Professional Documents
Culture Documents
Bentuk dan konstruksi tambak bandeng relatif sama dengan kolam di air
tawar. Perbedaan keduanya adalah jenis air yang digunakan, yaitu kolam menggunakan air
tawar sedangkan tambak menggunakan air payau atau laut
1
Secara teknis lokasi tambak yang baik dan benar sangat berpengaruh terhadap
konstruksi tambak yang akan dibangun serta biaya operasional pemeliharaan tambak.
Faktor teknis yang harus diperhatikan antara lain adalah :
a. Elevasi
Elevasi merupakan ketinggian tempat/lokasi tambak terhadap permukaan laut. Hal
ini dapat diketahui dengan memantau gerakan air pasang dan air surut. Air pasang
atau air laut naik terjadi pada saat bulan berada dekat sekali dengan bumi dan
waktu bumi serta bulan berputar, bergerak mengarungi angkasa dan terjadi daya
tarik terhadap lautan. Air surut atau air laut turun terjadi pada saat bumi menjauhi
bulan.
Bagi petambak yang akan membudidayakan ikan bandeng harus mengetahui kapan
terjadinya pasang tertinggi dan pasang terendah, hal ini untuk mengetahui cocok
tidaknya lokasi tersebut untuk dibuat menjadi tambak. Lokasi tambak yang baik bila
lokasi tersebut terletak diantara pasang tertinggi dan pasang terendah.
Pasang Surut
b. Jenis Tanah
Tambak pada umumnya dibuat secara alami artinya tidak dilapisi dengan tembok,
sehingga jenis tanah sangat menentukan dalam memilih lokasi tambak yang baik.
Jenis tanah yang dipilih harus dapat menyimpan air atau kedap air sehingga tambak
yang akan dibuat tidak bocor. Jenis tanah yang baik untuk membuat tambak adalah
campuran tanah liat dan endapan lempung yang mengandung bahan organik.
Tanah liat berlempung tersebut dikenal dengan silty loam. Untuk mengetahui jenis
2
tanah ini dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur atau secara manual.
Tanah yang mengandung liat tinggi akan dapat dipilin mamanjang.
Namun, tanah yang mengandung debu atau pasir tinggi hanya akan
mengahasilkan pilinan tanah yang pendek saja. Jenis tanah liat saja kurang baik untuk
dijadikan lokasi tambak, karena jenis tanah ini bersifat kaku kalau kering dan
lekat/lengket kalau becek dan menjadi lembek kalau diairi. Oleh karena itu jika
tanah liat ini bercampur dengan tanah dan endapan maka kekakuannya akan
berkurang dan kemampuan memegang airnya lebih besar.
c. Kualitas Air
Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan
bandeng di tambak harus diperhatikan. Dengan kualitas air yang baik, maka ikan
bandeng akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Parameter kualitas air yang
baik untuk membudidayakan ikan bandeng seperti tertera pada tabel berikut:
3
1.1.2. Aspek Non Tekniks
Dalam memilih lokasi tambak perlu diperhatikan juga aspek non teknis,
ikan bandeng ditambak secara komersil dibutuhkan dana investasi yang tidak
sedikit. Oleh karena itu lokasi tambak yang dipilih sebaiknya tidak terlalu
jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi dan daerah pemasaran. Selain
Setelah dapat memilih lokasi tambak yang baik untuk budidaya maka
langkah selanjutnya adalah menyiapkan tambak tersebut agar dapat digunakan
untuk membudidayakan ikan bandeng. Tambak yang akan digunakan untuk
membudidayakan ikan bandeng ini harus dipersiapkan dengan baik dan benar
agar diperoleh produksi tinggi.
Kegiatan yang harus dilakukan dalam persiapan tambak budidaya ikan
bandeng meliputi perbaikan komponen tambak, yaitu pematang, pintu air, caren
dan saluran, serta pengelolaan tanah dasar tambak.
1.2.1. Pematang
4
Puncak pematang
Pematang tambak harus dibuat kokoh, karena fungsi pematang tambak adalah
menahan air didalam tambak. Oleh karena itu pematang harus diperbaiki setiap akan
digunakan untuk budidaya. Perbaikan ini meliputi penambalan kebocoran dan
meninggikan pematang.
Ketinggian pematang tambak sangat bergantung kepada sistem budidayanya.
Pada sistem budidaya bandeng intensif kedalaman air tambak bila mencapai satu
meter, maka ketinggian pematang 1,5 m. Pada sistem budidaya bandeng tradisional.
Kedalaman air tambak hanya mencapai 50 cm, maka ketinggian pematang
hanya sekitar 1 m
1.2.2. Saluran Air
Saluran air pada tambak Saluran air
Pintu air
budidaya bandeng ada dua macam
yaitu saluran air masuk dan
saluran air keluar. Tinggi dasar
saluran airmasuk lebih rendah dari
pada dasar tambak untuk
Petak tambak
mengurangi pelumpuran
dalam tambak. Dasar saluran air
keluar minimal 15 cm lebih Saluran air tambak
rendah dari dasar t a m b a k t e r e n d a h a g a r tambak dapat dikeringkan dengan
sempurna.
Gambar pematang
5
1.2.3. Dasar Tambak
Dasar tambak budidaya ikan bandeng biasanya adalah tanah. Oleh sebab itu,
dalam persiapan tambak bandeng harus dilakukan pengelolaan tanah dasar agar
pakan alami (klekap) yang sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng dapat tumbuh
subur.
Pengeringan tanah dasar kolam. Hal ini bertujuan untuk membunuh hama dan
penyakit yang ada didasar tambak. Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua air
dalam tambak kemudian dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut dilakukan kegiatan
pengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu dikeringkan selama 3-5 hari sampai
tanah dasar tambak tersebut mengering.
6
Dosis kapur pada pengapuran awal kolam baru untuk setiap jenis tanah (ton/ Ha)
Jenis tanah
Macam kolam Pasir Lumpur
Berpasir Berlumpur
berlumpur berpasir
Kolam baru 2,5 3,0 4,0 6,0
Apabila pH tanah mencapai 6,5 atau lebih maka diperlukan pemberian kapur.
Apabila setelah mengeringkan dan pembasuhan pH dibawah 6,5 maka kapur pertanian
(CaCO3) dapat ditambahkan sebagai berikut:
7
kecerahannya 40 cm, maka kepadatsan plankton dianggap cukup. Apabila kecerahan air
lebih dari 40 cm maka kepadatan planktonnya kurang, dan apabila kecerahan air kurang
dari 40cm, maka kepadatan planktonnya berlebihan. Secara laboratoris penghitungan
plankton dengan menggunakan Hemacytometer atau dengan Mikroskup
elektronik.Kepadatan plankton ini biasanya dapat dilihat setelah lebih kurang 7 hari,
setelah kolam diberikan pemupukan.
Banyak peneliti yang menyatakan bahwa menumbuhkan plankton pada
salinitas yang rendah adalah sukar. Akan tetapi banyak juga peneliti lain yang
melaporkan bahwa plankton dapat ditumbuhkan pada salinitas rendah. Perbedaan
pendapat ini mungkin disebabkan oleh perbedaan sistim pengelolaan dan jenis pupuk
yang digunakan maupun jenis plankton yang tumbuh.
Plankton yang menyebabkan air berwarna kuning hijau atau kuning coklat
adalah baik. Akan tetapi apabila air tambak menjadi sangat hijau atau kemerah-
merahan, maka akan berbahaya bagi kehidupak ikan dan Nener. Di tambak BBAP
Jepara pernah terjadi beberapa kali peledakan populasi plankton mennjadi kebiruan
(Blooming Anabaena ) , coklat muda (Blooming Branchionus ) coklat tua (Blooming
Nitzchia ) . kejadian tersebut dapat menyebabkan kematian sebagian besar ikan dan
Nener yang dipelihara.
Teknik penumbuhan plankton di tambak , agak berbeda dengan penumbuhan
makanan alami lainnya (Klekap dan Lumut). Keberhasilan dalam menumbuhkan
plankton, tergantung dari beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain adalah
kedalam air, jumlah dan komposisi pupuk yang harus diberikan.
Untuk menumbuhkan plankton, diperlukan air yang cukup dalam. Pupuk yang
harus digunakan adalam merupakan kombinasi pupuk nitrogen (N) dan Phosphor (P).
Menurut hasil peneliitian dari beberapa peneliti, pemberian pupuk Netrogen dan
Phosphor dengan perbandingan 30 : 1 akan menumbuhkan banyak jenis alga Diatome.
Sedangkan dengan perbandingan N dan P 1 : 1, paling cocok untuk pertumbuhan
Fitoflagellata. Untuk menumbuhkan plankton lebih banyak digunakan pupuk anorganik
dibandingkan dengan pupuk organik. Namun demikian, dapat juga dikombinasikan
penggunaan kedua jenis pupuk tersebut. Untuk memudahkan dalam perhitungan, pada
8
tabel dibawah ini diberikan beberapa contoh jenis pupuk organik dengan presentase
kandungan unsur haranya sebagai berikut :
Komposisi unsur hara (N dan P) dari beberapa jenis pupuk:
Sumber: Hasil analisa laboratorium kimia Balai Budidaya Air Payau, Jepara.
