You are on page 1of 20

Makalah

Imunologi

Kanker Payudara

Kelas D
Disusun Oleh :

Erina Claudya
Febi Mulyaseva
Fiorentina
Frans Nugraha Wijaya
(2014210097)
Handy S Gunawan
(2014210104)

Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
2016
1 | Page
Daftar Isi
Halaman

Daftar
isi ................................................................................................
2

Pendahuluan................................................................................
.......... 3

Kajian
Pustaka........................................................................................
4

Kesimpulan...................................................................................
.......... 19

Daftar
Pustaka........................................................................................
20

2 | Page
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kanker adalah penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan sel yang tidak memiliki tujuan ,bersifat
parasit dan tumbuh merugikan manusia sebagai pejamu. Istilah tumor, daging tumbuh, lesi,
neoplasma, dan pertumbuhan yang baru dapat digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan kanker.
Pembentukan tumor terjadi di dalam proses multi-tahap terorganisir(Brooker,2008):
Sel yang berubah secara genetik;
Hyperplasia;
Dysplasia;
Kanker in situ(pertumbuhan pramaligna)-jaringan sekitar tidak mengalami gangguan dan
tumor dapat terletak secara local dalam periode waktu yang tidak pasti;
Kanker invasif-sel menginvasi darah atau system limfa dan/atau jaringan sekitar, tumor
dianggap ganas dan metastasis (sekunder) cenderung terjadi di seluruh tubuh.
Sel(abnormalitas pertumbuhan sel),
Risiko individu untuk mengalami kanker dipengaruhi oleh faktor genetic dan pemajanan terhadap
karsinoma lingkungan (agen yang mempredisposisi kanker). Faktor-faktor yang diketahui
mempredisposisi kanker terdiri dari tembakau, diet rendah serat atau tinggi lemak jenuh, peningkatan
indeks massa tubuh dan kurangnya aktivitas fisik, beberapa obat (mis. kemoterapi), alcohol,
pemajanan pekerjaan dan lingkungan terhadap karsinogen (mis. asbes), radiasi, dan infeksi. Usia,
jenis kelamin, dan etnisitas seseorang juga penting (mis. Kanker merupakan penyakit dominan pada
dewasa lanjut). Berbagai program penapisan tersedia untuk deteksi dini kanker (mis. Mamografi atau
darah okulta pada feses)(Brooker,2008).
Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringa payudara, merupakan penyakit
yang paling ditakuti oleh kaum wanita, meskipun berdasarkan penemuan terakhir kaum pria pun bisa
terkena kanker payudara ini, walaupun masih sangat jarang terjadi. Prognosis kanker payudara
tergantung pada tingkat pertumbuhannya. Dari hasil pengamatan, umumnya penderita kanker
payudara sudah tidak dapat ditolong karena terlambat diketahui dan diobati(Purwoastuti,2008).

3 | Page
BAB II
Kajian Pustaka
I. Klasifikasi

Berdasarkan gambaran histopatologi kanker payudara dapat diklasifikasikan


berdasarkan klasifikasi WHO 1981 sebagai berikut(Harry,2012):
1. Non invasif
Intraductal carcinoma
Lobular carcinoma
2. Karsinoma Invasif
Invasive ductal carcinoma
Invasive ductal carcinoma with predominant intraductal component
Invasive lobular carcinoma
Mucinous carcinoma
Medullary carcinoma
Papillary carcinoma
Tubular carcinoma
Adenocystic carcinoma
Juvenile carcinoma
Apocrine carcinoma
Carcinoma with metaplasia
Carcinoma with squamous type
Carcinoma with spindle cell type
Carcinoma with cartilagues and osseous type
Carcinoma mixed type
3. Pagets disease of breast
Diantara jenis-jenis histopatologis ini, jenis karsinoma duktal invasif yang paling
sering ditemukan ( 80%).

