You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Anemia merupakan kelainan yang sering dijumpai di Indonesia. Dimana

massa eritrosit atau massa hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsi

untuk menyediakaan oksigen bagi jaringan tubuh manusia (Bakta, 2012). Salah

satu penyebab anemia adalah peningkatan kehilangan sel darah merah, penurunan

produksi sel darah merah, peningkatan penghancuran sel darah merah (hemolisis),

peningkatan kebutuhan sel darah merah (Syamsi Muhaimin, 2002). Diagnosis

pemeriksaan anemia dilakukan dilaboratorium hematologi dengan melakukan

pemeriksaan rutin salah satunya adalah pemeriksaan hitung retikulosit

(Bakta,2012)

Retikulosit merupakan Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda tidak

berinti dan berasal dari proses pematangan normoblas di sumsum tulang. Sel ini

mempunyai jaringan organela basofilik, yang terdiri dari RNA dan protforoirin

berupa endapan dan berwana biru apabila dicat dengan biru metilin. Didarah tepi

retikulosit akan kehilangan ribosome dan RNAnya akan menjadi sel eritrosit

matang setelah 1-2 hari (Ketut,2010). Retikulosit tetap didalam sumsum tulang

selama 2-3 hari sebelum masuk kedalam peredaran darah (Kiswan,2014).

1
2

Pemeriksaan retikulosit sering digunakan di laboratorium klinis sebagai

indikator tingkat produksi eritrosit (Kowalak,2003). Tubuh yang kehilangan darah

akan menimbulkan respon eritropoetin yang di atur oleh hormon eritropoetin yang

diproduksi oleh ginjal dalam enam jam. Hitung retikulosit naik dalam dua sampai

tiga hari, angka ini akan tetap tinggi sampai kadar hemoglobin kembali normal.

Meningkatnya jumlah retikulosit menandakan bahwa sumsum tulang bereaksi

secara normal, sedangkan jumlah retoikulosit yang tidak meningkat memberi

dugaan terganggunya fungsi sumsum tulang atau kurangnya rangsangan

eritropoetin (Hoffbrand, dkk. 2012).

Menghitung retikulosit di darah tepi ada 2 cara. Cara manual darah tepi

yang diwarnai dengan pewarna biru metilen akan mengendap dan mewarnai RNA

sehingga sel retikulosit dikenal diantara sel darah merah lainnya dan hitung

retikulosit dengan membandingkan jumlah retikulosit sekitar 1000 sel darah

merah. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam persentase. Cara lainnya memakai

alat flowcytometer, hitung retikulosit juga dapat dikenal tingkat pematangan

retikulosit dengan melihat jumlah kandungan RNA dari sel tersebut (Ketut,2010).

Proses menghitung retikulosit pada cara manual dengan pewarnaan biru

metilen atau dikenal pewarnaan supravital, terdapat proses penginkubasian

campuran darah dengan zat warna yang digunakan. Dimana proses tersebut

memberi kesempatan untuk sel eritrosit menyerap zat warna. Menurut Antika, dkk

(2014) penginkubasian campuran darah dengan pewarna membantu dalam proses

penyerapan, sehingga dalam pewarnaan supravital membuat benang-benang

retikulum dalam eritrosit akan terlihat jelas dan mudah dihitung.


3

Menurut Gandasoebrata (2008), pembuatan preparat sediaan hitung

retikulosit pada beberapa literatur memperlihatkan perbedaan dalam menentukan

waktu inkubasi. Sediaan kering dilakukan waktu inkubasi pada suhu 37 C selama

5 menit. Inkubasian retikulosit cara manual dilakukan pada suhu ruang selama 3

sampai 10 menit (Rodak, B.F., dkk 2013). Pemeriksaan retikulosit darah EDTA

dicampur Briliant Creasyl Blue, diinkubasi selama 30-60 menit pada suhu kamar

(Wirawan, 1996). Sedangkan menurut Rosita & Mulyanigrum (2006 dalam

Antika, 2014) pemeriksaan retikulosit inkubasi selama 20-30 menit pada suhu

kamar. Kenyataan dilapangan juga memperlihatkan adanya penunndaan waktu

inkubasi yang berbeda-beda pada pemeriksaan hitung retikulosit cara kering.

(Dalam Antika, dkk. 2014) Waktu inkubasi yang tidak diperhatikan dapat

menimbulkan kesalahan dalam pemeriksaan. Pengaruh waktu inkubasi secara

mikroskopis memperlihatkan perbedaan yang bermakna jumlah retikulosit yang

diberi waktu inkubasi yang berbeda. Dimana dalam penelitiannya waktu inkubasi

5 menit memperoleh rerata hitung retikulosit 0,20 % , waktu inkubasi 10 menit

memperoleh rerata hitung retikulosit 0,22 %, waktu inkubasi 15 menit

memperoleh rerata hitung retikulosit 0,32%, waktu inkubasi 30 menit nenperoleh

rerata hitung retikulosit 0,55 % .

Berdasarkan hasil observasi puskesmas dan klinik laboratorium

pemeriksaan retikulosit dengan metode supravital waktu inkubasinya banyak yang

berdeda-beda ada yang 15 menit dan 25 menit. Sedangkan waktu inkubasi yang

dianjurkan yaitu 30 menit.


4

Berdasarkan alasan diatas tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul pengaruh variasi waktu inkubasi terhadap pemeriksaan

jumlah retikulosit.

1.2 Rumusan masalah

Apakah waktu inkubasi yang bervariasi mempengaruhi jumlah retikulosit.

1.3 Tujuan penulisan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh waktu inkubasi yang bervariasi terhadap


jumlah retikulosit.

1.3.2 Tujuan khusus


a. Untuk mengetahui gambaran hitung jumlah retikuloosit berdasarkan

variasi waktu inkubasi.

b. Untuk mengetahui pengaruh waktu inkubasi yang bervariasi terhadap

jumlah retikulosit.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi penulis

Dapat mengetahui pengaruh waktu inkubasi terhadap hasil pemeriksaan

jumlah retikulosit.
5

1.4.2 Bagi akademik

Dengan penelitian ini ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dalam dunia

kerja dan dapat menambah perbendeharaan Karya Tulis Ilmiah di Perpustakaan

Akademi Analis Kesehatan.

1.4.3 Bagi analis dan medis

Dapat memberikan informasi tentang pengaruhnya waktu inkubasi

terhadap hasil pemeriksaan jumlah retikulosit, sehingga dalam pemeriksaan dapat

dilakukan lebih baik lagi.

1.5 Batasan masalah

Untuk memperkecil pembahasan yang meluas penulisa membatasi

masalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi waktu

inkubasi (15, 20, 30, 45, 60, dan 120 menit) terhadap jumlah

retikulosit.

2. Sampel penelitian adalah mahasiswa Akademi Analis Kesehatan

Provinsi Jambi.

3. Penelitian dilakukan di laboratorium hematologi Akademi Analis

Kesehatan Provinsi Jambi.

4. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2017.

5. Jumlah retikulosit didapatkan dengan menghitung persentase pada

sediaan hapus dengan pewarnaan supravital menggunakan zat warna

Brilliant Creasyl Blue (BCB) 1%.


6

You might also like