You are on page 1of 8

ANALISIS

BUKU GURU DAN BUKU SISWA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Supervisi

Dosen Pengampu : Dra. Sudarmiani, M.Pd

Oleh :

FARADIZA AINNUR DEVIYANTI

11141063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

IKIP PGRI MADIUN

2014
Kurikulum di Indonesia sudah mengalami perkembangan sejak periode
sebelum tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006 yang berlaku sampai akhir
tahun 2012 lalu. Pergantian Kurikulum tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di sekolah.
Menurut beberapa pakar, perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik di
Indonesia maupun di negara lain, disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang
setiap tahunnya selalu berkembang dan tuntutan zaman yang cenderung berubah.
Perkembangan kurikulum dianggap sebagai penentu masa depan anak bangsa.
Oleh karena itu, kurikulum yang baik akan sangat diharapkan dapat dilaksanakan
di Indonesia sehingga akan menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah
yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara.
Setiap kurikulum yang telah berlaku di Indonesia dari periode sebelum
tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006, memiliki beberapa perbedaan sistem.
Perbedaan sistem yang terjadi bisa merupakan kelebihan maupun kekurangan dari
kurikulum itu sendiri. Kekurangan dan kelebihan tersebut dapat berasal dari
landasan, komponen, evaluasi, prinsip, metode, maupun model pengembangan
kurikulum.
Kurikulum 2013 mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013-2014 pada
sekolah yang ditunjuk Pemerintah, maupun sekolah yang siap melaksanakannya.
Artinya sampai Bulan September 2013 ini, sudah 3 bulan kurikulum baru
dilaksanakan. Meskipun masih prematur, namun ada beberapa hal yang dirasakan
oleh penulis tentang keunggulan dan kelemahan kurikulum 2013.

KELEMAHAN
Banyak guru yang beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru
tidak perlu menjelaskan materinya. Padahal kita tahu bahwa belajar matematika,
fisika,dll tidak cukup hanya membaca saja. Peran guru sebagai fasilitator tetap
dibutuhkan, terlebih dalam hal memotivasi siswa untuk aktif belajar. Sebagian
besar guru belum siap. Jangankan membuat kreatif siswa, terkadang gurunya pun
kurang kreatif. Untuk itu diperlukan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar
merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat
memotivasi siswa agar kreatif. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam
proses pengembangan kurikulum 2013. Pemerintah melihat seolah-olah guru dan
siswa mempunyai kapasitas yang sama. Tidak ada keseimbangan antara orientasi
proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai
karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan. UN hanya mendorong
orientasi pendidikan pada hasil dan sama sekali tidak memperhatikan proses
pembelajaran. Hal ini berdampak pada dikesampingkannya mata pelajaran yang
tidak diujikan dalam UN. Padahal, mata pelajaran non-UN juga memberikan
kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Kurikulum 2013
ditetapkan tanpa ada evaluasi dari pelaksanaan kurikulum sebelumnya yaitu
KTSP. Pengintegrasian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang
pendidikan dasar tidak tepat karena rumpun ilmu mata pelajaran-mata pelajaran
itu berbeda. Penyusunan materi ajar belum runtut sesuai tahap berpikir siswa,
guru harus memilah dan menentukan materi esensial mengingat materi yang harus
dikuasai siswa cukup banyak. Konten kurikulum masih terlalu padat yang
ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan
dan kesukarannya melampaui tingkat kemampuan siswa. Standar proses
pembelajaran menggambarkan urutan pembelajaran yang kurang rinci sehingga
membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru.. Materi terlalu luas, kurang mendalam.
Beban belajar terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

KELEBIHAN
Siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam pemecahan masalah.
Penilaian didapat dari semua aspek. Pengambilan nilai siswa bukan hanya di dapat
dari nilai ujian saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap
dan lain lain. Ada pengembangan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan ke dalam semua program studi. Kurikulum berbasis kompetensi
sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi
menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
(misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft
skills dan hard skills, kewirausahaan). Kurikulum 2013 tanggap terhadap
perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Untuk
tingkat SD, penerapan sikap masih dalam ruang lingkup lingkungan sekitar,
sedangkan untuk tingkat SMP penerapan sikap dituntut untuk diterapkan pada
lingkungan pergaulannya dimanapun ia berada. Sementara itu, untuk tingkat
SMA/SMK, dituntut memiliki sikap kepribadian yang mencerminkan kepribadian
bangsa dalam pergaulan dunia. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian
berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional).
Menuntut adanya remediasi secara berkala. Buku, dan kelengkapan dokumen
disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan
menerapkan budaya literasi, dan membuat guru memiliki keterampilan membuat
RPP, dan menerapkan pendekatan scientific secara benar.

