You are on page 1of 62

I.

MEMILIH LOKASI BUDIDAYA DAN PERSIAPAN


TAMBAK UNTUK IKAN BANDENG

1.1. Pemilihan Lokasi Tambak


Tambak merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan untuk
membudidayakan ikan air payau atau laut. Letak tambak biasanya berada di sepanjang
pantai dan mempunyai luas berkisar antara 0,3 2 ha. Luas petak tambak sangat
bergantung kepada sistem budidaya yang diterapkan.

Bentuk dan konstruksi tambak bandeng relatif sama dengan kolam di air
tawar. Perbedaan keduanya adalah jenis air yang digunakan, yaitu kolam menggunakan air
tawar sedangkan tambak menggunakan air payau atau laut

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi tambak


yang akan digunakan untuk budidaya ikan bandeng, antara lain :

1.1.1. Aspek Teknis

1
Secara teknis lokasi tambak yang baik dan benar sangat berpengaruh terhadap
konstruksi tambak yang akan dibangun serta biaya operasional pemeliharaan tambak.
Faktor teknis yang harus diperhatikan antara lain adalah :
a. Elevasi
Elevasi merupakan ketinggian tempat/lokasi tambak terhadap permukaan laut. Hal
ini dapat diketahui dengan memantau gerakan air pasang dan air surut. Air pasang
atau air laut naik terjadi pada saat bulan berada dekat sekali dengan bumi dan
waktu bumi serta bulan berputar, bergerak mengarungi angkasa dan terjadi daya
tarik terhadap lautan. Air surut atau air laut turun terjadi pada saat bumi menjauhi
bulan.
Bagi petambak yang akan membudidayakan ikan bandeng harus mengetahui kapan
terjadinya pasang tertinggi dan pasang terendah, hal ini untuk mengetahui cocok
tidaknya lokasi tersebut untuk dibuat menjadi tambak. Lokasi tambak yang baik bila
lokasi tersebut terletak diantara pasang tertinggi dan pasang terendah.

Pasang Surut

b. Jenis Tanah
Tambak pada umumnya dibuat secara alami artinya tidak dilapisi dengan tembok,
sehingga jenis tanah sangat menentukan dalam memilih lokasi tambak yang baik.
Jenis tanah yang dipilih harus dapat menyimpan air atau kedap air sehingga tambak
yang akan dibuat tidak bocor. Jenis tanah yang baik untuk membuat tambak adalah
campuran tanah liat dan endapan lempung yang mengandung bahan organik.
Tanah liat berlempung tersebut dikenal dengan silty loam. Untuk mengetahui jenis

2
tanah ini dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur atau secara manual.
Tanah yang mengandung liat tinggi akan dapat dipilin mamanjang.
Namun, tanah yang mengandung debu atau pasir tinggi hanya akan
mengahasilkan pilinan tanah yang pendek saja. Jenis tanah liat saja kurang baik untuk
dijadikan lokasi tambak, karena jenis tanah ini bersifat kaku kalau kering dan
lekat/lengket kalau becek dan menjadi lembek kalau diairi. Oleh karena itu jika
tanah liat ini bercampur dengan tanah dan endapan maka kekakuannya akan
berkurang dan kemampuan memegang airnya lebih besar.
c. Kualitas Air
Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan
bandeng di tambak harus diperhatikan. Dengan kualitas air yang baik, maka ikan
bandeng akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Parameter kualitas air yang
baik untuk membudidayakan ikan bandeng seperti tertera pada tabel berikut:

Kualitas air yang layak untuk budidaya ikan bandeng


No. Parameter Kisaran Nilai
1 Suhu air 28 30 0C
2 Kecerahan > 25 cm
3 Salinitas 12 20 ppt
4 Oksigen terlarut > 5 mg/liter
5 Ph 6,5 9
6 Amonia < 0,3 mg/liter

3
1.1.2. Aspek Non Tekniks

Dalam memilih lokasi tambak perlu diperhatikan juga aspek non teknis,

misalnya aspek sosial ekonomis. Hal ini karena dalam membudidayakan

ikan bandeng ditambak secara komersil dibutuhkan dana investasi yang tidak

sedikit. Oleh karena itu lokasi tambak yang dipilih sebaiknya tidak terlalu

jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi dan daerah pemasaran. Selain

itu lokasi tambak sebaiknya mempunyai sarana dan prasarana

transportasi/komunikasi, serta keamanan yang memadai. Selain itu, status

lahan juga harus dipertimbangkan kejelasannya

1.2. Persiapan Tambak

Setelah dapat memilih lokasi tambak yang baik untuk budidaya maka
langkah selanjutnya adalah menyiapkan tambak tersebut agar dapat digunakan
untuk membudidayakan ikan bandeng. Tambak yang akan digunakan untuk
membudidayakan ikan bandeng ini harus dipersiapkan dengan baik dan benar
agar diperoleh produksi tinggi.
Kegiatan yang harus dilakukan dalam persiapan tambak budidaya ikan
bandeng meliputi perbaikan komponen tambak, yaitu pematang, pintu air, caren
dan saluran, serta pengelolaan tanah dasar tambak.

1.2.1. Pematang

4
Puncak pematang

Pematang tambak harus dibuat kokoh, karena fungsi pematang tambak adalah
menahan air didalam tambak. Oleh karena itu pematang harus diperbaiki setiap akan
digunakan untuk budidaya. Perbaikan ini meliputi penambalan kebocoran dan
meninggikan pematang.
Ketinggian pematang tambak sangat bergantung kepada sistem budidayanya.
Pada sistem budidaya bandeng intensif kedalaman air tambak bila mencapai satu
meter, maka ketinggian pematang 1,5 m. Pada sistem budidaya bandeng tradisional.
Kedalaman air tambak hanya mencapai 50 cm, maka ketinggian pematang
hanya sekitar 1 m
1.2.2. Saluran Air
Saluran air pada tambak Saluran air
Pintu air
budidaya bandeng ada dua macam
yaitu saluran air masuk dan
saluran air keluar. Tinggi dasar
saluran airmasuk lebih rendah dari
pada dasar tambak untuk
Petak tambak
mengurangi pelumpuran
dalam tambak. Dasar saluran air
keluar minimal 15 cm lebih Saluran air tambak
rendah dari dasar t a m b a k t e r e n d a h a g a r tambak dapat dikeringkan dengan
sempurna.

Gambar pematang

5
1.2.3. Dasar Tambak

Dasar tambak budidaya ikan bandeng biasanya adalah tanah. Oleh sebab itu,
dalam persiapan tambak bandeng harus dilakukan pengelolaan tanah dasar agar
pakan alami (klekap) yang sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng dapat tumbuh
subur.
Pengeringan tanah dasar kolam. Hal ini bertujuan untuk membunuh hama dan
penyakit yang ada didasar tambak. Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua air
dalam tambak kemudian dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut dilakukan kegiatan
pengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu dikeringkan selama 3-5 hari sampai
tanah dasar tambak tersebut mengering.

Gambar pencangkulan dasar tambak

1.2.4. Pengapuran dan pemupukan.


Tujuan pengapuran adalah mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH) tanah
dasar kolam dan air, serta memberantas hama penyakit. Pemupukan bertujuan untuk
meningkatkan kesuburan tanah dasar.
Dalam satu petak tambak sebaiknya terdapat pintu pemasukan air dan pintu
pengeluaran air. Pintu tempat air masuk dan keluar dibuat untuk mengatur
pemasukan dan pengeluaran air didalam tambak sehingga sangat memudahkan
untuk pergantian air selama pemeliharaan ikan bandeng.
Pembuatan pintu air masuk dan keluar dalam petak tambak dapat dibuat
dari papan atau pipa paralon yang dilengkapi dengan pipa tegak untuk pergantian
air. Selain itu pada pintu pemasukan sebaiknya dilengkapi dengan waring untuk
mencegah ikan liar masuk ke dalam petak tambak.

6
Dosis kapur pada pengapuran awal kolam baru untuk setiap jenis tanah (ton/ Ha)
Jenis tanah
Macam kolam Pasir Lumpur
Berpasir Berlumpur
berlumpur berpasir
Kolam baru 2,5 3,0 4,0 6,0

Apabila pH tanah mencapai 6,5 atau lebih maka diperlukan pemberian kapur.
Apabila setelah mengeringkan dan pembasuhan pH dibawah 6,5 maka kapur pertanian
(CaCO3) dapat ditambahkan sebagai berikut:

pH 5,5 - 6,5 : 500 kg/ha


pH 5,0 5,5 : 1000kg/ha
pH dibawah 5,0 : 2000 kg/ha

Penaburan kapur dilakukan ke berbagai tempat pada tambak yang telah


dikeringkan. Pemberian pupuk untuk pertumbuhan kelekap dapat dilakukan bersamaan
dengan penaburan kapur.

Jenis /tipe tanah menurut presentase unsur penyusunnya


Unsur penusun
No. Tipe / jenis tanah
Pasir (%) Lumpur (%) Liat (%)
1. Liat 28 22 50
2. Liat berpasir 14 44 42
3. Lumpur liat berpasir 63 14 22
4. Lumpur berpasir 79 10 11

Plankton merupakan organisme yang berukuran kecil (organisme renik) yang


hidup dalam air dan pergerakannya tergantung arus air. Plankton terdiri dari plankton
nabati (fitoplankton) dan plankton hewani (zooplankton). Bila di tambak diadakan
penuimbuhan fitoplankton, pada umumnya akan tumbuh pulan zooplankton. Dalam
rantai makanan, zooplankton akan memakan fitoplankton yang masih hidup.
Selanjutnya zooplankton akan dimakan oleh Nener. Jadi Nener tersebut tidak memakan
langsung fitoplankton, tetapi zooplankton.
Kepadatan plankton dapat dipantau dengan cara yang mudah yaitu dengan cara
mengukur kecerahan air pada kolam tersebut dengan Secchy disk. Apabila

7
kecerahannya 40 cm, maka kepadatsan plankton dianggap cukup. Apabila kecerahan air
lebih dari 40 cm maka kepadatan planktonnya kurang, dan apabila kecerahan air kurang
dari 40cm, maka kepadatan planktonnya berlebihan. Secara laboratoris penghitungan
plankton dengan menggunakan Hemacytometer atau dengan Mikroskup
elektronik.Kepadatan plankton ini biasanya dapat dilihat setelah lebih kurang 7 hari,
setelah kolam diberikan pemupukan.
Banyak peneliti yang menyatakan bahwa menumbuhkan plankton pada
salinitas yang rendah adalah sukar. Akan tetapi banyak juga peneliti lain yang
melaporkan bahwa plankton dapat ditumbuhkan pada salinitas rendah. Perbedaan
pendapat ini mungkin disebabkan oleh perbedaan sistim pengelolaan dan jenis pupuk
yang digunakan maupun jenis plankton yang tumbuh.
Plankton yang menyebabkan air berwarna kuning hijau atau kuning coklat
adalah baik. Akan tetapi apabila air tambak menjadi sangat hijau atau kemerah-
merahan, maka akan berbahaya bagi kehidupak ikan dan Nener. Di tambak BBAP
Jepara pernah terjadi beberapa kali peledakan populasi plankton mennjadi kebiruan
(Blooming Anabaena ) , coklat muda (Blooming Branchionus ) coklat tua (Blooming
Nitzchia ) . kejadian tersebut dapat menyebabkan kematian sebagian besar ikan dan
Nener yang dipelihara.
Teknik penumbuhan plankton di tambak , agak berbeda dengan penumbuhan
makanan alami lainnya (Klekap dan Lumut). Keberhasilan dalam menumbuhkan
plankton, tergantung dari beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain adalah
kedalam air, jumlah dan komposisi pupuk yang harus diberikan.
Untuk menumbuhkan plankton, diperlukan air yang cukup dalam. Pupuk yang
harus digunakan adalam merupakan kombinasi pupuk nitrogen (N) dan Phosphor (P).
Menurut hasil peneliitian dari beberapa peneliti, pemberian pupuk Netrogen dan
Phosphor dengan perbandingan 30 : 1 akan menumbuhkan banyak jenis alga Diatome.
Sedangkan dengan perbandingan N dan P 1 : 1, paling cocok untuk pertumbuhan
Fitoflagellata. Untuk menumbuhkan plankton lebih banyak digunakan pupuk anorganik
dibandingkan dengan pupuk organik. Namun demikian, dapat juga dikombinasikan
penggunaan kedua jenis pupuk tersebut. Untuk memudahkan dalam perhitungan, pada

8
tabel dibawah ini diberikan beberapa contoh jenis pupuk organik dengan presentase
kandungan unsur haranya sebagai berikut :
Komposisi unsur hara (N dan P) dari beberapa jenis pupuk:

NO PUPUK ORGANIK N (%) P (%) P2O5 (%)


1 Kompos sampah 0,79 0,044 0,20
2 Hati kapuk 0,96 0,055 0,25
3 Kotoran kerbau 0,02 0,323 1,48
4 Kotoran babi 2,21 2,877 13,20
5 Kotoran ayam 1,67 2,202 10,10
6 Kotoran sapi 0,69 0,754 3,46
7 Kotoran kambing 1,64 0,730 3,35
8 Kotoran domba 0,92 0,412 1,89
9 Kotoran kuda 1,40 0,783 3,59
10 Dedak halus 2,35 0,116 0,53
11 Bungkil kacang tanah 5,92 0,159 0,73
12 Jerami 0,001 0,155 0,71
13 Bungkil kelapa 2,67 0,218 1,00
14 Kotoran kelelawar 1,47 2,397 10,98

Sumber: Hasil analisa laboratorium kimia Balai Budidaya Air Payau, Jepara.

Setelah pengeringan tanah dasar cukup , dilakukan penebaran pupuk organik.


Jenis pupuk organik yang baik untuk digunakan antara lain dedak halus, bungkil kelapa,
hati kapuk, kotoran sapi, kotoran kerbau dan kotoran ayam. Jumlah pupuk yang
diberikan, tergantung dari kesuburan tanah tambak tersebut.