9
Pada umumnya pupuk yang digunakan untuk tanah yang kandungan pasir
Untuk tanah tambak yang kandungan pasirnya lebih banyak, diperlukan jumlah pupuk
yang lebih banyak.
Pemberian pupuk untuk pertumbuhan phytoplankton:
a.Setelah kelekap tumbuh atau 3-5 hari sebelum penebaran nener, tambak diberi
tambahan pupuk kemudian diisi air .
b. Tambahkan 50 kg urea/ha dan 25 kg TSP/ha.Urea dan TSP dapat dibungkus
dalam kantong pupuk yang biasa dijual dan diletakan di depan atau di dasar pintu
masuk. Pupuk dalam kantong akan larut dan
masuk ke dalam tambak bersama iar yang mengalir
lewat pintu masuk, 3-5 hari setelah pengisian air,
lakukan penebaran nener.
10
Bongkar lubang tersebut, dan kalu perlu juga tanah disekitar lubang
Tutup lubang tersebut dengan campuran tanah liat dan kapur dengan
perbandingan 1 : 1
Dapat juga ditambahkan, diberikan batang pepaya yang dibelah pada bagian
luar lubang.
Pematang akan lebih baik lagi, kalau pada pematang tersebut sengaja dibuatkan
inti pematang. Inti pematang dapat terbuat dari balokan tanah yang dibasing saling
bersilangan, atau dapat dibuat dari adukan tanah liat dan kapur. Sedangkan pada luar
pematang dapat berupa tanah biasa (setempat) dapat juga ditambahkan dengan
lembaran bambu (gribig).
Pada perbaikan saluran, pada dasarnya sama dengan perbaikan pematang, yaitu
dapat diatasi dengan cara menggunakan campuran tanah dan kapur. Apabila diperlukan
juga dapat dilakukan dengan menutup dengan bahan plastik atau bilahan bambu juga
batubata saluran dari tanah).
Sedangkan saluran yang terbuat dari betonan, dapat diatasi seperti layaknya
kita membuat betonan, yaitu dengan menggunakan pasir dan semen atau dapat
ditambahkan batu/ bata
11
1.3.1. Mengisi Air ke Kolam/Tambak
Setelah dilakukan pemupukan tersebut diatas, kemudian air laut dimasukkan ke
petak peugetan asecara bertahap sampai ketinggian 5 10 cm. Selanjutnya air dalam
petakan tersebut dibiarkan menguap sampai keadaan tanah menjadi kering seperti
pada pengeringan yang pertama. Maksud dari pengeringan kedua ini adalah untuk
mineralisasi bahan organik pupuk tersebut.
Setelah dalam keadaan demikian, air baru dimasukkan ke petak secara bertahap
sampai dengan ketinggian 10 15 cm. Air yang akan dimasukkan ke tambak
hendaknya air yang sehat yaitu air pasang dari laut atau air hasil pengeboran. Pada
waktu memasukkan air ke tambak, hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga air
terpercik (dijatuhkan ke sesuatu lempengan benda) seperti pada gambar dibawah ini.
Parameter fisik air adalah: suhu/temperatur=26-30 derajat C; kadar
garam/salinitas=0-35 permil dan optimal=10-30 permil; kecerahan air=25-30 cm
(diukur dengan secchi disk).
Parameter kimia air adalah: pH=7,5-8,5; DO=4-8 mg/liter; Amonia (NH3) < 0,1
mg/liter; H2S< 0,1 mg/liter; Nitrat (NO3-)=200 mg/liter; Nitrit (NO3-)=0,5 mg/liter;
Mercuri (Hg)=0-0,002 mg/liter; Tembaga (Cu)=0-0,02 mg/liter; Seng (Zn)=0-0,02
mg/liter; Krom Heksavalen (Cr)=0-0,05 mg/liter; Kadmiun (Cd)=0-0,01 mg/liter;
Timbal (Pb)=0-0,03 mg/liter; Arsen (Ar)=0-1 mg/liter; Selenium (Se)=0-0,05 mg/liter;
Sianida (CN)=0-0,02 mg/liter; Sulfida (S)=0-0,002 mg/liter; Flourida (F)=0-1,5
mg/liter; dan Klorin bebas (Cl2)=0-0,003 mg/liter.
Untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam air, di tambak udang pola semi
intensif atau intensif pada umumnya petani tambak udang memasangnya beberapa
kincir (seperti pada gambar dibawah) atau dengan menggunakan oksigen cair (pada
perusahaan besar).
12
yang dipelihara. Jenis tersebut adalah klekap, lumut, plankton dan organisme dasar
(benthos). Cara memupuk yang telah dilakukan oleh petani tambak Bandeng di
Padaharja pada umumnya dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada saat sebelum tebar
benih sebanyak 40 Kg Urea dan 20 Kg TSP per hektar. Namun demikian, jarang sekali
semua jenis tersebut dapat hidup dan tumbuh dalam tempat dan waktu yang
bersamaan. Hal ini tergantung dari keadeaan kualitas tanah dan air serta kedalaman air
tambak.Yang dimaksud dengan klekap adalah kumpulan jasat renik yang disusun oleh
alga biru benthos, diatome,bakteria, dan organisme renik hewani.
Penyusun utama klekap ini adalah Oscillatoria dan diatome . bila klekap yang
ditumbuh di tambak berwarna kehijauan berarti jumlah Oscillatoria lebih dominan
dari pada diatome. Sedangkan apabila di tambak berwarna kecoklatan , berarti
diatomenya lebih dominan. Klekap yang berwarna hijau kecoklatan menunjukkan
perbandingan Oscillatoria dan diatome dalam klekap seimbang. Pada umumnya
klekap tumbuh dengan warna permulaan coklat muda, kemudian coklat tua, hijau tua,
hijau biru, dan akhirnya biru kehitaman.
Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan klekap adalah 5 40 cm. Hal ini
berarti bahwa untuk pertumbuhan klekap diperlukan kedalaman air tertentu yang tidak
begitu dalam. Kondisi yang demikian dapat menyebabkan air terlalu panas untuk
hampir semua jenis Nener. Oleh karena itu, khusus untuk pemeliharaan Nener, harus
dibuat caren yang cukup dalam (kira-kira sedalam 1 1,5 meter) dan tambak diberikan
pelindung. Pada waktu siang hari dan keadaan air terlalu panas, Nener akan
berlindung di caren.
Sedangkan pada waktu malam hari, suhu turun, sehingga Nener akan aktif
mencari makan dipelataran (bagian tengah tambak yang luas dan dangkal).
Salinitas yang terbaik untuk pertumbuhan klekap, berkisar antara 10 40 ppt.
Penumbuhan klekap pada salinitas yang tinggi tidak sesuai dengan pemeliharaan
bandeng, karena ikan bandeng umumnya tumbuh baik pada salinitas antara 10 30
ppt. Hal ini tidak menjadi persoalan dalam pemeliharaan ikan bandeng, karena ikan
bersifat yurihaline. Umumnya klekap yang tumbuh pada salinitas yang tinggi itu
banyak disusun oleh diatome. Sedangkan pada salinitas yang lebih rendah klekap
13
tersusun oleh Oscillatoria dengan jumlah diatome yang lebih sedikit, bahkan kadang-
kadang telah tercampur dengan alga-alga filamen.
Lumut adalah hijau filamen. Jenis lumut yang umum tumbuh di tambak
adalah lumut sutera (Chaetomorpha sp.) dan lumut perut ayam. Jenis alga hijau
filamen lainnya yang juga merupakan lumut adalah Cladophora sp. dan Vaucheria
sp. Lumut dapat tuimbuh dengan baik pada kisaran salinitas rendah, yaitu 25 ppt atau
lebih rendah.
Kedalam air yang sesuai untuk lumut berkisar antara 40 60 cm. Lumut
sebaiknya tidak ditumbuhkan di petak peugetan, karena dapat menjerat benih nener
maupun Nener, sehingga menyebabkan kematian benih tersebut. Oleh karena itu, bila
di petak peugetan tumbuh lumut, maka harus segera dihilangkan.
Sebagai petunjuk apakah jumlah dan komposisi pupuk yang digunakan sesuai
dengan pertumbuhan plankton adalah dengan mengukur kecerahan airnya.Untuk
mengukur kecerahan air tersebut dapat digunakan pinggan Secchi (Secchi disk). Bila
kecerahan air kira-kira 30 cm, berarti kepadatan plankton cukup baik dan aman bagi
kehidupan ikan dan Nener.
Akan tetapi apabila kecerahan kurang dari 25 cm, menunjukkan bahwa
populasi plankton itu terlalu padat (blooming) dan berbahaya bagi kehidupan ikan dan
Nener. Oleh karena itu harus segera dilakukan pergantian air dan jumlah pupuk untuk
pemupukan yang akan datang harus dikurangi. Untuk kecerahan air lebih dari 35 cm,
menunjukkan bahwa kepadatan plankton itu rendah dan jumlah pupuk untuk yang
akandatang harusw ditambah.
Penebaran benih ikan nener atau Nener dapat dilakukan, bila kepadatan
populasi plankton di petak sudah cukup dan layak bagi kehidupan ikan dan Nener
tersebut.
