You are on page 1of 10

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI

MAHASISWA MELALUI PELATIHAN KONSELOR SEBAYA


(Improving Counselling Skills about Reproductive Health among Students by Using Peer
Counselor Training)

Ririn Harini*, Ibrahim Rahmat**, Wenny Artanty Nisman**


* Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Bendungan Sutami No 188A Malang
**Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
E-mail: ri2nharini@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Saat ini, tujuan Millennium Development Goals (MDGs) untuk meningkatkan kesehatan maternal masih
menjadi prioritas utama di banyak negara. Pemerintah Indonesia, melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) telah ditindaklanjuti dengan monitoring dan evaluasi program-program yang diwujudkan dengan memberikan
pembinaan pada remaja melalui program Generasi Berencana dan PIK-KRM. Untuk meningkatkan peran konselor sebaya,
pelatihan harus dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pelatihan konselor sebaya terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan mahasiswa pengurus
PIK-KRM. Metode: Penelitian ini berdesain quasy-eksperiment dengan metode pretest and posttest nonequivalent control
group. Populasi adalah pengurus PIK-KRM, di Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang. Sampel
berjumlah 80 orang. Variabel independennya adalah pelatihan, sementara variabel dependennya meliputi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan konselor sebaya. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan lembar observasi. Data kemudian
dianalisis dengan paired ttest, independent t-test, dan simple linear regression. Hasil: Hasil analisis linier regression
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pelatihan terhadap pengetahuan (p=0,000; R square=0,254),
sikap (p=0,000; R square=0,432), dan keterampilan (p=0,000; R square=0,191) konselor sebaya. Diskusi: Pelatihan dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan konselor sebaya di PIK-KRM dalam memberikan informasi dan
konseling tentang kesehatan reproduksi (seksualitas, HIV/AIDS, dan penyalahgunaan obat terlarang). Perawat diharapkan
memberikan pelatihan berkelanjutan secara rutin, sehingga kemampuan konselor sebaya menjadi lebih baik.

Kata kunci: pelatihan, konselor sebaya, pengetahuan, sikap, keterampilan, PIK-KRM, kesehatan reproduksi
mahasiswa

ABSTRACT
Introduction: Nowadays, the goal of MDGs to improve maternal health is one of the priorities of many countries.
Indonesian Government, by the National Family Planning Board (BKKBN), has followed up by monitoring and evaluating
programs which is realized by providing technical guidance resilience in young people through Generation Planning
program and developing Information and Consultation Center for Students Reproductive Health (PIK-KRM). In order
to improve the role of peer counselors, a training should be done to increase their knowledge, attitudes, and skills. The
objective of this research was to determine the effects of training on peer counselors knowledge, attitudes, and skills at
PIK-KRM. Methods: The study was used quasy experiment pre-test and post-test nonequivalent control group design.
Population were the committee of PIK-KRM at Faculty of Health, University of Muhammadiyah Malang, 80 students were
included. Independent variable was training, while dependent variables were peer counselors knowledge, attitude, and
skills. Data were collected by using questionnaire and observation form. Data were then analyzed by using paired ttest,
independent sample t-test, simple linear regression. Results: The results of linear regression had showed that training
have significant effect on peer counselors knowledge (p=0.000; R square=0.254), attitude (p=0.000; R square=0.432),
and skills (p=0.000; R square=0.191). Discussion: Training can improve peer counselors knowledge, attitude, and skills
at PIK-KRM board in giving information and counseling about reproductive health (sexuality, HIV/AIDS, and drugs).
Nurses should provide continous training regularly, so their ability can be more better.

Keywords: training, peer counselors, knowledge, attitudes, skills, PIK-KRM board, students reproductive health

PENDAHULUAN Keluarga Berencana (KB), yang bertujuan


mengend ali kan ju mlah pendudu k di
BKKBN (2010), menyatakan bahwa
antaranya melalui program Pendewasaan
salah satu program pembangunan yang
Usia Perkawinan (PUP) yang di dalam
berkaitan dengan kependudukan adalah

173
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 173182

pelaksanaannya telah diintegrasikan dengan informasi dan konsultasi tentang pendewasaan


penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja usia perkawinan, delapan fungsi keluarga,
(PKBR). PKBR merupakan salah satu program TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS,
pokok pembangunan nasional yang tercantum serta NAPZA), keterampilan hidup (life
dalam Rencana Pembangunan Jangka skills), gender dan keterampilan advokasi,
Menengah (RPJM 20102014). Arah kebijakan serta komunikasi, informasi dan edukasi.
program penyiapan kehidupan berkeluarga Keberadaan dan peranan PIK-KRM di
bagi remaja adalah mewujudkan tegar remaja lingkungan remaja/mahasiswa sangat penting
dalam rangka tegar keluarga untuk mencapai dalam membantu untuk memperoleh informasi
keluarga kecil bahagia sejahtera. Tegar remaja dan pelayanan konsultasi yang cukup dan benar
adalah membangun setiap remaja Indonesia tentang penyiapan kehidupan berkeluarga bagi
menjadi tegar yaitu remaja yang menunda usia remaja/mahasiswa (BKKBN, 2012).
perkawinan, berperilaku sehat, menghindari Dalam menjalankan kegiatan konsultasi,
risiko TRIAD KRR (seksualitas, HIV/AIDS informasi dan edukasi pada PIK-KRM
dan Napza), menginternalisasi norma keluarga diharapkan dapat menjadikan remaja yang
kecil bahagia sejahtera dan menjadi contoh, sehat, kreatif, mandiri, dan berakhlaqul
idola, teladan dan model bagi remaja sebaya. ka r i mah d alam ra ng ka ter w ujud nya
Kerangka tegar remaja merujuk dari hasil keluarga yang berkualitas. Selain itu, juga
evaluasi program kesehatan reproduksi remaja menyelenggarakan kegiatan penyuluhan,
(KRR) tahun 19902000, yang dilakukan penelitian dan pelayanan kesehatan reproduksi
oleh School of Public Health, University of remaja tentang TRIAD KRR (seksualitas,
Michigan, USA, 2005 dan evaluasi kesehatan NAPZA dan HIV/AIDS), mewujudkan keluarga
reproduksi remaja Asia, Afrika dan Amerika yang berkualitas dengan pendewasaan usia
Latin (World Bank Report, 2007). perkawinan, serta bercita-cita mewujudkan
Kenyat a an nya sa at i n i, remaja keluarga kecil bahagia sejahtera (Jaringan
mempunyai permasalahan yang sangat Epidemiologi Nasional, 2009). Dalam upaya
kompleks seiring dengan masa transisi yang meningkatkan pemahaman remaja tentang
dialami. Masalah yang menonjol di kalangan kesehatan reproduksi, menjadikan remaja
remaja yaitu permasalahan seputar TRIAD tegar dalam menghadapi masalah, dan mampu
KRR (seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA), mengambil keputusan terbaik bagi dirinya,
rendahnya pengetahuan remaja tentang maka pelayanan konsultasi sangat diperlukan
kesehatan reproduksi, dan median usia bagi remaja dengan melakukan konsultasi
pertama perempuan relatif masih rendah yaitu pada teman sebayanya, yang disebut sebagai
19,8 tahun (SDKI, 2007). Dengan demikian, konselor sebaya (BKKBN, 2008).
remaja masih membutuhkan pendampingan, Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bimbingan, dan penanganan serius dalam bahwa pelaksanaan pelatihan konselor sebaya
mengatasi masalah yang akan dan sudah dilaksanakan satu kali dalam setahun oleh
dihadapinya. Menurut Policy Brief-Pusdu BKKBN pusat dengan jumlah peserta dalam
(2012), pengetahuan remaja tentang PUP kegiatan tersebut hanya 2 perwakilan dari
yang diperoleh melalui majalah, surat kabar, setiap PIK, sehingga jumlah konselor sebaya
radio cukup tinggi. Sementara informasi yang masih sedikit yang mendapatkan pelatihan.
diperoleh dari PIK-KRM masih rendah. Jumlah PIK di Kota Malang saat ini berjumlah
Merujuk dari MDGs tentang pentingnya 36 dengan kondisi status yang baru tumbuh ada
meningkatkan status kesehatan reproduksi 22 orang, tegak 4 orang, dan tegar 10 orang.
remaja yang merupakan salah satu prioritas Masing-masing PIK diharapkan mempunyai
penanganan saat ini, maka PIK adalah salah inisiatif dan dukungan dari institusi untuk
satu wadah yang dikembangkan dalam melaksanakan pelatihan bagi pengurus PIK
program GenRe (Generasi Berencana), dalam meningkatkan SDM para pengurus PIK,
yang dikelola dari, oleh, dan untuk remaja/ sehingga bisa menjadi konselor sebaya yang
mahasiswa guna memberikan pelayanan profesional secara mandiri. Studi pendahuluan