9
Pada umumnya pupuk yang digunakan untuk tanah yang kandungan pasir

dan liatnya seimbang dapat deilihat pada tabel dibawah ini:

NO JENIS PUPUK DOSIS PER HEKTAR (Kg)


1. Dedak halus 500 1000
2. Bungkil kelapa 500 1000
3. Hati kapuk 500 1000
4. Kotoran kerbau/ sapi 1000 3000
5. Kotoran ayam 500

Untuk tanah tambak yang kandungan pasirnya lebih banyak, diperlukan jumlah pupuk
yang lebih banyak.
Pemberian pupuk untuk pertumbuhan phytoplankton:
a.Setelah kelekap tumbuh atau 3-5 hari sebelum penebaran nener, tambak diberi
tambahan pupuk kemudian diisi air .
b. Tambahkan 50 kg urea/ha dan 25 kg TSP/ha.Urea dan TSP dapat dibungkus
dalam kantong pupuk yang biasa dijual dan diletakan di depan atau di dasar pintu
masuk. Pupuk dalam kantong akan larut dan
masuk ke dalam tambak bersama iar yang mengalir
lewat pintu masuk, 3-5 hari setelah pengisian air,
lakukan penebaran nener.

1.2.5. Memperbaiki Tambak/Perlengkapan

Pada tambak yang telah dipergunakan usaha budidaya beberapa tahun,


seringnya akan mengalami kerusakan, khususnya pada bagian pematang dan caren.
Rusaknya pematang kolam tanah (tambak) dapat disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain karena : kepiting, belut, dll atau kurang sempurnanya dalam pembuatan.

Untuk mengatasi kerusakan tersebut diatas, dapat diatasi dengan cara:

Keringkan lahan tersebut

10
Bongkar lubang tersebut, dan kalu perlu juga tanah disekitar lubang
Tutup lubang tersebut dengan campuran tanah liat dan kapur dengan
perbandingan 1 : 1
Dapat juga ditambahkan, diberikan batang pepaya yang dibelah pada bagian
luar lubang.

Mengatasi rusaknya pematang karena dalam pembuatannya kurang sempurna dapat


diatasi dengan cara:
Keringkan lahan tersebut
Bongkar lubang tersebut, dan kalau perlu juga tanah disekitar lubang
Tutup lubang tersebut dengan campuran tanah liat dan kapur dengan perbandingan
1:1
Apabila perlu, pada bagian tengah pematang diberikan lembaran plastik
Pematang yang baik adalah pematang yang telah disiapkan dari awal
pembuatan kolam/ tambak. Dalam pembuatannya, disesuaikan dengan tekstur
tanahnya, yaitu semakin tanahnya banyak pasir, maka semakin landailah pematang
(semakin melebar pada bagian bawahnya).

Pematang akan lebih baik lagi, kalau pada pematang tersebut sengaja dibuatkan
inti pematang. Inti pematang dapat terbuat dari balokan tanah yang dibasing saling
bersilangan, atau dapat dibuat dari adukan tanah liat dan kapur. Sedangkan pada luar
pematang dapat berupa tanah biasa (setempat) dapat juga ditambahkan dengan
lembaran bambu (gribig).

Pada perbaikan saluran, pada dasarnya sama dengan perbaikan pematang, yaitu
dapat diatasi dengan cara menggunakan campuran tanah dan kapur. Apabila diperlukan
juga dapat dilakukan dengan menutup dengan bahan plastik atau bilahan bambu juga
batubata saluran dari tanah).
Sedangkan saluran yang terbuat dari betonan, dapat diatasi seperti layaknya
kita membuat betonan, yaitu dengan menggunakan pasir dan semen atau dapat
ditambahkan batu/ bata

1.3.Pengisian Air Media

11
1.3.1. Mengisi Air ke Kolam/Tambak
Setelah dilakukan pemupukan tersebut diatas, kemudian air laut dimasukkan ke
petak peugetan asecara bertahap sampai ketinggian 5 10 cm. Selanjutnya air dalam
petakan tersebut dibiarkan menguap sampai keadaan tanah menjadi kering seperti
pada pengeringan yang pertama. Maksud dari pengeringan kedua ini adalah untuk
mineralisasi bahan organik pupuk tersebut.
Setelah dalam keadaan demikian, air baru dimasukkan ke petak secara bertahap
sampai dengan ketinggian 10 15 cm. Air yang akan dimasukkan ke tambak
hendaknya air yang sehat yaitu air pasang dari laut atau air hasil pengeboran. Pada
waktu memasukkan air ke tambak, hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga air
terpercik (dijatuhkan ke sesuatu lempengan benda) seperti pada gambar dibawah ini.
Parameter fisik air adalah: suhu/temperatur=26-30 derajat C; kadar
garam/salinitas=0-35 permil dan optimal=10-30 permil; kecerahan air=25-30 cm
(diukur dengan secchi disk).
Parameter kimia air adalah: pH=7,5-8,5; DO=4-8 mg/liter; Amonia (NH3) < 0,1
mg/liter; H2S< 0,1 mg/liter; Nitrat (NO3-)=200 mg/liter; Nitrit (NO3-)=0,5 mg/liter;
Mercuri (Hg)=0-0,002 mg/liter; Tembaga (Cu)=0-0,02 mg/liter; Seng (Zn)=0-0,02
mg/liter; Krom Heksavalen (Cr)=0-0,05 mg/liter; Kadmiun (Cd)=0-0,01 mg/liter;
Timbal (Pb)=0-0,03 mg/liter; Arsen (Ar)=0-1 mg/liter; Selenium (Se)=0-0,05 mg/liter;
Sianida (CN)=0-0,02 mg/liter; Sulfida (S)=0-0,002 mg/liter; Flourida (F)=0-1,5
mg/liter; dan Klorin bebas (Cl2)=0-0,003 mg/liter.
Untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam air, di tambak udang pola semi
intensif atau intensif pada umumnya petani tambak udang memasangnya beberapa
kincir (seperti pada gambar dibawah) atau dengan menggunakan oksigen cair (pada
perusahaan besar).

I.3.2. Memupuk Media Pemeliharaan


Penumbuhan makanan alami di tambak itu tergantung dari jenis makanan
alami yang diinginkan. Untuk petak budidaya bandeng, jenis makanan yang
ditumbuhkan adalah klekap dan atau plankton. Di tambak terdapat beberapa jenis
makanan alami yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan ikan bandeng

12
yang dipelihara. Jenis tersebut adalah klekap, lumut, plankton dan organisme dasar
(benthos). Cara memupuk yang telah dilakukan oleh petani tambak Bandeng di
Padaharja pada umumnya dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada saat sebelum tebar
benih sebanyak 40 Kg Urea dan 20 Kg TSP per hektar. Namun demikian, jarang sekali
semua jenis tersebut dapat hidup dan tumbuh dalam tempat dan waktu yang
bersamaan. Hal ini tergantung dari keadeaan kualitas tanah dan air serta kedalaman air
tambak.Yang dimaksud dengan klekap adalah kumpulan jasat renik yang disusun oleh
alga biru benthos, diatome,bakteria, dan organisme renik hewani.
Penyusun utama klekap ini adalah Oscillatoria dan diatome . bila klekap yang
ditumbuh di tambak berwarna kehijauan berarti jumlah Oscillatoria lebih dominan
dari pada diatome. Sedangkan apabila di tambak berwarna kecoklatan , berarti
diatomenya lebih dominan. Klekap yang berwarna hijau kecoklatan menunjukkan
perbandingan Oscillatoria dan diatome dalam klekap seimbang. Pada umumnya
klekap tumbuh dengan warna permulaan coklat muda, kemudian coklat tua, hijau tua,
hijau biru, dan akhirnya biru kehitaman.
Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan klekap adalah 5 40 cm. Hal ini
berarti bahwa untuk pertumbuhan klekap diperlukan kedalaman air tertentu yang tidak
begitu dalam. Kondisi yang demikian dapat menyebabkan air terlalu panas untuk
hampir semua jenis Nener. Oleh karena itu, khusus untuk pemeliharaan Nener, harus
dibuat caren yang cukup dalam (kira-kira sedalam 1 1,5 meter) dan tambak diberikan
pelindung. Pada waktu siang hari dan keadaan air terlalu panas, Nener akan
berlindung di caren.
Sedangkan pada waktu malam hari, suhu turun, sehingga Nener akan aktif
mencari makan dipelataran (bagian tengah tambak yang luas dan dangkal).
Salinitas yang terbaik untuk pertumbuhan klekap, berkisar antara 10 40 ppt.
Penumbuhan klekap pada salinitas yang tinggi tidak sesuai dengan pemeliharaan
bandeng, karena ikan bandeng umumnya tumbuh baik pada salinitas antara 10 30
ppt. Hal ini tidak menjadi persoalan dalam pemeliharaan ikan bandeng, karena ikan
bersifat yurihaline. Umumnya klekap yang tumbuh pada salinitas yang tinggi itu
banyak disusun oleh diatome. Sedangkan pada salinitas yang lebih rendah klekap

13
tersusun oleh Oscillatoria dengan jumlah diatome yang lebih sedikit, bahkan kadang-
kadang telah tercampur dengan alga-alga filamen.
Lumut adalah hijau filamen. Jenis lumut yang umum tumbuh di tambak
adalah lumut sutera (Chaetomorpha sp.) dan lumut perut ayam. Jenis alga hijau
filamen lainnya yang juga merupakan lumut adalah Cladophora sp. dan Vaucheria
sp. Lumut dapat tuimbuh dengan baik pada kisaran salinitas rendah, yaitu 25 ppt atau
lebih rendah.
Kedalam air yang sesuai untuk lumut berkisar antara 40 60 cm. Lumut
sebaiknya tidak ditumbuhkan di petak peugetan, karena dapat menjerat benih nener
maupun Nener, sehingga menyebabkan kematian benih tersebut. Oleh karena itu, bila
di petak peugetan tumbuh lumut, maka harus segera dihilangkan.
Sebagai petunjuk apakah jumlah dan komposisi pupuk yang digunakan sesuai
dengan pertumbuhan plankton adalah dengan mengukur kecerahan airnya.Untuk
mengukur kecerahan air tersebut dapat digunakan pinggan Secchi (Secchi disk). Bila
kecerahan air kira-kira 30 cm, berarti kepadatan plankton cukup baik dan aman bagi
kehidupan ikan dan Nener.
Akan tetapi apabila kecerahan kurang dari 25 cm, menunjukkan bahwa
populasi plankton itu terlalu padat (blooming) dan berbahaya bagi kehidupan ikan dan
Nener. Oleh karena itu harus segera dilakukan pergantian air dan jumlah pupuk untuk
pemupukan yang akan datang harus dikurangi. Untuk kecerahan air lebih dari 35 cm,
menunjukkan bahwa kepadatan plankton itu rendah dan jumlah pupuk untuk yang
akandatang harusw ditambah.
Penebaran benih ikan nener atau Nener dapat dilakukan, bila kepadatan
populasi plankton di petak sudah cukup dan layak bagi kehidupan ikan dan Nener
tersebut.

14
II. PENEBARAN NENER DITAMBAK

2.1. Memilih Nener


Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan laut yang dapat dibudidayakan
ditambak. Saat ini, ikan bandeng telah dibudidayakan juga di keramba jarring apung
pada air tawar, hal ini dikarenakan sifat ikan ini yang eurihaline (tolerensi terhadap
salinitas yang tinggi).
Nener bandeng yang berasal dari alam merupakan hasil pemijahan ikan bandeng
secara alami di laut. Ikan bandeng yang telah matang gonad akan memijah secara
alami dan akan menghasilkan telur sebanyak 5.700.000 butir dalam tubuhnya.
Pelepasan telur ini terjadi pada malam hari dan akan menetas dalam waktu 24 jam
menjadi nener yang berukuran 5 mm. Nener ini akan terbawa oleh arus air mendekati
pantai dan kemudian akan ditangkap oleh para penyeser. Nener yang ditangkap
penyeser berukuran kurang lebih 13 mm. Bandeng dewasa Nener bandeng Nener ikan
bandeng yang diperoleh dari alam ditangkap oleh pencari nener bergantung kepada
musim, lokasi, cara dan waktu penangkapan. Pada musim nener jumlah nener cukup
melimpah, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya harga nener.Selain itu nener
yang ditangkap pada awal musim penangkapan mempunyai daya tahan dan vitalitas
yang tinggi dalam pengangkutan serta mempunyai harga jual yang lebih mahal.
Namun demikian, nener dari alam ini tidak tersedia sepanjang tahun sehingga untuk
mengusahakan pembesaran ikan bandeng secara intensif dibutuhkan nener bandeng
yang berasal dari panti pembenihan (hatchery). Nener dari alam selain hanya bersifat
musiman juga mempunyai ukuran yang sangat beragam. Oleh karena itu, nener yang
berasal dari panti pembenihan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan nener
ditambak-tambak pembesaran. Nener yang dihasilkan dari panti pembenihan
mempunyai keunggulan, karena ukurannya relatif rata dan umurnya diketahui secara
tepat. Nener yang berasal dari alam atau pembenihan, yang akan digunakan untuk
usaha pembesaran ikan bandeng ditambak, harus nener yang sehat. Alat tangkap nener
(seser dan blabar) Alat tangkap nener (saplad).

15
Ciri-ciri nener yang sehat dapat dilihat dari ciri-ciri umumnya yaitu :
1. Tubuhnya mulus, tidak terdapat luka, kemerahan
2. Sirip-siripnya utuh; tidak cacat, patah-patah
3. Warnanya tidak kusam
4. Gerakannya aktif
Secara anatomi, bentuk nener (larva ikan bandeng), gelondongan dan bandeng
dewasa tidak berbeda; yang berbeda adalah ukurannya saja. Dengan menggunakan
nener yang sehat, akan diperoleh target produksi yang sesuai dengan rencana. Hal ini
disebabkan nener yang sehat memiliki ketahanan tubuh yang baik, sehingga tingkat
mortalitas selama masa pengangkutan benih dan masa pembesaran rendah. Selain
nener yang sehat dalam pemilihan benih ikan bandeng, juga harus diperhatikan ukuran
nener tersebut. Ukuran benih yang akan ditebar ke dalam tambak pembesaran
sebaiknya seragam agar pertumbuhan ikan selama pemeliharaan juga akan seragam.
Ukuran ikan yang ditebar ke tambak pembesaran bisa dimulai dari ukuran nener
sampai gelondongan, yang membedakannya adalah waktu pe-meliharaan ditambak
pembesarannya. Jika yang ditebar adalah nener kecil maka waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai ukuran konsumsi yaitu 4 6 ekor/kg bisa mencapai lebih dari 6 bulan,
sedangkan jika yang ditebar adalah gelondongan, maka waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai ukuran konsumsi berkisar antara 3 4 bulan. Dalam memilih nener yang
berasal dari alam maupun panti benih dapat dilakukan dengan menghitung jumlah ruas
tulang belakang. Nener yang berkualitas baik memiliki jumlah ruas tulang belakang
antara 4445. Jumlah ruas tulang belakang dapat dihitung menggunakan mikroskop
sederhana pada pembesaran 10 kali ataupun kaca pembesar dengan nener ditempatkan
pada sumber cahaya seperti lampu senter.

