Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Pendahuluan: Saat ini, tujuan Millennium Development Goals (MDGs) untuk meningkatkan kesehatan maternal masih
menjadi prioritas utama di banyak negara. Pemerintah Indonesia, melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) telah ditindaklanjuti dengan monitoring dan evaluasi program-program yang diwujudkan dengan memberikan
pembinaan pada remaja melalui program Generasi Berencana dan PIK-KRM. Untuk meningkatkan peran konselor sebaya,
pelatihan harus dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pelatihan konselor sebaya terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan mahasiswa pengurus
PIK-KRM. Metode: Penelitian ini berdesain quasy-eksperiment dengan metode pretest and posttest nonequivalent control
group. Populasi adalah pengurus PIK-KRM, di Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang. Sampel
berjumlah 80 orang. Variabel independennya adalah pelatihan, sementara variabel dependennya meliputi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan konselor sebaya. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan lembar observasi. Data kemudian
dianalisis dengan paired ttest, independent t-test, dan simple linear regression. Hasil: Hasil analisis linier regression
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pelatihan terhadap pengetahuan (p=0,000; R square=0,254),
sikap (p=0,000; R square=0,432), dan keterampilan (p=0,000; R square=0,191) konselor sebaya. Diskusi: Pelatihan dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan konselor sebaya di PIK-KRM dalam memberikan informasi dan
konseling tentang kesehatan reproduksi (seksualitas, HIV/AIDS, dan penyalahgunaan obat terlarang). Perawat diharapkan
memberikan pelatihan berkelanjutan secara rutin, sehingga kemampuan konselor sebaya menjadi lebih baik.
Kata kunci: pelatihan, konselor sebaya, pengetahuan, sikap, keterampilan, PIK-KRM, kesehatan reproduksi
mahasiswa
ABSTRACT
Introduction: Nowadays, the goal of MDGs to improve maternal health is one of the priorities of many countries.
Indonesian Government, by the National Family Planning Board (BKKBN), has followed up by monitoring and evaluating
programs which is realized by providing technical guidance resilience in young people through Generation Planning
program and developing Information and Consultation Center for Students Reproductive Health (PIK-KRM). In order
to improve the role of peer counselors, a training should be done to increase their knowledge, attitudes, and skills. The
objective of this research was to determine the effects of training on peer counselors knowledge, attitudes, and skills at
PIK-KRM. Methods: The study was used quasy experiment pre-test and post-test nonequivalent control group design.
Population were the committee of PIK-KRM at Faculty of Health, University of Muhammadiyah Malang, 80 students were
included. Independent variable was training, while dependent variables were peer counselors knowledge, attitude, and
skills. Data were collected by using questionnaire and observation form. Data were then analyzed by using paired ttest,
independent sample t-test, simple linear regression. Results: The results of linear regression had showed that training
have significant effect on peer counselors knowledge (p=0.000; R square=0.254), attitude (p=0.000; R square=0.432),
and skills (p=0.000; R square=0.191). Discussion: Training can improve peer counselors knowledge, attitude, and skills
at PIK-KRM board in giving information and counseling about reproductive health (sexuality, HIV/AIDS, and drugs).
Nurses should provide continous training regularly, so their ability can be more better.
Keywords: training, peer counselors, knowledge, attitudes, skills, PIK-KRM board, students reproductive health
173
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 173182
174
Upaya Peningkatan Keterampilan Konseling Kesehatan (Ririn Harini, dkk.)
yang dilaksanakan oleh peneliti pada PIK atau remaja. Jika remaja tidak mengetahui
mahasiswa di kota Malang dari 10 mahasiswa tentang kesehatan reproduksi, maka dapat
pengurus PIK yang diberikan kuesioner terjadi praktik kesehatan yang buruk,
mengatakan 5 orang (50%) mengatakan kurang kehamilan yang tidak diinginkan, kejadian
percaya diri dalam memberikan konsultasi HIV/AIDS dan penyakit menular seksual
pada temannya, 3 orang (30%) mengatakan (SDKIR, 2007).
