penggunaan sistem informasi berbasis
7 sekolah yang bersedia dijadikan sampel website diukur melalui frekuensi dan lama
penelitian. Alasan sekolah tidak bersedia akses website yang berisi kesehatan reproduksi
menjadi sampel penelitian karena sedang remaja. Hasil penelitian ini dapat diketahui
banyak kegiatan pembelajaran dan sekolah bahwa rerata frekuensi akses website kesehatan
MA yang berbasis pondok pesantren fasilitas reproduksi remaja 1,36 kali per minggu

Tabel 1. Penggunaan sistem informasi berbasis website


Indikator n; meanSD
Frekuensi akses (kali/minggu) 210; 1,360,80
Lama akses (jam/minggu) 210; 1,651,73

Tabel 2. Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja


Kriteria n; meanSD n ( %)
Skor Total 210; 33,833,40
Pengetahuan Rendah 122 (58,1)
Pengetahuan Tinggi 88 (41,9)

Tabel 3. Hubungan antara penggunaan sistem informasi berbasis website dengan pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja di Kabupaten Ponorogo
Pengetahuan Kesehatan reproduksi
Penggunaan Sistem Informasi remaja
p-value
Berbasis Website Rendah Tinggi
n; meanSD n; meanSD
Frekuensi akses (kali/minggu) 122; 1,290,64 88; 1,450,98 0,163
Lama akses (jam/minggu) 122; 1,461,17 88; 1,922,27 0,086

196
Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Website (Hery Ernawati, dkk.)

Tabel 4. Distribusi frekuensi hubungan variabel bebas dan variabel luar dengan pengetahuan kesehatan
reproduksi remaja
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja
Variabel Bebas dan Luar Rendah Tinggi p-value
n; meanSD n n; meanSD n
Frekuensi akses website
122; 1,290,64 88; 1,450,98 0,163
(kali/minggu)
Lama akses website (jam/
122; 1,461,17 88; 1,922,27 0,086
minggu)
Sumber informasi (jumlah) 122; 2,661,18 88; 2,981,09 0,046
Pendidikan:
IPA 16 23 0.017
Non IPA 106 65

dan rerata lama akses website kesehatan dengan menggunakan parameter frekuensi
reproduksi remaja 1,65 jam per minggu yang mengakses website dan lamanya mengakses
mana ditunjukkan pada tabel 1. website pada kur un waktu seminggu.
Lebih dari setengahnya pengetahuan Penelitian ini merupakan penelitian pertama
remaja tentang kesehatan reproduksi remaja kali yang meneliti penggunaan internet
berada pada kategori rendah, dengan rerata hanya untuk mengakses informasi tentang
skor total pengetahuan yaitu 33,83 ditunjukkan kesehatan reproduksi remaja, sehingga
pada tabel 2. menjadikan penelitian ini sebagai hal baru
Terdapat kecender ungan adanya yang bisa menambah dan melengkapi dari
peningkatan penggunaan sistem informasi hasil penelitian sebelumnya.
berbasis website (frekuensi akses dan Pada penelitian ini rerata frekuensi
lamanya akses per minggu) pada remaja yang mengakses website sebesar 1,36 kali
memiliki pengetahuan tinggi. Uji statistik dalam seminggu. Hal ini sesuai dengan
yang digunakan adalah uji Spearman Rank penelitian yang dilakukan Borzekowski
dan didapatkan tidak ada hubungan antara (2006) menyebutkan bahwa pada remaja
penggunaan sistem informasi berbasis website pada kelompok yang di sekolah lebih dari
dengan pengetahuan kesehatan reproduksi separuhnya frekuensi mengakses internet 1 kali
remaja hasil ini ditunjukkan pada tabel 3. atau lebih dalam seminggu tanpa dipengaruhi
Analisis multivariat yang digunakan oleh jenis kelamin, usia dan etnis. Rerata lama
adalah Regresi Logistik dengan metode mengakses website sebesar 1,65 jam dalam
Backward LR didapatkan bahwa variabel seminggu dan lebih rendah dibandingkan
asal jurusan memiliki hubungan dengan dengan hasil penelitian Widyastari (2010)
pengetahuan kesehatan reproduksi remaja disebutkan bahwa lebih dari setengah pelajar
dengan nilai p-value 0,018 dan OR 2,344 (CI di Semarang mengakses internet selama 9 jam
1,154-4,763) (tabel 4). per minggu. Hal ini kemungkinan penyebabnya
karena pada penelitian ini difokuskan pada
akses informasi tentang kesehatan reproduksi
PEMBAHASAN
remaja saja, sedangkan pada penelitian
Media website banyak digunakan oleh Widyastari motif mengakses internet untuk
remaja sejak internet menjangkau rumah dan pendidikan, komunikasi dan hiburan sehingga
sekolah, sehingga waktu yang dipergunakan lamanya akses internet lebih lama. Hal ini juga
remaja untuk mengakses internetpun semakin didukung oleh penelitian Goold (2003) bahwa
meningkat karena mudah diakses, murah, alasan mengakses internet pada remaja lebih
dan bersifat pribadi (Goold, 2003; Nwagwu, banyak untuk e-mailing, dan sangat sedikit
2007; Widyastari, 2010). Penggunaan sistem untuk alasan mencari informasi kesehatan.
informasi berbasis website bisa diketahui