14
II. PENEBARAN NENER DITAMBAK
15
Ciri-ciri nener yang sehat dapat dilihat dari ciri-ciri umumnya yaitu :
1. Tubuhnya mulus, tidak terdapat luka, kemerahan
2. Sirip-siripnya utuh; tidak cacat, patah-patah
3. Warnanya tidak kusam
4. Gerakannya aktif
Secara anatomi, bentuk nener (larva ikan bandeng), gelondongan dan bandeng
dewasa tidak berbeda; yang berbeda adalah ukurannya saja. Dengan menggunakan
nener yang sehat, akan diperoleh target produksi yang sesuai dengan rencana. Hal ini
disebabkan nener yang sehat memiliki ketahanan tubuh yang baik, sehingga tingkat
mortalitas selama masa pengangkutan benih dan masa pembesaran rendah. Selain
nener yang sehat dalam pemilihan benih ikan bandeng, juga harus diperhatikan ukuran
nener tersebut. Ukuran benih yang akan ditebar ke dalam tambak pembesaran
sebaiknya seragam agar pertumbuhan ikan selama pemeliharaan juga akan seragam.
Ukuran ikan yang ditebar ke tambak pembesaran bisa dimulai dari ukuran nener
sampai gelondongan, yang membedakannya adalah waktu pe-meliharaan ditambak
pembesarannya. Jika yang ditebar adalah nener kecil maka waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai ukuran konsumsi yaitu 4 6 ekor/kg bisa mencapai lebih dari 6 bulan,
sedangkan jika yang ditebar adalah gelondongan, maka waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai ukuran konsumsi berkisar antara 3 4 bulan. Dalam memilih nener yang
berasal dari alam maupun panti benih dapat dilakukan dengan menghitung jumlah ruas
tulang belakang. Nener yang berkualitas baik memiliki jumlah ruas tulang belakang
antara 4445. Jumlah ruas tulang belakang dapat dihitung menggunakan mikroskop
sederhana pada pembesaran 10 kali ataupun kaca pembesar dengan nener ditempatkan
pada sumber cahaya seperti lampu senter.
16
Dengan mengetahui padat penebaran pada awal pemeliharaan, beberapa manfaat
akan diperoleh antara lain adalah :
1. Dapat menentukan jumlah pakan yang akan diberikan
2. Dapat mengoptimalkan tambak pembesaran sesuai dengan daya dukung tambak
pembesaran tersebut.
3. Dapat mengurangi timbulnya penyakit ditambak pembesaran.
4. Dapat menentukan target produksi pada akhir pemeliharaan.
Mengangkut benih adalah pekerjaan yang secara tidak langsung memaksa benih
pindah dari media asal benih (habitat asli) kedalam lingkungan yang baru, dimana
lingkungan yang baru akan sangat berbeda dengan lingkungan asal.
17
Pengangkutan benih pada dasarnya mengangkut benih dari satu tempat ketempat
lain dalam jumlah yang besar dengan cara yang mudah dilakukan dan menguntungkan
dengan tujuan yang lain yaitu agar benih sampai ketempat tujuan dalam keadaan sehat
dan tidak banyak yang mati. Hal ini dikarenakan besarnya kematian menjadi ukuran
keberhasilan dari suatu kegiatan pengangkutan dimana angka kematian tidak melebihi
10% dari benih yang diangkut.
Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada pagi hari, sekitar jam 5.00 sampai 6.00,
saat yang tepat untuk mengangkut benih hal ini dikarenakan dengan waktu yang
seperti itu udara masih sejuk sehingga benih mampu bertahan sampai tempat tujuan.
Apabila tempat asal benih dengan tempat yang baru sangat jauh jaraknya,
sebaiknya pengangkutan dilakukan sekitar pukul 3.00. pengangkutan pada jam ini
merupakan salah satu upaya untuk menekan kematian benih, diharapkan sampai
ditempat tujuan udara masih sejuk dan temperaturnya belum meningkat sehingga benih
tidak ada yang stress atau mati karena adanya perubahan temperatur udara.
18
oksigen yang terlarut dalam air, ini disebabkan karena permukaan air pengangkutan
masih berhubungan langsung dengan udara bebas dan proses diffusi oksigen tidak
terganggu maka kelarutan oksigend alam media pengangkutan relatif setabil. Adapun
jika perlu dilakukan menjaga kesetabilan oksigen dalam media pengangkutan akibat
proses diffusi maka sebaiknya diberikan aerasi, dengan begini proses diffusi akan lebih
sempurna karena diffusi oksigen tidak hnaya terjadi dipermukaan air tetapi disemua
bagian air yang bersinggungan dengan gelembung udara.
Cara pengangkutan terbuka dengan menggunakan aerasi ini sangat baik karena tidak
hanya memberikan oksigen yang cukup tetapi juga memberikan aliran air dalam
wadah pengangkutan. Pengangkutan dengan cara terbuka ini biasanya dilakukan jika
jarak tujuan relatif lebih dekat hal ini dikarenakan dengan penggunaan wadah terbuka
(tanpa tutup) sangat memudahkan air media pengangkutan tumpah.
19
Selanjutnya bagian dalam dilapisi kertas minyak atau plastik tebal agar tidak
bocor saat diisi air.
Keramba diisi air dari lingkungan asal sebanyak 50%, jangan merendam
keramba dalam kolam untuk pengisian agar kotoran tidak masuk didalamnya.
Benih dimasukkan secara perlahan-lahan sambil dihitung jumlahnya dan agar
tidak menimbulkan luka pada sisik. Dalam satu keramba berukuran sedang diisi
benih tidak lebih dari 3000 ekor.
Barulah keramba yang telah berisi air dan benih yang mengakibatkan ketinggian
air dikurangi sebatas 75% dan ditutup dengan anyaman bambu yang pertama
jarang agar tidak terkena cahaya matahari langsung.
20
adalah kantong plastik dengan ketebalan 0,02-0,05 mm, kantong plastik yang seperti
ini cukup kuat untuk diisi 10-15 liter dan cukup lunak untuk diikat erat.
Pada pengangkutan sistem tertutup ini harus ditambah oksigen murni, sehingga
oksigen yang terlarut dalam media pengangkutan mencukupi untuk kebutuhan
pernapasan. Pengangkutan secara tertutup dapat ditempuh dengan jarak
pengangkutan yang cukup lama dan tidak kawatir terjadi tumpah, jika pengangkutan
dengan menggunakan kantong plastik sebaiknya kantong plastik dirangkap dengan
tujuan untuk menghindari terjadinya kebocoran, cara lain yang dapat dilakukan yaitu
dengan memasukkan kantong plastik dalam kardus karton/karung goni. Jika
pengangkutan menggunakan jerigen tertutup maka sangat kecil terjadi kebocoran
hanya akan mengalami kesulitan pada saat pengisian dan pembongkaran, disamping
itu sering terjadi kebocoran pada bagian tutup derijen atau pada sambungan pipa
pengisian oksigen.
Dengan pengangkutan secara tertutup ini benih mampu bertahan dari kematian
sekurang-kurangnya 5 sampai 7%.
21
Air dimasukkan dengan menggunakan gayung dan corong, air yang dimasukkan
sebanyak 75%. Untuk pengisian jerigen janganlangsung direndam dalam kolam
karena hal ini akan memasukkan kotoran-kotoran yang ada.
Selanjutnya benih dimasukkan melalui lubang pengisian, memasukkan benih
dalam jerigen sebaiknya langsung dihitung. Memasukkan benih dilakukan
dengan cara hati-hati agar tidak menimbulkan luka dan dapat menghitung
jumlahnya secara pasti.
Setelah itu lubang pengisian ditutup. Masukkan selang plastik ke dalam masing-
masing lubang. Barulah oksigen dialirkan kedalam jerigen melalui salah satu
selang. Pada waktu pengisian oksigen ir yang ada dalam jerigen akan kelaur
melalui lubang satunya , biarkan air sampai sebatas 75%.
Menutup kedua lubang tersebut dengan selang yang saling berhubungan.
22
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pegangkutan Ikan
1. Faktor Fisik
a. Suhu air
Ikan tergolong dalam golongan hewan berdarah dingin, sehingga suhu tubuhnya akan
menyesuaikan dengan suhu lingkungan dimana suhu air akan mempengaruhi cepat
tidaknya proses metabolisme. Pengangkutan dengan mempertahankan suhu 14oC-16oC
dapat ditempuh dengan waktu pengangkutan yang lebih lama yaitu 65,5 jam
sedangkan ikan yang diangkut dengan mempertahankan suhu 25 oC-27oC hanya dapat
ditempuh dengan waktu pengakutan 27,6 jam.