kurang mendapatkan pengetahuan dan Pemberian informasi dan edukasi
informasi tentang kesehatan reproduksi dan mer upakan cara untuk meningkatkan
sisanya 2 orang (20%) mengatakan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan
media untuk melakukan konsultasi masih reproduksi sehingga diakhir tahun 2015
sangat terbatas misalnya leaflet, lembar balik, minimal 90 persen remaja sudah mendapatkan
modul, lembar balik dan masih banyak lagi informasi (ICPD dan MDGs). Kegiatan
yang lainnya. Padahal seorang konselor itu seperti ini sudah dilakukan oleh PIK-KRM,
diharapkan dapat memberikan informasi Fakultas Ilmu Kesehatan, UMM. Namun,
tentang kesehatan reproduksi dan membantu ada beberapa kendala yang dialami seperti
memberikan alternatif penyelesaian masalah kurangnya pembekalan yang diberikan pada
yang sering dihadapi oleh teman sebayanya. para konselor di kampus membuat pengurus
Menurut Aryani (2010) pengetahuan PIK-KRM kurang percaya diri dalam
remaja sebelum mengikuti PIK-KRR sebagian memberikan pendidikan kesehatan pada teman
besar rendah (60%) dan setelah mengikuti sebaya. Kegiatan koordinasi seperti frekuensi
PIK-KRR baik (96,7%). Hal ini menunjukkan kunjungan belum rutin dilaksanakan, kegiatan
bahwa dengan masuk dalam pusat informasi promosi kesehatan belum sesuai program kerja,
dan konsultasi dapat mempengaruhi remaja kesibukan akademik yang tinggi sehingga
dalam mencari informasi dengan saling berbagi peran konselor belum bisa maksimal.
menjadi pengurus PIK agar terjadi peningkatan Berdasarkan permasalahan di atas,
pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam dapat diketahui bahwa pengetahuan, sikap,
memberikan konsultasi pada teman sebaya. dan keterampilan harus dimiliki oleh remaja
Menurut Widiantoro (2004), upaya pendekatan yang masuk dalam PIK-KRM masih perlu
yang berpusat pada keluarga telah dilakukan ditingkatkan. Sedangkan, cara peningkatannya
pada sebuah proyek percontohan yang melalui berbagai kegiatan positif yang salah
dilaksanakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur satunya melalui pelatihan konselor sebaya
untuk melatih rekan pendidik, dikoordinasikan agar dapat diketahui kemampuannya saat
oleh BKKBN. Sebanyak 80 pendidik sebaya melaksanakan perannya di lingkungan
yang merasakan bahwa kegiatan seperti ini sekolah/kampus, maupun di masyarakat pada
penting dilaksanakan secara berkala. Namun umumnya. Oleh karena itu, perlu diketahui
pemerintah belum dapat memenuhi secara pengaruh pelatihan konselor sebaya terhadap
menyeluruh di berbagai daerah. pengetahuan, sikap dan keterampilan
PIK-KRM Fakultas Ilmu Kesehatan, mahasiswa pengurus PIK-KRM di Fakultas
UMM adalah salah satu PIK-KRM yang Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
berada di Kota Malang, di bawah naungan Malang.
BKBPM (Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Masyarakat) Kota Malang,
BAHAN DAN METODE
di mana saat ini masih menjalankan dan
mengembangkan program kerja dan pelayanan Penelitian ini berdesain quasy-
secara aktif dengan tujuan agar tetap menjadi eksperiment dengan metode pretest and post
PIK mahasiswa pada tahapan tegar. Dalam test nonequivalent control group. Quasy di
menjalankan perannya sebagai pusat layanan mana kelompok kontrol maupun kelompok
kesehatan, maka konselor sebaya setempat yang diberikan intervensi tidak dipilih secara
diharapkan mampu membantu mengatasi random. Kelompok intervensi merupakan
masalah kesehatan reproduksi pada mahasiswa kelompok yang diberikan pelatihan dengan
175
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 173182
176
Upaya Peningkatan Keterampilan Konseling Kesehatan (Ririn Harini, dkk.)
pretest dan post test tersebut menunjukkan adalah sama sebesar 4.63. Hasil independent
perbedaan yang signifikan (tabel 4). t-test menunjukkan tidak ada perbedaan yang
Tabel 5 menunju k kan hasil uji bermakna. Skor keterampilan pada saat post
independent t-test menunjukkan tidak ada test pada kelompok kontrol rerata sebesar
perbedaan yang bermakna antara skor rerata 5.05 dan pada kelompok perlakuan rerata
pretest kelompok perlakuan dan kontrol. sebesar 6.45. Selisih skor keterampilan pada
Namun, perbedaan yang signifikan terlihat kelompok kontrol rata-rata sebesar 0.43 dan
pada hasil uji perbandingan hasil skor rerata pada kelompok perlakuan rata-rata sebesar
post test dan selisih skor antara pretest-postest 1.83. Hasil independent t-test menunjukkan
pada variabel pengetahuan antara kelompok ada perbedaan yang bermakna (Tabel 7).