174
Upaya Peningkatan Keterampilan Konseling Kesehatan (Ririn Harini, dkk.)

yang dilaksanakan oleh peneliti pada PIK atau remaja. Jika remaja tidak mengetahui
mahasiswa di kota Malang dari 10 mahasiswa tentang kesehatan reproduksi, maka dapat
pengurus PIK yang diberikan kuesioner terjadi praktik kesehatan yang buruk,
mengatakan 5 orang (50%) mengatakan kurang kehamilan yang tidak diinginkan, kejadian
percaya diri dalam memberikan konsultasi HIV/AIDS dan penyakit menular seksual
pada temannya, 3 orang (30%) mengatakan (SDKIR, 2007).
kurang mendapatkan pengetahuan dan Pemberian informasi dan edukasi
informasi tentang kesehatan reproduksi dan mer upakan cara untuk meningkatkan
sisanya 2 orang (20%) mengatakan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan
media untuk melakukan konsultasi masih reproduksi sehingga diakhir tahun 2015
sangat terbatas misalnya leaflet, lembar balik, minimal 90 persen remaja sudah mendapatkan
modul, lembar balik dan masih banyak lagi informasi (ICPD dan MDGs). Kegiatan
yang lainnya. Padahal seorang konselor itu seperti ini sudah dilakukan oleh PIK-KRM,
diharapkan dapat memberikan informasi Fakultas Ilmu Kesehatan, UMM. Namun,
tentang kesehatan reproduksi dan membantu ada beberapa kendala yang dialami seperti
memberikan alternatif penyelesaian masalah kurangnya pembekalan yang diberikan pada
yang sering dihadapi oleh teman sebayanya. para konselor di kampus membuat pengurus
Menurut Aryani (2010) pengetahuan PIK-KRM kurang percaya diri dalam
remaja sebelum mengikuti PIK-KRR sebagian memberikan pendidikan kesehatan pada teman
besar rendah (60%) dan setelah mengikuti sebaya. Kegiatan koordinasi seperti frekuensi
PIK-KRR baik (96,7%). Hal ini menunjukkan kunjungan belum rutin dilaksanakan, kegiatan
bahwa dengan masuk dalam pusat informasi promosi kesehatan belum sesuai program kerja,
dan konsultasi dapat mempengaruhi remaja kesibukan akademik yang tinggi sehingga
dalam mencari informasi dengan saling berbagi peran konselor belum bisa maksimal.
menjadi pengurus PIK agar terjadi peningkatan Berdasarkan permasalahan di atas,
pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam dapat diketahui bahwa pengetahuan, sikap,
memberikan konsultasi pada teman sebaya. dan keterampilan harus dimiliki oleh remaja
Menurut Widiantoro (2004), upaya pendekatan yang masuk dalam PIK-KRM masih perlu
yang berpusat pada keluarga telah dilakukan ditingkatkan. Sedangkan, cara peningkatannya
pada sebuah proyek percontohan yang melalui berbagai kegiatan positif yang salah
dilaksanakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur satunya melalui pelatihan konselor sebaya
untuk melatih rekan pendidik, dikoordinasikan agar dapat diketahui kemampuannya saat
oleh BKKBN. Sebanyak 80 pendidik sebaya melaksanakan perannya di lingkungan
yang merasakan bahwa kegiatan seperti ini sekolah/kampus, maupun di masyarakat pada
penting dilaksanakan secara berkala. Namun umumnya. Oleh karena itu, perlu diketahui
pemerintah belum dapat memenuhi secara pengaruh pelatihan konselor sebaya terhadap
menyeluruh di berbagai daerah. pengetahuan, sikap dan keterampilan
PIK-KRM Fakultas Ilmu Kesehatan, mahasiswa pengurus PIK-KRM di Fakultas
UMM adalah salah satu PIK-KRM yang Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
berada di Kota Malang, di bawah naungan Malang.
BKBPM (Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Masyarakat) Kota Malang,
BAHAN DAN METODE
di mana saat ini masih menjalankan dan
mengembangkan program kerja dan pelayanan Penelitian ini berdesain quasy-
secara aktif dengan tujuan agar tetap menjadi eksperiment dengan metode pretest and post
PIK mahasiswa pada tahapan tegar. Dalam test nonequivalent control group. Quasy di
menjalankan perannya sebagai pusat layanan mana kelompok kontrol maupun kelompok
kesehatan, maka konselor sebaya setempat yang diberikan intervensi tidak dipilih secara
diharapkan mampu membantu mengatasi random. Kelompok intervensi merupakan
masalah kesehatan reproduksi pada mahasiswa kelompok yang diberikan pelatihan dengan

175
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 173182

metode ceramah, diskusi, simulasi/role play, masalah pribadinya dibandingkan laki-laki.