197
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 194202

Pembelajaran sekolah untuk setingkat dan rumah teman, dan juga tidak dipengaruhi
SMA, SMK, MA di Kabupaten Ponorogo oleh perbedaan jenis kelamin, usia dan
rata-rata dimulai dari pukul 07.00 sampai etnis (Goold, 2003; Borzekowski, 2006). Di
dengan pukul 15.00, dan sisa waktu lainnya Kabupaten Ponorogo warnet merupakan jasa
dipergunakan oleh remaja untuk kegiatan penyedia fasilitas internet yang belakangan
ekstra sekolah, mengerjakan tugas sekolah, ini dapat dengan mudah ditemukan bagi
bermain/bersosialisasi. Memungkinkan pengguna internet. Tersedianya warnet dengan
sekali remaja sudah merasa lelah ketika biaya yang sangat terjangkau yaitu Rp3.000,00
pulang sekolah, sehingga membuat remaja sampai dengan Rp5.000,00 untuk setiap
kurang berminat untuk membuka website jamnya telah memberi peluang kepada banyak
yang berisi dengan informasi kesehatan orang termasuk remaja yang tidak memiliki
remaja, dan lebih menyukai untuk membuka komputer dan saluran internet sendiri untuk
website yang berisi hiburan, atau membuka berkomunikasi dengan orang lain atau untuk
facebook dan twitter. Selain itu sebetulnya kepentingan lainnya melalui internet.
buku panduan untuk pelajaran Biologi sudah Pada penelitian ini didapatkan hasil
terintegrasi dengan internet, sehingga di bahwa lebih dari setengahnya remaja memiliki
setiap akhir bab selalu ada alamat website pengetahuan kesehatan reproduksi remaja
yang bisa diakses untuk menambah wawasan yang rendah. Pengetahuan remaja laki-laki
remaja, termasuk bab reproduksi manusia. yang masih kurang mengenai penggunaan
Tetapi responden membuka website kesehatan sabun pembersih khusus genitalia, saluran
reproduksi seringkali hanya untuk kepentingan pengeluaran kencing dan sperma, dampak
mengerjakan tugas sekolah, jika tidak ada tugas pemijatan pada kehamilan, kegunaan KB
maka tidak akan membuka website kesehatan untuk remaja serta jumlah konsumsi protein
reproduksi remaja. Qomariyah (2009) untuk remaja laki-laki dan perempuan.
menyatakan bahwa perilaku penggunaan Sedangkan pengetahuan remaja perempuan
internet pada kalangan remaja diperkotaan yang masih kurang yaitu menganggap sunat
di Surabaya paling banyak dilakukan untuk sebagai tanda pubertas dan mulai berfungsinya
mencari sumber atau bahan yang berkaitan sistem reproduksi pada laki-laki, penggunaan
dengan tugas pelajaran sekolah. Remaja yang sabun pembersih khusus genetalia pada
menyadari bahwa dirinya mengalami banyak perempuan, fungsi organ reproduksi laki-laki
perubahan pada fisik maupun psikologis dan perempuan, kegunaan KB untuk remaja
terutama yang berkaitan dengan sistem serta jumlah konsumsi protein untuk remaja
reproduksi, maka dengan kesadarannya laki-laki dan perempuan. Kemungkinan
mereka akan berusaha mencari informasi penyebabnya adalah remaja masih memahami
dari berbagai sumber sehingga mereka akan kesehatan reproduksi remaja secara dangkal,
memahami segala perubahan yang terjadi pada dan masih mengutamakan ciri pubertas
dirinya sebagai bentuk perwujudan adanya dari segi fisik saja. Sedangkan masalah
rasa tanggung jawab terhadap kesehatan KB hanya mengetahui jenisnya saja tetapi
reproduksinya. mengenai kapan penggunaannya, indikasi dan
Lokasi yang digunakan oleh responden kontraindikasi masing-masing alat kontrasepsi
untuk mengakses website yang berisi kesehatan masih belum tahu.
reproduksi antara lain di warung internet Pengetahuan remaja yang berasal dari
(warnet), sekolah, rumah maupun melalui SMA dan MA serta berasal dari jurusan IPA
handphone. Secara umum 3 urutan tersering memiliki pengetahuan tentang kesehatan
yang digunakan remaja untuk mengakses reproduksi remaja yang lebih tinggi. Hal ini
website melalui handphone, warung internet, berkaitan dengan adanya pemberian mata
sekolah, dan hasil ini sesuai dengan penelitian pelajaran Biologi pada bab Reproduksi
sebelumnya bahwa lokasi yang sering Manusia yang diberikan pada kelas XI
digunakan untuk mengakses internet dari semester II jurusan IPA di SMA atau MA.
warung internet, diikuti oleh sekolah, rumah Berdasarkan uji statistik menggunakan