perlakuan dan kontrol, di mana kelompok Hasil regresi linier menunjukkan nilai
perlakuan mempunyai rerata skor yang lebih signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05), sehingga
tinggi. dapat disimpulkan bahwa pemberian pelatihan
Tabel 6 menunjukkan skor sikap konselor sebaya memberikan pengaruh yang
mahasiswa pengurus PIK-KRM saat pretest signifikan (bermakna) terhadap pengetahuan,
adalah sama, baik pada kelompok kontrol sikap, dan keterampilan (post test) mahasiswa
maupun kelompok perlakuan, dengan rata- pengur us PIK-K R M. Besar pengar uh
rata 50.7. Skor sikap pada saat post test pada pemberian pelatihan konselor sebaya dapat
kelompok kontrol rata-rata sebesar 54.93 dan diketahui dari nilai R square, di mana pengaruh
kelompok perlakuan rata-rata sebesar 65.38. terbesar dari pemberian pelatihan konselor
Sedangkan, untuk selisih skor sikap pada sebaya tersebut adalah pengaruh pemberian
kelompok kontrol rata-rata sebesar 4.23 dan pelatihan konselor sebaya terhadap skor
pada kelompok perlakuan rata-rata sebesar sikap (post test) yaitu sebesar 0,432 (43,2%),
14.68. Hasil independent t-test menunjukkan sedangkan 56,8% sisanya dipengaruhi oleh
nilai signifikansi untuk skor sikap pada saat faktor lain selain pemberian pelatihan konselor
post test dan selisih skor antara kelompok sebaya. Persamaan model untuk pengetahuan,
kontrol dan kelompok perlakuan yang sikap dan keterampilan ( post) terhadap
berarti ada perbedaan yang bermakna antara pelatihan didapatkan hasil yaitu pengetahuan
kelompok perlakuan dan kontrol. (post) =12,650+1.85 pelatihan, sikap (post)
Skor keterampilan pada saat pretest pada = 44.475+10.45 pelatihan, dan keterampilan
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (post) = 3.65+1.40 pelatihan, dapat diartikan
Tabel 2. Hasil perbandingan pengetahuan, sikap, dan keterampilan antara rerata pretest dan post test
kelompok kontrol
Variabel Kelompok kontrol Nilai p dari paired
Pre test Post test t-test
Mean SD Mean SD
Pengetahuan 13.28 1.84 14.50 1.59 0.000
Sikap 50.70 6.64 54.93 7.80 0.000
Keterampilan 4.63 1.66 5.05 1.77 0.000
Keterangan :
SD = Standard deviasi p = p value
177
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 173182
Tabel 4. Hasil perbandingan pengetahuan, sikap dan keterampilan antara rata-rata pretest dan posttest
kelompok perlakuan
Evaluasi Kelompok perlakuan
Nilai p dari
Variabel Pre test Post test
paired t-test
Mean SD Mean SD
Pengetahuan 13.68 1.82 16.35 1.63 0.000
Sikap 50.70 6.64 65.38 3.57 0.000
Keterampilan 4.63 1.66 6.45 1.06 0.000
Tabel 5. Hasil perbandingan skor pengetahuan antara kelompok kontrol dan perlakuan
Evaluasi
Nilai p dari
Variabel Kontrol Perlakuan
independent t-test
Mean SD Mean SD
Pre test 13.28 1.84 13.68 1.82 0.331
Post test 14.50 1.59 16.35 1.63 0.000
Selisih skor 1.23 1.53 2.68 1.25 0.000
Tabel 6. Hasil perbandingan skor sikap antara kelompok kontrol dan perlakuan
Evaluasi
Nilai p dari
Variabel Kontrol Perlakuan
independent t-test
Mean SD Mean SD
Pre test 50.70 6.64 50.70 6.64 1.0
Post test 54.93 7.80 65.38 3.57 0.000
Selisih skor 4.23 3.42 14.68 6.04 0.000
Tabel 7. Hasil perbandingan skor keterampilan antara kelompok kontrol dan perlakuan
Evaluasi
Nilai p dari
Variabel Kontrol Perlakuan
independent t-test
Mean SD Mean SD
Pre test 4.63 1.66 4.63 1.66 1.0
Post test 5.05 1.77 6.45 1.06 0.000
Selisih skor 0.43 1.62 1.83 1.53 0.000
178
Upaya Peningkatan Keterampilan Konseling Kesehatan (Ririn Harini, dkk.)