Suhu yang optimal dalam pengangkutan dengan sistem ini adalah pada suhu 20 oC
karena pada suhu ini aktivitas ikan sudah dapat berkurang sehingga proses
metabolisme nerkurang dan penggunaan oksigen dapat dihemat, jika terjadi kenaikan
suhu sekitar 10oC maka penggunaan oksigen akan terjadi dua kali lipat lebih banyak.
c. Oksigen terlarut
Kekurangan oksigen merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian pada
ikan dalam pengangkutan, karena oksigen merupakan salah satu syarat utama untuk
kehidupan ikan budidaya. Dalam kegiatan pengangkutan benih kandungan oksigen
tidak boleh kurang dari 2 ppm. Pada media pengangkutan dengan suhu 20 oC maka
sebaiknya kandungan oksigen dalam wadah pengangkutan sebesar 5 ppm.
Kelarutan oksigen dalam air tergantung dari tekanan, suhu dan kadar garam. Ketiga
faktor tersebut saling keterkaitan satu sama lain dimana makin tinggi tekanan maka
23
makin tinggi pula kelarutan oksigen dalam air sedangkan semakin tinggi suhu atau
kadar garam maka kelarutan oksigen makin rendah. Sehingga untuk menjaga agar ikan
yang diangkut tetap sehat maka jika sudah menempuh waktu yang cukup lama maka
sebaiknya wadah pengangkutan (tertutup) diberi oksigen murni.
d. Karbondioksida
Karbondioksida terbentuk dalam wadah pengangkutan adalah sebagai hasil dari
kegiatan pernapasan. Pada pengangkutan yang menggunakan sistem terbuka terdapat
proses pengeluaran CO2 keudara bebas dari air sedangkan pengangkutan sistem
tertutup tidak ada, walaupun kenaikan CO2 yang tinggi dalam air dapat dilakukan
dengan cara penambahan O2 murni dalam air pengangkutan.
2. Faktor Biologi
a. Air sebagai media
Dalam pegangkutan ada 3 jenis air media yang dapat digunakan yaitu :
- Air suling, yaitu air yang telah mengalami penyulingan sehingga air ini kurang tepat
untuk media pegangkutan karena kandungan mineral dalam air pegangkutan akan
sangat sedikit.
- Air saring, yaitu air yang berasal dari sumber/kolam pembenihan yang masih bersih
yang belum mengalami pencemaran baik secara kimia maupun secara biologi yang
kemudian disaring untuk dibuang kotorannya. Jenis air ini adalah jenis air yang
paling baik digunakan untuk pegangkutan.
- Air biasa, air yang berasal dari sumber benih, tetapi tidak dilakukan penyaringan
terlebih dahulu. Kandungan bahan organik dalam air ini akan sangat tinggi sehingga
air ini kurang baik jika digunakan untuk media pegangkutan, hal ini dikarenakan
dengan kandungan bahan organik yang tinggi maka akan terjadi persaingan dalam
memanfaatkan oksigen antara bahan organik dengan benih yang diangkut.
24
Jumlah ikan, ukuran dan waktu yang akan ditempuh selama pengangkutan harus
diketahui karena ini menyengkut dengan banyaknya oksigen terlarut yang dibutuhkan
selama pengangkutan, sehingga dapat menekan kematian serendah mungkin selama
proses pengangakutan. dalam pengankgutan benih ikan, lama ataupun waktu yang
diperlukan harus diperhitungkan, karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
penggunaan oksigen yang tersedia.
Untuk mengetahui faktor ini dapat digunakan rumus sebagai berikut :
C
N=
T.W2/3
C = N.W2/3.T
c. Kesehatan ikan
Dalam pengangkutan benih ikan, kesehatan harus diperhatikan baik dari penangkapan
benih, pemberokan sampai dengan penanganan setelah sampai di tempat tujuan.
Penangkapan benih harus dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan alat tangkap
yang halus untuk mengurangi stres dan menghindari terjadinya luka ataupun sisik
lepas yang dapat menjadi tempat berkembangnya penyakit.
Kondisi benih yang akan diangkut sebaiknya dalam keadaan sehat dan segar. Benih-
benih ikan yang terserang penyakit, luka dan kondisi tubuh yang sudah lemah harus
dibuang. Hal ini untuk mencengah terjadinya kematian pada saat pangangkutan yang
akhirnya dapat mempercepat buruknya kualitas air dalam wadah pengangkutan.
25
III. TEKNIK PEMBESARAN IKAN BANDENG
Salah satu masalah ysng dihadapi pada system polikultur adalah penentuan
kombinasi spesies ikan yang paling efektif dalam memanfaatkan makanan alamiah
yang dikolam.
26
Adapun keuntungan budidaya sisten polikultur adalah :
-Makanan alamiah yang tersedia dikolam dapat dimanfaatkan oleh ikan secara
efektif, sehingga tidak ada lagi makanan alamiah yang terbuang sia-sia.
-Penggunaan lahan menjadi lebih efisien, hal ini dikarenakan dengan penggunaan
system polikultur ini dapat dipelihara ikan dalam jumlah padat tebar yang tinggi
-Produksi setiap spesies ikan akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil
pemeliharaan dengan system pemeliharaan satu jenis spesies atau monokultur.
27
Adapun karena konsep yang digunakan adalah sebagai berikut :
- rumput laut berfungsi sebagai penghasil oksigen dan tempat berlindung bagi
ikan- ikan kecil dari predator.
- rumput laut penghasil agar- agar itu juga mampu menyerap racun-racun yang
terkandung dalam air tambak.
- Dapat menghasilkan klekap yang biasanya menjadi makanan ikan bandeng. Bagi
udang, lingkungan di sekitar rumput laut merupakan penyedia makanan berupa
plankton dan jasad renik
Selain polikultur dengan rumput laut ikan bandeng juga dapat dibesarkan dengan
udang, tentunya harus menganut sistem simbiosis matualisme, hal ini dikarenakan
kedua komunitas harus saling memberikan dampak yang positif satu dengan yang
lainnya, untuk polikultur seperti ini yang merupakan penghasilan pokok tergantung
dari pembudidaya bisa ikan bandeng ataupun udang .
UDANG BANDENG
Euryhaline Euryhaline
Nokturnal (Aktif pada malam hari) diurnal (Aktif pada siang hari)
kanibalisme Makanan klekap
28
3.3. Pembesaran Ikan Bandeng Di KJA
29
terhadap salinitas maupun suhu. Penebaran hendaknya dilakukan pada pukul 06.00-
08.00 atau 19.00-20.00 untuk menghindari stres terhadap ikan akibat perubahan
kondisi lingkungan perairan.
Padat tebar sangat dipengaruhi ukuran ikan dan luas wadah budidaya. Selain itu,
sifat perenang cepat dan melawan arus juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan
kepadatan. Dan kepadatan mempengaruhi pemanfaatan ruang gerak, peluang
mendapatkan pakan serta kualitas air terutama konsentrasi oksigen terlarut. Dalam
kondisi ikan berjejal, persaingan penggunaan oksigen terlarut sangat tinggi terutama
pada malam hari di saat arus tenang sehingga penurunan oksigen terlarut cukup
drastis. Konsentrasi oksigen terlarut dalam KJA yang ditebari 750 ikan/m3 dapat
mencapai 2 ppm saat pasang tertinggi atau surut terendah yang terjadi di malam hari.
Pemeliharaan ikan bandeng di KJA, seluruhnya mengandalkan pakan buatan. Karena
itu, teknik, jumlah, waktu dan frekuensi pemberian pakan perlu diperhatikan dengan
cermat. Umumnya pakan diberikan sebanyak 5 - 10 % dari total berat ikan per hari
dengan metode satiasi (sekitar 90 % ikan dalam kondisi kenyang). Pemberian pakan
sebaiknya dilakukan pada saat surut atau pasang duduk (mencapai puncak dan surut
terendah), atau di saat arus sangat lemah, sebanyak 2-3 kali sehari, yaitu pagi antara
pukul 07.00-08.00, siang antara 11.00-12.00 dan sore sekitar pukul 16.00-17.00.
Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak banyak terbuang, karena
pada saat pemberian pakan, bandeng bergerak aktif berebutan sehingga menimbulkan
gerakan arus air dalam KJA.
Pertumbuhan ikan perlu dipantau tiap 2 minggu sekali untuk memperoleh data
dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan serta mengevaluasi perkembangan
bobot dan kesehatan ikan peliharaan. Jumlah sampel sebaiknya tidak kurang dari 50
ekor yang diambil secara acak. Penimbangan berat dan pengukuran panjang dilakukan
terhadap sampel yang telah dibius dengan phenoxy ethanol 200-225 ppm.
30
IV. PENGENDALIAN HAMA/PENYAKIT
4.1. Hama
4.1.1. Jenis Hama
Yang dimaksud dengan hama adalah suatu organisme hidup yang sering
mengakibatkan kerugian bagi organisme lainnya baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Dengan adanya hama dalam media pemeliharaan maka kerugian yang
mungkin terjadi adalah penyusutan jatah pakan, kehilangan dari sebagian biota yang
dibudidayakan dan kerusakan fasilitas. Oleh karena itu berdasarkan kerugian yang
dapat ditimbulkan dan sifat-sifatnya hama dapat dibedakan menjadi :
Pemangsa (predator)
Penyaing (competitor)
Penganggu (post)
Pembawa Penyakit (vektor)
31
2. Cara Kimiawi (penggunaan pestisida)
Langkah ini adalah merupakan langkah alternatif terakhir maksudnya dilakukan
apabila cara fisik mengalami hambatan, misalkan pengeringan secara total sulit
dilakukan maka dapat dilaksanakan cara ini. Yang perlu diperehatikan dalam penerapan
cara ini adalah harus hati-hati baik dalam pemilihan jenis maupun penentuan dosis yang
akan dipergunakan, karena apabila dilakukan dengan ceroboh maka akan
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit.
