You are on page 1of 14

Terapi bermain

Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh


dengan stres, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah
menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab
stres bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah sakit, seperti
bangunan atau ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas
kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien anak, ataupun
interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas,
tegang, nyeri, dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami
anak.
Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan
perasaanya tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama
dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan.
Permainan yang terapeutik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak
merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh-
kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan
perasaan dan pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan
demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari pelayanan
kesehatan anak di rumah sakit (Brennan, 1994).
Terapi bermain adalah terapi yang digunakan sebagai media psiko terapi
atau pengobatan terhadap anak. Terapi bermain digunakan sebagai psikoterapi
untuk membantu mereka yang mengalami masalah trauma, keresahan dan
masalah mental (Rhaziyah, 2008). Bermain dapat digunakan sebagai media terapi
karena selama bermain perilaku anak akan tampil lebih bebas dan bermain adalah
sesuatu yang secara alamiah sudah terberi pada seorang anak (Tedjasaputra,
2005).
Aktivitas bermain yang dilakukan pada anak di rumah sakit akan
memberikan keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat,
karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai
kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkan
dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi yang
efektif antara perawat dank lien.
2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan
mandiri pada anak.
3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa
anal yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran secara
verbal dan /atau pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya,
permainan menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantu
mengekspresikan perasaan tersebut.
4. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak
untuk dapat mempunyai tingkah laku yang positif.
5. Permainan yang member kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak
dan keluarganya.

Menurut Suherman (2000), fungsi bermain diantaranya :


1. Perkembangan sensorik-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensorik-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot
2. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenai
warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek. Pada saat bermain
pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
3. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain degan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut.
4. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin
5. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
atura-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya
7. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami
anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah
sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.

Prinsip permainan di rumah sakit :


1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang
dijalankan anak.
Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat
dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan
kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.
Misalnya, sambil tiduran di tempat tidur, anak dapat dibacakan buku cerita
atau diberikan buku komik anak-anak, mobil-mobilan yang tidak pakai
remote control, robot-robotan, dan permainan lain yang dapat dimainka
anak dan orang tua sambil tiduran.
2. Permainan tidak membutuhkan banyak energy, singkat, dan sederhana.
Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat
permainan yang ada pada anak dan/atau yang tersedia di ruangan. Kalupun
akan membuat suatu alat permainan, pilih yang sederhana supaya tidak
melelahkan anak (misalnya menggambar dan mewarnai, bermain boneka,
dan membaca buku cerita).
3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak.
Pilih alat permainan yang aman untuk anak, tidak taja, tidak merangsang
anak untuk berlari-lari, dan bergerak secara berlebihan.
4. Permainan yang harus melibatkan kelompok umur yang sama.
Apabila permainan dilakukan khusus di kamar bermain secara
berkelompok, permainan haeus dilakukan pada kelompok umur yang
sama. Misalnya permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah.
5. Melibatkan orang tua.
Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk
tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh-kembang pada anak
walaupun sedang dirawat di rumah sakit, termasuk dalam aktivitas
bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga
apabila permainan diinisiasi oleh perawat, orang tua harus terlibat secara
aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan sampai
mengevaluasi hasil permainan anak bersama dengan perawat dan orang
tua anak lainnya.
Bermain secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu : aktif dan
pasif (hiburan). Bermain harus seimbang artinya : harus ada keseimbangan
antara bermain aktif dan yang pasif yang biasa disebut hiburan. Adapun
bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat mereka sendiri
sedangkan bermain pasif kesenangan didapat dari orang lain.
1. Bermain Aktif
a. Bermain mengamati/menyelidiki
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat, mengocok-ngocok apakah
ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
b. Bermain Konstruksi
Pada anak umur 3 tahun misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan.
c. Bermain Drama
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau teman-temannya.
d. Bermain bola, tali dan sebagainya.

2. Bermain Pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif antara lain dengan melihat dan mendengar
bermain pasif adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Pada anak terdapat tingkat perkembangan motorik dan sensorik anak sesuai
dengan usianya adalah :
Umur 0 - 1 bulan
a. Motorik :
1) Mengangkat kepala dibantu
2) Ditengkurapkan kepala menoleh kanan kiri
3) Reflek primitif; sucking, rooting, morrow, menelan dan
menggengam.
b. Sensorik :
Mengikuti sinar ketengah.