II. Etiologi

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara
karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke
arah sel ganas.
b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
c. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
d. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
4 | Page
e. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan
wanita yang sudah punya anak.
f. Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
g. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
h. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
i. Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 3 x lebih besar pada
wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.
(Erik T, 2005).
Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti
telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang faktor-
faktor resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk
mencegah kanker payudara. Faktor-faktor resiko mencakup (Brunner dan
Suddarth,2002):
- Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter)
- Menarke dini. Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun
- Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko mengalami knker payudara
- Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun
- Riwayat penyakit payudara jinak
- Kontrasepsi oral
- Konsumsi alkohol setiap hari

Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti.
Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang
terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga,
hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen.
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu :

5 | Page
1. Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom,
arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.
2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide.
3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno
virus, herpes virus), EB virus.
4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.
5. Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh,sehingga memudahkan munculnya kanker.

III. Faktor Risiko


Penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui, tetapi terdapat
banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker
payudara antara lain:
1. Faktor reproduksi.
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker
payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur
lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara
adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama
dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of
initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan fungsional,
payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25%
kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan
awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.

2. Penggunaan hormon.
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan
dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan
kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement.
Suatu meta analisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker
payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini
untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker
payudara sebelum menopause.

6 | Page
3. Penyakit fibrokistik.
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma,
risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik,
risiko meningkat hingga 5 kali.

4. Obesitas
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara
kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita obes.

5. Konsumsi lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker
payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun
tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker
payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.

6. Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan
terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan
disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier
dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.

7. Riwayat keluarga dan faktor genetik


Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita
yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan
risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada
studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan
dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan
terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60%
pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.

IV. Gambaran Klinis

7 | Page
Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu
mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Kulit atau
puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda
atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti
kulit jeruk (peau d'orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara.
Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat
menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.

Ciri-ciri lainnya antara lain:


Pendarahan pada puting susu.
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar,
sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema)
pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria
operbilitas Heagensen sebagai berikut:
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara)
Adanya nodul satelit pada kulit payudara
Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa
Terdapat model parasternal
Terdapat nodul supraklavikula
Adanya edema lengan
Adanya metastase jauh

Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi


kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila
berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

V. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
1. Fase inisiasi.
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan

8 | Page
oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa
bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua
sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase promosi.
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

STADIUM
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus
dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan
dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium,
namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan
klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union
Against Cancer dari World Health Organization)/AJCC (American Joint
Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer
Society dan American College of Surgeons). TNM merupakan singkatan dari "T"
yaitu tumor size atau ukuran tumor, "N" yaitu node atau kelenjar getah bening
regional dan "M" yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan
M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan
dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA).

Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:


T (tumor size), ukuran tumor:

9 | Page
T 0: tidak ditemukan tumor primer
T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding
dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit
payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama

N (node), kelenjar getah bening regional:


N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla
N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb
di mammary interna di dekat tulang sternum

M (metastasis), penyebaran jauh:


M x: metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0: tidak terdapat metastasis jauh
M 1: terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut


kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
Stadium 0: Tis N0 M0
Stadium 1: T1 N0 M0
Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0/T2 N2 M0
Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
Stadium III C: Tiap T N3 M0
Stadium IV : Tiap T-Tiap N-M1

STADIUM 0

10 | P a g e
Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer, yaitu kanker
tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan kelenjar-kelenjar
(lobules) susu pada payudara.4

STADIUM I
Tumor masih sangat kecil, diameter tumor terbesar kurang dari atau sama
dengan 2 cm dan tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional.4

STADIUM II A
Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tetapi terdapat metastasis kelenjar
limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan
metastasis kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan tidak ada
metastasis ke kelenjar limfe regional.

11 | P a g e
STADIUM II B
Diameter tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm dan terdapat metastasis
kelenjar limfe mobil di fosa aksilar ipsilateral.
Diameter tumor lebih dari 5 cm, tetapi tidak terdapat metastasis kelenjar limfe
regional.

VI. Respon Imun


Tumor mungkin mencapai diameter 1-2 mm sebelum terbentuk vaskularisasi.
Pertumbuhan vaskuler merupakan pertumbuhan sel pejamu sendiri sehingga
endotel tumor dikenal sebagai self dan tidak ditolak sehingga pada beberapa
keganasan terus berproliferasi degan antigen tersembunyi dibalik endotel
vaskuler(Shodiq,2011).

12 | P a g e
Respon imun terhadap sel kanker

VII. Diagnosis

Inspeksi

Inspeksi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara, apakah terdapat
edema (peau dorange), retraksi kulit atau puting susu, dan eritema (Tjindarbumi,
2000).