Pananganan hama dengan cara kimiawi ini akan menguntungkan dalam hal
efisiensi dalam hal tenaga dan waktu dibandingkan dengan pananganan secara fisik.
32
Penyebab timbulnya penyakit ikan secara umum dalam suatu proses kegiatan
budidaya dibagi menjadi 2 yaitu :
Penyakit yang ditimbulkan oleh parasit, yang dimaksud dengan parasit adalah
merupakan suatu bentuk organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri baik
dalam tubuh ikan ataupun dalam media pemeliharaan yang sifatnya merugikan biota
yang kita pelihara.
Penyakit yang ditimbulkan oleh faktor non parasit. Penyakit ini biasanya
dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan biotik
dan abiotik. Lingkungan biotik misalnya adalah blooming alga, larva atau imoga
serangga, sedangkan lingkungan abiotik adalah suhu, oksigen dalam air, pH air, dan
populasi.
Dari keterangan diatas dapat diartikan bahwa adanya penyakit pada suatu kegiatan
budidaya disebabkan oleh interaksi antara 3 (tiga) faktor, yaitu :
1. Keberadaan ikan sebagai inang/host
2. Lingkungan (Enviroment)
3. Penyebab penyakit (patogen)
Interaksi antara ketiga faktor utama tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
- masalah ginetik
- cemaran - cacat fisik
- senyawa toksin patoge ikan - kerusakan fisik
- perubahan lingkunga n
n - stres
lingkungan (suhu, - kekurangan nutrisi
salinitas, dll)
- virus
- bakteri
- jamur
- parasit
33
4.2.2. Penanggulangan Penyakit Ikan
Ada 3 (tiga) metode yang harus dilakukan agar kegiatan budidaya berhasil yaitu :
- Metode fisik
Metode fisik menitik beratkan pada toleransi fisiologis dari agen penyakit untuk
kondisi yang merugikan seperti menambah atau menurunkan temperatur,
menghilangkan kelembaban, menghilangkan sumber patogen untuk mencengah
kontak antara agen penyakit dengan inang. Patogen potensial dapat dimusnahkan
dengan radiasi ultaviolet dan proses microfilterasi, polusi karena bahan kimia
dapat diiliminir dengan filter karbon, biofilter dan aliran air. Menghilangkan
microflora yang merugikan dapat diatasi dengan cara pengeringan
permukaankolam dan ikan yangs udah terinfeksi baik yang baru maupun selama
pemeliharaan segera mungkin dipisahkan dan diberikan perlakuan pengobatan
sesuai dengan yang dianjurkan.
- Metode lingkungan
Pemantauan lingkungan merupakan tindakan penting dalam keberhasilan budidaya
ikan, tujuan utama dari monotoring lingkungan adalah melindungi inang dengan
mencengah penyebaran penyakit, yang diperhatikan dalam penerapan
monotoring lingkungan adalah :
Pemilihan lokasi yang sesuai
Kualitas air yang baik
Padat tebar ikan yang sesuai dengan kapasitas bak budidaya, hal ini
berhubungan dengan ruang gerak ikan dan pemanfaatan pakan.
Sanitasi sarana dan prasarana
Melakukan sampling minimal satu bulan sekali, ini untuk mengamati
pertumbuhan ikan, untuk menentukan dosis pakan yang diberikan pada bulan
berikutnya dan untuk menentukan dosis pemberian obat melalui pakan.
Pemberian pakan yang berkualitas
Grading, dilakukan untuk memisahkan ukuran ikan karena dengan
pertumbuhan yang tidak sesuai juga akan mempengaruhi pemanfaaatan ruang
gerak dan pakan.
34
Mencengah terjadinya stres
Prosedur akhir, misalnya disinfeksi sistem air masuk yang membawa
patogen dengan pengosongan dan pengeringan wadah angkut atau kolam.
- Metode kimia
Penerapan metode ini adalah untuk melindungi dan mencengah terjadinya
penyakit baik itu parasit eksternal maupun penyakit stres yang berhubungan
dengan penyakit bakterial. Untuk penerapan metode ini harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku yaitu keputusan menteriNo Kep.26/MEN/2002 tentang
penyediaan, peredaran, penggunaan dan pengawasan obat ikan.Untuk memudahkan
penerapan metode kimia yang perlu untuk diketahui adalah gejala gejala klinis
utama ikan sakit
Cara pengobatan terhadap ikan yang sakit dapat ditempuh dengan jalan :
Hand dipping
Cara ini dilakukan dengan memasukkan ikan-ikan yang terserang parasit
kedalam bak/happa /tempat lain yang telah berisi larutan kimia dengan
konsentrasi tertentu, selawa waktu tertentu. Untuk proses ini wakru yang
dianjurkan adalah sekitar 5-30 detik.
Short bathing
Cara ini dilakukan dengan memasukkan ikan yang terserang parasit ke
bak/happa/tempat lain yang berisi larutan kimia dengan konsentrasi tertentu
dalam waktu yang tertentu juga. Untuk cara ini waktu yang diperlukan sekitar
15-30 menit.
Long bathing
Yaitu memasukkan ikan-ikan yang terserang parasit kedalam bak/happa/tempat
lain yang berisi larutan kimia dengan konsentrasi tertentu dengan waktu yang
relatif lama yaitu sekitar 1 jam sampai beberapa hari.
Pond treratment
Cara ini dilakukan dengan melakukan penanganan pada kolam tempat
pemeliharaan, caranya yaitu dengan memindahkan ikan-ikan yang ada dalam
kolam kedalam bak atau wadah lain, kemudian kolam dikeringkan setelah itu
35
kolam diberikan larutan kimia atau bahan-bahan kimia dengan dosis tertentu
dalam waktu beberapa hari sehingga kolam bebas dari penyakit.
Selain jenis dan ukuran ikan yang akan diobati, dalam proses pengobatan ikan
yang sakit disesuaikan dengan jumlah ikan yang akan diobati, jika ikan yang terserang
cukup banyak maka sebaiknya pengobatan dilakukan secara masal namun sebaliknya
jika ikan yang akan diobati hanya dalam jumlah yang sedikit dari jumlah total maka
sebaiknya pengobatan dilakukan secara seleksi, namun yang perlu diingat setiap ikan
yang ada didalam media pemeliharaan terserang penyakit maka wadah dan media
pemeliharaan dalam hal ini adalah air pemelihaeaan harus ditangani juga karena bisa
jadi terdapat sisa penyakit didalam media pemeliharan, oleh karena itu bila dalam satu
wadah terserang penyakit maka sebaiknya seluruh ikan dipindahkan ketempat lain.
36
V. PEMANENAN IKAN BANDENG
Setelah melakukan pemeliharaan selama 4-6 bulan, atau setelah ukuran panen yang
diinginkan/ukuran pasar tercapai, ikan dipanen. Ukuran panen tersebut berkisar antara 150-
300 gram per ekor.
37
Cara pemanenan ada 2 macam yakni pemanenan penjarangan dan pemanenen total.
Panen penjarangan diakukan ketika tambak masih ada air, sedangkan panen total dilakukan
melalui pengurasan air tambak.
38
penangkapan ini selanjutnya ditangkap menggunakan serokan, jala atau jaring secara
berulang-ulang. Segera ikan yang tertangkap dimasukkan ke dalam tempat
penampungan sementara. Panen dilakukan untuk meringankan pekerjaan pada saat
panen total, karena ikan yang dipanen berkurang. Panen ini juga bermanfaat untuk
mendapatkan hasil tangkap yang berkualitas baik, karena ditangkap dalam keadaan
hidup, sehingga masa kesegaran ikan lama/tidak cepat busuk, bahkan bisa diupayakan
hidup hingga di tangan konsumen. Pemanenan penjarangan tidak biasa dilakukan jika
ikan yang dipelihara tidak banyak atau hasil panen penjarangan terlalu sedikit, sehingga
tanggung untuk diangkut atau dijual.
b. Pemanenan Total
Pemanenan total dilakukan melalui pengeringan tambak dan penangkapan seluruh ikan
yang ada. Pelaksanaannya dimulai dengan pengeluaran air tambak, ketika air laut
sedang surut, hingga air tambak hanya tersisa pada saluran dasar. Setelah itu pada
caren di bagian ujung tambak di pasang sepasang wide atau krey. Wide ini berfungsi
untuk menggiring bandeng agar berkumpul dan terkonsentrasi pada areal tertentu,
sehingga mudah ditangkap. Wide yang satu digerakkan ke arah kiri dan yang lainnnya
ke arah kanan, semuanya mengarah ke tempat penangkapan, yaitu di bagian caren yang
berada di depan pintu air Selagi wide ini digerakkan ikan bandeng dan ikan rucah
(terutama udang liar dan ikan-ikan yang lemah/mati) yang berkumpul sekitar wide
sudah mulai ditangkap. Alat yang digunakan berupa serokan, atau dengan tangan
langsung. Oleh karena itu harus ada orang yang bertugas menangkap ikan, selain yang
menggerakkan wide. Penangkapan yang lebih intensif dilakukan ketika kumpulan ikan
sudah terkonsentrasi di sekitar pintu air. Ikan yang tertangkap dikumpulkan dalam satu
tempat. Ikan harus diupayakan agar segera mati, tidak membiarkannya melompat-
lompat, agar fisik ikan tidak rusak dan kesegaran ikan lama. Pada pemanenan total
biasanya semua jenis ikan bercampur dan diseliputi lumpur. Lumpur ini segera
dibersihkan dan jenis ikan disortir. Satu jenis ikan dikumpulkan terpisah dari jenis
lainnya.