2.2. Penebaran Nener


Nener bandeng yang telah dipilih, selanjutnya ditebar ke dalam tambak
pembesaran. Sebelum nener tersebut ditebar, harus ditentukan terlebih dahulu berapa
padat penebaran nener ditambak pembesaran dan perlu dilakukan aklimatisasi. Padat
penebaran adalah jumlah nener yang ditebar per satuan luas tambak.

16
Dengan mengetahui padat penebaran pada awal pemeliharaan, beberapa manfaat
akan diperoleh antara lain adalah :
1. Dapat menentukan jumlah pakan yang akan diberikan
2. Dapat mengoptimalkan tambak pembesaran sesuai dengan daya dukung tambak
pembesaran tersebut.
3. Dapat mengurangi timbulnya penyakit ditambak pembesaran.
4. Dapat menentukan target produksi pada akhir pemeliharaan.

Masa pemeliharaan nener bandeng di tambak pembesaran sangat bergantung kepada


ukuran nener yang ditebar pada awal pemeliharaan. Ukuran nener yang ditebar ke
dalam tambak pembesaran bervariasi antara 115 cm. Padat penebaran nener ditambak
pembesaran juga ditentukan oleh ukuran nener, lama pemeliharaan, mutu nener dan
daya dukung kesuburan tambak pembesaran. Padat penebaran nener ditambak
pembesaran berkisar antara 4-5 ekor/m2 untuk ukuran nener bandeng 1-2 cm.
Sedangkan untuk nener yang berukuran 13 cm, padat penebarannya berkisar antara
23 ekor/m2. Untuk benih bandeng yang berukuran 1215 cm yang disebut
gelondongan ditebar ke tambak pembesaran dengan padat penebaran 1.500 ekor/ha.
Banyaknya nener bandeng yang akan dibesarkan di tambak pembe-saran harus sesuai
dengan daya dukung tambak dan luasan tambak. Setelah menghitung jumlah yang
akan ditebar, nener diaklimatisasi dan selajutnya ditebarkan dalam tambak tersebut.
Nener bandeng diaklimatisasi selama satu hari dalam wadah plastik. Aklimatisasi ini
bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dimana nener itu berada dengan
kondisi lingkungan tambak pembesaran.
Penyesuaian suhu, salinitas dan pH dapat dilakukan juga begitu nener bandeng yang
dikemas dalam kantong plastik datang. Caranya kantong plastik yang terisi nener,
dikurangi airnya secara bertahap

2.3. Transportasi Benih

Mengangkut benih adalah pekerjaan yang secara tidak langsung memaksa benih
pindah dari media asal benih (habitat asli) kedalam lingkungan yang baru, dimana
lingkungan yang baru akan sangat berbeda dengan lingkungan asal.

17
Pengangkutan benih pada dasarnya mengangkut benih dari satu tempat ketempat
lain dalam jumlah yang besar dengan cara yang mudah dilakukan dan menguntungkan
dengan tujuan yang lain yaitu agar benih sampai ketempat tujuan dalam keadaan sehat
dan tidak banyak yang mati. Hal ini dikarenakan besarnya kematian menjadi ukuran
keberhasilan dari suatu kegiatan pengangkutan dimana angka kematian tidak melebihi
10% dari benih yang diangkut.

Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada pagi hari, sekitar jam 5.00 sampai 6.00,
saat yang tepat untuk mengangkut benih hal ini dikarenakan dengan waktu yang
seperti itu udara masih sejuk sehingga benih mampu bertahan sampai tempat tujuan.

Apabila tempat asal benih dengan tempat yang baru sangat jauh jaraknya,
sebaiknya pengangkutan dilakukan sekitar pukul 3.00. pengangkutan pada jam ini
merupakan salah satu upaya untuk menekan kematian benih, diharapkan sampai
ditempat tujuan udara masih sejuk dan temperaturnya belum meningkat sehingga benih
tidak ada yang stress atau mati karena adanya perubahan temperatur udara.

Sebelum proses pengangkutan dimulai sebaiknya ikan yang akan diangkut


dilakukan pemberokan terlebih dahulu, adapun tujuan dari kegiatan pemberokan ini
adalah utnuk mengurangi kotoran yang ada dalam perut ikan sehingga pada saat ikan
diangkut tidak terlalu banyak mengeluarkan kotoran yang dapat mempercepat
penurunan kualitas air. Selain itu juga bertujuan mengurangi stres pada ikan setelah
dilakukan panangkapan.

Pemberokan dilakukan di dalam bak pemberokan atau dengan menggunakan


wadah (happa) yang ditempatkan pada air yang mengalir, sehingga ikan memperoleh
O2 yang cukup serta tetap dalam kondisi yang prima, walaupun tidak diberi makan.
Dengan demikian timbulnya racun akibat eksresi dapat diperkecil. Dalam penerapan
dilapangan, pengangkutan benih ikan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a. Pengangkutan dengan cara terbuka


Pengangkutan dengan cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan ember, jerigen
terbuka, waluhan dan lain-lain. Dalam kegiatan pengangkutan ini tidak perlu dilakukan
penambahan oksigen murni karena benih masih dapat bernapas dengan menggunakan

18
oksigen yang terlarut dalam air, ini disebabkan karena permukaan air pengangkutan
masih berhubungan langsung dengan udara bebas dan proses diffusi oksigen tidak
terganggu maka kelarutan oksigend alam media pengangkutan relatif setabil. Adapun
jika perlu dilakukan menjaga kesetabilan oksigen dalam media pengangkutan akibat
proses diffusi maka sebaiknya diberikan aerasi, dengan begini proses diffusi akan lebih
sempurna karena diffusi oksigen tidak hnaya terjadi dipermukaan air tetapi disemua
bagian air yang bersinggungan dengan gelembung udara.
Cara pengangkutan terbuka dengan menggunakan aerasi ini sangat baik karena tidak
hanya memberikan oksigen yang cukup tetapi juga memberikan aliran air dalam
wadah pengangkutan. Pengangkutan dengan cara terbuka ini biasanya dilakukan jika
jarak tujuan relatif lebih dekat hal ini dikarenakan dengan penggunaan wadah terbuka
(tanpa tutup) sangat memudahkan air media pengangkutan tumpah.

- Sistem terbuka menggunakan keramba


Keramba adalah tempat pengangkutan yang terbuat dari anyaman bambu dengan
bentuk segi empat/bujur sangkar. Tinggi 50 cm, sebagian orang menyebutkan
wadah pengangkutan ini dengansebutkan waluhan. Biasanya dibawa dengan cara
dipikul.
Ukurannya berfariasi, ada yang luas dasarnya mencapai 70 sampai 80 cm. Ketinggian
sekitar 25 cm dan ada pula yang lebihkecil dan rendah. Biasanya dilengkapi dengan
tutup dari anyaman bambu pula.
Pengangkutan dengan keramba/waluhan sebaiknya pengangkutan tidak lebih dari 10
km dari jarak lokasi pembenihan. Selama diperjalanan kita dapat memainkan pikulan
(menggenjot) agar air dalam karamba bergerak sehingga menimbulkan gelembung-
belembung udara.
Adapun urutan kegiatan pengangkutan dengan menggunakan wadah ini adalah
sebagai berikut :
Mula-mula keramba dicat/diter pada bagian luar dan dalam. Pengecatan ini
berfungsi untuk mencengah peningkatan suhu udara secara mendadak,
kemudian dijemur agar bau cat/ter hilang.

19
Selanjutnya bagian dalam dilapisi kertas minyak atau plastik tebal agar tidak
bocor saat diisi air.
Keramba diisi air dari lingkungan asal sebanyak 50%, jangan merendam
keramba dalam kolam untuk pengisian agar kotoran tidak masuk didalamnya.
Benih dimasukkan secara perlahan-lahan sambil dihitung jumlahnya dan agar
tidak menimbulkan luka pada sisik. Dalam satu keramba berukuran sedang diisi
benih tidak lebih dari 3000 ekor.
Barulah keramba yang telah berisi air dan benih yang mengakibatkan ketinggian
air dikurangi sebatas 75% dan ditutup dengan anyaman bambu yang pertama
jarang agar tidak terkena cahaya matahari langsung.

Apabila ternyata terjadi peningkatan suhu udara secara mendadak selama di


perjalanan, sebaiknya mencari tempat yang teduh, sambil menunggu suhu normal
kembali dan air diaduk secara perlahan atau bisa diberikan batu es secukupnya agar
temperatur air tidak ikut naik. Perlu diketahui bahwa benih hanya mampu bertahan
pada temperatur 27oC sampai 30oC, lebih dari itu kita harus mengupayakan suhu
naik dalam karamba tidak berubah secara mendadak.

- Pengangkutan dengan menggunakan fiber glass


Feber glass utnuk mengangkut benih biasanya terbuka silinder. Pengangkutan
dengan alat ini lebih menguntungkan karena benih mampu bertahan selama 15 jam.
Untuk satu liter air dalam wadah ini dapat diisi benih sebanyak 600 ekor pada tahap
pasca larva (baru menetas), sedangkan benih yang sudah cukup besar hanya dapat
dimasukkan 400 ekor/liter.
Pengisian benih ke dalam fiber glass tidah ubahnya seperti memasukkan ke tempat
lain, yang dilakukan pertama kali ialah mengisi air asal benih sebanyak 50%
kemudian memasukkan benih beserta air sampai mendekati 75%.

b. Pengangkutan dengan cara tertutup


Wadah yang biasa digunakan pada proses pengangkutan ini adalah kantung plastik
dan derigen tertutup. Kantong plastik yang biasa digunakan untuk pengangkutan ini

20
adalah kantong plastik dengan ketebalan 0,02-0,05 mm, kantong plastik yang seperti
ini cukup kuat untuk diisi 10-15 liter dan cukup lunak untuk diikat erat.
Pada pengangkutan sistem tertutup ini harus ditambah oksigen murni, sehingga
oksigen yang terlarut dalam media pengangkutan mencukupi untuk kebutuhan
pernapasan. Pengangkutan secara tertutup dapat ditempuh dengan jarak
pengangkutan yang cukup lama dan tidak kawatir terjadi tumpah, jika pengangkutan
dengan menggunakan kantong plastik sebaiknya kantong plastik dirangkap dengan
tujuan untuk menghindari terjadinya kebocoran, cara lain yang dapat dilakukan yaitu
dengan memasukkan kantong plastik dalam kardus karton/karung goni. Jika
pengangkutan menggunakan jerigen tertutup maka sangat kecil terjadi kebocoran
hanya akan mengalami kesulitan pada saat pengisian dan pembongkaran, disamping
itu sering terjadi kebocoran pada bagian tutup derijen atau pada sambungan pipa
pengisian oksigen.
Dengan pengangkutan secara tertutup ini benih mampu bertahan dari kematian
sekurang-kurangnya 5 sampai 7%.

- Sistem tertutup menggunakan jerigen


Pengangkutan benih dengan menggunakan jerigen lebih praktis dan efektif. Benih
mampu bertahan sampai 7 jan selamanya, lebih baik lagi jika dalam perjalanan suhu
tidak mengalami peningkatan secara mendadak.
Jerigen yang digunakan sebaiknya berukuran besar agar mampu menampung banyak
benih selama dalam perjalanan, wadah ini harus mendapatkan goncangan yang tidak
begitu keras, goncangan-gincangan yang dilakukan bertujuan untuk menambah kadar
oksigen yang terlarut. Jika tidak akibanya wadah tersebut banyak mengandung
karbondioksida yang dapat membunuh benih.
Langkah kerja pengangkutan dengan menggunakan jerigen adalah sebagai berikut :
Jerigen dilubangi. Lubang tersebut terletak antara lubang pengisian dengan
tempat pegangan (cangkingan), ukuran lubang hanya sebesar selang plastik-
biasanya digunakan untuk menimbang ketinggian konstruksi bangunan.