Palpasi

Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk palpasi


kelenjar limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap massa yang teraba
atau suatu limfadenopati, harus dinilai lokasinya, ukurannya, konsistensinya,
bentuk, mobilitas atau fiksasinya (Tjindarbumi, 2000).

Pemeriksaan penunjang
1. Mammografi

Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk


mendeteksi kanker payudara sebelum benjolan atau massa dapat dipalpasi.
Karsinoma yang tumbuh lambat dapat diidentifikasi dengan mammografi
setidaknya 2 tahun sebelum mencapai ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi
(Tjindarbumi, 2000).

13 | P a g e
Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan teknik
ini terus dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas gambarnya.
Mammografi konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1 sentigray (cGy)
setiap penggunaannya. Sebagai perbandingan, Foto X-ray thoraks menyalurkan
25% dari dosis radiasi mammografi. Mammografi dapat digunakan baik sebagai
skrining maupun diagnostik. Mammografi mempunyai 2 jenis gambaran, yaitu
kraniokaudal (CC) dan oblik mediolateral (MLO). MLO memberikan gambaran
jaringan mammae yang lebih luas, termasuk kuadran lateral atas dan axillary tail
of Spence. Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang lebih
baik pada aspek medial dan memungkinkan kompresi payudara yang lebih besar
(Vaidya et al., 1983).
Radiologis yang berpengalaman dapat mendeteksi karsinoma payudara dengan
tingkat false-positive sebesar 10% dan false-negative sebesar 7%. Gambaran
mammografi yang spesifik untuk karsinoma mammae antara lain massa padat
dengan atau tanpa gambaran seperti bintang (stellate), penebalan asimetris jaringan
mammae dan kumpulan mikrokalsifikasi. Gambaran mikrokalsifikasi ini
merupakan tanda penting karsinoma pada wanita muda, yang mungkin merupakan
satu-satunya kelainan mammografi yang ada. Mammografi lebih akurat daripada
pemeriksaan klinis untuk deteksi karsinoma mammae stadium awal, dengan
tingkat akurasi sebesar 90%. Protokol saat ini berdasarkan National Cancer Center
Network (NCCN) menyarankan bahwa setiap wanita diatas 20 tahun harus
dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia di atas 40 tahun,
pemeriksaan payudara dilakukan setiap tahun disertai dengan pemeriksaan
mammografi. Pada suatu penelitian atas screening mammography, menunjukkan
reduksi sebesar 40% terhadap karsinoma mammae stadium II, III dan IV pada
populasi yang dilakukan skrining dengan mammografi (Vaidya et al., 1983 ).

2. Ultrasonografi (USG)

Penggunaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang penting


untuk membantu hasil mammografi yang tidak jelas atau meragukan, baik
digunakan untuk menentukan massa yang kistik atau massa yang padat. Pada
pemeriksaan dengan USG, kista mammae mempunyai gambaran dengan batas
yang tegas dengan batas yang halus dan daerah bebas echo di bagian tengahnya.

14 | P a g e
Massa payudara jinak biasanya menunjukkan kontur yang halus, berbentuk oval
atau bulat, echo yang lemah di bagian sentral dengan batas yang tegas. Karsinoma
mammae disertai dengan dinding yang tidak beraturan, tetapi dapat juga berbatas
tegas dengan peningkatan akustik. USG juga digunakan untuk mengarahkan fine-
needle aspiration biopsy (FNAB), core-needle biopsy dan lokalisasi jarum pada
lesi payudara. USG merupakan pemeriksaan yang praktis ini menggunakan
sebuah tabung plastik yang sangat tipis yang ditaruh di pembukaan duktus di
puting. Setelah itu, bahan pewarna akan disuntikkan untuk melihat tampilan
duktus pada gambar X-ray. Tes ini bisa membantu mendeteksi adanya tumor
dalam saluran. Biasanya cairan juga akan diteliti untuk mengamati apakah ada
kemungkinan adanya sel-sel kanker (Laseduw, 2012).