Umur 2 - 3 bulan
a. Motorik :
1) Dada ditahan dengan tangan angkat kepala.
2) Memasukkan tangan kemulut.
3) Meraih benda menarik.
4) Dapat didudukkan dengan punggung disokong.
5) Mulai bermain dengan jari dan tangannya.
b. Sensorik :
1) Dapat mengikuti sinar ketepi.
2) Koordinasi vertikal - horizontal.
3) Mendengarkan suara.

Umur 4 - 5 bulan
a. Motorik :
1) Bila didudukkan kepala sudah mulai seimbang dan punggung
sudah kuat.
2) Bila ditengkurapkan sudah bisa miring,kepala sudah bisa tegak
lurus.
3) Refleks primitif mulai hilang.
4) Meraih benda dengan tangan.

b. Sensorik :
1) Sudah mengenal orang.
2) Akomodasi mata positif.
Umur 6 - 7 bulan
a. Motorik :
1) Membalikkan badan.
2) Memindahkan benda dari tangan satu ketangan lain.
3) Mengambil mainan dengan tangan.
4) Senang memasukkan kaki & mulut.
5) Sudah mulai memasukkan makanan kemulut.
b. Sensorik :
1) Sudah dapat membedakan orang yang dikenal / tidak dikenal.
2) Dapat menyebut m.....m....m.....m...........
3) Dapat menangis & cepat tertawa.

Umur 8 - 9 bulan
a. Motorik :
1) Sudah bisa duduk sendiri.
2) Koordinasi tangan kemulut lebih sering.
3) Bayi mulai tengkurap sendiri & belajar merangkak.
b. Sensorik :
Bayi tertarik dengan benda yang kecil.

Umur 10 - 12 bulan
a. Motorik :
1) Sudah mulai berdiri tapi tidak lama.
2) Belajar berjalan tanpa bantu.
3) Sudah bisa berdiri & duduk sendiri.
4) Bisa bermain ci........luk.......ba..........
5) Mulai senang mencoret kertas.

b. Sensorik :
Sudah dapat membedakan bentuk.
Umur 15 bulan
a. Motorik kasar :
Sudah bisa jalan sendiri.
b. Motorik halus :
1) Memegang cangkir.
2) Memasukkan jari kelubang
3) Membuka kotak.
4) Melempar kotak atau benda.

Umur 18 bulan
a. Motorik kasar :
1) Berlari tapi masih sering jatuh.
2) Menarik mainan.
3) Senang naik tangga tetapi masih dibantu.
b. Motorik halus :
1) Sudah menggunakan sendok.
2) Bisa membuka halaman buku.
3) Belajar menyusun balok.

Umur 24 bulan
a. Motorik kasar :
1) Dapat berlari dengan baik.
2) Naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap.
b. Motorik halus :
1) Bisa membuka pintu.
2) Membuka kunci.
3) Menggunting.
4) Minum sendiri dengan gelas.

Umur 36 bulan
a. Motorik kasar :
1) Bisa naik turun tangga tanpa bantuan.
2) Memakai baju dengan bantuan.
3) Mulai bisa bersepeda roda tiga.
b. Motorik halus :
1) Menggambar lingkaran.
2) Mencuci tangan sendiri.
3) Menggosok gigi.

Umur 4 tahun
a. Motorik kasar :
1) Berjalan jinjit.
2) Melompat.
3) Melompat dengan satu kaki.
4) Menangkap bola dan melempar dari atas kepala.
b. Motorik halus :
1) Dapat menggunting dengan lancar.
2) Dapat menggambar kotak dan garis vertikal.
3) Membuka dan memasang kancing.

Umur 5 tahun
a. Motorik kasar :
1) Berjalan mundur dan jinjit.
2) Menangkap dan melempar bola dengan baik.
3) Melompat dengan kaki bergantian.
b. Motorik halus :
1) Menulis dengan angka.
2) Menulis dengan huruf & kata-kata.
3) Belajar menulis nama.
4) Belajar mengikat tali sepatu.