21
Air dimasukkan dengan menggunakan gayung dan corong, air yang dimasukkan
sebanyak 75%. Untuk pengisian jerigen janganlangsung direndam dalam kolam
karena hal ini akan memasukkan kotoran-kotoran yang ada.
Selanjutnya benih dimasukkan melalui lubang pengisian, memasukkan benih
dalam jerigen sebaiknya langsung dihitung. Memasukkan benih dilakukan
dengan cara hati-hati agar tidak menimbulkan luka dan dapat menghitung
jumlahnya secara pasti.
Setelah itu lubang pengisian ditutup. Masukkan selang plastik ke dalam masing-
masing lubang. Barulah oksigen dialirkan kedalam jerigen melalui salah satu
selang. Pada waktu pengisian oksigen ir yang ada dalam jerigen akan kelaur
melalui lubang satunya , biarkan air sampai sebatas 75%.
Menutup kedua lubang tersebut dengan selang yang saling berhubungan.

b. Sistem, tertutup menggunakan kantong plastik


Cara pengangkutan ini tidak berbeda dengan pengangkutan menggunakan jerigen,
adapun langkah-langkah pengangkutan ini adalah sebagai berikut :
Tentukan ketebalan plstik, sebaiknya gunakan ketebalan yang sudah sesuai
setandar
Potong plastik sepanjang 100 cm. Lalu diikat pada bagian tegahnya, pengikatan
bisa dilakukan dengan menyimpulkan tali atau membuat simpul dari plastik itu
sendiri
Kantung plastik yang telah diikat kemudian dibalik sehingga menjadi rangkap
dua, kini ikatan berada di bagian tengah dalam selanjutnya diisi dengan air asal
benih sebanyak 50%
Masukkan benih sambil dihitung jumlahnya, sebelum diikat masukkan oksigen
dari tabungnya sampai plasstik menggelembung.
Setelah diikat, kantung diletakkan dalam kardus dimana sudut kardus diberi es
batu untuk mempertahankan suhu

22
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pegangkutan Ikan

1. Faktor Fisik
a. Suhu air
Ikan tergolong dalam golongan hewan berdarah dingin, sehingga suhu tubuhnya akan
menyesuaikan dengan suhu lingkungan dimana suhu air akan mempengaruhi cepat
tidaknya proses metabolisme. Pengangkutan dengan mempertahankan suhu 14oC-16oC
dapat ditempuh dengan waktu pengangkutan yang lebih lama yaitu 65,5 jam
sedangkan ikan yang diangkut dengan mempertahankan suhu 25 oC-27oC hanya dapat
ditempuh dengan waktu pengakutan 27,6 jam.
Suhu yang optimal dalam pengangkutan dengan sistem ini adalah pada suhu 20 oC
karena pada suhu ini aktivitas ikan sudah dapat berkurang sehingga proses
metabolisme nerkurang dan penggunaan oksigen dapat dihemat, jika terjadi kenaikan
suhu sekitar 10oC maka penggunaan oksigen akan terjadi dua kali lipat lebih banyak.

b. Derajat keasaman (pH)


Perubahan dan goncangan pH akan sangat mempengaruhi ikan-ikan yang berukuran
kecil dibandingkan ikan yang berukuran besar. pH yang cocok untuk pengangkutan
benih adalah 6-7,9 dan dengan mempertahankan pH yang seperti ini maka proses
metabolisme akan berjalan normal. Dalam proses pengangkutan dapat dipastikan
bahwa nilai pH akan menurun, menurunnya kadar pH disebabkan karena kandungan
CO2 didalam media semakin meningkat. Jika penurunan pH sampai dibawah 4 maka
akan menyebabkan ikan yang diangkut akan mati.

c. Oksigen terlarut
Kekurangan oksigen merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian pada
ikan dalam pengangkutan, karena oksigen merupakan salah satu syarat utama untuk
kehidupan ikan budidaya. Dalam kegiatan pengangkutan benih kandungan oksigen
tidak boleh kurang dari 2 ppm. Pada media pengangkutan dengan suhu 20 oC maka
sebaiknya kandungan oksigen dalam wadah pengangkutan sebesar 5 ppm.
Kelarutan oksigen dalam air tergantung dari tekanan, suhu dan kadar garam. Ketiga
faktor tersebut saling keterkaitan satu sama lain dimana makin tinggi tekanan maka

23
makin tinggi pula kelarutan oksigen dalam air sedangkan semakin tinggi suhu atau
kadar garam maka kelarutan oksigen makin rendah. Sehingga untuk menjaga agar ikan
yang diangkut tetap sehat maka jika sudah menempuh waktu yang cukup lama maka
sebaiknya wadah pengangkutan (tertutup) diberi oksigen murni.

d. Karbondioksida
Karbondioksida terbentuk dalam wadah pengangkutan adalah sebagai hasil dari
kegiatan pernapasan. Pada pengangkutan yang menggunakan sistem terbuka terdapat
proses pengeluaran CO2 keudara bebas dari air sedangkan pengangkutan sistem
tertutup tidak ada, walaupun kenaikan CO2 yang tinggi dalam air dapat dilakukan
dengan cara penambahan O2 murni dalam air pengangkutan.

2. Faktor Biologi
a. Air sebagai media
Dalam pegangkutan ada 3 jenis air media yang dapat digunakan yaitu :
- Air suling, yaitu air yang telah mengalami penyulingan sehingga air ini kurang tepat
untuk media pegangkutan karena kandungan mineral dalam air pegangkutan akan
sangat sedikit.
- Air saring, yaitu air yang berasal dari sumber/kolam pembenihan yang masih bersih
yang belum mengalami pencemaran baik secara kimia maupun secara biologi yang
kemudian disaring untuk dibuang kotorannya. Jenis air ini adalah jenis air yang
paling baik digunakan untuk pegangkutan.
- Air biasa, air yang berasal dari sumber benih, tetapi tidak dilakukan penyaringan
terlebih dahulu. Kandungan bahan organik dalam air ini akan sangat tinggi sehingga
air ini kurang baik jika digunakan untuk media pegangkutan, hal ini dikarenakan
dengan kandungan bahan organik yang tinggi maka akan terjadi persaingan dalam
memanfaatkan oksigen antara bahan organik dengan benih yang diangkut.

b. Ukuran dan jumlah ikan

24
Jumlah ikan, ukuran dan waktu yang akan ditempuh selama pengangkutan harus
diketahui karena ini menyengkut dengan banyaknya oksigen terlarut yang dibutuhkan
selama pengangkutan, sehingga dapat menekan kematian serendah mungkin selama
proses pengangakutan. dalam pengankgutan benih ikan, lama ataupun waktu yang
diperlukan harus diperhitungkan, karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
penggunaan oksigen yang tersedia.
Untuk mengetahui faktor ini dapat digunakan rumus sebagai berikut :
C
N=
T.W2/3

Keterangan : N : Jumlah ikan (ekor)


W : Berat rata-rata seekor ikan (gram)
T : Waktu (jam)
C : konstanta

C = N.W2/3.T

c. Kesehatan ikan
Dalam pengangkutan benih ikan, kesehatan harus diperhatikan baik dari penangkapan
benih, pemberokan sampai dengan penanganan setelah sampai di tempat tujuan.
Penangkapan benih harus dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan alat tangkap
yang halus untuk mengurangi stres dan menghindari terjadinya luka ataupun sisik
lepas yang dapat menjadi tempat berkembangnya penyakit.
Kondisi benih yang akan diangkut sebaiknya dalam keadaan sehat dan segar. Benih-
benih ikan yang terserang penyakit, luka dan kondisi tubuh yang sudah lemah harus
dibuang. Hal ini untuk mencengah terjadinya kematian pada saat pangangkutan yang
akhirnya dapat mempercepat buruknya kualitas air dalam wadah pengangkutan.

25
III. TEKNIK PEMBESARAN IKAN BANDENG

3.1. Pembesaran Ikan Bandeng Sistem Monokultur


Pembesaran ikan bandeng secara monokultur adalah budidaya satu jenis ikan
yaitu ikan bandeng saja yang dibesarkan. Untuk padat penebaran sangat tergantung
dari sistem tambak yang ada yaitu sistem tambak tradisional, semi intensif atau
tambak intensif.
Untuk tambak tradisional biasanya padat tebar rendah yaitu 2-3 ekor/meter
persegi, karena ikan yang dipelihara dalam tambak tradisional tidak diberikan
makanan tambahan, sedangkan untuk tambak semi-intensif karena diberikan
makanan tambahan maka padat tebarnya akan sedikit lebih banyak bila dibandingkan
dengan pembesran ikan bandeng dalam tambak tradisional yaitu antan 5-7
ekot/meter persegi dan untuk tambak intensif karena menggunakan pakan tambahan
berupa pelet secara intensif maka padat tebar dapat diterapkan padat tebar tinggi,
akan tetapi akan memerlukan perhatian yang lebih dalam pemantauan kualitas airnya.

3.2. Pembesaran Ikan Bandeng Sistem Polikultur


Metode budidaya ikan system polikultur adalah merupakan salah satu metode
alternatif dalam kegiatan budidaya, hal ini dikarenakan jika suatu kegiatan budidaya
dilakukan untuk satu jenis ikan saja maka ikan tersebut tidak akan berhasil
memanfaatkan seluruh organisme makanan alamiahnya yang terdapat di dalam
kolam. Sehingga seringkali makanan alamiah yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan
seluruhnya oleh jenis ikan tersebut dan terbuang percuma.

Salah satu masalah ysng dihadapi pada system polikultur adalah penentuan
kombinasi spesies ikan yang paling efektif dalam memanfaatkan makanan alamiah
yang dikolam.

26
Adapun keuntungan budidaya sisten polikultur adalah :
-Makanan alamiah yang tersedia dikolam dapat dimanfaatkan oleh ikan secara
efektif, sehingga tidak ada lagi makanan alamiah yang terbuang sia-sia.
-Penggunaan lahan menjadi lebih efisien, hal ini dikarenakan dengan penggunaan
system polikultur ini dapat dipelihara ikan dalam jumlah padat tebar yang tinggi
-Produksi setiap spesies ikan akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil
pemeliharaan dengan system pemeliharaan satu jenis spesies atau monokultur.

Dalam praktek dilapangan telah terjadi perkembangan sistem polikultur sehingga


timbul beberapa variasi dari sistem ini yaitu :
- Kombinasi spesies ikan yang berbeda dalam kebiasaan makan. Variasi ini
sebaiknya dipilih kombianasi spesies ikan yang mempunyai daerah makanan
dipermukaan, dipertengahan dan didasar kolam, hal ini bertujuan agar semua
makanan alamiah yang terdapat dalam kolam dapat dimanfaatkan dan tidak akan
terjadi persaingan dalam mengambil makanan antara spesies satu dengan spesies
lain.
- Kombinasi ikan yang berbeda ukuran. Variasi ini tujuan yaitu agar pakan yang
tidak termakan oleh ikan yang berukuran besar dapar dimanfaatkan oleh ikan
yang berukuran kecil. Pada dasarnya prinsipnya sama dengan variasi kebiasaan
makan.
- Kombinasi dengan spesies ikan yang menghilangkan dari kombinasi. Variasi ini
adalah perpaduan berbagai spesies ikan dengan ukuran yang berbeda, misalkan
pembesaran lele dengan ikan mujair dan nila, dimana kita ketahui bahwa ikan
mujair dan nila adalah salah satu ikan yang sangat gampang sekali melakukan
pemijahan dan benih dari ikan mujair dan nila ini nantinya bisa dimanfaatkan
oleh ikan lele.

Untuk pembesaran ikan bandeng secara polikultur dapat di kombinasikan dengan


rumput laut, hal ini dalam pelaksanaannya rumput laut adalah sebagai penghasilan
sampingan dan penghasilan yang diutamakan adalah ikan bandeng.

27
Adapun karena konsep yang digunakan adalah sebagai berikut :
- rumput laut berfungsi sebagai penghasil oksigen dan tempat berlindung bagi
ikan- ikan kecil dari predator.
- rumput laut penghasil agar- agar itu juga mampu menyerap racun-racun yang
terkandung dalam air tambak.
- Dapat menghasilkan klekap yang biasanya menjadi makanan ikan bandeng. Bagi
udang, lingkungan di sekitar rumput laut merupakan penyedia makanan berupa
plankton dan jasad renik

Selain polikultur dengan rumput laut ikan bandeng juga dapat dibesarkan dengan
udang, tentunya harus menganut sistem simbiosis matualisme, hal ini dikarenakan
kedua komunitas harus saling memberikan dampak yang positif satu dengan yang
lainnya, untuk polikultur seperti ini yang merupakan penghasilan pokok tergantung
dari pembudidaya bisa ikan bandeng ataupun udang .

Timbulnya polikultur ikan bandeng dengan udang dikarenakan tingkat


produktifitas lahan mulai rendah untuk pembesaran jenis udang, sehingga banyaknya
pembudidaya udang beralih pada ikan bandeng. Untuk mengatasi hal tersebut maka
dibesarkan ikan dan udang dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas lahan dan
hubungan simsiosis matualisme (saling menguntungkan) antara ikan bandeng dengan
udang yang di budidayakan. Adapun perbedaan ikan bandeng dengan udang adalah
sebagai berikut :

UDANG BANDENG
Euryhaline Euryhaline
Nokturnal (Aktif pada malam hari) diurnal (Aktif pada siang hari)
kanibalisme Makanan klekap

28
3.3. Pembesaran Ikan Bandeng Di KJA

Budidaya bandeng di keramba jaring apung (KJA) tidak memerlukan pengolahan


tanah, tidak membutuhkan lahan yang luas, jumlah dan mutu air selalu memadai, dapat
diterapkan padat penebaran tinggi, mudahnya pengendalian gangguan predator dan
pemanenannya pun mudah.

Budidaya bandeng di KJA belakangan baru mulai berkembang. Sebelumnya,


pemeliharaan bandeng banyak dilakukan di tambak. Usaha pembesaran bandeng di
KJA dapat ditujukan untuk produksi umpan (dalam penangkapan ikan tuna dan
cakalang), untuk konsumsi langsung, untuk ekspor dan untuk induk. Prinsip
pengelolaan masing-masing sistem relatif sama. Perbedaannya hanya pada padat tebar,
lama pemeliharaan dan ukuran panen.

Penebaran dan Padat tebar


Dalam kegiatan pembesaran, baik untuk memproduksi bandeng ukuran umpan, untuk
konsumsi langsung maupun untuk ekspor, padat penebaran benih yang digunakan
sebaiknya dalam ukuran gelondongan dengan berat 50 g dan panjang 7 - 10 cm.
Seleksi perlu dilakukan sebelum benih ditebarkan ke dalam KJA sehingga diperoleh
benih yang sehat dan seragam. Padat penebaran optimal gelondongan bandeng dalam
KJA adalah 500 ekor/m3 dengan perkiraan tingkat kematian mencapai 10 %. Sebelum
ditebarkan benih perlu diadaptasikan ke dalam kondisi lingkungan perairan budidaya

29
terhadap salinitas maupun suhu. Penebaran hendaknya dilakukan pada pukul 06.00-
08.00 atau 19.00-20.00 untuk menghindari stres terhadap ikan akibat perubahan
kondisi lingkungan perairan.
Padat tebar sangat dipengaruhi ukuran ikan dan luas wadah budidaya. Selain itu,
sifat perenang cepat dan melawan arus juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan
kepadatan. Dan kepadatan mempengaruhi pemanfaatan ruang gerak, peluang
mendapatkan pakan serta kualitas air terutama konsentrasi oksigen terlarut. Dalam
kondisi ikan berjejal, persaingan penggunaan oksigen terlarut sangat tinggi terutama
pada malam hari di saat arus tenang sehingga penurunan oksigen terlarut cukup
drastis. Konsentrasi oksigen terlarut dalam KJA yang ditebari 750 ikan/m3 dapat
mencapai 2 ppm saat pasang tertinggi atau surut terendah yang terjadi di malam hari.
Pemeliharaan ikan bandeng di KJA, seluruhnya mengandalkan pakan buatan. Karena
itu, teknik, jumlah, waktu dan frekuensi pemberian pakan perlu diperhatikan dengan
cermat. Umumnya pakan diberikan sebanyak 5 - 10 % dari total berat ikan per hari
dengan metode satiasi (sekitar 90 % ikan dalam kondisi kenyang). Pemberian pakan
sebaiknya dilakukan pada saat surut atau pasang duduk (mencapai puncak dan surut
terendah), atau di saat arus sangat lemah, sebanyak 2-3 kali sehari, yaitu pagi antara
pukul 07.00-08.00, siang antara 11.00-12.00 dan sore sekitar pukul 16.00-17.00.
Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak banyak terbuang, karena
pada saat pemberian pakan, bandeng bergerak aktif berebutan sehingga menimbulkan
gerakan arus air dalam KJA.
Pertumbuhan ikan perlu dipantau tiap 2 minggu sekali untuk memperoleh data
dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan serta mengevaluasi perkembangan
bobot dan kesehatan ikan peliharaan. Jumlah sampel sebaiknya tidak kurang dari 50
ekor yang diambil secara acak. Penimbangan berat dan pengukuran panjang dilakukan
terhadap sampel yang telah dibius dengan phenoxy ethanol 200-225 ppm.

