Professional Documents
Culture Documents
AGUSTIN PRICILIA D.
XII IPS 4
29
Sus, ajarin aku bahasa Inggris ya! Malu, kalau aku masih lemot, Butet memohon
kepada Susi setelah jam pelajaran selesai.
Butet garuk-garuk kepalanya yang gatal, tampaknya sudah seminggu dia nggak
keramas. Anak ini kalau dilihat-lihat manis juga, tapi slebornya itu yang nggak
ketulungan. Cara berpakaiannya jarang terlihat rapi, rambutnya disisir asal, dan
wajahnya tak pernah diberi bedak. Cara jalannya serampangan, tabrak sana-tabrak
sini seperti tak ada orang lain saja. Yang tak kalah spektakuler malasnya itu.
Jangankan belajar, ada niat ke sekolah saja sudah membuat orangtuanya bangga.
Ah, Buteeet Butet.
Sakit kepalaku, Sus, Butet berbisik ke telinga Susi, teman sebangkunya.
Kenapa Tet? Putus urat sarafmu, ya? tanya Susi.
Belum, kayaknya bentar lagi. Aduh, hari ini pelajaran bahasa Inggris ya? Aku nggak
masuk aja ah! Tolong bilangin sama ketua kelas kita, aku sakit perut. Ok, Sus, aku
cabut dulu ya? Butet buru-buru mengambil tasnya, namun ketika Butet berhasil
mencapai pintu kelas, tiba-tiba langkahnya dihentikan.
Mau ke mana anak manis? sebuah suara berat yang belum pernah didengarnya
mencegah kepergiannya.
Eh, anu... kembali Butet menggaruk-garuk kepalanya. Kepalanya tertunduk dalam-
dalam. Anu, mau ke WC, akhirnya Butet berhasil mengarang satu kebohongan.
Ke WC atau mau kabur dari kelas?
Eh anu dua-duanya, Butet tersenyum pasrah. Kepalanya masih tertunduk.
Biarin ah dihukum, mau gimana lagi? kali ini Butet benar-benar pasrah. Dia harus
rela kalau hari ini namanya akan tercatat di buku hitam BP.
Ayo masuk! Ngapain jam pelajaran kayak gini keluar? Si suara berat itu menyuruh
Butet agar kembali ke kelas.
Oh, apakah aku mimpi? Butet mencubit tangannya. Biasanya, setiap siswa yang
ketangkap basah kabur pada jam pelajaran sekolah akan dihukum seberat-beratnya.
Hukuman yang paling ringan sih bersihin seluruh WC di sekolah yang baunya minta
ampun itu. Tapi kini? Wah, aku lagi beruntung, Butet kegirangan.
Lain kali jangan kabur ya?
Butet melirik ke arah si empunya suara. Ya ampun! teriaknya dalam hati. Cakep
banget, siapakah gerangan dia? Butet bertanya-tanya dalam hati.
Ayo duduk! si ganteng itu mempersilakan Butet kembali ke kursinya.
Sus, aku gak jadi cabut, pengen belajar aja. Susi yang sudah tahu kebiasaan buruk
Butet cuma senyum simpul. Paling-paling Butet cuma mengantuk di dalam kelas.
Apalagi hari ini jam pelajaran bahasa Inggris, mata pelajaran yang paling
menakutkan bagi Butet. Maklum tuh anak emang alergi dengan pelajaran yang satu
ini.
Perkenalkan nama saya Michael. Saya guru baru menggantikan Pak Wahyudi yang
sudah pensiun. Saya akan mengajar bahasa Inggris. Oh ternyata si cakep yang
menghentikan langkah Butet itu adalah guru bahasa Inggrisnya yang baru.
Semua anak-anak cewek di kelas XI IPA1 itu pada kegirangan dan senang melihat
bapak guru baru yang cakep itu. Sementara anak-anak cowok pada keki, habis
mereka kalah ganteng dibandingkan Pak Michael.
Wah, cakepnya. Sandra, cewek paling centil di sekolah malah teriak paling
kenceng.
Di sekolah, Butet terlihat ceria. Maklum, cewek tomboy yang satu ini lagi jatuh cinta.
Persis kata orang-orang, cinta memang gila, mampu membuat seorang Butet
menyadari bahwa dia adalah wanita. Pokoknya love is blind.
Good Morning, Sus tumben pagi ini Butet mencoba berbahasa inggris.
Morning, jawab Susi sambil tersenyum, habis cara pengucapan Inggris Butet jauh
dari sempurna.
Tadi malam aku nggak tidur, Sus. Begadang semalam suntuk.
Kenapa? Loe habis nonton bola? tanya Susi.
Nggak. Aku belajar habis-habisan. Aku sudah bisa bilang I Love You, Butet
mempromosikan kepandaiannya.
Semua orang juga bisa bilang itu! Jawaban Susi ini membuat Butet cemberut.
Lo tau nggak, kenapa orang Inggris dan Amerika itu pintar-pintar? tanya Susi
kepada Butet.
Nggak, jawab Butet pendek.
Karena di Inggris dan Amerika, anak-anak umur 5 tahun aja udah lancar berbahasa
Inggris, Susi menjawab dengan kalem.
Sialan.
Gue mau ngomong nih, Tet, Susi berhenti sebentar sebelum memulai
pembicaraan.