FAKTA
Kurikulum 2013 mempelajari semua menjadi satu. Siswa difokuskan pada
mapel tertentu, seperti IPA, Matematika, IPS dan lain sebagainnya. Pemerintah
mengintegrasikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang
pendidikan dasar. Setiap anak atau siswa dituntut kreatif dan inovatif, selain itu
ada juga yang namanya pengembangan karakter yang telah diintegrasikan
kedalam semua program studi.
Buku yang digunakan hanya satu tiap pekan. Pengelompokkan unsur unsur
pembelajaran telah ditentukan oleh pemerintah pusat, sehingga siswa tidak
bingung dalam membawa buku mata pelajaran. Perbedaan antara kurikulum 2013
dengan kurikulum sebelumnya salah satunya adalah adanya buku siswa dan buku
guru yang sudah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber
belajar di sekolah. Buku siswa menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam proses belajar,
peserta didik dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan
terbentang luas di sekitarnya. Oleh karenanya peran guru sangat penting dalam
meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian
kegiatan pada buku tersebut. Guru diharapkan dapat memperkayanya dengan
kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang
bersumber dari lingkungan sosial dan alam daerah masing-masing. Dengan
demikian, guru sebagai pengendali utama di dalam proses belajar mengajar di
kelas perlu mencermati terlebih dahulu terhadap buku siswa maupun buku
pegangan guru yang sudah disediakan pemerintah. Hal ini diperlukan mengingat
buku yang disediakan oleh pemerintah ditujukan untuk keperluan skala
nasional. Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru
diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku
terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jika terdapat ketidaksesuaian atau
ketidaktepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah
tindak lanjut untuk mengatasinya lebih awal.

PENDAPAT DAN SARAN


Menurut saya, dengan adanya buku siswa dan buku guru yang sudah
disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah.
Buku siswa menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam proses belajar, peserta didik
dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di
sekitarnya. Oleh karenanya peran guru sangat penting dalam meningkatkan dan
menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku
tersebut yang terpenting adalah pengintegrasian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan enam mata pelajaran baru
untuk jenjang sekolah dasar (SD). Langkah menghapus mata pelajaran IPA dan
IPS dinilai tidak tepat karena rumpun ilmu mata pelajaran-mata pelajaran itu
berbeda. Guru diharapkan dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk
kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan
sosial dan alam daerah masing-masing. Dengan demikian, guru sebagai
pengendali utama di dalam proses belajar mengajar di kelas perlu mencermati
terlebih dahulu terhadap buku siswa maupun buku pegangan guru yang sudah
disediakan pemerintah.

Buku teks pelajaran yang ada di lapangan, ditinjau dari jumlah, jenis, maupun
kualitasnya sangat bervariasi. Sementara itu, buku teks pelajaran, pada umumnya,
menjadi rujukan utama dalam proses pembelajaran. Guru di lapangan seringkali
tidak merujuk pada kurikulum dalam perencanaan dan implementasi
pembelajarannya, tetapi merujuk pada buku teks pelajaran yang digunakan.
Dengan demikian, buku teks pelajaran haruslah disusun sebaik dan sebenar
mungkin, terutama dalam kaitannya dengan konsep dan aplikasi konsep, agar
tidak menjadi sumber pembodohan, melainkan menjadi sumber pencerdasan anak
didik.