30
IV. PENGENDALIAN HAMA/PENYAKIT

4.1. Hama
4.1.1. Jenis Hama
Yang dimaksud dengan hama adalah suatu organisme hidup yang sering
mengakibatkan kerugian bagi organisme lainnya baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Dengan adanya hama dalam media pemeliharaan maka kerugian yang
mungkin terjadi adalah penyusutan jatah pakan, kehilangan dari sebagian biota yang
dibudidayakan dan kerusakan fasilitas. Oleh karena itu berdasarkan kerugian yang
dapat ditimbulkan dan sifat-sifatnya hama dapat dibedakan menjadi :
Pemangsa (predator)
Penyaing (competitor)
Penganggu (post)
Pembawa Penyakit (vektor)

4.1.2. Prosedur Pengendalian Hama


Berdasarkan pelaksanaannya, pengendalian hama dapat dikelompokkan menjadi
dua cara yaitu secara fisik dan kimiawi. Dari kegua cara ini yang paling baik
dilakukan adalah cara fisik karena tidak akan menimulkan efek samping yang
merugikan baik baik biota yang kita pelihara maupun manusia dan lingkungan.
Untuk penanganan secara kimia bisa dilakukan apabila penanganan secara fisik
sulit untuk dilaksanakan atau ada tujuan lain misalnya demi efisiensi waktu dan
tenaga.
1. Cara fisik (aspek budidaya dan mekanika)
Cara ini biasanya dilakukan pada saat persiapan tambak ,tetapi tidak menutup
kemungkinan apabila dilaksanakan selama proses kegiatan budidaya berlangsung.
Adapun kegiatan penanganan secara fisik meliputi :
Pengolahan tanah
Perbaikan pematang
Mekanik (panangkapan langsung)
Penyaringan air yang masuk

31
2. Cara Kimiawi (penggunaan pestisida)
Langkah ini adalah merupakan langkah alternatif terakhir maksudnya dilakukan
apabila cara fisik mengalami hambatan, misalkan pengeringan secara total sulit
dilakukan maka dapat dilaksanakan cara ini. Yang perlu diperehatikan dalam penerapan
cara ini adalah harus hati-hati baik dalam pemilihan jenis maupun penentuan dosis yang
akan dipergunakan, karena apabila dilakukan dengan ceroboh maka akan
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit.
Pananganan hama dengan cara kimiawi ini akan menguntungkan dalam hal
efisiensi dalam hal tenaga dan waktu dibandingkan dengan pananganan secara fisik.

4.2. Penyakit Ikan


4.2.1. Penyebab Timbulnya Penyakit
Masalah penyakit pada kegiatan budidaya adalah merupakan salah satu faktor
yang menghambat laju perkembangan budidaya. Penyakit pada ikan disebabkan oleh
serangan mikroorganisme. Dalam kondisi fisiologis yang prima keberadaan organisme
tersebut baik dalam tubuh ataupun dalam media pemeliharaan tidak akan menyebabkan
penyakit.
Secara umum faktor yang mendasari terjadinya penyakit dalam kalangan petani
pembudidaya yang selama ini mereka pahami adalah :
- Sulitnya untuk mendapatkan air dengan kualitas yang baik
- Kurangnya sarana irigasi
- Kurangnya koordinasi dari tingkat petani itu sendiri, sehingga terjadi petani
membuang air pada saat yang sama petani lain memasukkan air kedalam petakan
pemeliharaan, hal ini menyebabkan perkembangan penyakit pada petakan yang
memasukkan air.
- Koordinasi dengan pihal lain, misalkan kasus industri pengolahan yang membuang
limbah kedalam sistim irigasi.

32
Penyebab timbulnya penyakit ikan secara umum dalam suatu proses kegiatan
budidaya dibagi menjadi 2 yaitu :
Penyakit yang ditimbulkan oleh parasit, yang dimaksud dengan parasit adalah
merupakan suatu bentuk organisme yang hidupnya dapat menyesuaikan diri baik
dalam tubuh ikan ataupun dalam media pemeliharaan yang sifatnya merugikan biota
yang kita pelihara.
Penyakit yang ditimbulkan oleh faktor non parasit. Penyakit ini biasanya
dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan biotik
dan abiotik. Lingkungan biotik misalnya adalah blooming alga, larva atau imoga
serangga, sedangkan lingkungan abiotik adalah suhu, oksigen dalam air, pH air, dan
populasi.

Dari keterangan diatas dapat diartikan bahwa adanya penyakit pada suatu kegiatan
budidaya disebabkan oleh interaksi antara 3 (tiga) faktor, yaitu :
1. Keberadaan ikan sebagai inang/host
2. Lingkungan (Enviroment)
3. Penyebab penyakit (patogen)
Interaksi antara ketiga faktor utama tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

- masalah ginetik
- cemaran - cacat fisik
- senyawa toksin patoge ikan - kerusakan fisik
- perubahan lingkunga n
n - stres
lingkungan (suhu, - kekurangan nutrisi
salinitas, dll)
- virus
- bakteri
- jamur
- parasit

33
4.2.2. Penanggulangan Penyakit Ikan
Ada 3 (tiga) metode yang harus dilakukan agar kegiatan budidaya berhasil yaitu :
- Metode fisik
Metode fisik menitik beratkan pada toleransi fisiologis dari agen penyakit untuk
kondisi yang merugikan seperti menambah atau menurunkan temperatur,
menghilangkan kelembaban, menghilangkan sumber patogen untuk mencengah
kontak antara agen penyakit dengan inang. Patogen potensial dapat dimusnahkan
dengan radiasi ultaviolet dan proses microfilterasi, polusi karena bahan kimia
dapat diiliminir dengan filter karbon, biofilter dan aliran air. Menghilangkan
microflora yang merugikan dapat diatasi dengan cara pengeringan
permukaankolam dan ikan yangs udah terinfeksi baik yang baru maupun selama
pemeliharaan segera mungkin dipisahkan dan diberikan perlakuan pengobatan
sesuai dengan yang dianjurkan.

- Metode lingkungan
Pemantauan lingkungan merupakan tindakan penting dalam keberhasilan budidaya
ikan, tujuan utama dari monotoring lingkungan adalah melindungi inang dengan
mencengah penyebaran penyakit, yang diperhatikan dalam penerapan
monotoring lingkungan adalah :
Pemilihan lokasi yang sesuai
Kualitas air yang baik
Padat tebar ikan yang sesuai dengan kapasitas bak budidaya, hal ini
berhubungan dengan ruang gerak ikan dan pemanfaatan pakan.
Sanitasi sarana dan prasarana
Melakukan sampling minimal satu bulan sekali, ini untuk mengamati
pertumbuhan ikan, untuk menentukan dosis pakan yang diberikan pada bulan
berikutnya dan untuk menentukan dosis pemberian obat melalui pakan.
Pemberian pakan yang berkualitas
Grading, dilakukan untuk memisahkan ukuran ikan karena dengan
pertumbuhan yang tidak sesuai juga akan mempengaruhi pemanfaaatan ruang
gerak dan pakan.

34
Mencengah terjadinya stres
Prosedur akhir, misalnya disinfeksi sistem air masuk yang membawa
patogen dengan pengosongan dan pengeringan wadah angkut atau kolam.

- Metode kimia
Penerapan metode ini adalah untuk melindungi dan mencengah terjadinya
penyakit baik itu parasit eksternal maupun penyakit stres yang berhubungan
dengan penyakit bakterial. Untuk penerapan metode ini harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku yaitu keputusan menteriNo Kep.26/MEN/2002 tentang
penyediaan, peredaran, penggunaan dan pengawasan obat ikan.Untuk memudahkan
penerapan metode kimia yang perlu untuk diketahui adalah gejala gejala klinis
utama ikan sakit
Cara pengobatan terhadap ikan yang sakit dapat ditempuh dengan jalan :
Hand dipping
Cara ini dilakukan dengan memasukkan ikan-ikan yang terserang parasit
kedalam bak/happa /tempat lain yang telah berisi larutan kimia dengan
konsentrasi tertentu, selawa waktu tertentu. Untuk proses ini wakru yang
dianjurkan adalah sekitar 5-30 detik.
Short bathing
Cara ini dilakukan dengan memasukkan ikan yang terserang parasit ke
bak/happa/tempat lain yang berisi larutan kimia dengan konsentrasi tertentu
dalam waktu yang tertentu juga. Untuk cara ini waktu yang diperlukan sekitar
15-30 menit.
Long bathing
Yaitu memasukkan ikan-ikan yang terserang parasit kedalam bak/happa/tempat
lain yang berisi larutan kimia dengan konsentrasi tertentu dengan waktu yang
relatif lama yaitu sekitar 1 jam sampai beberapa hari.
Pond treratment
Cara ini dilakukan dengan melakukan penanganan pada kolam tempat
pemeliharaan, caranya yaitu dengan memindahkan ikan-ikan yang ada dalam
kolam kedalam bak atau wadah lain, kemudian kolam dikeringkan setelah itu

35
kolam diberikan larutan kimia atau bahan-bahan kimia dengan dosis tertentu
dalam waktu beberapa hari sehingga kolam bebas dari penyakit.

Sehingga ditarik suatu kesimpulan bahwa yang membedakan waktu perlakuan


adalah dosis dari obat yang digunakan. Besarnya dosis yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan jenis efektivitas obat yang digunakan serta ukuran ikan yang akan
diobati, hal ini sangat menentukan keberhasilan dalam proses pengobatan ikan yang
sakit. Misalnyakan saja ukuran ikan yang kecil yang terserang oleh suatu penyakit
maka konsentrasi obat yang digunakan akan lebih rendah dibandingkan dengan ukuran
ikan yang lebih besar.

Selain jenis dan ukuran ikan yang akan diobati, dalam proses pengobatan ikan
yang sakit disesuaikan dengan jumlah ikan yang akan diobati, jika ikan yang terserang
cukup banyak maka sebaiknya pengobatan dilakukan secara masal namun sebaliknya
jika ikan yang akan diobati hanya dalam jumlah yang sedikit dari jumlah total maka
sebaiknya pengobatan dilakukan secara seleksi, namun yang perlu diingat setiap ikan
yang ada didalam media pemeliharaan terserang penyakit maka wadah dan media
pemeliharaan dalam hal ini adalah air pemelihaeaan harus ditangani juga karena bisa
jadi terdapat sisa penyakit didalam media pemeliharan, oleh karena itu bila dalam satu
wadah terserang penyakit maka sebaiknya seluruh ikan dipindahkan ketempat lain.

36
V. PEMANENAN IKAN BANDENG

Setelah melakukan pemeliharaan selama 4-6 bulan, atau setelah ukuran panen yang
diinginkan/ukuran pasar tercapai, ikan dipanen. Ukuran panen tersebut berkisar antara 150-
300 gram per ekor.

Pengelolaan pemanenan bandeng pada dasarnya ditujukan untuk :


1. Menangkap seluruh ikan dalam waktu yang relatif singkat
2. Mendapatkan hasil panen dalam keadaan mati segar serta tidak banyak mengalami
kerusakan fisik, seperti memar-memar, sisik lepas dan kotor/berlumpur. Kesegaran ikan
dapat dilihat dari penempilan ikan yang tidak terlalu jauh beda dri ikan yang masi hidup,
serta badannya lemas tidak kaku.
Untuk mencapai keadaan diatas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan pemanenan ini, yakni menetapkan saat panen yang tepat,
mempersiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan, cara melaksanakan pemanenan dan
menangani hasil panen yang baik. Pertumbuhan ikan bandeng pada satu tempat bisa
berbeda dengan tempat lain bergantung pada kesuburan tambaknya. Oleh karena itu saat
panen yang tepat, sebaiknya ditetapkan setelah diketahui ukuran yang dikehendaki tercapai.
Untuk itu sebelumnya perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan ikan bandeng dengan
melakukan pengecekan ukuran/berat bandeng. Caranya adalah pada saat mendekati waktu
panen, sejumlah ikan tertentu, misalnya 20 ekor, ditangkap dengan menggunakan jala atau
jaring, di beberapa tempat. Kemudian ditimbang dan dihitung berat rata-ratanya. Jika
berat rata-ratanya sudah sesuai dengan ukuran yang diinginkan maka pemanenan sudah
bias dilaksanakan, tetapi jika tidak maka masa pemeliharaan harus ditambah. Waktu
pelaksanaan panen bandeng yang tepat adalah pagi atau sore hari suhu air di dalam tambak
rendah sehingga ikan bandeng tidak stress. Sebelum pemanenan dijalankan terlebih
dahulu disiapkan bahan dan alat yang dperlukan selama pemanenan dan selama
penanganan hasil.

37
Cara pemanenan ada 2 macam yakni pemanenan penjarangan dan pemanenen total.
Panen penjarangan diakukan ketika tambak masih ada air, sedangkan panen total dilakukan
melalui pengurasan air tambak.

