Professional Documents
Culture Documents
2. Bermain Pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif antara lain dengan melihat dan mendengar
bermain pasif adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Pada anak terdapat tingkat perkembangan motorik dan sensorik anak sesuai
dengan usianya adalah :
Umur 0 - 1 bulan
a. Motorik :
1) Mengangkat kepala dibantu
2) Ditengkurapkan kepala menoleh kanan kiri
3) Reflek primitif; sucking, rooting, morrow, menelan dan
menggengam.
b. Sensorik :
Mengikuti sinar ketengah.
Umur 2 - 3 bulan
a. Motorik :
1) Dada ditahan dengan tangan angkat kepala.
2) Memasukkan tangan kemulut.
3) Meraih benda menarik.
4) Dapat didudukkan dengan punggung disokong.
5) Mulai bermain dengan jari dan tangannya.
b. Sensorik :
1) Dapat mengikuti sinar ketepi.
2) Koordinasi vertikal - horizontal.
3) Mendengarkan suara.
Umur 4 - 5 bulan
a. Motorik :
1) Bila didudukkan kepala sudah mulai seimbang dan punggung
sudah kuat.
2) Bila ditengkurapkan sudah bisa miring,kepala sudah bisa tegak
lurus.
3) Refleks primitif mulai hilang.
4) Meraih benda dengan tangan.
b. Sensorik :
1) Sudah mengenal orang.
2) Akomodasi mata positif.
Umur 6 - 7 bulan
a. Motorik :
1) Membalikkan badan.
2) Memindahkan benda dari tangan satu ketangan lain.
3) Mengambil mainan dengan tangan.
4) Senang memasukkan kaki & mulut.
5) Sudah mulai memasukkan makanan kemulut.
b. Sensorik :
1) Sudah dapat membedakan orang yang dikenal / tidak dikenal.
2) Dapat menyebut m.....m....m.....m...........
3) Dapat menangis & cepat tertawa.
Umur 8 - 9 bulan
a. Motorik :
1) Sudah bisa duduk sendiri.
2) Koordinasi tangan kemulut lebih sering.
3) Bayi mulai tengkurap sendiri & belajar merangkak.
b. Sensorik :
Bayi tertarik dengan benda yang kecil.
Umur 10 - 12 bulan
a. Motorik :
1) Sudah mulai berdiri tapi tidak lama.
2) Belajar berjalan tanpa bantu.
3) Sudah bisa berdiri & duduk sendiri.
4) Bisa bermain ci........luk.......ba..........
5) Mulai senang mencoret kertas.
b. Sensorik :
Sudah dapat membedakan bentuk.
Umur 15 bulan
a. Motorik kasar :
Sudah bisa jalan sendiri.
b. Motorik halus :
1) Memegang cangkir.
2) Memasukkan jari kelubang
3) Membuka kotak.
4) Melempar kotak atau benda.
Umur 18 bulan
a. Motorik kasar :
1) Berlari tapi masih sering jatuh.
2) Menarik mainan.
3) Senang naik tangga tetapi masih dibantu.
b. Motorik halus :
1) Sudah menggunakan sendok.
2) Bisa membuka halaman buku.
3) Belajar menyusun balok.
Umur 24 bulan
a. Motorik kasar :
1) Dapat berlari dengan baik.
2) Naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap.
b. Motorik halus :
1) Bisa membuka pintu.
2) Membuka kunci.
3) Menggunting.
4) Minum sendiri dengan gelas.
Umur 36 bulan
a. Motorik kasar :
1) Bisa naik turun tangga tanpa bantuan.
2) Memakai baju dengan bantuan.
3) Mulai bisa bersepeda roda tiga.
b. Motorik halus :
1) Menggambar lingkaran.
2) Mencuci tangan sendiri.
3) Menggosok gigi.
Umur 4 tahun
a. Motorik kasar :
1) Berjalan jinjit.
2) Melompat.
3) Melompat dengan satu kaki.
4) Menangkap bola dan melempar dari atas kepala.
b. Motorik halus :
1) Dapat menggunting dengan lancar.
2) Dapat menggambar kotak dan garis vertikal.
3) Membuka dan memasang kancing.
Umur 5 tahun
a. Motorik kasar :
1) Berjalan mundur dan jinjit.
2) Menangkap dan melempar bola dengan baik.
3) Melompat dengan kaki bergantian.
b. Motorik halus :
1) Menulis dengan angka.
2) Menulis dengan huruf & kata-kata.
3) Belajar menulis nama.
4) Belajar mengikat tali sepatu.
Menurut Soetjaningsih (1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif
sebagaimana berikut ini :
1. Energi
Anak bermain sangat diperlukan ekstra energi. Anak yang sakit sangat kecil
kemungkinannya untuk mengikuti permainan.