dan pemberian modul. Kelompok kontrol Mahasiswa pengurus PIK-KRM yang menjadi
merupakan kelompok yang hanya diberikan responden, pada kelompok perlakuan yang
modul saja. paling banyak dari Jurusan Keperawatan,
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 18 orang (45%), sedangkan sisanya
mahasiswa PIK-KRM di Fakultas Ilmu berasal dari jurusan lain dengan persentase
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah yang lebih kecil, 8 orang (20%) dari Farmasi,
Malang. Sampel ditetapkan dengan beberapa 4 orang (10%) dari Teknik, 7 orang (17.5%)
kriteria inklusi, yaitu: 1) mahasiswa anggota dari Psikologi, dan 3 orang (7,5%) dari FISIP.
PIK-KRM yang belum pernah mengikuti Sedangkan pada kelompok kontrol, seluruh
pelatihan; 2) mahasiswa yang aktif dalam responden (100%) berasal dari Jurusan
kegiatan PIK-KRM; 3) minimal 3 bulan menjadi Keperawatan. Karakteristik usia responden
anggota; dan 4) bersedia menjadi responden. pada kelompok perlakuan rata-rata berusia 19
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 40 tahun 6 bulan dan rata-rata usia sampel pada
orang masing-masing kelompok. kelompok kontrol adalah 18 tahun 3 bulan.
Pengumpulan data pada penelitian ini Hal ini mengindikasikan bahwa responden
meliputi pengisian identitas responden berupa dalam penelitian ini lebih banyak pada kisaran
usia, jenis kelamin, dan asal jurusan program antara usia 1819 tahun, di mana responden
studi. Pengukuran data dalam penelitian ini dengan usia 20 tahun dan 21 tahun mempunyai
menggunakan kuesioner pengetahuan dan frekuensi yang lebih kecil.
sikap, serta checklist keterampilan dalam Pada kelompok kontrol diketahui
bentuk pertanyaan yang mengacu pada terdapat hubungan yang signifikan antara
pedoman modul pelatihan BKKBN (2008) skor pengetahuan, sikap, dan keterampilan
tentang kesehatan reproduksi dan TRIAD mahasiswa pengurus PIK-KRM antara
KRR (seksualitas, HIV/AIDS, dan NAPZA). nilai pretest dan post test (tabel 1). Terdapat
Observer melakukan observasi sebelum dan peningkatan rerata pengetahuan pada kelompok
sesudah dilaksanakan pelatihan konselor kontrol sebesar 1,22 poin, peningkatan rerata
sebaya dengan alat ukur khusus observer. sikap sebesar 4.23, dan rerata keterampilan
Pengambilan data dilakukan sebanyak dua 0.42. Hasil uji paired t-test untuk perbandingan
kali yaitu pretest dan post test di mana jeda rata-rata skor pengetahuan, sikap, dan
pengambilan data adalah satu minggu. keterampilan kelompok kontrol antara pretest
Kemudian, data dianalisis menggunakan dan post test menunjukkan perbedaan yang
paired test, independent t-test, dan logistic signifikan pada rata-rata skor pengetahuan,
regresi linear. sikap, dan keterampilan responden di kelompok
kontrol antara pretest dan post test (tabel 2).
Pada kelompok perlakuan berdasarkan
HASIL
peng ujian, dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah terdapat hubungan yang signifikan antara
dilakukan terhadap 80 orang mahasiswa skor pengetahuan, sikap, dan keterampilan
pengur us PIK-K R M diketahui bahwa kelompok perlakuan antara pretest dan post
karakteristik jenis kelamin mahasiswa test, di mana saat post test menunjukkan skor
pengurus PIK-KRM yang menjadi responden, yang relatif lebih tinggi (ditandai dengan nilai
pada kelompok perlakuan dari 40 orang terdapat koefisien korelasi yang bernilai positif) pada
30 orang (75%) mahasiswa perempuan, dan skor pengetahuan, sikap, dan keterampilan
pada kelompok kontrol dari 40 orang terdapat dibandingkan saat pretest (tabel 3). Rerata
26 orang (65%) mahasiswa perempuan. Hal peningkatan pengetahuan pada kelompok
ini menunjukkan bahwa perempuan lebih perlakuan sebesar 1.83, peningkatan sikap
banyak yang berminat sebagai pengurus PIK- sebesar 14.68, dan keterampilan sebesar 1.82.
KRM dengan alasan banyaknya teman sebaya Perbandingan rata-rata skor pengetahuan, sikap,
perempuan yang curhat atau sharing tentang dan keterampilan kelompok perlakuan antara