Peralatan yang digunakan adalah :


1. Alat tangkap yaitu alat yang digunakan untuk menangkap ikan secara langsung. Jenis
alat antara lain serokan atau seser (scoopnet) jala dan jaring. Alat untuk menangkap
udang liar adalah prayang (bubu)
2. krey/wide, yakni alat bantu untuk menggiring bandeng agar berkumpul di satu tempat
biasanya sekat pintu air
3. Alat penampung sementara, yang juga digunakan untuk mengangkuthasil panen jarak
dekat ke tempat penempungan akhir dan pengemasan, seperti box plastik, ember,
baskom, atau drum plastic
4. Timbangan untuk mengetahui hasil panen
5. Bahan-bahan, seperti air untuk menghilangkan lumpur dari tubuh ikan, es untuk
pengangkutan,

Pemanenan dilaksanakan sebagai berikut :


a. Pemanenan penjarangan
Pemanenan penjarangan pada dasarnya dilakukan dengan memanfaatkan sifat ikan
bandeng yang cenderung melawan arus air. Cara ini cocok jika tambak pemeliharaan
bandeng dilengkapi dengan petak penangkapan yang letaknya di belakang pintu air
tambak pembesaran. Pelaksanaan pemanenan dimulai dengan menurunkan permukaan
air tambak beberapa puluh sentimeter dengan mengeluarkannya lewat pintu air tambak
ketika air laut sedang surut. Setelah penurunan air selesai, pintu air ditutup kembali.
Ketika ketinggian air mencapai puncak pasang, maka pintu air dibuka kembali dan
saringan pintu air yang cukup kuat dan tinggi dipasang. Karena adanya pemasukan air
baru ini bandeng terangsang untuk menyongsong air baru sehingga berkumpul di
sekitar pintu air atau di dalam petak penangkapan. Ketika ikan sudah memenuhi petak
penangkapan, maka saringan pada pintu petak penangkapan dipasang, agar ikan tidak
dapat masuk kembali ke dalam petak pembesaran. Ikan-ikan yang bergerombol di petak

38
penangkapan ini selanjutnya ditangkap menggunakan serokan, jala atau jaring secara
berulang-ulang. Segera ikan yang tertangkap dimasukkan ke dalam tempat
penampungan sementara. Panen dilakukan untuk meringankan pekerjaan pada saat
panen total, karena ikan yang dipanen berkurang. Panen ini juga bermanfaat untuk
mendapatkan hasil tangkap yang berkualitas baik, karena ditangkap dalam keadaan
hidup, sehingga masa kesegaran ikan lama/tidak cepat busuk, bahkan bisa diupayakan
hidup hingga di tangan konsumen. Pemanenan penjarangan tidak biasa dilakukan jika
ikan yang dipelihara tidak banyak atau hasil panen penjarangan terlalu sedikit, sehingga
tanggung untuk diangkut atau dijual.

b. Pemanenan Total
Pemanenan total dilakukan melalui pengeringan tambak dan penangkapan seluruh ikan
yang ada. Pelaksanaannya dimulai dengan pengeluaran air tambak, ketika air laut
sedang surut, hingga air tambak hanya tersisa pada saluran dasar. Setelah itu pada
caren di bagian ujung tambak di pasang sepasang wide atau krey. Wide ini berfungsi
untuk menggiring bandeng agar berkumpul dan terkonsentrasi pada areal tertentu,
sehingga mudah ditangkap. Wide yang satu digerakkan ke arah kiri dan yang lainnnya
ke arah kanan, semuanya mengarah ke tempat penangkapan, yaitu di bagian caren yang
berada di depan pintu air Selagi wide ini digerakkan ikan bandeng dan ikan rucah
(terutama udang liar dan ikan-ikan yang lemah/mati) yang berkumpul sekitar wide
sudah mulai ditangkap. Alat yang digunakan berupa serokan, atau dengan tangan
langsung. Oleh karena itu harus ada orang yang bertugas menangkap ikan, selain yang
menggerakkan wide. Penangkapan yang lebih intensif dilakukan ketika kumpulan ikan
sudah terkonsentrasi di sekitar pintu air. Ikan yang tertangkap dikumpulkan dalam satu
tempat. Ikan harus diupayakan agar segera mati, tidak membiarkannya melompat-
lompat, agar fisik ikan tidak rusak dan kesegaran ikan lama. Pada pemanenan total
biasanya semua jenis ikan bercampur dan diseliputi lumpur. Lumpur ini segera
dibersihkan dan jenis ikan disortir. Satu jenis ikan dikumpulkan terpisah dari jenis
lainnya.
Kegiatan akhir dari pemanenan adalah mengecek hasil panen, yaitu dengan menimbang
dan menghitung jumlah bandeng yang berhasil dipanen.

39
Dengan menggunakan data sewaktu kita menebar nener dan data sewaktu panen, kita
bisa mengetahui berapa produksi, kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan bandeng
untuk tiap kali panen, yaitu :
Produksi kotor = Bt kg/musim
Produksi bersih = Bt B0 kg/musim
Kelangsungan hidup = (N/N0 )x100%
Pertumbuhan = (Wt-W0)/t

Keterangan :
Bt = Berat total ikan saat panen (kg)
B0 = Berat ikan saat tebar (Kg)
Nt = Jumlah ikan yang dapat dipanen panen (ekor)
N0 = Jumlah ikan saat tebar (ekor)
Wt = Berat rata-rata seekor ikan saat panen (gram)
W0 = berat rata-rata seekor ikan saat tebar (gram)
t = Lama pemeliharaan (hari)

Setelah masa pemeliharaan 4 bulan ikan bandeng mencapai ukuran 150-200 gram dan
produksi kotornya mencapai 400-700 kg permusim

40
VI. PENGADAAN PAKAN

6.1. Jenis Pakan

Jenis pakan dalam kegiatan budidaya digolongkan menjadi 3 golongan yaitu


sebagai berikut :
1. Pakan alami, merupakan pakan yang terdapat di dalam suatu wadah pemeliharaan
dengan cara pemupukan atau kultur, dimana jenis pakan alami ini bisa diatur
keberadaannya sesuai dengan jenis yang diharapkan. Pakan alami dapat diberikan
dalam keadaan hidup ataupun dalam bentuk pakan segar (pakan yang telah
dibekukan) namun bentuk aslii dari pakan yang sudah dibekukan sama dengan
bentuk ketika masih hidup.
2. Pakan tambahan, untuk pemberian pakan ini sebaiknya disatukan dengan pemberian
jenis pakan alami karena untuk pakan tambahan (dedak, daun,bungkil dan ampas
tahu) kandungan gizi dari pakan tambahan tidak lengkap. Kandugnan gizi yang
dominan dari pakan tambahan adalah karbohidrat sehingga untuk memenuhi
kebutuhan protein untuk pertumbuhan ikan dibutuhkan pakan alami karena
kandugnan proten paling banyak terdapat dalam pakan alami.
3. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dari berbagai bahan makanan kemudian
diramu menggunakan formula tertentu sehingga bisa memenuhi kebutuhan gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan ikan secara lengkap.

Adapun bentuk dari pakan buatan adalah sebagai berikut : Berbentuk pellet, Granula
(butiran), Cramble (remah), Pasta dan Tepung.

41
Adapun faktor-faktor utama antara sumber pakan segar alami dan pakan pelet
kering, perbandingannya berlawanan atau bertentangan, faktor tersebut adalah sebagai
berikut :

Faktor Pakan alam Pakan pelet


Kandungan uap air Tinggi (= 80%) Rendah (=10%)
Kualitas gizi Rendah Tinggi
Kuantitas limbah Tinggi Rendah
Potensi polusi lingkungan Tinggi Rendah
Potensi penyebaran penyakit Tinggi Rendah
Efesiensi pakan Rendah Tinggi
Biaya per keuntungan tinggi rendah

Pakan ikan berbentuk pelet, dalam proses pembuatannya dapat dibuat baik dengan cara
kompresi maupun ekstrusi. Meskipun pakan-pakan tersebut diformulasikan dari bahan-
bahan penyusun yang sama, namun secara mendasar berbeda dalam hal bahwa pelet
yang dikompresi akan segera tenggelam ketika dimasukkan kedalam air dan pelet yang
diekstrusi akan mengambang pada permukaan air.

6.2. Nutrisi untuk Ikan


Semua spesies ikan membutuhkan zat-zat gizi yang baik, yang terdiri dari
protein dengan asam-asam amino esensial, lemak dengan asam-asam lemak esensial,
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ini
disamping tergantung pada spesies ikan, juga pada ukuran atau besarnya ikan serta
keadaan lingkungan ikan itu hidup. Di samping itu zat-zat gizi tadi harus mengandung
energi yang cukup tinggi untuk dapat mendukung pertumbuhan ikan yang optimal.
1. Protein
Protein adalah zat gizi yang selalu mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen. Di samping itu ada beberapa protein tertentu mengandung
fosfor, belerang, besi dan unsur lainnya.
Protein dengan asam amino diperlukan untuk pertumbuhan ikan, pemeliharaan
jaringan tubuh ikan, pembentukan enzim dan beberapa hormon tertentuserta
antibodi, dan pengaturan proses tertentu dalam tubuh.

42
Kebutuhan protein untuk ikan berbeda-beda menurut spesiesnya dan pada
umumnya berkisar antara 20% dan 60% protein. Ikan yang berukuran kecil atau
larva ikan membutuhkan pakan dengan kandungan protein lebih tinggi daripada
ikan yang berukuran besar.

2. Lemak
Lemak dan minyak, yang dengan istilah umum disebut lipid, meruepakan sumber
energi paling tinggi dalam pakan ikan. Pakan ikan yang baik mengandung lemak
atau minyak antara 4 dan 18%. Kelebihan lemak dalam pakan dapat mengakibatkan
kerugian pada ikan karena terlalu banyak lemak dalam tubuh ikan akan
mengakibatkan gejala liver lipoid degeneration (LLD), kerusakan lain akibat
kelebihan lemak adalah kerusakan pada ginjal, serta gejala adema dan anemia yang
dapat menimbulkan kematian pada ikan.

3. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi dalam pakan ikan. Bahan-bahan
pakan ikan yang banyak mengandung karbohidrat adalah jagung, dedak halus,
tepung terigu, tepung sagu, tepung tapioka dan bahan lainnya. Sedangkan bahan-
bahan tersebut selain berfungsi sebagai sumber karbohidrt ada juga yang memiliki
fungsi ganda yaitu sebagai bahan perekat dalam pembuatan pakan ikan. Kebutuhan
karbohidrat dalam pakan ikan tergantung dari jenis ikannya, seperti ikan mas
membutuhkan 20 30 % karbohidrat dalam pakannya.
4. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang diperlukan dalam tubuh dalam jumlah yang
sedikit, tetapi penting untuk mempertahankan kondisi tubuh yang normal. Vitamin
ini harus terdapat dalam bahan pakan karena tubuh tidak dapat membentuk sendiri.
Fungsi utama vitamin adalah sebagai berikut :
- Untuk mengatur proses metabolisme dalam tubuh
- Mempertahankan fungsi dari berbagai jaringan tubuh
- Mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru
- Membantu dalam pembuatan zat-zat tertentu dalam tubuh.

43
5. Mineral
Zat mineral umumnya dibutuhkan oleh ikan dalam jumlah yang sedikit namun
fungsinya sangat penting dalam tubuh ikan. Zat mineral mempunyai fungsi sebagai
bahan pembentukan jaringan tubuh seperti tulang, gigi dan sisik ikan. Disamping itu
zat mineral juga berfungsi sebagai bahan pengatur keseimbangan asam basa di
dalam tubuh, proses pembekuan darah dan proses metabolisme dalam
tubuh.Beberapa zat mineral diantaranya adalah ; Ca, P, S, Zn.

6.3 Bahan Untuk Pembuatan Pakan


Pengendalian kualitas dalam memilih bahan penyusun pakan merupakan hal
yang penting dalam proses pembuatan pakan pelet. Kualitas pakan jadi tidak akan
lebih baik daripada kualitas bahan penyusunnya, kandungan hara yang tersediaan,
kecernaan, dan tiadanya pencemaran pestisida dan toksin lainnya merupakan
kelengkapan kualitas utama. Pemilihan bahan penyusun pakan didasarkan atas
pemenuhan kebutuhan gizi dengan harga terendah. Pemilihan bahan penyusun
didasarkan atas batas-batas maksimum-minimum sesuatu bahan penyusun tertentu
yang dapat dimasukkan atau dicampurkan ke dalam pakan.
Batas-batas maksimum biasanya bersifat spesifik (tertentu) oleh adanya bahan-
bahan alami yang toksin (misalnya gosipol yang terdapat dalam bungkil biji kapas)
yang mungkin terkandung didalamnya. Sedangkan batas-batas minimum biasanya
bersifat spesifik oleh adanya fungsi khusus bahan penyusunnya seperti bahan yang
mempertinggi/menaikkan selera makan (palatabilitas) atau stabilitas pelet dalam air.
Bahan-bahan pakan ikan di Indonesia terdiri dari bahan pakan lokal dan bahan
pakan impor, bahan-bahan ini biasanya hampir sama dengan bahan pakan yang
digunakan untuk ternak lain seperti ayam. Bahan pakan lokal ialah bahan pakan yang
tersedia di Indonesia, umpamanya bahan-bahan yang terdapat didaerah tertentu yang
digunakan oleh petani ikan setempat sebagai pakan ikan, minyalnya tanaman
singkong, pepaya, talas, lamtoro dan tanaman lainnya yang ada dipinggur-pinggir
kolam dan memanfaatkan daun-daun tanaman tersebut untuk pakan ikan.