Tabel 8. Hasil uji liner regression pengaruh pemberian pelatihan konselor sebaya terhadap pengetahuan,
sikap, dan keterampilan mahasiswa pengurus PIK-KRM
Regresi antara Model persamaan p R square
Pelatihan dengan
Pengetahuan (post) =12.650+1.85 Pelatihan 0.000 0.254
pengetahuan (post)
Pelatihan dengan
Sikap (post) = 44.475+10.45 Pelatihan 0.000 0.432
sikap (post)
Pelatihan dengan
Ketrampilan (post) =3.65+1.40 Pelatihan 0.000 0.191
keterampilan (post)
179
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 173182
peningkatan skor sikap yang lebih besar karena responden tidak mendapatkan pelatihan
pada kelompok perlakuan dapat dipengaruhi yang lebih tepat bagaimana aplikasi yang benar
oleh penggunaan metode yang tepat dalam sebagai seorang konselor sebaya, sehingga
pelatihan. Kirkpatrick (1994) mengatakan nilai skor sikap tidak dapat meningkat secara
bahwa untuk keberhasilan pelatihan perlu signifikan.
diperhitungkan metode yang tepat sesuai Keterampilan seseorang tidak mudah
dengan kebutuhan dari para peserta, metode untuk diubah secepat mungkin tanpa melalui
tersebut dikatakan tepat apabila terjadi proses yang panjang dan terus-menerus.
perubahan yang positif terhadap para peserta Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat
pelatihan. Peningkatan skor baik pada Winkel (2004) bahwa perubahan akibat
pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai
kelompok intervensi mengindikasikan bahwa taraf tertentu tidak akan menghilang lagi.
metode yang dipergunakan dalam pelatihan ini Kemampuan yang diperoleh akan menjadi
dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan milik pribadi dan tidak akan terhapus begitu
keterampilan tentang kesehatan reproduksi saja. Hasil belajar secara relatif bersifat
dan TRIAD KRR (seksualitas, HIV/AIDS, konstan dan berbekas. Pada keterampilan
dan NAPZA) dalam melakukan konseling motorik, setiap kegiatan belajar akan
pada teman sebaya. menghasilkan suatu perubahan yang positif.
Hal ini juga membuktikan bahwa Semakin sering orang tersebut melakukan
responden mampu menyerap materi yang dan mengulang keterampilan, maka akan
telah diberikan pada saat dilakukan intervensi. semakin terampil. Hasil belajar di bidang
Selain itu remaja perlu menguasai teknik psikomotorik dan sikap juga tidak mudah
komunikasi yang baik, sehingga materi terlupakan karena keterampilan dan sikap
komunikasi perlu diberikan sebelum materi sekali dibentuk cenderung bertahan terus,
pelatihan yang lain. Hal ini sesuai dengan bahkan menjadi semakin kuat dan mulai
Suwarjo (2008), bahwa calon konselor sebaya merupakan setumpuk kegiatan yang tidak
harus dibekali kemampuan untuk membangun lagi disertai kadar kesadaran yang tinggi.
komunikasi interpersonal secara baik. Sikap Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
dan keterampilan dasar konseling yang Lestari (2010) dapat diperoleh kesimpulan
meliputi kemampuan berempati, kemampuan bahwa pelatihan DDTK (Deteksi Dini Tumbuh
melakukan attending, keterampilan bertanya, Kembang) yang dilakukan selam tiga hari
keterampilan merangkum pembicaraan, efektif meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
asertivitas, genuineness, konfrontasi, dan keterampilan pada bidan yang mendapatkan
keterampilan pemecahan masalah, merupakan intervensi dalam melakukan deteksi dini
kemampuan-kemampuan yang dibekalkan tumbuh kembang pada anak. Hal tersebut
dalam pelatihan konselor sebaya. menunjukkan bahwa semakin lama seseorang
Menurut Azwar (1995) dalam Gordon mendapatkan pelatihan dan pembelajaran
(1935) bahwa sikap merupakan semacam dengan metode yang tepat, maka hasil
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek yang didapatkan semakin maksimal sesuai
dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan harapan.
bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan Penelitian ini mencoba melihat
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan pengaruh perlakuan pelatihan terhadap
cara tertentu apabila individu dihadapkan pada perubahan skor pengetahuan, sikap, dan
suatu stimulus yang menghendaki adanya keterampilan. Pengukuran yang dilakukan
respons. Berdasarkan hasil penelitian di atas adalah dengan melihat hasil setelah intervensi
bahwa terjadinya peningkatan yang kecil ( post test). Pengukuran dengan cara ini
pada kelompok kontrol bisa terjadi karena ditujukan untuk melihat seberapa besar
sebelumnya responden sudah mempunyai pengaruh dari intervensi pelatihan konselor
pengalaman dalam memberikan konseling sebaya terhadap peningkatan pengetahuan,
pada teman sebaya secara alamiah. Namun, sikap, dan keterampilan mahasiswa pengurus
180
Upaya Peningkatan Keterampilan Konseling Kesehatan (Ririn Harini, dkk.)