198
Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Website (Hery Ernawati, dkk.)

Chi Square didapatkan terdapat hubungan menyeluruh, mempelajari materi kesehatan


antara asal jurusan dengan pengetahuan reproduksi karena orientasi tugas sekolah
kesehatan reproduksi remaja walaupun serta kurangnya kesadaran dari remaja
keeratan hubungannya lemah (KK=0,163). bahwa dirinya memerlukan informasi tentang
Keingintahuan remaja tentang kesehatan kesehatan reproduksi.
reproduksi dapat diperoleh melalui berbagai Beberapa sumber informasi yang telah
sumber, diantaranya melalui pendidikan ada ternyata tidak selalu menjadi sumber
di sekolah. Sekolah merupakan salah satu informasi yang tepat untuk remaja dalam
pendidikan yang dilakukan di luar keluarga mendapatkan informasi tentang kesehatan
yang pada dasarnya membantu keluarga dalam reproduksi. Hal tersebut diperkuat oleh
membimbing dan mengarahkan perkembangan pendapat Devy (2001), yang menyatakan
anak, sehingga dapat mempersiapkan anak bahwa sumber yang tidak tepat dalam
menjadi anggota masyarakat yang baik memperoleh informasi tentang kesehatan
(Kartika, 2013). reproduksi dapat memberikan dampak
Penelitian oleh Widyastari (2011) yang buruk terhadap remaja. Berdasarkan
yang dilakukan untuk melihat pengetahuan kondisi tersebut, bila pada masa remaja tidak
kesehatan reproduksi remaja di SMA kelas diperkenalkan informasi tentang kesehatan
XI Kota Semarang yang sudah mendapatkan reproduksi dari sumber yang tepat, remaja
pelajaran Biologi, menunjukkan hasil bahwa akan memiliki risiko perilaku yang tidak baik.
pengetahuan remaja masih rendah mengenai Remaja tanpa pengetahuan yang memadai
kesehatan reproduksi remaja. Disebutkan pula mengenai risiko yang berhubungan dengan
bahwa materi kesehatan reproduksi hanya kesehatan reproduksi, mudah terjebak dalam
10% dari keseluruhan materi Biologi, dan penggunaan narkoba dan atau melakukan
seringnya hanya membahas anatomi dan hubungan seks yang berisiko (Moeliono, 2004).
fisiologi organ reproduksi saja. Di Kabupaten Salah satu sumber informasi yang digunakan
Ponorogo materi bab reproduksi manusia pada adalah website.
pelajaran Biologi diberikan sebanyak 45 kali Berdasarkan hasil uji spearman
tatap muka dan ditambah dengan penugasan rank dengan =0,05 didapatkan nilai
dari 50 kali tatap muka dalam satu semester. p>0,05 sehingga tidak ada hubungan antara
Sehingga disarankan peran guru biologi tidak penggunaan sistem informasi berbasis website
hanya menyampaikan materi anatomi dan dengan pengetahuan kesehatan reproduksi
fisiologi sistem reproduksi manusia, tetapi juga remaja, meskipun ada kecender ungan
bisa menambahkan dengan materi kesehatan peningkatan frekuensi dan lamanya akses
reproduksi remaja, dan ada pesan moral website kesehatan reproduksi remaja pada
terhadap remaja agar lebih bisa menjaga diri remaja yang memiliki pengetahuan pada
dalam pergaulan. kategori pengetahuan tinggi. Kemungkinan
Usia rerata responden pada penelitian penyebabnya adalah bentuk pertanyaan
ini 16,59 tahun dan merupakan pada kategori dalam kuesioner berupa pilihan benar dan
usia remaja akhir (15-18 tahun) mengalami salah, sehingga memungkinkan remaja saat
masa formal-operasional sesuai dengan teori memilih jawaban tanpa melalui penalaran
Piaget, yang mengatakan bahwa remaja soal, responden malu menyatakan bahwa
harus mampu mempertimbangkan semua dirinya pernah mengakses materi kesehatan
kemungkinan untuk menyelesaikan masalah reproduksi remaja sehingga hanya ada
dan memper-tanggungjawabkannya, mampu beberapa saja yang menyatakan menggunakan
berpikir kritis serta rasa ingin tahu yang kuat website untuk mencari informasi kesehatan
(Kusmiran, 2012). Namun, dalam penelitian reproduksi remaja, ditunjang dengan fakta
ini pengetahuan remaja tentang kesehatan bahwa remaja mencari informasi kesehatan
reproduksi masih rendah kemungkinan reproduksi remaja di website lebih banyak
karena informasi yang didapat remaja untuk memenuhi tugas sekolah, bukan karena
tentang kesehatan reproduksi belum begitu adanya kesadaran bahwa dirinya memerlukan