Kegiatan akhir dari pemanenan adalah mengecek hasil panen, yaitu dengan menimbang
dan menghitung jumlah bandeng yang berhasil dipanen.
39
Dengan menggunakan data sewaktu kita menebar nener dan data sewaktu panen, kita
bisa mengetahui berapa produksi, kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan bandeng
untuk tiap kali panen, yaitu :
Produksi kotor = Bt kg/musim
Produksi bersih = Bt B0 kg/musim
Kelangsungan hidup = (N/N0 )x100%
Pertumbuhan = (Wt-W0)/t
Keterangan :
Bt = Berat total ikan saat panen (kg)
B0 = Berat ikan saat tebar (Kg)
Nt = Jumlah ikan yang dapat dipanen panen (ekor)
N0 = Jumlah ikan saat tebar (ekor)
Wt = Berat rata-rata seekor ikan saat panen (gram)
W0 = berat rata-rata seekor ikan saat tebar (gram)
t = Lama pemeliharaan (hari)
Setelah masa pemeliharaan 4 bulan ikan bandeng mencapai ukuran 150-200 gram dan
produksi kotornya mencapai 400-700 kg permusim
40
VI. PENGADAAN PAKAN
Adapun bentuk dari pakan buatan adalah sebagai berikut : Berbentuk pellet, Granula
(butiran), Cramble (remah), Pasta dan Tepung.
41
Adapun faktor-faktor utama antara sumber pakan segar alami dan pakan pelet
kering, perbandingannya berlawanan atau bertentangan, faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
Pakan ikan berbentuk pelet, dalam proses pembuatannya dapat dibuat baik dengan cara
kompresi maupun ekstrusi. Meskipun pakan-pakan tersebut diformulasikan dari bahan-
bahan penyusun yang sama, namun secara mendasar berbeda dalam hal bahwa pelet
yang dikompresi akan segera tenggelam ketika dimasukkan kedalam air dan pelet yang
diekstrusi akan mengambang pada permukaan air.
42
Kebutuhan protein untuk ikan berbeda-beda menurut spesiesnya dan pada
umumnya berkisar antara 20% dan 60% protein. Ikan yang berukuran kecil atau
larva ikan membutuhkan pakan dengan kandungan protein lebih tinggi daripada
ikan yang berukuran besar.
2. Lemak
Lemak dan minyak, yang dengan istilah umum disebut lipid, meruepakan sumber
energi paling tinggi dalam pakan ikan. Pakan ikan yang baik mengandung lemak
atau minyak antara 4 dan 18%. Kelebihan lemak dalam pakan dapat mengakibatkan
kerugian pada ikan karena terlalu banyak lemak dalam tubuh ikan akan
mengakibatkan gejala liver lipoid degeneration (LLD), kerusakan lain akibat
kelebihan lemak adalah kerusakan pada ginjal, serta gejala adema dan anemia yang
dapat menimbulkan kematian pada ikan.
3. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi dalam pakan ikan. Bahan-bahan
pakan ikan yang banyak mengandung karbohidrat adalah jagung, dedak halus,
tepung terigu, tepung sagu, tepung tapioka dan bahan lainnya. Sedangkan bahan-
bahan tersebut selain berfungsi sebagai sumber karbohidrt ada juga yang memiliki
fungsi ganda yaitu sebagai bahan perekat dalam pembuatan pakan ikan. Kebutuhan
karbohidrat dalam pakan ikan tergantung dari jenis ikannya, seperti ikan mas
membutuhkan 20 30 % karbohidrat dalam pakannya.
4. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang diperlukan dalam tubuh dalam jumlah yang
sedikit, tetapi penting untuk mempertahankan kondisi tubuh yang normal. Vitamin
ini harus terdapat dalam bahan pakan karena tubuh tidak dapat membentuk sendiri.
Fungsi utama vitamin adalah sebagai berikut :
- Untuk mengatur proses metabolisme dalam tubuh
- Mempertahankan fungsi dari berbagai jaringan tubuh
- Mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru
- Membantu dalam pembuatan zat-zat tertentu dalam tubuh.
43
5. Mineral
Zat mineral umumnya dibutuhkan oleh ikan dalam jumlah yang sedikit namun
fungsinya sangat penting dalam tubuh ikan. Zat mineral mempunyai fungsi sebagai
bahan pembentukan jaringan tubuh seperti tulang, gigi dan sisik ikan. Disamping itu
zat mineral juga berfungsi sebagai bahan pengatur keseimbangan asam basa di
dalam tubuh, proses pembekuan darah dan proses metabolisme dalam
tubuh.Beberapa zat mineral diantaranya adalah ; Ca, P, S, Zn.
44
Bahan-bahan lokal yang sering digunakan untuk pakan ikan ini adalah dedak,
tepung jagung, tepung tulang, tepung darah, tepung ikan tepung benawa, tepung
bekicot, tepung tapioka, tepung sagu, tepung biji-bijian, tepung daun-daunan dan lain
sebagainya.sedangkan bahan pakan impor adalah bahan pakan ternak atau ikan yang
sengaja didatangkan dari negara lain seperti Amerika Serikat, RRC, India, Brazilia dan
negara-negara lain. Bahan-bahan impor sebagian besar terdiri dari tepung ikan, tepung
kedelai dan tepung terigu.
Diantara bahan-bahan pakan ikan ternyata tepung ikan merupakan bahan pakan
ikan yang paling banyak digunakan pada setiap pembuatan pakan ikan karena harga
tepung ikan ini cukup mahal, karena harga tepung ikan ini cukup mahal orang mencari
bahan lain seperti silase ikan, tepung kedelai dan tepung cacing serta bahan lain yang
kandungan proteinnya tinggi.
Bahan penyusun pakan sebaiknya digiling sehalus mungkin, pengecilan ukuran
partikel akan meningkatkan kecernaan dan daya simpan serta stabilitas pelet di dalam
air. Dalam penggunaan bahan-bahan pakan ikan tertentu perlu pula dipikirkan data-
data ekonomisnya dalam hubungan dengan pertumbuhan atau produksi ikan.
Mengenai bahan pakan ikan tidak saja perlu diketahui kandungan protein, lemak,
karbohidrat dan lain sebagainya, tetapi masih diperlukan pengetahuan tentang sifat
fisik dan kandungan zat-zat lain didalam bahan pakan ikan tersebut yang dapat
mempengaruhi nilai nutrisinya.
Contoh beberapa bahan pakan ikan yang perlu mengolahan tertentu adalah :
1. Kacang kedelai, yang merupakan sumber protein nabati, ternyata dalam bentuk
mentah mengandung zat penghalang berupa enzim trypsin inhibitor yang dapat
merendahkan nilai nutrisi dari kacang kedelai tersebut. Untuk menghilangkan enzim
tersebut dapat dilakukan dengan cara pemanasan dengan cara kacang kedelai tersebut
dimasak atau dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 140oC 150oC selama 2,5
menit. Pemanasan tersebut selain dapat menghilangkan enzim trypsin juga dapat
meningkatkan nilai nutrisi kacang kedelai yang akan digunakan dalam pembuatan
pakan.
2. Ikan mentah, kebanyakan ikan mentah mengandung enzim thiaminase dalam
tubuhnya, yang dapat merusak thiamin (Vitamin B1) dalam tubuh ikan tersebut.
45
Tetapi thiaminase ini dapat dihancurkan dengan cara memasak atau memanaskan
ikan pada suhu 88oC 93oC selama 1 2 menit atau kurang dari 5 menit pada suhu
82oC sehingga nilai nutrisi ikan tersebut akan lebih baik. Pada dedak padipun juga
diduga terdapat enzim tiaminasi ini.
3. Daun lamtoro, salah satu bahan pakan nabati dengan kandungan protein yang cukup
tinggi yang pada umumnya digunakan untuk pakan ternak tetapi tidak menutup
kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk campuran dalam pembuatan pakan untuk
ikan dan udang. Penggunaan daun lamtoro terbatas sekali dalam pakan udan atau
ikan karena adanya mimosine yang bersifat racun terhadap ikan dan udang.
Menghilangkan enzim mimosine ini dapat dilakukan dengan cara merendam daun
lamtoro dalam air selama 42 jam. Sebaiknya perendaman dilakukan dalam air yang
mengalir dan diharapkan rata-rata 90% mimosine dapat dihilangkan dengan cara ini.