176
Upaya Peningkatan Keterampilan Konseling Kesehatan (Ririn Harini, dkk.)

pretest dan post test tersebut menunjukkan adalah sama sebesar 4.63. Hasil independent
perbedaan yang signifikan (tabel 4). t-test menunjukkan tidak ada perbedaan yang
Tabel 5 menunju k kan hasil uji bermakna. Skor keterampilan pada saat post
independent t-test menunjukkan tidak ada test pada kelompok kontrol rerata sebesar
perbedaan yang bermakna antara skor rerata 5.05 dan pada kelompok perlakuan rerata
pretest kelompok perlakuan dan kontrol. sebesar 6.45. Selisih skor keterampilan pada
Namun, perbedaan yang signifikan terlihat kelompok kontrol rata-rata sebesar 0.43 dan
pada hasil uji perbandingan hasil skor rerata pada kelompok perlakuan rata-rata sebesar
post test dan selisih skor antara pretest-postest 1.83. Hasil independent t-test menunjukkan
pada variabel pengetahuan antara kelompok ada perbedaan yang bermakna (Tabel 7).
perlakuan dan kontrol, di mana kelompok Hasil regresi linier menunjukkan nilai
perlakuan mempunyai rerata skor yang lebih signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05), sehingga
tinggi. dapat disimpulkan bahwa pemberian pelatihan
Tabel 6 menunjukkan skor sikap konselor sebaya memberikan pengaruh yang
mahasiswa pengurus PIK-KRM saat pretest signifikan (bermakna) terhadap pengetahuan,
adalah sama, baik pada kelompok kontrol sikap, dan keterampilan (post test) mahasiswa
maupun kelompok perlakuan, dengan rata- pengur us PIK-K R M. Besar pengar uh
rata 50.7. Skor sikap pada saat post test pada pemberian pelatihan konselor sebaya dapat
kelompok kontrol rata-rata sebesar 54.93 dan diketahui dari nilai R square, di mana pengaruh
kelompok perlakuan rata-rata sebesar 65.38. terbesar dari pemberian pelatihan konselor
Sedangkan, untuk selisih skor sikap pada sebaya tersebut adalah pengaruh pemberian
kelompok kontrol rata-rata sebesar 4.23 dan pelatihan konselor sebaya terhadap skor
pada kelompok perlakuan rata-rata sebesar sikap (post test) yaitu sebesar 0,432 (43,2%),
14.68. Hasil independent t-test menunjukkan sedangkan 56,8% sisanya dipengaruhi oleh
nilai signifikansi untuk skor sikap pada saat faktor lain selain pemberian pelatihan konselor
post test dan selisih skor antara kelompok sebaya. Persamaan model untuk pengetahuan,
kontrol dan kelompok perlakuan yang sikap dan keterampilan ( post) terhadap
berarti ada perbedaan yang bermakna antara pelatihan didapatkan hasil yaitu pengetahuan
kelompok perlakuan dan kontrol. (post) =12,650+1.85 pelatihan, sikap (post)
Skor keterampilan pada saat pretest pada = 44.475+10.45 pelatihan, dan keterampilan
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (post) = 3.65+1.40 pelatihan, dapat diartikan

Tabel 1. Hubungan antara pretest dan post test kelompok kontrol


Variabel Koefisien korelasi p
Pengetahuan 0.611 0.000
Sikap 0.900 0.000
Keterampilan 0.557 0.000

Tabel 2. Hasil perbandingan pengetahuan, sikap, dan keterampilan antara rerata pretest dan post test
kelompok kontrol
Variabel Kelompok kontrol Nilai p dari paired
Pre test Post test t-test
Mean SD Mean SD
Pengetahuan 13.28 1.84 14.50 1.59 0.000
Sikap 50.70 6.64 54.93 7.80 0.000
Keterampilan 4.63 1.66 5.05 1.77 0.000
Keterangan :
SD = Standard deviasi p = p value

177
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 173182

Tabel 3. Hubungan antara pretest dan post test kelompok perlakuan


Variabel Koefisien korelasi p
Pengetahuan 0.742 0.000
Sikap 0.431 0.006
Keterampilan 0.433 0.005

Tabel 4. Hasil perbandingan pengetahuan, sikap dan keterampilan antara rata-rata pretest dan posttest
kelompok perlakuan
Evaluasi Kelompok perlakuan
Nilai p dari
Variabel Pre test Post test
paired t-test
Mean SD Mean SD
Pengetahuan 13.68 1.82 16.35 1.63 0.000
Sikap 50.70 6.64 65.38 3.57 0.000
Keterampilan 4.63 1.66 6.45 1.06 0.000

Tabel 5. Hasil perbandingan skor pengetahuan antara kelompok kontrol dan perlakuan
Evaluasi
Nilai p dari
Variabel Kontrol Perlakuan
independent t-test
Mean SD Mean SD
Pre test 13.28 1.84 13.68 1.82 0.331
Post test 14.50 1.59 16.35 1.63 0.000
Selisih skor 1.23 1.53 2.68 1.25 0.000

Tabel 6. Hasil perbandingan skor sikap antara kelompok kontrol dan perlakuan
Evaluasi
Nilai p dari
Variabel Kontrol Perlakuan
independent t-test
Mean SD Mean SD
Pre test 50.70 6.64 50.70 6.64 1.0
Post test 54.93 7.80 65.38 3.57 0.000
Selisih skor 4.23 3.42 14.68 6.04 0.000

Tabel 7. Hasil perbandingan skor keterampilan antara kelompok kontrol dan perlakuan
Evaluasi
Nilai p dari
Variabel Kontrol Perlakuan
independent t-test
Mean SD Mean SD
Pre test 4.63 1.66 4.63 1.66 1.0
Post test 5.05 1.77 6.45 1.06 0.000
Selisih skor 0.43 1.62 1.83 1.53 0.000