199
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 194202

informasi kesehatan reproduksi remaja agar hubungan di antara kedua variabel. Semakin
lebih bisa memahami perubahan yang terjadi banyak jumlah sumber informasi yang bisa
pada dirinya, sehingga mengakibatkan dipergunakan remaja untuk mendapatkan
pengetahuannya rendah. informasi tentang kesehatan reproduksi maka
Kuesioner merupakan alat untuk semakin tinggi pengetahuan remaja. Sumber
mengumpulkan data pada sebuah penelitian. informasi yang digunakan oleh remaja untuk
Meskipun telah dilakukan uji validitas dan mendapatkan informasi kesehatan reproduksi
reliabilitas. Akan tetapi bentuk pertanyaan lebih banyak yang berasal dari media
dalam kuesioner bisa mempengaruhi terhadap cetak dan elektronik, teman, serta petugas
jawaban responden. Pada penelitian ini bentuk kesehatan. Pada penelitian sebelumnya
pertanyaan berupa pilihan benar dan salah disebutkan bahwa media cetak, elektronik dan
dengan jumlah soal 44 untuk dikerjakan teman menjadi faktor prediktor pengetahuan
selama 60 menit. Pada pertanyaan yang kesehatan reproduksi remaja (Kusmiran, 2006;
dianggap sulit maka responden akan memilih Widyastari, 2011; Wahyuni, 2012; Shiferaw,
salah satu jawaban tanpa dilakukan telaah soal 2014). Hal ini bisa dipahami bahwa sebagian
yang lebih mendalam, apalagi jika melihat ada besar remaja menghabiskan waktu bersama
temannya yang lebih dahulu selesai. temannya dan mereka merasa nyaman untuk
Proses pemilihan responden dilakukan menanyakan atau mendiskusikan mengenai
pada pertemuan pertama dengan para calon kesehatan reproduksinya dengan teman sebaya
responden dan dilakukan secara terbuka dibandingkan dengan orang tua atau guru.
di kelas. Bagi remaja bahasan kesehatan Salah satu ciri perkembangan pada remaja
reproduksi remaja merupakan suatu hal yang adalah kuatnya pengaruh teman sebaya,
pribadi, sehingga tidak semua orang bisa diajak sebagai perwujudan remaja untuk mulai
berdiskusi. Apalagi peneliti baru pertama kali melepaskan diri dari pengaruh orang tua dan
bertemu, dan mungkin remaja merasa belum ketergantungan secara emosional pada orang
ada rasa percaya dengan peneliti, sehingga tua (Kusmiran, 2012). Orang tua ternyata
pada saat pemilihan responden merasa malu bukanlah sumber informasi utama bagi remaja.
dan kurang terbuka untuk menyatakan bahwa Hal ini mungkin dikarenakan remaja tidak
dirinya pernah mengakses materi kesehatan dapat berbicara secara bebas dengan orang tua
reproduksi remaja melalui website, sehingga mereka mengenai kesehatan reproduksi karena
menimbulkan bias responden pada penelitian mendiskusikan tentang seks dan seksualitas
ini. pada remaja yang belum menikah dianggap
Pada saat pemilihan responden sebagai hal yang tabu di kalangan masyarakat
menyatakan bahwa dia mencari materi (Santrock, 2003; Widyastari, 2011).
kesehatan reproduksi pada saat mencari Berdasarkan dar i hasil analisis
tugas sekolah atau karena ada kaitan dengan multivariat bahwa variabel asal jurusan
pelajaran Biologi, sehingga motivasi remaja berhubungan dengan pengetahuan kesehatan
mencari informasi kesehatan reproduksi reproduksi remaja dengan nilai OR 2,344
remaja lebih karena adanya suatu kewajiban, sehingga berarti bahwa remaja yang berasal
bukan karena adanya kesadaran bahwa dirinya dari jurusan IPA memiliki kemungkinan 2,344
memerlukan informasi tersebut karena ingin kali lebih besar dari remaja yang berasal dari
mengetahui terhadap perubahan dan kondisi jurusan Non IPA untuk memiliki pengetahuan
fisik serta psikologis pada diri seorang remaja yang tinggi tentang kesehatan reproduksi
proses menyerap informasi menjadi kurang remaja. Pada jurusan IPA mendapatkan
intens dan mengakibatkan pengetahuannya pelajaran Biologi bab reproduksi manusia
rendah walaupun sudah mengakses materi pada kelas XI semester II, sedangkan pada
melalui website. jurusan non IPA tidak mendapatkan pelajaran
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara Biologi sama sekali, atau pada kelas X SMA
jumlah sumber informasi dengan pengetahuan dan MA terdapat pelajaran Biologi tetapi
kesehatan reproduksi menunjukkan adanya tidak ada materi reproduksi manusia. Hasil

