You are on page 1of 7

1.

Hasil Uji Hipotesis I (Uji Beda Rata-Rata)

Hasil penelitian pada hipotesis pertama dalam penelitian ini

mengatakan bahwa rata-rata kecerdasan emosional siswa yang diajar

dengan model SAVI bermuatan etnomatematika lebih baik daripada rata-

rata kecerdasan emosional siswa yang diajar dengan model ekspositori.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kecerdasan emosional siswa

pada kelas eksperimen mencapai 64,80 sedangkan nilai rata-rata

kecerdasan emosional siswa pada kelas kontrol mencapai 55,41.

Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan model SAVI

bermuatan etnomatematika. Pembelajaran pada kelas eksperimen lebih

melibatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan

mengeksplorasi pengetahuan atau informasi awal serta pengalaman siswa

untuk mengenal kecerdasan emosional diri. Hal itu membuat siswa lebih

mudah dalam memahami dan mengaplikasikan kecerdasan emosional

disetiap pembelajaran. Pembelajaran tersebut dilakukan secara bertahap

sesuai dengan tahapan model SAVI bermuatan etnomatematika sehingga

membuat siswa lebih antusias dalam belajar mengenal kecerdasan

emosional siswa. Sehingga tujuan untuk meningkatkan kecerdasan

emosional siswa dapat tercapai. Hal ini ditunjukkan dengan kecerdasan

emosional siswa yang selalu mengalami peningkatan dari pertemuan

pertama sampai pertemuan keempat.

Ketercapaian indikator kecerdasan emosional siswa di kelas

eksperimen yaitu pada pertemuan pertama, mayoritas siswa dapat


mencapai 1 indikator yaitu mengenal emosi diri sendiri. Pada pertemuan

kedua mengalami peningkatan yaitu mayoritas siswa dapat mencapai 2

indikator diantaranya mengelola emosi dan motivasi.

Ketercapaian indikator kecerdasan emosional siswa pada

pertemuan ketiga siswa dapat mencapai indikator 2 yaitu siswa dapat

memiliki rasa empati terhadap sesama teman. Ketercapaian indikator

kecerdasan emosional siswa pada pertemuan keempat yaitu mayoritas

siswa dapat mencapai semua indikator kecerdasan emosional siswa yang

ada pada penelitian ini. Indikator tersebut yaitu mengenal emosi diri

sendiri, mengontrol emosi, motivasi, empati, dan hubungan sosial.

Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas siswa di kelas eksperimen

dapat mencapai semua indikator kecerdasan emosional siswa dalam

penelitian ini.

Pembelajaran di kelas kontrol guru menggunakan pembelajaran

dengan metode ekspositori. Dalam kegiatan pembelajaran, guru

memegang peran yang sangat dominan pembelajaran satu arah dimana

pembelajaran ini berpusat pada guru dalam proses pembelajarannya. Jadi

rata-rata kecerdasan emosional siswa yang diajar dengan model ekspositori

rendah.

Ketercapaian indikator kecerdasan emosional siswa pada

pertemuan pertama dan kedua mayoritas siswa dapat mencapai 2 indikator

yaitu mengenal emosi diri sendiri dan motivasi. Pertemuan ke tiga dan

keempat yaitu mayoritas siswa dapat mencapai 2 indikator diantaranya


motivasi, dan empati. Sehingga dapat dikatakan bahwa hanya sebagian

siswa di kelas kontrol yang dapat mencapai semua indikator kecerdasan

emosional siswa dalam penelitian ini.

Berdasarkan penjelasan diatas maka kecerdasan emosional siswa di

kelas eksperimen lebih baik dari pada kecerdasan emosional siswa di kelas

kontrol. Sehingga dapat ditarik kesimpulan rata-rata kecerdasan

emosional siswa yang diajar dengan model SAVI bermuatan

etnomatematika lebih baik dari pada rata-rata kecerdasan emosional siswa

siswa yang diajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran

ekspositori.

Hal tersebut sesuai prinsip dasar model pembelajaran SAVI yaitu

emosi positif sangat membantu pembelajaran, artinya siswa yang

mempunyai emosi yang baik sangat membantu pembelajarannya.

(Meire,2002:99). Sesuai faktor kecerdasan emosinal siswa diantaranya

faktor pelatihan emosional, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan secara

berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan rutin tersebut

akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai

dan kecerdasan emosional yang baik (Agustian. 2007:12). Dengan model

savi, pembelajaran ini dimulai dengan memberikan motivasi kepada siswa

dan membangkitkan minat belajar siswa, menciptakan lingkungan

emosional yang positif dan merangsang rasa ingin tahu siswa terhadap

kebudayaan.

2. Hasil Uji Hipotesis II (Uji Regresi Sederhana)


Hasil penelitian pada hipotesis kedua dalam penelitian ini

mengatakan bahwa ada pengaruh positif aktivitas belajar siswa terhadap

kecerdasan emosional siswa yang diajar dengan model SAVI bermuatan

etnomatematika. Berdasarkan hasil uji Regression dan uji R Square

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif aktivitas belajar siswa

terhadap model SAVI bermuatan etnomatematika sebesar 68% sedangkan

32% dipengaruhi oleh faktor lain.

Pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan sebanyak empat kali

pertemuan. Pada saat pembelajaran dengan model SAVI bermuatan

etnomatematika siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal

tersebut terlihat saat mereka bekerja sama dalam diskusi kelompok. Siswa

berdiskusi masalah emosi diri sendiri, dan belajar mendiskusikan cara

mengelola diri sendiri, sehingga aktivitas belajar siswa pada tiap

pertemuan selalu mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada

lembar pengamatan aktivitas belajar siswa di kelas pada pembelajaran

dengan model SAVI bermuatan etnomatematika.

Pertemuan pertama pada kelas eksperimen, siswa baru

menyesuaikan diri pada penerapan pembelajaran dengan model SAVI

bermuatan etnomatematika. Langkah-langkah dalam pembelajaran model

SAVI bermuatan etnomatematika dapat terlaksana sesuai dengan RPP,

akan tetapi masih terdapat beberapa kendala. Kendala pertama yaitu pada

tahap pembentukan kelompok, suasana dalam kelas menjadi ramai karena


siswa tidak bisa dikelompokkan antara siswa yang terbiasa bermain satu

kelompok dengan berbeda kelompok.

Kendala yang kedua yaitu terdapat beberapa kelompok yang masih

sulit dan malu untuk saling diskusi dan terbuka dalam menceritakan

permasalahan diri sendiri yang bisa menghambat kecerdasan emosional

siswa. Pada saat presentasi kelompok ada kelompok yang berani maju tapi

antara siswa masih ada yang malu dan ikut-ikutan untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Hal tersebut menyebabkan

siswa belum bisa mengenal emosi diri dan motivasi sesuai indikator

kecerdasan emosional siswa.

Pertemuan kedua, siswa mulai bisa menyesuaikan diri dengan

model SAVI bermuatan etnomatematika. Hal ini terlihat dari hasil

pengamatan aktivitas belajar siswa yang meningkat dari pertemuan yang

pertama. Pada pertemuan kedua ini, siswa terlihat cukup aktif pada saat

pembelajaran di kelas yaitu siswa memperhatikan penjelasan yang

disampaikan guru, siswa mendengarkan kelompok lain yang sedang

presentasi, sebagian siswa sudah bisa mengemukakan pendapatnya dalam

kelompok dan mulai bisa memahami masalah yang sedang dihadapi, siswa

saling berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang

sedang dihadapi, akan tetapi masih terdapat beberapa kelompok yang

ramai dan tidak mendengarkan kelompok lain yang sedang presentasi.

Sehingga ketercapaian aktivitas belajar siswa belum sepenuhnya tercapai.

Hal tersebut juga berpengaruh pada emosi siswa dalam menyelesaikan


permasalahan kecerdasan emosional siswa yaitu siswa belum bisa

mencapai indikator mengontrol emosi diri dan hubungan sosial.

Pertemuan ketiga dan keempat, siswa sudah mampu menyesuaikan

diri dengan model SAVI bermuatan etnomatematika dan aktivitas belajar

siswa juga meningkat. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan aktivitas

belajar siswa yang meningkat dari pertemuan sebelum-sebelumnya. Pada

pertemuan ketiga dan keempat ini siswa terlihat aktif pada saat

pembelajaran yaitu konsentrasi siswa dalam memperhatikan dan

mendengarkan penjelasan dari guru maupun penjelasan dari kelompok

presentasi sangat baik, siswa sudah bisa mengemukakan pendapatnya

dalam kelompok dan mulai bisa bertanggung jawab dalam menangani

permasalahan sedang dihadapi, siswa saling berdiskusi dan bekerjasama

dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan berani

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas tanpa harus ditunjuk

guru. Kemudian siswa mampu menyelesaikan soal dengan mengaitkan

etnomatematika dengan baik, siswa termotivasi dengan pembelajaran yang

memasukan unsur budaya sehingga siswa menjadi semangat dalam belajar.

Mayoritas siswa sudah dapat memahami apa yang diketahui dan

ditanyakan dalam angket kecerdasan emosional yang diberikan kepada

siswa, akan tetapi pada pengisian angket terdapat siswa yang kurang

mengerti isi dari pernyataan tersebut, sehingga siswa memberanikan diri

untuk minta dijelaskan. Sehingga kecerdasan emosional siswa juga

mengalami peningkatan.
Aktivitas belajar siswa pada setiap pertemuan dalam pembelajaran

dengan model SAVI bermuatan etnomatematika selalu mengalami

peningkatan. Hal tersebut juga diikuti dengan meningkatnya kecerdasan

emosional siswa pada setiap pertemuan.

Hal ini sesuai definisi model SAVI yaitu dalam belajar

memunculkan sebuah konsep belajar yang disebut belajar berdasarkan

aktivitas (dituliskan sumbernya). Model ini melibatkan seluruh indra,

belajar dengan bergerak aktif secara fisik, dengan memanfaatkan indra

sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh atau pikiran terlibat dalam

proses belajar. Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan

mengintruksikan agar anak berdiri dan bergerak. Akan tetapi,

menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan optimalisasi

semua indra dapat berpengaruh besar terhadap hasil pembelajaran (tuliskan

sumber). Semakin aktif siswa dalam belajar maka siswa akan semakin

mengenal dengan kecerdasan emosional (tuliskan sumber). Sardiman

(2011:100) mengungkapkan bahwa aktivitas belajar itu meliputi aktivitas

yang bersifat fisik dan mental. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa

aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dengan model SAVI bermuatan

etnomatematika berpengaruh positif terhadap kecerdasan emosional siswa.

You might also like