Setelah direndam daun lamtoro itu lalu dikeringkan dalam udara selama 2 hari dan
selanjutnya dijadikan tepung.
Masih banyak bahan pakan lainnya yang diduga memerlukan pengolahan tertentu
untuk meningkatkan nilai nutrisinya dan menghindarkan timbulnya akibat
sampingan.
Dalam pemilihan bahan baku untuk pembuatan formulasi pakan ikan yang
mempunyai beberapa persyaratan yang harus karena hal ini menyangkut dari
kuantitas dan kualitas pakan yang akan dihasilkan.
Persyaratan bahan baku untuk pembuatan pelet ikan adalah sebagai berikut :
a. Bahan tersebut mempunyai nilai gizi yang tinggi
b. Bahan pakan tersebut mudah untuk dapat diperoleh dan
c. Mudah diolah
d. Tidak mengandung racun
e. Harganya relatif murah
f. Bukan merupakan makanan pokok manusia sehingga tidak merupakan saingan
Formulasi pakan ikan biasanya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan dipelihara
atau teliti, apakah ikan yang akan diberi makan adalah termasuk ikan karnivora, ikan
46
herbivora dan omnivora. Untuk ikan karnivora maka bahan pakan yang banyak
digunakan adalah bahan yang berasal dari hewan, untuk ikan herbivora maka bahan
pakan yang digunakan adalah bahan nabati sedangkan untuk ikan omnivora maka
bahan nabati dan hewani harus seimbang
Dalam kebanyakan pakan untuk hewan atau ternak protein merupakan bagian
yang cukup mahal harganya dan biasanya merupakan zat gizi pertama dalam
membuat formulasi pakan ikan.
Berdasarkan tingkat kandungan protein bahan-bahan pakan ikan terbagi atas :
1. Pakan protein basal, yaitu bahan pakan ikan, baik nabati maupun hewani yang
kandungan proteinnya dibawah 20%, pakan protein basal ini disebut juga pakan
suplemen energi (energi supplement).
2. Pakan protein suplemental, yaitu bahan pakan ikan yang kandungan proteinnya
diatas 20%.
Dari pembagian kandungan protein diatas maka dapat kita buat suatu
formulasi pakan dengan kandungan protein yang sesuai dengan harapan dari si
pembuat yang disesuaikan dengan kebutuhan ikan akan kandungan protein.
Adapun dalam menentukan formulasi pakan ikan bahan-bahan yang
digunakan harus sudah diketahui atau sudah dianalisis komposisi gizi yang
terkandung didalamnya, seperti protein, lemak, karbohidrat dan lain sebagainya. Hal
ini sangat penting sekali untuk menentukan kualitas bahan yang akan digunakan,
dalam kaitannya dengan kebutuhan nutrisi untuk ikan.
Langkah-langkah kerja pembuatan pellet secara sederhana yaitu sebagai
berikut :
a. Bahan-bahan yang sudah tersedia harus diolah kembali atau dicampurkan menjadi
partikel-partikel kecil atau menjadi tepung,
b. Bahan ditimbang dan dicampur secara merata
c. Setelah homogen maka bubuhi air sebanyak 35 40% dari bobot total bahan yang
akan dibuat pelet, aduk sampai homogen
47
d. Hasil adukan dimasukkan kedalam alat cetak pelet (mesin penggiling daging)
yang diameter lubangnya sesuai dengan diameter pelet yang dibutuhkan.
e. Setelah keluar dari alat pencetak maka pelet tersebut dipotong-potong dan dijemur.
2. Vitamin dan mineral, hal ini untuk menghindari gangguan kurang vitamin dan
mineral terhadap pembentukan jaringan tubuh ikan.
3. Garam dapur (NaCl). Jumlah penggunaannya dapat mencapai 2 persen. Selain
berfungsi sebagai bahan pelezat (rasa gurih).
4. Bahan Perekat, beberapa bahan yang berfungsi sebagai bahan perekat antara lain
adalah agar-agar, selatin, tepung kanji, tepung terigu, tepung sagu dan lain-lainnya.
Fungsi dari bahan perekat adalah untuk mempertinggi ketahanan pakan ketika
dalam air sagar pakan tersebut tidak cepat hancur. Untuk bahan perekat yang
banyak digunakan adalah tepung tapioka dan tepung kanji, jumlah penggunaan
bahan perekat dapat mencapai 10 persen dari seluruh bobot ramuan.
48
Persyaratan Pakan Buatan Untuk Ikan
- Ridak berjamur
- Memiliki stabilitas yang baik ketika berada dalam air sehingga tidak mudah hancur
dalam air
- Kandungan gizi sesuai (tertera pada label)
- Tidak mengandung racun sehingga tidak berbahaya baik pada ikan ataupun lingkungan
- Bisa disimpan dalam waktu yang cukup lama
- Baunya merangsang (khas bau pelet)
- Mudah untuk memperolehnya hal ini berkaitan dengan bahan-bahan pembentuk pakan
tersebut
- Pakan tidak banyak debu halus/debu pakan
Pada awal pemberian pakan ketika pemeliharaan ikan dimulai, sering kali ikan
tidak mau makan, apalagi kalau pakan yang diberikan bukan yang biasa dimakan pada
lingkungan sebelumnya. Untuk bisa menerima pakan baru misalnya dari kebiasaan
makan ikan rucah menjadi pemakan pelet, maka sebaiknya dilakukan pembelajaran
kebiasaan makan secara bertahap.
49
Beberapa hal yang penting dalam pembelajaran makan ikan ini adalah ikan
diberikan pakan baru ketika ikan benar-benar dalam keadaan lapar sekali yaitu dengan
mencampur makanan asal dengan makanan baru. Porsi pakan yang baru ditingkatkan
secara bertahap (gradual) sedikit demi sedikit, sementara porsi pakan lama dikurangi.
Tingkat pemberian pakan ditentukan oleh ukuran ikan dimana sebakin besar ikan
maka feeding-ratenya semakin kecil, tetapi jumlah pakan hariannya semakin besar,
maksud dari pernyataan ini yaitu semakin besar ikan jumlah pakan yang diberikan
sebenarnya semakin kecil namun jumlah pakan yang diberikan perhari akan semakin
besar, hal ini bertentang dengan pemberian pakan untuk skala pembenihan dimana
feeding-rate pakan yang diberikan akan semakin besar hal ini karena ikan yang masih
kecil membutuhkan pakan dalam jumlah yang cukup besar untuk memperlancar
pertumbuhan jaringan-jaringan tubuhnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pemberian pakan yang akan diberikan
kepada ikan peliharaan setiap harinya, namun yang terpenting adalah suhu air, ukuran
ikan, dan kualitas air selain itu ada beberapa faktor lainnya. Suhu air yang rendah akan
mempengaruhi proses metabolisme didalam tubuh ikan sehingga pada batas-batas suhu
air terendah kadang-kadang ikan tidak mau makan. Demikian juga bila kandungan
oksigen terlarut dalam air rendah maka nafsu ikan dengan sendirinya akan berkurang.
Sehingga apabila prosentase pakan yang diberikan cukup tinggi maka kemungkinan besar
akan mempengaruhi kualitas air tempat pemeliharaan ikan tersebut.
Secara berkala jumlah pakan harian ikan disesuaikan dengan pertambahan bobot
ikan dan perubahan populasi. Untuk imformasi bobot rata-rata dan populasi ikan akan
diperoleh apa bila dilakukan kegiatan pemantauan ikan dengan cara sampling, oleh
karena itu dengan sendirinya penyesuaian pakan ditetapkan setelah proses sampling.
Pakan buatan yang diberikan harus berkualitas tinggi, karena larva membutuhkan
pakan untuk membantu pembentukan jaringan-jaringan tubuhnya maka pakan yang
50
diberikan harus mengandung kandungan protein yang cukup banyak disamping
kandungan gizi lainnya. Dan yang sangat penting untuk diperhatikan dari pakan buatan
adalah daya cerna yang tinggi sehingga pakan buatan itu mudah sekali dicerna oleh
burayak atau larva ikan tersebut.
Untuk biota yang dipelihara dalam wadah pemeliharaan (baik ikan ataupun udang)
yang bersifat nokturnal (aktif pada malam hari) maka sebaiknya jumlah pakan yang
diberikan lebih banyak pada sore hari akan biota yang bersifat nokturnal adkan mencari
makan pada malam hari sedangkan untuk pagi hari dan siang hari biota tersebut akan
bersembunyi oleh karena itu jumlah makanan sore hari sebaiknya lebih banyak dari
makanan pagi hari.
Ada cara lain untuk mengetahui kualitas pakan yaitu dengan menghitung efesiensi
pakan dengan rumus sebagai berikut ;
(Wt + D) Wo
Efesiensi Pakan = x 100%
F
51
Konversi pakan diartikan sebagai kemampuan spesies akuakultur mengubah pakan
menjadi daging, sama halnya dengan FCR (feed conversion ratio) yang merupakan ukuran
yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging
ikan kultur.
Nilai konversi pakan sangat tergantung dari kebiasaan makan, ukuran ikan yang
kita pelihara, kualitas air (baik itu kandungan oksigen dalam air, kandungan amonia, pH
dan sebagainya) juga tergantung dari kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan.