PIK-KRM. Nilai skor post test dipergunakan dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan
untuk melihat seberapa besar responden dapat seseorang terhadap suatu objek dapat berubah
menyerap materi pelatihan yang diberikan dan berkembang sesuai dengan kemampuan,
selama intervensi. Hasil uji regresi linier kebutuhan dan pengalaman tentang objek
menunjukkan pelatihan konselor sebaya itu di lingkungannya. Selain itu, kelompok
memberikan pengaruh yang bermakna kontrol kemungkinan besar telah mempunyai
pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan pengalaman tentang kesehatan reproduksi
mahasiswa pengurus PIK-KRM. dan konseling sebelumnya meskipun tidak
K i rk pat r ick (1994) mengat a kan diberikan intervensi pelatihan pengetahuan
bahwa untuk keberhasilan pelatihan perlu dan keterampilannya masih tetap baik.
diperhitungkan metode yang tepat sesuai Pelat i h a n d apat me n i ng k at k a n
dengan kebutuhan dari para peserta. Metode pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang
dikatakan tepat apabila terjadi perubahan dalam bidang tertentu. Hasil penelitian yang
yang positif terhadap para peserta pelatihan. dilakukan oleh Willets (2003) menunjukkan
Peningkatan skor baik pada pengetahuan, bahwa program pelatihan efektif meningkatkan
sikap, dan keterampilan pada kelompok pengetahuan dan keterampilan para karyawan.
intervensi mengindikasikan bahwa metode Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sheffer
yang dipergunakan dalam pelatihan ini et al. (2009), yang hasilnya menunjukkan
dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan bahwa pelatihan yang dilakukan kepada 1.286
keterampilan tentang kesehatan reproduksi tenaga kesehatan yang diberi intervensi selama
dan TRIAD KRR (seksualitas, HIV/AIDS, 1 jam efektif meningkatkan pengetahuan dan
dan NAPZA) dalam melakukan konseling mengubah sikap pesertanya menjadi lebih
pada teman sebaya. Hal ini juga membuktikan positif. Hal yang sama juga didapatkan pada
bahwa responden mampu menyerap materi penelitian Law et al. (2007), di mana hasilnya
yang telah diberikan pada saat dilakukan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
intervensi. Pada kelompok kontrol, peningkatan signifikan pada skor pengetahuan dan
terjadi baik pada skor pengetahuan, sikap, dan keterampilan antara sebelum dan sesudah
keterampilan meskipun dengan nilai yang mendapatkan pelatihan pada bidan yang
kecil. mengikuti pelatihan .
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Peningkatan skor pengetahuan, sikap,
tidak mendapatkan pelatihan tentang dan keterampilan pada kelompok perlakuan
menjadi seorang konselor sebaya. Namun, lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
berbekal pengetahuan dan pengalaman kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelompok
sebelumnya seperti pembinaan awal masuk perlakuan peserta dilibatkan secara aktif
sebagai pengurus PIK-KRM, buku dari dalam pelatihan. Metode pembelajaran yang
BKKBN, sharing dengan teman, televisi, digunakan dalam pelatihan adalah ceramah,
dan masih banyak lagi yang lain ternyata tanya jawab, simulasi/role play, studi kasus,
masih mampu meningkatkan skor dalam dan praktek langsung dengan teman sebaya.
domain pengetahuan, sikap, dan ketrampilan Hal itu menyebabkan peserta pelatihan tertarik
pada mahasiswa pengur us PIK-K R M. dan tidak jenuh, sehingga dapat memahami
Kemungkinan peningkatan yang terjadi materi dengan baik. Selain itu, penggunaan
pada kelompok kontrol terjadi karena pada narasumber dari BKKBN yang sudah kompeten
kelompok ini mendapatkan stimulus dari di bidangnya, mempunyai pengalaman
kuesioner dan pernyataan-pernyataan yang yang banyak, dan dapat mengemas acara
diberikan oleh peneliti, selain modul pelatihan pelatihan semenarik mungkin juga menjadi
yang pada akhirnya menjadi proses belajar faktor pendukung. Hal ini juga sesuai dengan
dalam diri. Faktor lain yang mempengaruhi pendapat Sullivan dan Gaffikin (1997), bahwa
peningkatan pengetahuan dan keterampilan efektivitas pelatihan klinik penekanannya
pada kelompok kontrol adalah pengalaman pada aplikasi pengetahuan dalam penampilan
kerja maupun media massa. Menurut WHO keterampilan.
181
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 173182
182