200
Penggunaan Sistem Informasi Berbasis Website (Hery Ernawati, dkk.)

penelitian Bakti (2010) di SMAN I Sukoharjo jelas dan dari sumber yang bisa dipertanggung
pada kelas XI IPA menunjukkan pengetahuan jawabkan.
tentang kesehatan reproduksi sebagian besar Peneliti selanjutnya yang akan
dalam kategori baik, sedangkan dari penelitian melanjutkan penelitian ini diharapkan untuk
Widyastari (2011) yang dilakukan untuk tidak langsung mengadakan pemilihan
melihat pengetahuan kesehatan reproduksi calon responden pada awal pertemuan dan
remaja di SMA kelas XI Kota Semarang menggunakan angket tertutup untuk pemilihan
yang sudah mendapatkan pelajaran Biologi, calon responden pada remaja sehingga remaja
bisa terbuka dengan peneliti.
menunjukkan hasil bahwa pengetahuan remaja
masih rendah mengenai kesehatan reproduksi
remaja. KEPUSTAKAAN
Atmaji, W., 2008. Generasi platinum: karakter
SIMPULAN DAN SARAN unik, lebih ekspresif, dan eksploratif.
(Online), (htttp://www. suara merdeka.
Simpulan
com., diakses tanggal 5 Agustus 2013).
Simpulan pada penelitian ini adalah Arfan, M., 2009. Efektivitas pendidikan
rerata frekuensi mengakses website dan kesehatan melalui e-file multimedia
lamanya mengakses website kesehatan materi krr dan tatap muka di kelas
reproduksi pada remaja dalam seminggu yaitu terhadap peningkatan pengetahuan
1,36 kali dan 1,65 jam; pengetahuan kesehatan kesehatan reproduksi remaja di
reproduksi remaja sebanyak 58,1% pada kabupaten bantul yogyakarta. Tesis
kategori rendah; tidak ada hubungan antara tidak dipublikasikan. Universitas
penggunaan sistem informasi berbasis website Gadjah Mada.
Bakti, Martinda. 2010. Hubungan antara
dengan pengetahuan kesehatan reproduksi
tingk at pengetahuan kesehatan
remaja, meskipun ada kecender ungan
reproduksi dengan perilaku seksual
peningkatan frekuensi dan lamanya akses
remaja siswa-siswi SMAN I Sukoharjo.
website kesehatan reproduksi remaja pada (Online), (http://www. dgilib.UNS.ac.id,
remaja yang memiliki pengetahuan pada diakses tanggal 21 Mei 2014).
kategori pengetahuan tinggi. BKKBN. 2007. Survei indikator kinerja
re n ca n a p e mba n g u n a n ja n gk a
Saran menengah nasional prog ram
Pihak sekolah perlu memikirkan kependudukan dan kb nasional tahun
adanya cara yang digunakan untuk pemberian 2007. Jakarta: BKKBN.
informasi kesehatan reproduksi remaja pada Borzekowski, D. L., G., Fobil, J.N., Asante, K.,
kelompok siswa yang tidak mendapatkan O., 2006. Online Access by Adolescents
materi Biologi khususnya bab reproduksi in Acra: Ghanaian Teens' Use of The
Inter net for Health Infor mation.
manusia, sehingga remaja dari kelompok
Developmental Psychology, 42 (3),
tersebut tetap mendapatkan materi kesehatan
450458.
reproduksi remaja di sekolah, meningkatkan
Cahyo, K., Kurniawan, T., P., Margawati,
peran serta guru sebagai sumber informasi A., 20 08. Fa k t or-Fa k t or Ya ng
kesehatan reproduksi remaja agar informasi Mempengaruhi Praktik Kesehatan
yang diterima remaja menjadi lebih jelas Reproduksi Remaja di SMA Negeri I
dan dari sumber yang bisa dipertanggung Purbalingga Kabupaten Purbalingga.
jawabkan. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,
Orang tua yang merupakan orang yang 3(2), 86101.
paling dekat dengan remaja diharapkan juga Goold, P., C., Ward, M., Charlin, E.M. 2003.
meningkatkan peran serta sebagai sumber Can The Internet be Used to Improve
informasi kesehatan reproduksi remaja agar Sexual Health Awareness in Web-
informasi yang diterima remaja menjadi lebih Wise Young People? Journal of Family