44
Bahan-bahan lokal yang sering digunakan untuk pakan ikan ini adalah dedak,
tepung jagung, tepung tulang, tepung darah, tepung ikan tepung benawa, tepung
bekicot, tepung tapioka, tepung sagu, tepung biji-bijian, tepung daun-daunan dan lain
sebagainya.sedangkan bahan pakan impor adalah bahan pakan ternak atau ikan yang
sengaja didatangkan dari negara lain seperti Amerika Serikat, RRC, India, Brazilia dan
negara-negara lain. Bahan-bahan impor sebagian besar terdiri dari tepung ikan, tepung
kedelai dan tepung terigu.
Diantara bahan-bahan pakan ikan ternyata tepung ikan merupakan bahan pakan
ikan yang paling banyak digunakan pada setiap pembuatan pakan ikan karena harga
tepung ikan ini cukup mahal, karena harga tepung ikan ini cukup mahal orang mencari
bahan lain seperti silase ikan, tepung kedelai dan tepung cacing serta bahan lain yang
kandungan proteinnya tinggi.
Bahan penyusun pakan sebaiknya digiling sehalus mungkin, pengecilan ukuran
partikel akan meningkatkan kecernaan dan daya simpan serta stabilitas pelet di dalam
air. Dalam penggunaan bahan-bahan pakan ikan tertentu perlu pula dipikirkan data-
data ekonomisnya dalam hubungan dengan pertumbuhan atau produksi ikan.
Mengenai bahan pakan ikan tidak saja perlu diketahui kandungan protein, lemak,
karbohidrat dan lain sebagainya, tetapi masih diperlukan pengetahuan tentang sifat
fisik dan kandungan zat-zat lain didalam bahan pakan ikan tersebut yang dapat
mempengaruhi nilai nutrisinya.
Contoh beberapa bahan pakan ikan yang perlu mengolahan tertentu adalah :
1. Kacang kedelai, yang merupakan sumber protein nabati, ternyata dalam bentuk
mentah mengandung zat penghalang berupa enzim trypsin inhibitor yang dapat
merendahkan nilai nutrisi dari kacang kedelai tersebut. Untuk menghilangkan enzim
tersebut dapat dilakukan dengan cara pemanasan dengan cara kacang kedelai tersebut
dimasak atau dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 140oC 150oC selama 2,5
menit. Pemanasan tersebut selain dapat menghilangkan enzim trypsin juga dapat
meningkatkan nilai nutrisi kacang kedelai yang akan digunakan dalam pembuatan
pakan.
2. Ikan mentah, kebanyakan ikan mentah mengandung enzim thiaminase dalam
tubuhnya, yang dapat merusak thiamin (Vitamin B1) dalam tubuh ikan tersebut.

45
Tetapi thiaminase ini dapat dihancurkan dengan cara memasak atau memanaskan
ikan pada suhu 88oC 93oC selama 1 2 menit atau kurang dari 5 menit pada suhu
82oC sehingga nilai nutrisi ikan tersebut akan lebih baik. Pada dedak padipun juga
diduga terdapat enzim tiaminasi ini.
3. Daun lamtoro, salah satu bahan pakan nabati dengan kandungan protein yang cukup
tinggi yang pada umumnya digunakan untuk pakan ternak tetapi tidak menutup
kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk campuran dalam pembuatan pakan untuk
ikan dan udang. Penggunaan daun lamtoro terbatas sekali dalam pakan udan atau
ikan karena adanya mimosine yang bersifat racun terhadap ikan dan udang.
Menghilangkan enzim mimosine ini dapat dilakukan dengan cara merendam daun
lamtoro dalam air selama 42 jam. Sebaiknya perendaman dilakukan dalam air yang
mengalir dan diharapkan rata-rata 90% mimosine dapat dihilangkan dengan cara ini.
Setelah direndam daun lamtoro itu lalu dikeringkan dalam udara selama 2 hari dan
selanjutnya dijadikan tepung.

Masih banyak bahan pakan lainnya yang diduga memerlukan pengolahan tertentu
untuk meningkatkan nilai nutrisinya dan menghindarkan timbulnya akibat
sampingan.
Dalam pemilihan bahan baku untuk pembuatan formulasi pakan ikan yang
mempunyai beberapa persyaratan yang harus karena hal ini menyangkut dari
kuantitas dan kualitas pakan yang akan dihasilkan.
Persyaratan bahan baku untuk pembuatan pelet ikan adalah sebagai berikut :
a. Bahan tersebut mempunyai nilai gizi yang tinggi
b. Bahan pakan tersebut mudah untuk dapat diperoleh dan
c. Mudah diolah
d. Tidak mengandung racun
e. Harganya relatif murah
f. Bukan merupakan makanan pokok manusia sehingga tidak merupakan saingan

Formulasi pakan ikan biasanya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan dipelihara
atau teliti, apakah ikan yang akan diberi makan adalah termasuk ikan karnivora, ikan

46
herbivora dan omnivora. Untuk ikan karnivora maka bahan pakan yang banyak
digunakan adalah bahan yang berasal dari hewan, untuk ikan herbivora maka bahan
pakan yang digunakan adalah bahan nabati sedangkan untuk ikan omnivora maka
bahan nabati dan hewani harus seimbang

6.4. Pembuatan Pakan Pelet dengan Metode Kuadrat

Dalam kebanyakan pakan untuk hewan atau ternak protein merupakan bagian
yang cukup mahal harganya dan biasanya merupakan zat gizi pertama dalam
membuat formulasi pakan ikan.
Berdasarkan tingkat kandungan protein bahan-bahan pakan ikan terbagi atas :
1. Pakan protein basal, yaitu bahan pakan ikan, baik nabati maupun hewani yang
kandungan proteinnya dibawah 20%, pakan protein basal ini disebut juga pakan
suplemen energi (energi supplement).
2. Pakan protein suplemental, yaitu bahan pakan ikan yang kandungan proteinnya
diatas 20%.
Dari pembagian kandungan protein diatas maka dapat kita buat suatu
formulasi pakan dengan kandungan protein yang sesuai dengan harapan dari si
pembuat yang disesuaikan dengan kebutuhan ikan akan kandungan protein.
Adapun dalam menentukan formulasi pakan ikan bahan-bahan yang
digunakan harus sudah diketahui atau sudah dianalisis komposisi gizi yang
terkandung didalamnya, seperti protein, lemak, karbohidrat dan lain sebagainya. Hal
ini sangat penting sekali untuk menentukan kualitas bahan yang akan digunakan,
dalam kaitannya dengan kebutuhan nutrisi untuk ikan.
Langkah-langkah kerja pembuatan pellet secara sederhana yaitu sebagai
berikut :
a. Bahan-bahan yang sudah tersedia harus diolah kembali atau dicampurkan menjadi
partikel-partikel kecil atau menjadi tepung,
b. Bahan ditimbang dan dicampur secara merata
c. Setelah homogen maka bubuhi air sebanyak 35 40% dari bobot total bahan yang
akan dibuat pelet, aduk sampai homogen

47
d. Hasil adukan dimasukkan kedalam alat cetak pelet (mesin penggiling daging)
yang diameter lubangnya sesuai dengan diameter pelet yang dibutuhkan.
e. Setelah keluar dari alat pencetak maka pelet tersebut dipotong-potong dan dijemur.

6.5. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Pakan


Dalam pembuatan pelet perlu sekali diberi bahan tambahan diantaranya adalah ;
1. Anti oksidan tujuannya adalah untuk menghindari penurunan mutu selama proses
penyimpanan. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pakan ikan mudah
teroksidasi antara lain; bahan atau pakan ikan yang dibuat terlalu banyak
kandungan lemak, kadar air didalam pakan cukup tinggi, bahan atau pakan ikan
yang banyak mengandung garam. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi bahan
anti oksidasi yang akan digunakan dalam pakan ikan adalah sebagai berikut :
Harus efektif dalam mencengah terjadinya oksidasi pada lemak atau minyak
baik itu minyak nabati ataupun minyak hewani, serta vitamin yang dapat
mencengah penurunan kualitas pakan
Tidak menimbulkan keracunan pada manusia dan hewan pelihara
Sangat efektif dengan menggunakan konsentrasi yang rendah
Mempunyai nilai ekonomis

2. Vitamin dan mineral, hal ini untuk menghindari gangguan kurang vitamin dan
mineral terhadap pembentukan jaringan tubuh ikan.
3. Garam dapur (NaCl). Jumlah penggunaannya dapat mencapai 2 persen. Selain
berfungsi sebagai bahan pelezat (rasa gurih).
4. Bahan Perekat, beberapa bahan yang berfungsi sebagai bahan perekat antara lain
adalah agar-agar, selatin, tepung kanji, tepung terigu, tepung sagu dan lain-lainnya.
Fungsi dari bahan perekat adalah untuk mempertinggi ketahanan pakan ketika
dalam air sagar pakan tersebut tidak cepat hancur. Untuk bahan perekat yang
banyak digunakan adalah tepung tapioka dan tepung kanji, jumlah penggunaan
bahan perekat dapat mencapai 10 persen dari seluruh bobot ramuan.

48
Persyaratan Pakan Buatan Untuk Ikan
- Ridak berjamur
- Memiliki stabilitas yang baik ketika berada dalam air sehingga tidak mudah hancur
dalam air
- Kandungan gizi sesuai (tertera pada label)
- Tidak mengandung racun sehingga tidak berbahaya baik pada ikan ataupun lingkungan
- Bisa disimpan dalam waktu yang cukup lama
- Baunya merangsang (khas bau pelet)
- Mudah untuk memperolehnya hal ini berkaitan dengan bahan-bahan pembentuk pakan
tersebut
- Pakan tidak banyak debu halus/debu pakan

Kelemahan pakan dalam bentuk pelet yaitu sebagai berikit :

- Membutuhkan keahlian dan ketelitian dalam membuat formulasi terutama tentang


bahan-bahan dan kandungan gizi yang terdapat didalamnya.
- Membutuhkan biaya yang lumayan tinggi
- Ketelitian sangat diperlukan
- Membutuhkan tempat penyimpanan
- Dalam pembuatan butiran-butiran harus benar-benar halus hal ini untuk
mempertahankan stabilitas pakan dalam air.
- Bahan baku dari pakan tambahan sebagian besar merupakan bahan makanan manusia
kalaupun tidak dimakan oleh manusia biasanya bahan tersebut tidak baik untuk dibuat
pakan karena sudah terjadi penurunan mutu, dimana bahan yang seperti ini tidak baik
untuk diberikan kepada ikan peliharaan.

6.6. Pemberian Pakan

Pada awal pemberian pakan ketika pemeliharaan ikan dimulai, sering kali ikan
tidak mau makan, apalagi kalau pakan yang diberikan bukan yang biasa dimakan pada
lingkungan sebelumnya. Untuk bisa menerima pakan baru misalnya dari kebiasaan
makan ikan rucah menjadi pemakan pelet, maka sebaiknya dilakukan pembelajaran
kebiasaan makan secara bertahap.

49
Beberapa hal yang penting dalam pembelajaran makan ikan ini adalah ikan
diberikan pakan baru ketika ikan benar-benar dalam keadaan lapar sekali yaitu dengan
mencampur makanan asal dengan makanan baru. Porsi pakan yang baru ditingkatkan
secara bertahap (gradual) sedikit demi sedikit, sementara porsi pakan lama dikurangi.

Jumlah Pemberian Pakan

Kebutuhan pakan harian dinyatakan sebagai tingkat pemberian pakan (feeding


rate) perhari yang ditentukan berdasarkan persentase dari bobot ikan.

Tingkat pemberian pakan ditentukan oleh ukuran ikan dimana sebakin besar ikan
maka feeding-ratenya semakin kecil, tetapi jumlah pakan hariannya semakin besar,
maksud dari pernyataan ini yaitu semakin besar ikan jumlah pakan yang diberikan
sebenarnya semakin kecil namun jumlah pakan yang diberikan perhari akan semakin
besar, hal ini bertentang dengan pemberian pakan untuk skala pembenihan dimana
feeding-rate pakan yang diberikan akan semakin besar hal ini karena ikan yang masih
kecil membutuhkan pakan dalam jumlah yang cukup besar untuk memperlancar
pertumbuhan jaringan-jaringan tubuhnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pemberian pakan yang akan diberikan
kepada ikan peliharaan setiap harinya, namun yang terpenting adalah suhu air, ukuran
ikan, dan kualitas air selain itu ada beberapa faktor lainnya. Suhu air yang rendah akan
mempengaruhi proses metabolisme didalam tubuh ikan sehingga pada batas-batas suhu
air terendah kadang-kadang ikan tidak mau makan. Demikian juga bila kandungan
oksigen terlarut dalam air rendah maka nafsu ikan dengan sendirinya akan berkurang.
Sehingga apabila prosentase pakan yang diberikan cukup tinggi maka kemungkinan besar
akan mempengaruhi kualitas air tempat pemeliharaan ikan tersebut.

Secara berkala jumlah pakan harian ikan disesuaikan dengan pertambahan bobot
ikan dan perubahan populasi. Untuk imformasi bobot rata-rata dan populasi ikan akan
diperoleh apa bila dilakukan kegiatan pemantauan ikan dengan cara sampling, oleh
karena itu dengan sendirinya penyesuaian pakan ditetapkan setelah proses sampling.

Pakan buatan yang diberikan harus berkualitas tinggi, karena larva membutuhkan
pakan untuk membantu pembentukan jaringan-jaringan tubuhnya maka pakan yang

50
diberikan harus mengandung kandungan protein yang cukup banyak disamping
kandungan gizi lainnya. Dan yang sangat penting untuk diperhatikan dari pakan buatan
adalah daya cerna yang tinggi sehingga pakan buatan itu mudah sekali dicerna oleh
burayak atau larva ikan tersebut.

Untuk biota yang dipelihara dalam wadah pemeliharaan (baik ikan ataupun udang)
yang bersifat nokturnal (aktif pada malam hari) maka sebaiknya jumlah pakan yang
diberikan lebih banyak pada sore hari akan biota yang bersifat nokturnal adkan mencari
makan pada malam hari sedangkan untuk pagi hari dan siang hari biota tersebut akan
bersembunyi oleh karena itu jumlah makanan sore hari sebaiknya lebih banyak dari
makanan pagi hari.

Untuk menghitung konversi pakan dapat dengan menggunakan rumus sebagai


berikut :
F
Konversi pakan =
(Wt + D) Wo

F : Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan


Wo : berat awal ikan rata-rata
Wt : berat akhir ikan rata-rata
D : Jumlah berat ikan mati selama pemeliharaan

Ada cara lain untuk mengetahui kualitas pakan yaitu dengan menghitung efesiensi
pakan dengan rumus sebagai berikut ;

(Wt + D) Wo
Efesiensi Pakan = x 100%
F

51
Konversi pakan diartikan sebagai kemampuan spesies akuakultur mengubah pakan
menjadi daging, sama halnya dengan FCR (feed conversion ratio) yang merupakan ukuran
yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging
ikan kultur.
Nilai konversi pakan sangat tergantung dari kebiasaan makan, ukuran ikan yang
kita pelihara, kualitas air (baik itu kandungan oksigen dalam air, kandungan amonia, pH
dan sebagainya) juga tergantung dari kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan.