Menurut Soetjaningsih (1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif
sebagaimana berikut ini :
1. Energi
Anak bermain sangat diperlukan ekstra energi. Anak yang sakit sangat kecil
kemungkinannya untuk mengikuti permainan.
2. Waktu
Untuk mengikuti terapi bermain anak harus mempunyai cukup waktu untuk
bermain, karena mengingat kondisi anak yang harus diperhatikan.
3. Ruangan
Untuk terapi bermain ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan
khusus untuk bermain, yang terpenting anak bisa bermain di ruang keluarga,
di halaman, bahkan di kamar tidurnya.
4. Peralatan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf
perkembangannya.
5. Pengetahuan
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya
atau diberi tahu caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir adalah yang
terbaik karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat
permainannya dan anak-anak akan mendapat keuntungan lain lebih banyak.
6. Teman Bermain
Dalam bermain anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman
bermain, mendapat keuntungan apakah itu saudaranya, pembantu, orang
tuanya atau temannya. Karena kalau anak bermain sendiri, maka ia akan
kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu
banyak bermain dengan orang lain, maka dapat mengakibatkan anak tidak
mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan
menemukan kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama
orang tuanya, maka hubungan orang tua dengan anak menjadi akrab dan ibu
atau ayah akan segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak
mereka sendiri.
Adapun fungsi dari bermain antara lain :
1. Perkembangan sensori motorik
Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya :
a. Bayi dengan penglihatan, taktil dan rangsangan.
b. Todler (balita) dan pra sekolah melalui gerakan tubuh.
c. Kematangan dan maturitas akan membedakan perbedaan masing-masing
usia.
2. Perkembangan kognitif / intelektual
Diperoleh dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi benda sekitarnya baik
dalam hal warna, ukuran dan pentingnya benda tersebut. Contoh : bermain
teka-teki.
3. Perkembangan social
a. Anak belajar berinteraksi denan orang lain.
b. Anak akan mempelajari peran dalam kelmpok.
c. Belajar memberi dan menerima.
d. Anak dapat belajar benar-salah.
e. Anak dapat mengenal moral dan tanggung jawab.
4. Perkembangan moral
a. Perkembangan moral dapat diperoleh dari permainan dan interaksi dengan
orang lain.
b. Anak akan menyesuaikan aturan kelompok.
c. Anak bersikap jujur dengan kelompok.
5. Perkembangan kreativitas
a. Anak melakukan percobaan tentang ide.
b. Anak bermain melalui semua media.
c. Anak puas dengan kreativitas baru.
d. Minat terhadap lingkungan tinggi.
6. Perkembangan kesadaran sendiri.
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahannya dan tingkah laku
terhadap orang lain.
7. Fungsi terapi.
Dapat mengekspresikan yang tidak enak, misalnya marah, takut, kesal dan
lain-lain.
8. Perkembangan komunikasi
a. Bermain merupakan alat komunikasi pada anak.
b. Dapat menyatakan perasaannya secara verbal, menyusun gambar.

Untuk itu kegiatan bermain harus deprogram dengan baik di rumah sakit.
Pada beberapa negara maju, kegiatan bermain pada anak di rumah sakait
dikoordinasi oleh nurse play specialist, yaitu perawat yang mempunyai
kompetensi khusus dalam melaksanakan program bermain, yang bekerja sama
secara kolaboratif dengan perawat dan dokter anak di ruang rawat. Ia yang
mempersiapkan program bermain sebagai terapi bagi anak yang akan menghadapi
operasi, anak-anak yang akan dilakukan prosedur diagnostic khusus, atau program
bermain rutin sehari-hari bagi anak di rumah sakit. Apabila tidak ada tenaga
khusus yang dapat memprogram kegiatan bermain pada anak di rumah sakit,
perawat bertugas malaksanakannya.
Berikut ini adalah pedoman dalam penyusunan rancangan program
bermain pada anak yang dirawat di rumah sakit.
1. Tujuan bermain
Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak,
sedangkan tujuan yang harus ditetapkan harus memperhatikan prinsip
bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan upaya ekspresi
sekaligus relaksasi dan distraksi perasaan takut, cemas, sedih, tagang, dan
nyeri.
2. Proses kegiatan bermain
Uraikan kegiatan bermain yang dilakukan. Ingat bahwa perawat hanya
sebagai fasilitator dan kegiatan bermain harus dilakukan secara aktif oleh
anak dan orang tuanya. Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada
suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan akan
dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap anggota
kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap anak.
3. Alat permainan yang diperlukan
Tetapkan jenis alat permainan yang digunakan. Ingat bahwa alat
permainan tidak harus baru dan bagus. Gunakan alat permainan yang
dimiliki anak atau yang tersedia di ruang rawat. Apabila anak akan diajak
bermain melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan harga terjangkau.
Yang penting adalah alat permainan yang digunakan harus mengambarkan
kreativitas perawat dan orang tua, serta dapat menjadi media untuk
eksplorasi perasaan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Tedjasaputra, Mayke. 2005. Bermain, Mainan dan Permainan. Yogyakarta :


Grasindo.
Rhaziyah. 2008. Apa Itu Autisme?. Selangor : PTS Profesional.
Soetjiningsih. 2005. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Suherman, Adang. 2000. Perkembangan Anak. Jakarta : EGC.

You might also like