2. Waktu
Untuk mengikuti terapi bermain anak harus mempunyai cukup waktu untuk
bermain, karena mengingat kondisi anak yang harus diperhatikan.
3. Ruangan
Untuk terapi bermain ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan
khusus untuk bermain, yang terpenting anak bisa bermain di ruang keluarga,
di halaman, bahkan di kamar tidurnya.
4. Peralatan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf
perkembangannya.
5. Pengetahuan
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya
atau diberi tahu caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir adalah yang
terbaik karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat
permainannya dan anak-anak akan mendapat keuntungan lain lebih banyak.
6. Teman Bermain
Dalam bermain anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman
bermain, mendapat keuntungan apakah itu saudaranya, pembantu, orang
tuanya atau temannya. Karena kalau anak bermain sendiri, maka ia akan
kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu
banyak bermain dengan orang lain, maka dapat mengakibatkan anak tidak
mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan
menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama
orang tuanya, maka hubungan orang tua dengan anak menjadi akrab dan ibu
atau ayah akan segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak
mereka sendiri.
Adapun fungsi dari bermain antara lain :
1. Perkembangan sensori motorik
Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya :
a. Bayi dengan penglihatan, taktil dan rangsangan.
b. Todler (balita) dan pra sekolah melalui gerakan tubuh.
c. Kematangan dan maturitas akan membedakan perbedaan masing-masing
usia.
2. Perkembangan kognitif / intelektual
Diperoleh dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi benda sekitarnya baik
dalam hal warna, ukuran dan pentingnya benda tersebut. Contoh : bermain
teka-teki.
3. Perkembangan social
a. Anak belajar berinteraksi denan orang lain.
b. Anak akan mempelajari peran dalam kelmpok.
c. Belajar memberi dan menerima.
d. Anak dapat belajar benar-salah.
e. Anak dapat mengenal moral dan tanggung jawab.
4. Perkembangan moral
a. Perkembangan moral dapat diperoleh dari permainan dan interaksi dengan
orang lain.
b. Anak akan menyesuaikan aturan kelompok.
c. Anak bersikap jujur dengan kelompok.
5. Perkembangan kreativitas
a. Anak melakukan percobaan tentang ide.
b. Anak bermain melalui semua media.
c. Anak puas dengan kreativitas baru.
d. Minat terhadap lingkungan tinggi.
6. Perkembangan kesadaran sendiri.
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahannya dan tingkah laku
terhadap orang lain.
7. Fungsi terapi.
Dapat mengekspresikan yang tidak enak, misalnya marah, takut, kesal dan
lain-lain.
8. Perkembangan komunikasi
a. Bermain merupakan alat komunikasi pada anak.
b. Dapat menyatakan perasaannya secara verbal, menyusun gambar.
Untuk itu kegiatan bermain harus deprogram dengan baik di rumah sakit.
Pada beberapa negara maju, kegiatan bermain pada anak di rumah sakait
dikoordinasi oleh nurse play specialist, yaitu perawat yang mempunyai
kompetensi khusus dalam melaksanakan program bermain, yang bekerja sama
secara kolaboratif dengan perawat dan dokter anak di ruang rawat. Ia yang
mempersiapkan program bermain sebagai terapi bagi anak yang akan menghadapi
operasi, anak-anak yang akan dilakukan prosedur diagnostic khusus, atau program
bermain rutin sehari-hari bagi anak di rumah sakit. Apabila tidak ada tenaga
khusus yang dapat memprogram kegiatan bermain pada anak di rumah sakit,
perawat bertugas malaksanakannya.
Berikut ini adalah pedoman dalam penyusunan rancangan program
bermain pada anak yang dirawat di rumah sakit.
1. Tujuan bermain
Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak,
sedangkan tujuan yang harus ditetapkan harus memperhatikan prinsip
bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan upaya ekspresi
sekaligus relaksasi dan distraksi perasaan takut, cemas, sedih, tagang, dan
nyeri.
2. Proses kegiatan bermain
Uraikan kegiatan bermain yang dilakukan. Ingat bahwa perawat hanya
sebagai fasilitator dan kegiatan bermain harus dilakukan secara aktif oleh
anak dan orang tuanya. Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada
suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan akan
dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap anggota
kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap anak.
3. Alat permainan yang diperlukan
Tetapkan jenis alat permainan yang digunakan. Ingat bahwa alat
permainan tidak harus baru dan bagus. Gunakan alat permainan yang
dimiliki anak atau yang tersedia di ruang rawat. Apabila anak akan diajak
bermain melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan harga terjangkau.
Yang penting adalah alat permainan yang digunakan harus mengambarkan
kreativitas perawat dan orang tua, serta dapat menjadi media untuk
eksplorasi perasaan anak.
DAFTAR PUSTAKA