Metode Pemberian Pakan


Teknik pemberian pakan pada ikan bervarisi, tetapi teknik yang paling mendasar
untuk penyebaran pakan ke dalam kolam meliputi penaburan sedikit demi sedikit
(spreinkling), penghamburan (broadcasting) dan secara mekanik. Teknik penaburan sedikit
demi sedikit merupakan metode tradisional, dengan metode ini pakan harian yang
diberikan dilemparkan kedalam kolam dengan genggaman tangan selama priode 3 sampai
4 jam pada pagi hari dan priode yang serupa pada sore hari.
Teknik penghamburan dilakukan dengan menghamburkan pakan yang akan
diberikan untuk setiap kali pemberian de dalam kolam sekaligus. Alat pemberian pakan
mekanis adalah alat yang di pasang secara otomatis baik untuk menyebarkan pakan dalam
jangka waktu (interval) tertentu maupun untuk melepaskan pakan kedalam kolam atas
rangsangan atau sentuhan ikan yang akan memakannya.
Pemberian pakan baik dengan metode penaburan sedikit demi sedikit dapat
dipertimbangkan jika stabilitas air pakan kurang atau sama dengan lima, namun hanya
pakan dengan waktu stabilitas > 10 menit yang dianjurkan untuk metode ini.
Untuk burayak dan benih yang masih kecil, makanan yang kita berikan kita sebarkan
merata di seluruh permukaan air. Apabila makanannya dalam bentuk larutan, maka
penyebarannya dapat kita lakukan dengan alat penyemprotan, sedangkan yang berbentuk
tepung dan remah dapat kita taburkan begitu saja dengan tangan kosong.

52
Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan

Mengenai frekuensi pemberian pakan kepada ikan setiap harinya, belum didapatkan
data-data lengkap. Namun dalam penentukan frekuensi pakan ini ada pengaruhnya
terhadap pertumbuhan ikan. Pada umumnya ukuran ikan yang masih kecil akan lebih
sering diberikan pakan perharinya dibandingkan dengan ikan yang berukuran besar.
Sebagai contoh untuk ikan mas yang berukuran burayak frekuen pemberian pakan
dilakukan sebanyak 6 sampai 7 kali dalam sehari sedangkan untuk ikan mas yang
berukuran lebih besar pemberian pakan dilakukan 2 sampai 3 kali sehari. Jadi yang
dimaksud dengan frekuensi pakan adalah banyaknya waktu yang yang digunakan untuk
memberikan pakan setiap hari atau berapa kali pakan diberikan kepada ikan yang
dipelihara dalam waktu perharinya. Oleh karena itu frekuensi ini terkait dengan waktu
pemberian pakan, sebagaimana kita ketahui pada umumnya semakin besar ukuran ikan
frekuensi pemberian pakan akan semakin jarang. Frekuensi pemberian pakan berkaitan
dengan laju evakuasi pakan didalam lambung dan ini tergantung pada ukuran dan jenis
kultur serta suhu air.

6.7. Pengujian Mutu Pakan


Sebelum pakan diberikan kepada ikan yang dipelihara, yang perlu diperhatikan adalah
mutu pakan tersebut, maka untuk mengertahui tingkatan mutu pakan buatan yang akan
kita berikan kita perlu melakukan pengujian mutu terlebih dahulu. Adapun cara
pengujian mutu dapat dibedakan dalam 3 golongan pengujian mutu, cara pengujian
mutu tersebut adalah sebagai berikut :

Chapter 1 Pengujian Fisis

Dalam pengujian fisis hal yang perlu kita lakukan adalah pengujian fisis terhadap
makanan buatan berbentuk pelet, yaitu antara lain mengenai kehalusan bahan bakunya ,
kekerasannya, daya tahannya di dalam air dan daya mengapungnya.
Kehalusan bahan baku dapat kita lakukan dengan menggilingnya lagi, kemudiab hasil
gilingannya kita amati. Berdasarkan besar kecilnya ikuran kita dapat membedakannya
menjadi beberapa macam golongan seperti misalnya sangat halus, halus, agak halus,

53
sangat kasar dan lain sebagainya. Kemudiand kita hitung persentase dari masing-masing
golongan, semakin banyak prosentase bagi yang halus maka sebakin baik mutu pelet yang
bersangkutan.
Pengujian kekerasan dapat kita lakukan dengan memberi beban pada pelet yang
bersangkutan dengan suatu pemberat yang mempunyai bobot tertentu. Pemberian beban
itu kita lakukan dengan beberapa macam pemberat sampai akhirnya pelet yang kita uji
tidak lmampu manahan beban tersebut. Pelet yang baik biasanya mempunyai tingkat
kekerasan yang tinggi, dan biasanya pelet dengan tingkat kekerasan yang tinggi
dihasilkan dari bahan baku yang benar-benar halus.
Pengujian daya tahan dalam air kita lakukan dengan jalan merendam pelet tersebut
kedalam air dingin. Waktu yang diperlukan samapi pelet tersebut hancur merupakan
ukuran daya tahannya. Makin lama waktu yang dibutuhkan sebakin baik mutu pelet
tersebut. Pelet untuk ikan setidak-tidaknya harus mempunyai daya tahan selama 10 menit
dalam air, sedangkan pelet untuk udang daya tahan dalam air harus lebih lama dari pelet
untuk ikan.
Untuk pengujian daya apung kita lakukan dengan jalan menjatuhkan pelet yang
bersangkutan kedalam air didalam akuarium (atau wadah lainnya yang dapat dipantau)
dengan kedalaman sekitar 20 cm, waktu yang diperlukan dari pelet menyentuh
permukaan air sampai tenggelam didasar adalah merupakan ukuran daya apung. Untuk
pelet ikan makin besar daya apungnya semakin baik, paling tidak harus bisa melayang
selama waktu 5 menit namun kebalikannya untuk pakan udang justru harus lebih cepat
tenggelam ke dasar.

2. Pengujian kemis

Pengujian kemis ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan zat-zat gizi dari
pakan yang bersangkutan, yaitu mengenai kadar protein, lemak, karbohidrat, abu, serat dan
juga kadar air. Untuk makanan kering seperti pelet, maka pengetahuan mengenai kadar air
sangat penting. Sebab apabila kadar airnya masih terlaldu tinggi makanan tersebut akan
cepat rusak dan berjamur. Pelet yang baik kdar airnya tidak boleh lebih dari 10 persen,
selain itu kandungan abu dan seratnya masing masing kurang dari 5 persen. Sedangkan
mengenai kandungan protein, lemak, karbohidrat tergantung dari jenis ikan dan umur ikan

54
yang akan kita beri makan. Sebagai patokan saja yang perlu kita padomani untuk pakan
yang baik kandungan proteinnya harus lebih dari 25 persen, kandungan lemak tidak lebih
dari 8 persen dan untuk kandudngan karbohidratnya sekitar 12 persen.

3. Pengujian biologis

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa pengaruh makanand


tersebut terhadap pertumbuhan ikan. Makanan yang kandungan gizinya tinggi belum tentu
berpengaruh baik terhadap pertumbuhan ikan yang kita pelihara, hal ini karena bila bahan
baku pakan tersebut merupakan bahan yang sukar untuk dicerna maka zat gizi yang
terkandung didalamnya tidak akan banyak dapat diserap oleh usus ikan. Untuk
pengujiannya, maka kita lakukan pengukuran pertambahan berat dan panjang ikan yang
kita pelihara dalam waktu sekitar 1,5 2 bulan. Selain itu kita catat juga jumlah makanan
yang kita berikan, dari data yang telah kita kumpulkan kita dapat mengetahui tingkat nilai
ubah (konversi) makanan yang bersangkutan. Semakin kecil nilai ubahnya maka semakin
baik pula mutu pakan yang kita berikan.

55
Contoh menghitung formulasi pakan dua bahan baku

1. Gambarlah sebuah bujur sangkar dan letakkan nilai kandungan protein yang diinginkan

ditengah-tengah garis diagonal bujur sangkar tersebut.

30%

2. Pada sisi kiri bujursangkar cantumkan 2 jenis bahan baku yang tersedia berikut nilai

kandungan proteinnya. Pada sisi atas bahan baku yang memiliki kandungan protein lebih

tinggi sedangkan posisi bawah yang memiliki kandungan protein lebih rendah.

Tepung ikan 60%

30%

Dedak 9,6%

3. Lakukan perhitungan dengan dengan melakukan pengurangan untuk setiap kandungan

protein bahan baku antara nilai yang lebih besar dengan kandungan protein yang

diinginkan, hasilnya merupakan bagian dari masing-masing komponen bahan baku

tersebut.
Tepung ikan 60% Bagian Tepung ikan
30 9,6 = 20,4

30%

Dedak 9,6% Bagian dedak


60 30 = 30,0

56
4. Lakukan penjumlahan masing-masing komponen bahan baku tersebut, yaitu : 20,4 +

30,0 = 50,4
5. Nilai yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Jumlah bahan baku tepung ikan yang diperlukan :

b. Jumlah bahan baku dedak yang diperlukan :


20,4/50,4 x 100 gram = 40,48 gram atau 40,48%

30,0/50,4 x 100 gram = 59,52 gram atau 59,52%


Catatan:

Untuk membuktikan kebenaran nilai kandungan protein sebesar 30% atau 30 gram setiap

100 gram formulasi dari bahan baku tepung ikan 40,48 gram dan dedak 59,52 gram adalah

sebagai berikut :

a. Jumlah protein dari tepung ikan adalah :


40,48
b. Jumlah gram
protein darix dedak
60% =adalah
24,29: gram

59,52 gram x 9,6% = 5,71 gram


c. Total jumlah protein per 100 gram formulasi pakan adalah :
24,29 gram + 5,71 gram = 30,0 gram

57
Formulasi tiga bahan baku atau lebih

1. Kelompokkan bahan baku yang termasuk ke dalam kelompok sumber protein utama

dan protein bukan utama atau penunjang. Buatlah rencana atau perkiraan yang akan

digunakan untuk masing-masing bahan baku tersebut. Misalkan bahan utama adalah

tepung ikan dan tepung kedelai, dengan rencana penggunaan tepung ikan 3 bagian dan

tepung kedelai 1 bagian. Untuk kelompok protein penunjang adalah dedak dan bungkil

kelapa, dengan rencana penggunaan adalah 2 bagian untuk dedak dan 1 bagian untuk

bungkil kelapa.
2. Hitung berat rata-rata kandungan protein dari tiap kelompok
a. Kelompok sumber protein utama :

Tepung ikan = 3 bagian x 60% = 180%

Tepung kedelai = 1 bagian x 44% = 44%

Jumlah = 4 bagian = 224%

Berat rata-rata kandungan protein 224% : 4 = 56%

b. Kelompok sumber protein penunjang

Dedak = 2 bagian x 9,6% = 19,20%

Bungkil kelapa = 1 bagian x 13,45% = 13,45%

Jumlah = 3 bagian = 32,65%

Berat rata-rata kandungan protein 32,65% : 3 = 10,88%

3. Gambarlah sebuah bujur sangkar dan letakkan nilai kandungan protein yang

diinginkan ditengah-tengah garis diagonal bujur sangkar tersebut.

58
40%

4. Pada sisi kiri bujursangkar cantumkan 2 jenis bahan baku yang tersedia berikut nilai

kandungan proteinnya. Pada sisi atas bahan baku yang memiliki kandungan protein

lebih tinggi sedangkan posisi bawah yang memiliki kandungan protein lebih rendah.

Utama 56%

40%

5. LakukanPenunjang
perhitungan10,88%
dengan dengan melakukan pengurangan untuk setiap kandungan

protein bahan baku antara nilai yang lebih besar dengan kandungan protein yang

diinginkan, hasilnya merupakan bagian dari masing-masing komponen bahan baku

tersebut.

Utama 56% Protein Utama


40 10,88 = 29,15
bagian
40%

Penunjang 10,88% Protein Penunjan


56 - 40 = 16,0 bagian

6. Lakukan penjumlahan masing-masing komponen bahan baku setiap kelompok tersebut,

yaitu : 29,15 + 16,0 = 45,15


7. Nilai yang diperoleh adalah :

Jumlah bahan baku protein utama untuk setiap 100 gram formulasi pakan adalah

29,15/45,15 x 100 gram

59
= 64,56 gram atau 64,56%

Jumlah bahan baku protein penunjang untuk setiap 100 gram formulasi pakan adalah

16/45,15 x 100 gram

= 35,44 gram atau 35,44%

8. Hitunglah konstribusi setiap bahan baku dalam setiap kelompok :

Kelompok sumber protein utama :

Tepung ikan = 3 bagian


= 3/4 x 64,56 gram
= 48,42 gram (48,42%)
Tepung kedelai = 1 bagian
= 1/4 x 64,56 gram
= 16,14 gram (16,14%)

Kelompok sumber protein penunjang :

Dedak = 2 bagian
= 2/3 x 35,44 gram
= 23,63 gram (23,63%)
Bungkil kelapa = 1 bagian
= 1/3 x 35,44 gram
= 11,81 gram (11,81%)

60
Catatan :

Untuk membuktikan kebenaran nilai kandungan protein formulasi pakan sebesar

40% atau 40 gram protein setiap 100 gram formulasi pakan dari bahan tepung ikan sebesar

48,42 gram, tepung kedelei 16,14 gram, dedak 23,63 gram, dan bungkil kelapa 11,81 gram

adalah sebagai berikut :

a. Jumlah protein dari tepung ikan adalah 48,42 gram x 60% = 29,05 gram
b. Jumlah protein dari tepung kedelei adalah 16,14 gram x 44% = 7,10 gram
c. Jumlah protein dari dedak adalah 23,63 gram x 9,6% = 2,27 gram
d. Jumlah protein dari bungkil kelapa 11,81 gram x 13,45% = 1,58 gram

Dengan demikian jumlah protein per 100 gram formulasi pakan adalah :

29,05 gram + 7,10 gram + 2,27 gram + 1,58 gram = 40,0 gram

61
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, T dkk, 1998. Budidaya Bandeng Secara Insentif. Penebar Swadaya. Jakarta
Idel, A. dan S. Wibowo. 1996. Budidaya Tambak Bandeng Modern. Gitamedia Press.
Surabaya
Martosudarmo, B. dan B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya,
Jakarta.
BBAP Jepara. 1985. Pedoman Budidaya Tambak. Ditjen Perikanan, BBAP Jepara.
Hadi, W. Dan J. Supriatna. 186. Tehnik Budidaya Bandeng. Bharata Karya Aksara. Jakarta

62

You might also like