201
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 194202

Planning and Reproductive Health care reproduksi. Jurnal Ilmiah Bunga


2003, 29(1), 2830. Rampai, 7 (1).
Kartika, R., C., Kamidah. 2013. Hubungan Sant rock, J., W., 2003. Adolescence
pengetahuan remaja tentang kesehatan Perkembangan Remaja, edisi ke-6,
reproduksi dengan perilaku seks diterjemahkan oleh SB Adelar dan S
pranikah pada Siswa Kelas XI di SMAN Saragih. Jakarta: Erlangga.
Colomadu. Gaster, 10(1). Shiferaw, K., Getahun, F., Getahun, A.
Kusmiran, E., 2006. Hubungan peran teman 2014. Assessment of adolescents
sebagai sumber informasi kesehatan com mu n icat ion on sexu al a nd
reproduksi dengan sikap remaja reproductive health matters with parents
mengenai hubungan seksual pranikah and associated factors among secondary
(analisis survey kesehatan reproduksi and preparatory schools students in
remaja 20022003). Tesis tidak Debremarkos Town, Nor th West
dipublikasikan. Universitas Gadjah Ethiopia. Reproductive Health, 11(2).
Mada. Wahyuni, S., 2012. Hubungan Antara
Moeliono, L., 2004. Seksualitas dan kesehatan pengetahuan remaja tentang Penyakit
reproduksi Remaja. Apa yang masih Menular Seksual (PMS) Dengan Jenis
bisa kita lakukan? Majalah Kesehatan Kelamin Dan Sumber Informasi di
Perkotaan, 11(1), 3035. SMAN Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Nwagwu, W., E., 2007. The Internet as a source Stikes UBudiyah, 1(2).
of reproductive health information Widyastari, D., A., Shaluhiyah, Z., Widjanarko,
among adolescent girls in an urban city B., 2010. Adolescents in Peril:
in Nigeria. BMC Public Health, 7, 354. internet and other factors influencing
Qomariyah, A., N., 2009. Perilaku penggunaan adolescents sexual attitudes. Jurnal
internet pada kalangan remaja di Kesehatan Reproduksi, 1(1), 113.
Perkotaan. Palimpsest Jurnal Ilmu Xu, et al. 2012. Personal characteristics
Informasi dan Perpustakaan. 1 (1). related to the risk of adolescent internet
Respati, W.S. 2013. Problematika remaja addiction: Survey in Shanghai China.
akibat kurangnya informasi kesehatan BMC Public Health, 12, 1106.

202

You might also like