178
Upaya Peningkatan Keterampilan Konseling Kesehatan (Ririn Harini, dkk.)

Tabel 8. Hasil uji liner regression pengaruh pemberian pelatihan konselor sebaya terhadap pengetahuan,
sikap, dan keterampilan mahasiswa pengurus PIK-KRM
Regresi antara Model persamaan p R square
Pelatihan dengan
Pengetahuan (post) =12.650+1.85 Pelatihan 0.000 0.254
pengetahuan (post)
Pelatihan dengan
Sikap (post) = 44.475+10.45 Pelatihan 0.000 0.432
sikap (post)
Pelatihan dengan
Ketrampilan (post) =3.65+1.40 Pelatihan 0.000 0.191
keterampilan (post)

bahwa tanpa mempertimbangkan pengaruh Si kap telah dimili k i seseorang


dari pemberian pelatihan konselor sebaya, sebelumnya yang diperoleh dari hasil
maka skor pengetahuan, sikap dan keterampilan belajar mandiri, pengalaman bersosialisasi,
(post) akan tetap meningkat secara konstan bah kan hasil sharing dengan teman
(karena koefisien konstanta bernilai positif). sebaya. Pentingnya peran teman sebaya,
Namun, apabila mempertimbangkan pengaruh pengembangan lingkungan teman sebaya yang
dari pemberian pelatihan konselor sebaya, positif merupakan cara efektif yang dapat
maka hal itu akan dapat meningkatkan skor ditempuh untuk mendukung perkembangan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan (post) remaja. Dalam kaitannya dengan keuntungan
secara signifikan karena koefisien bernilai remaja memiliki kelompok teman sebaya yang
positif. positif, Laursen (2005) dalam Santrock (2012)
menyatakan bahwa kelompok teman sebaya
yang positif memungkinkan remaja merasa
PEMBAHASAN
diterima serta memungkinkan remaja menguji
Pen i ng kat a n penget a hu a n pad a nilai-nilai baru dan pandangan-pandangan
kelompok perlakuan diakibatkan karena baru. Kelompok teman sebaya yang positif
adanya intervensi pelatihan yang telah memberikan kesempatan kepada remaja untuk
diberikan selain itu juga adanya pengetahuan membantu orang lain, dan mendorong remaja
yang telah dimiliki oleh responden sebelumnya untuk mengembangkan jaringan kerja untuk
baik didapat dari pengalaman membaca saling memberikan dorongan positif. Interaksi
literatur, media elektronik maupun pengalaman di antara teman sebaya dapat digunakan untuk
pribadi dan sharing dengan teman sebaya, membentuk makna dan persepsi serta solusi-
sehingga mampu mengingat kembali materi solusi baru. Budaya teman sebaya yang positif
pelatihan yang telah dipelajari sebelumnya. memberikan kesempatan kepada remaja untuk
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Morton menguji keefektifan komunikasi, tingkah laku,
et al. (1995), bahwa pengetahuan merupakan persepsi, dan nilai-nilai yang dimiliki.
hasil stimulasi informasi yang diperhatikan Budaya teman sebaya yang positif sangat
dan diingat. Sarwono (2004), juga berpendapat membantu remaja untuk memahami bahwa dia
bahwa informasi yang telah diberikan dengan tidak sendirian dalam menghadapi berbagai
pendekatan komunikasi inter personal/ tantangan. Budaya teman sebaya yang positif
konseling mengenai kesehatan reproduksi dapat digunakan untuk membantu mengubah
akan meningkatkan pengetahuan seseorang. tingkah laku dan nilai-nilai remaja (Laursen,
Hasil penelitian dari Mevsim et al. (2008) 2005). Salah satu upaya yang dapat dilakukan
menyebutkan bahwa pelatih teman sebaya untuk membangun budaya teman sebaya
dan metode pelatihan yang digunakan mampu yang positif adalah dengan mengembangkan
merubah pengetahuan selama sesi pelatihan konseling teman sebaya dalam komunitas
dengan baik pada teman sebaya tentang remaja. Berdasarkan pendapat dari beberapa
reproduksi kesehatan. pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa

179
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 173182

peningkatan skor sikap yang lebih besar karena responden tidak mendapatkan pelatihan
pada kelompok perlakuan dapat dipengaruhi yang lebih tepat bagaimana aplikasi yang benar
oleh penggunaan metode yang tepat dalam sebagai seorang konselor sebaya, sehingga
pelatihan. Kirkpatrick (1994) mengatakan nilai skor sikap tidak dapat meningkat secara
bahwa untuk keberhasilan pelatihan perlu signifikan.
diperhitungkan metode yang tepat sesuai Keterampilan seseorang tidak mudah
dengan kebutuhan dari para peserta, metode untuk diubah secepat mungkin tanpa melalui
tersebut dikatakan tepat apabila terjadi proses yang panjang dan terus-menerus.
perubahan yang positif terhadap para peserta Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat
pelatihan. Peningkatan skor baik pada Winkel (2004) bahwa perubahan akibat
pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai
kelompok intervensi mengindikasikan bahwa taraf tertentu tidak akan menghilang lagi.
metode yang dipergunakan dalam pelatihan ini Kemampuan yang diperoleh akan menjadi
dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan milik pribadi dan tidak akan terhapus begitu
keterampilan tentang kesehatan reproduksi saja. Hasil belajar secara relatif bersifat
dan TRIAD KRR (seksualitas, HIV/AIDS, konstan dan berbekas. Pada keterampilan
dan NAPZA) dalam melakukan konseling motorik, setiap kegiatan belajar akan
pada teman sebaya. menghasilkan suatu perubahan yang positif.
Hal ini juga membuktikan bahwa Semakin sering orang tersebut melakukan
responden mampu menyerap materi yang dan mengulang keterampilan, maka akan
telah diberikan pada saat dilakukan intervensi. semakin terampil. Hasil belajar di bidang
Selain itu remaja perlu menguasai teknik psikomotorik dan sikap juga tidak mudah
komunikasi yang baik, sehingga materi terlupakan karena keterampilan dan sikap
komunikasi perlu diberikan sebelum materi sekali dibentuk cenderung bertahan terus,
pelatihan yang lain. Hal ini sesuai dengan bahkan menjadi semakin kuat dan mulai
Suwarjo (2008), bahwa calon konselor sebaya merupakan setumpuk kegiatan yang tidak
harus dibekali kemampuan untuk membangun lagi disertai kadar kesadaran yang tinggi.
komunikasi interpersonal secara baik. Sikap Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
dan keterampilan dasar konseling yang Lestari (2010) dapat diperoleh kesimpulan
meliputi kemampuan berempati, kemampuan bahwa pelatihan DDTK (Deteksi Dini Tumbuh
melakukan attending, keterampilan bertanya, Kembang) yang dilakukan selam tiga hari
keterampilan merangkum pembicaraan, efektif meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
asertivitas, genuineness, konfrontasi, dan keterampilan pada bidan yang mendapatkan
keterampilan pemecahan masalah, merupakan intervensi dalam melakukan deteksi dini
kemampuan-kemampuan yang dibekalkan tumbuh kembang pada anak. Hal tersebut
dalam pelatihan konselor sebaya. menunjukkan bahwa semakin lama seseorang
Menurut Azwar (1995) dalam Gordon mendapatkan pelatihan dan pembelajaran
(1935) bahwa sikap merupakan semacam dengan metode yang tepat, maka hasil
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek yang didapatkan semakin maksimal sesuai
dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan harapan.
bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan Penelitian ini mencoba melihat
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan pengaruh perlakuan pelatihan terhadap
cara tertentu apabila individu dihadapkan pada perubahan skor pengetahuan, sikap, dan
suatu stimulus yang menghendaki adanya keterampilan. Pengukuran yang dilakukan
respons. Berdasarkan hasil penelitian di atas adalah dengan melihat hasil setelah intervensi
bahwa terjadinya peningkatan yang kecil ( post test). Pengukuran dengan cara ini
pada kelompok kontrol bisa terjadi karena ditujukan untuk melihat seberapa besar
sebelumnya responden sudah mempunyai pengaruh dari intervensi pelatihan konselor
pengalaman dalam memberikan konseling sebaya terhadap peningkatan pengetahuan,
pada teman sebaya secara alamiah. Namun, sikap, dan keterampilan mahasiswa pengurus