Selain buku teks pelajaran, ada juga buku guru, yaitu buku pendukung
pembelajaran yang menjadi pegangan guru. Di dalamnya memuat materi dan
skenario pembelajaran yang menjadi panduan bagi guru dalam menjalankan
langkah-langkah pembelajaran. Walaupun buku teks pelajaran diperuntukkan bagi
siswa, guru pun terbantu. Pada waktu mengajar guru dapat mempertimbangkan
pula apa yang tersaji dalam buku teks pelajaran. Guru memiliki kebebasan dalam
memilih, mengembangkan, dan menyajikan materi.
Dalam buku harus mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
Pertama, buku pelajaran haruslah memiliki landasan sudut pandang yang jelas
dan mutakhir. Buku teks pelajaran yang baik adalah buku yang memiliki suatu
sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai suatu pengajaran dan buku
yang memeragakan sesuatu bahan pengajaran secara aplikatif.
Kedua, buku pelajaran haruslah berisi materi yang memadai. Buku pelajaran
yang baik adalah buku pelajaran yang menyajikan materi yang kaya, bervariasi,
mudah dibaca, serta sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dampak dari
buku yang demikian adalah menjadi sumber pemecahan masalah akademis,
memicu siswa untuk membaca, menyenangkan, menstimulasi kreativitas anak,
dan sebagainya.
Ketiga, buku teks pelajaran haruslah berisi materi yang disusun secara
sistematis dan bertahap. Sistematis dalam arti materi disajikan dengan
memperhatikan kemudahan pemahaman siswa dalam hal penjelasan,
penggambaran, dan pengorganisasian disusun secara sistematis; pengungkapan
dilakukan secara lugas (tidak berbelit-belit); istilah diberi penjelasan dan atau
contoh; penggunaan kata dan istilah dalam bahasa asing dan atau bahasa
daerah yang tidak relevan dihindari; penyajian mendorong keaktifan siswa
untuk berpikir dan belajar dengan cara bervariasi (misalnya: ilustrasi, kuis, dan
lain-lain); menantang siswa untuk mencari sumber-sumber belajar lain; diikuti
dengan sumber rujukan yang lengkap. Bahan kajian yang berkaitan
dihubungkan satu sama lain secara terpadu, baik intrapelajaran
maupun interpelajaran. Penempatan pelajaran dalam keseluruhan buku
dilakukan secara tepat. Bertahap dalam arti materi yang disajikan diperhatikan
dari segi urutan, seperti dari mudah ke sulit, dari sederhana ke rumit, dari
umum ke khusus atau dari khusus ke umum, dari bagian ke keseluruhan, dan
sebagainya.
Keempat, buku teks pelajaran haruslah berisi materi yang disajikan dengan
metode dan sarana yang mampu menstimulasi siswa untuk tertarik membaca
buku. Misalnya, disajikan gambar yang mampu merangsang siswa untuk
menemukan jawaban dari suatu latihan, memperkonkrit pengalaman belajar
siswa, dan memungkinkan siswa untuk membuktikannya di lingkungan sekitar
atau melalui penelitian sederhana.
Kelima, buku pelajaran haruslah berisi materi yang mendalam sehingga
memungkinkan siswa terbantu di dalam memecahkan masalah-masalah
akademis yang dihadapinya. Misalnya, pada saat siswa mengerjakan tugas atau
latihan, kedalaman pengerjaan atau pemecahan masalah terakomodasi oleh
buku, baik disebabkan buku itu memuat hal yang diperlukan siswa atau adanya
petunjuk untuk mendapatkan rujukan-rujukan yang memungkinkan masalah itu
terpecahkan.
Keenam, buku pelajaran haruslah berisi alat evaluasi yang memungkinkan
siswa mampu mengetahui kompetensi yang telah dicapainya. Tingkat
pencapaian kompetensi dapat dijadikan umpan balik bagi siswa apakah siswa
harus memperdalam lagi bahan tersebut atau melanjutkan kepada bahan
berikutnya yang lebih tinggi.
Ketujuh, buku pelajaran haruslah berisi bahan yang memungkinkan siswa
memiliki kesempatan untuk menggelitik mata hatinya atas hal yang telah
dipelajarinya. Manfaat apa yang diperoleh siswa setelah membaca bahan dan
berlatih atas bahan itu, merupakan pertanyaan yang sebaiknya muncul pada diri
siswa. Dengan kata lain, alat ini dapat dijadikan bahan refleksi siswa atas
segala masalah akademis yang selama ini dipelajarinya.

Buku ini juga digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam


proses pembelajaran, di mana isinya dirancang dan dilengkapi dengan contoh-
contoh lembar kegiatan agar siswa dapat mempelajari sesuatu yang relevan
dengan kehidupan yang dialaminya.
Buku Siswa diarahkan agar siswa lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
berdiskusi serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik antar teman
maupun dengan gurunya.

You might also like