52
Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan
Mengenai frekuensi pemberian pakan kepada ikan setiap harinya, belum didapatkan
data-data lengkap. Namun dalam penentukan frekuensi pakan ini ada pengaruhnya
terhadap pertumbuhan ikan. Pada umumnya ukuran ikan yang masih kecil akan lebih
sering diberikan pakan perharinya dibandingkan dengan ikan yang berukuran besar.
Sebagai contoh untuk ikan mas yang berukuran burayak frekuen pemberian pakan
dilakukan sebanyak 6 sampai 7 kali dalam sehari sedangkan untuk ikan mas yang
berukuran lebih besar pemberian pakan dilakukan 2 sampai 3 kali sehari. Jadi yang
dimaksud dengan frekuensi pakan adalah banyaknya waktu yang yang digunakan untuk
memberikan pakan setiap hari atau berapa kali pakan diberikan kepada ikan yang
dipelihara dalam waktu perharinya. Oleh karena itu frekuensi ini terkait dengan waktu
pemberian pakan, sebagaimana kita ketahui pada umumnya semakin besar ukuran ikan
frekuensi pemberian pakan akan semakin jarang. Frekuensi pemberian pakan berkaitan
dengan laju evakuasi pakan didalam lambung dan ini tergantung pada ukuran dan jenis
kultur serta suhu air.
Dalam pengujian fisis hal yang perlu kita lakukan adalah pengujian fisis terhadap
makanan buatan berbentuk pelet, yaitu antara lain mengenai kehalusan bahan bakunya ,
kekerasannya, daya tahannya di dalam air dan daya mengapungnya.
Kehalusan bahan baku dapat kita lakukan dengan menggilingnya lagi, kemudiab hasil
gilingannya kita amati. Berdasarkan besar kecilnya ikuran kita dapat membedakannya
menjadi beberapa macam golongan seperti misalnya sangat halus, halus, agak halus,
53
sangat kasar dan lain sebagainya. Kemudiand kita hitung persentase dari masing-masing
golongan, semakin banyak prosentase bagi yang halus maka sebakin baik mutu pelet yang
bersangkutan.
Pengujian kekerasan dapat kita lakukan dengan memberi beban pada pelet yang
bersangkutan dengan suatu pemberat yang mempunyai bobot tertentu. Pemberian beban
itu kita lakukan dengan beberapa macam pemberat sampai akhirnya pelet yang kita uji
tidak lmampu manahan beban tersebut. Pelet yang baik biasanya mempunyai tingkat
kekerasan yang tinggi, dan biasanya pelet dengan tingkat kekerasan yang tinggi
dihasilkan dari bahan baku yang benar-benar halus.
Pengujian daya tahan dalam air kita lakukan dengan jalan merendam pelet tersebut
kedalam air dingin. Waktu yang diperlukan samapi pelet tersebut hancur merupakan
ukuran daya tahannya. Makin lama waktu yang dibutuhkan sebakin baik mutu pelet
tersebut. Pelet untuk ikan setidak-tidaknya harus mempunyai daya tahan selama 10 menit
dalam air, sedangkan pelet untuk udang daya tahan dalam air harus lebih lama dari pelet
untuk ikan.
Untuk pengujian daya apung kita lakukan dengan jalan menjatuhkan pelet yang
bersangkutan kedalam air didalam akuarium (atau wadah lainnya yang dapat dipantau)
dengan kedalaman sekitar 20 cm, waktu yang diperlukan dari pelet menyentuh
permukaan air sampai tenggelam didasar adalah merupakan ukuran daya apung. Untuk
pelet ikan makin besar daya apungnya semakin baik, paling tidak harus bisa melayang
selama waktu 5 menit namun kebalikannya untuk pakan udang justru harus lebih cepat
tenggelam ke dasar.
2. Pengujian kemis
Pengujian kemis ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan zat-zat gizi dari
pakan yang bersangkutan, yaitu mengenai kadar protein, lemak, karbohidrat, abu, serat dan
juga kadar air. Untuk makanan kering seperti pelet, maka pengetahuan mengenai kadar air
sangat penting. Sebab apabila kadar airnya masih terlaldu tinggi makanan tersebut akan
cepat rusak dan berjamur. Pelet yang baik kdar airnya tidak boleh lebih dari 10 persen,
selain itu kandungan abu dan seratnya masing masing kurang dari 5 persen. Sedangkan
mengenai kandungan protein, lemak, karbohidrat tergantung dari jenis ikan dan umur ikan
54
yang akan kita beri makan. Sebagai patokan saja yang perlu kita padomani untuk pakan
yang baik kandungan proteinnya harus lebih dari 25 persen, kandungan lemak tidak lebih
dari 8 persen dan untuk kandudngan karbohidratnya sekitar 12 persen.
3. Pengujian biologis
55
Contoh menghitung formulasi pakan dua bahan baku
1. Gambarlah sebuah bujur sangkar dan letakkan nilai kandungan protein yang diinginkan
30%
2. Pada sisi kiri bujursangkar cantumkan 2 jenis bahan baku yang tersedia berikut nilai
kandungan proteinnya. Pada sisi atas bahan baku yang memiliki kandungan protein lebih
tinggi sedangkan posisi bawah yang memiliki kandungan protein lebih rendah.
30%
Dedak 9,6%
protein bahan baku antara nilai yang lebih besar dengan kandungan protein yang
tersebut.
Tepung ikan 60% Bagian Tepung ikan
30 9,6 = 20,4
30%
56
4. Lakukan penjumlahan masing-masing komponen bahan baku tersebut, yaitu : 20,4 +
30,0 = 50,4
5. Nilai yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Jumlah bahan baku tepung ikan yang diperlukan :
Untuk membuktikan kebenaran nilai kandungan protein sebesar 30% atau 30 gram setiap
100 gram formulasi dari bahan baku tepung ikan 40,48 gram dan dedak 59,52 gram adalah
sebagai berikut :
57
Formulasi tiga bahan baku atau lebih
1. Kelompokkan bahan baku yang termasuk ke dalam kelompok sumber protein utama
dan protein bukan utama atau penunjang. Buatlah rencana atau perkiraan yang akan
digunakan untuk masing-masing bahan baku tersebut. Misalkan bahan utama adalah
tepung ikan dan tepung kedelai, dengan rencana penggunaan tepung ikan 3 bagian dan
tepung kedelai 1 bagian. Untuk kelompok protein penunjang adalah dedak dan bungkil
kelapa, dengan rencana penggunaan adalah 2 bagian untuk dedak dan 1 bagian untuk
bungkil kelapa.
2. Hitung berat rata-rata kandungan protein dari tiap kelompok
a. Kelompok sumber protein utama :
3. Gambarlah sebuah bujur sangkar dan letakkan nilai kandungan protein yang
58
40%
4. Pada sisi kiri bujursangkar cantumkan 2 jenis bahan baku yang tersedia berikut nilai
kandungan proteinnya. Pada sisi atas bahan baku yang memiliki kandungan protein
lebih tinggi sedangkan posisi bawah yang memiliki kandungan protein lebih rendah.
Utama 56%
40%
5. LakukanPenunjang
perhitungan10,88%
dengan dengan melakukan pengurangan untuk setiap kandungan
protein bahan baku antara nilai yang lebih besar dengan kandungan protein yang
tersebut.
Jumlah bahan baku protein utama untuk setiap 100 gram formulasi pakan adalah
59
= 64,56 gram atau 64,56%
Jumlah bahan baku protein penunjang untuk setiap 100 gram formulasi pakan adalah
Dedak = 2 bagian
= 2/3 x 35,44 gram
= 23,63 gram (23,63%)
Bungkil kelapa = 1 bagian
= 1/3 x 35,44 gram
= 11,81 gram (11,81%)
60
Catatan :
40% atau 40 gram protein setiap 100 gram formulasi pakan dari bahan tepung ikan sebesar
48,42 gram, tepung kedelei 16,14 gram, dedak 23,63 gram, dan bungkil kelapa 11,81 gram
a. Jumlah protein dari tepung ikan adalah 48,42 gram x 60% = 29,05 gram
b. Jumlah protein dari tepung kedelei adalah 16,14 gram x 44% = 7,10 gram
c. Jumlah protein dari dedak adalah 23,63 gram x 9,6% = 2,27 gram
d. Jumlah protein dari bungkil kelapa 11,81 gram x 13,45% = 1,58 gram
Dengan demikian jumlah protein per 100 gram formulasi pakan adalah :
29,05 gram + 7,10 gram + 2,27 gram + 1,58 gram = 40,0 gram
61
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, T dkk, 1998. Budidaya Bandeng Secara Insentif. Penebar Swadaya. Jakarta
Idel, A. dan S. Wibowo. 1996. Budidaya Tambak Bandeng Modern. Gitamedia Press.
Surabaya
Martosudarmo, B. dan B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya,
Jakarta.
BBAP Jepara. 1985. Pedoman Budidaya Tambak. Ditjen Perikanan, BBAP Jepara.
Hadi, W. Dan J. Supriatna. 186. Tehnik Budidaya Bandeng. Bharata Karya Aksara. Jakarta
62