180
Upaya Peningkatan Keterampilan Konseling Kesehatan (Ririn Harini, dkk.)

PIK-KRM. Nilai skor post test dipergunakan dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan
untuk melihat seberapa besar responden dapat seseorang terhadap suatu objek dapat berubah
menyerap materi pelatihan yang diberikan dan berkembang sesuai dengan kemampuan,
selama intervensi. Hasil uji regresi linier kebutuhan dan pengalaman tentang objek
menunjukkan pelatihan konselor sebaya itu di lingkungannya. Selain itu, kelompok
memberikan pengaruh yang bermakna kontrol kemungkinan besar telah mempunyai
pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan pengalaman tentang kesehatan reproduksi
mahasiswa pengurus PIK-KRM. dan konseling sebelumnya meskipun tidak
K i rk pat r ick (1994) mengat a kan diberikan intervensi pelatihan pengetahuan
bahwa untuk keberhasilan pelatihan perlu dan keterampilannya masih tetap baik.
diperhitungkan metode yang tepat sesuai Pelat i h a n d apat me n i ng k at k a n
dengan kebutuhan dari para peserta. Metode pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang
dikatakan tepat apabila terjadi perubahan dalam bidang tertentu. Hasil penelitian yang
yang positif terhadap para peserta pelatihan. dilakukan oleh Willets (2003) menunjukkan
Peningkatan skor baik pada pengetahuan, bahwa program pelatihan efektif meningkatkan
sikap, dan keterampilan pada kelompok pengetahuan dan keterampilan para karyawan.
intervensi mengindikasikan bahwa metode Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sheffer
yang dipergunakan dalam pelatihan ini et al. (2009), yang hasilnya menunjukkan
dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan bahwa pelatihan yang dilakukan kepada 1.286
keterampilan tentang kesehatan reproduksi tenaga kesehatan yang diberi intervensi selama
dan TRIAD KRR (seksualitas, HIV/AIDS, 1 jam efektif meningkatkan pengetahuan dan
dan NAPZA) dalam melakukan konseling mengubah sikap pesertanya menjadi lebih
pada teman sebaya. Hal ini juga membuktikan positif. Hal yang sama juga didapatkan pada
bahwa responden mampu menyerap materi penelitian Law et al. (2007), di mana hasilnya
yang telah diberikan pada saat dilakukan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
intervensi. Pada kelompok kontrol, peningkatan signifikan pada skor pengetahuan dan
terjadi baik pada skor pengetahuan, sikap, dan keterampilan antara sebelum dan sesudah
keterampilan meskipun dengan nilai yang mendapatkan pelatihan pada bidan yang
kecil. mengikuti pelatihan .
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Peningkatan skor pengetahuan, sikap,
tidak mendapatkan pelatihan tentang dan keterampilan pada kelompok perlakuan
menjadi seorang konselor sebaya. Namun, lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
berbekal pengetahuan dan pengalaman kontrol. Hal ini dikarenakan pada kelompok
sebelumnya seperti pembinaan awal masuk perlakuan peserta dilibatkan secara aktif
sebagai pengurus PIK-KRM, buku dari dalam pelatihan. Metode pembelajaran yang
BKKBN, sharing dengan teman, televisi, digunakan dalam pelatihan adalah ceramah,
dan masih banyak lagi yang lain ternyata tanya jawab, simulasi/role play, studi kasus,
masih mampu meningkatkan skor dalam dan praktek langsung dengan teman sebaya.
domain pengetahuan, sikap, dan ketrampilan Hal itu menyebabkan peserta pelatihan tertarik
pada mahasiswa pengur us PIK-K R M. dan tidak jenuh, sehingga dapat memahami
Kemungkinan peningkatan yang terjadi materi dengan baik. Selain itu, penggunaan
pada kelompok kontrol terjadi karena pada narasumber dari BKKBN yang sudah kompeten
kelompok ini mendapatkan stimulus dari di bidangnya, mempunyai pengalaman
kuesioner dan pernyataan-pernyataan yang yang banyak, dan dapat mengemas acara
diberikan oleh peneliti, selain modul pelatihan pelatihan semenarik mungkin juga menjadi
yang pada akhirnya menjadi proses belajar faktor pendukung. Hal ini juga sesuai dengan
dalam diri. Faktor lain yang mempengaruhi pendapat Sullivan dan Gaffikin (1997), bahwa
peningkatan pengetahuan dan keterampilan efektivitas pelatihan klinik penekanannya
pada kelompok kontrol adalah pengalaman pada aplikasi pengetahuan dalam penampilan
kerja maupun media massa. Menurut WHO keterampilan.

181
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 Oktober 2014: 173182

SIMPULAN DAN SARAN Remaja dan Perlindungan Hak-Hak


Simpulan Reproduksi, BKKBN.
Lestari. 2010. Pengaruh pelatihan deteksi dini
Pelatihan konselor sebaya dapat tumbuh kembang terhadap peningkatan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan pengetahuan, sikap dan keterampilan
keterampilan pada mahasiswa pengurus PIK- bidan di Kabupaten Banjar. Tesis Pasca
KRM dalam melakukan konseling pada teman Sarjana, Universitas Gadjah Mada.
sebaya tentang TRIAD KRR (seksualitas, Mevsim, V., Guldal, D., Ozcakar, N., Saygin,
HIV/AIDS, dan NAPZA). O., 2008. What was retained? The
assessment of the training for the peer
Saran trainers course on short and long term
basis. BMC Public Health 8,24.
Pelatihan hendaknya dilakukan secara Aryani. 2010. Efektifitas PIK-KRR terhadap
rutin dan berkelanjutan, sehingga bisa terus peningkatan pengetahuan kesehatan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan reproduksi remaja di SMU swasta Al-
keterampilan pada pengurus PIK-KRM Wasliyah I Medan. Ilmu Kesehat. Masy.
sehingga dapat memberikan layanan konseling Univ. Gadjah Mada.
yang lebih baik. Santrock, J.W., 2012. Psikologi pendidikan.
Jakarta: Salemba Humanika.
Morton. 2008. Introduction to health education
KEPUSTAKAAN and health promotion. Waveland Press,
BKKBN. 2006. Modul workshop konseling Inc, Illinois.
kesehatan reproduksi remaja bagi calon Suwarjo. 2008. Konseling teman sebaya (peer
konselor sebaya. Jakarta: Direktorat counseling) untuk mengembangkan
Remaja dan Perlindungan Hak-Hak resiliensi remaja. Jurusan Psikologi
Reproduksi. Pendidikan dan Bimbingan Fakultas
BKKBN. 2008. Modul pelatihan konseling Ilmu Pendidikan. Universitas Indonesia,
kesehatan reproduksi remaja bagi calon Jakarta.
konselor sebaya. Jakarta: Direktorat

182

You might also like