3. Diagnostic Mammography

Diagnostic Mammography adalah pemeriksaan sinar-x dari payudara pada


seorang wanita yang telah memiliki keluhan payudara (benjolan payudara,
perubahan kulit, payudara asimetri, atau nipple discharge) atau menemukan
abnormalitas pada mamografi skrining. Mamografi diagnostik lebih intens dan
memakan waktu daripada mamografi skrining dan digunakan untuk menentukan
ukuran dan lokasi kelainan payudara dan untuk mendapatkan gambaran jaringan
dan kelenjar getah bening di sekitarnya (Laseduw, 2012).

4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada


mammografi, lesi payudara lain dapat dideteksi. Akan tetapi, jika pada
pemeriksaan klinis dan mammografi tidak didapat kelainan, maka kemungkinan
untuk mendiagnosis karsinoma mammae sangat kecil (Tjindarbumi, 2000).

MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan untuk
skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma mammae
yang rekuren atau jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam memeriksa
mammae kontralateral pada wanita dengan karsinoma payudara, menentukan
penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau menentukan respon
terhadap kemoterapi neoadjuvan (Vaidya et al.,1983).

15 | P a g e
5. Biopsi
Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) dilanjutkan dengan pemeriksaan
sitologi merupakan cara praktis dan lebih murah daripada biopsi eksisional dengan
resiko yang rendah. Teknik ini memerlukan patologis yang ahli dalam diagnosis
sitologi dari karsinoma mammae dan juga dalam masalah pengambilan sampel,
karena lesi yang dalam mungkin terlewatkan. Insidensi false-positive dalam
diagnosis adalah sangat rendah, sekitar 1-2% dan tingkat false-negative sebesar
10%. Kebanyakan klinisi yang berpengalaman tidak akan menghiraukan massa
dominan yang mencurigakan jika hasil sitologi FNA adalah negatif, kecuali
secara klinis, pencitraan dan pemeriksaan sitologi semuanya menunjukkan hasil
negatif (Vaidya, et al., 1983).
Large-needle (core-needle) biopsy mengambil bagian sentral atau inti jaringan
dengan jarum yang besar. Alat biopsi genggam menbuat large-core needle biopsy
dari massa yang dapat dipalpasi menjadi mudah dilakukan di klinik dan cost-
effective dengan anestesi lokal (Vaidya, et al., 1983).
Open biopsy dengan lokal anestesi sebagai prosedur awal sebelum
memutuskan tindakan defintif merupakan cara diagnosis yang paling dapat
dipercaya. FNAB atau core-needle biopsy, ketika hasilnya positif, memberikan
hasil yang cepat dengan biaya dan resiko yang rendah, tetapi ketika hasilnya
negatif maka harus dilanjutkan dengan open biopsy. Open biopsy dapat berupa
biopsy insisional atau biopsi eksisional. Pada biopsi insisional mengambil
sebagian massa payudara yang dicurigai, dilakukan bila tidak tersedianya core-
needle biopsy atau massa tersebut hanya menunjukkan gambaran DCIS saja atau
klinis curiga suatu inflammatory carcinoma tetapi tidak tersedia core-needle
biopsy. Pada biopsi eksisional, seluruh massa payudara diambil (Vaidya, et al.,
1983).

VIII. Pengobatan

Masektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara yang terkena kanker.


Mastektomi hanya dapat dilakukan pada stadium II dan III.Mastektomi dapat
menghambat proses perkembangan sel kanker dan umumnya mempunyai taraf
kesembuhannya 85% sampai dengan 87%. Namun penderita akan kehilangan

16 | P a g e
sebagian atau seluruh payudara, mati rasa pada kulit, kelumpuhan (jika tidak
ditangani secara seksama).

Tindakan operasi untuk kanker dapat berupa :

a. Operasi kuratif yang pada umumnya berupa operasi radikal yaitu dengan
mengangkat seluruh tumor beserta ekstensi lokalnya.
b. Operasi paliatif diantaranya seperti eksisi sederhana, operasi debulking, by-pass
operation, dan sebagainya.

Reaksi psikis positif yang dapat muncul adalah, meningkatnya penyesuaian


diri penderita karena kehilangan payudara. Sedangkan, reaksipsikisnegatif yang
dapat muncul adalah menurunnya self esteem (hargadiri) sebagai perempuan
karena kehilangan payudara, stress, atau depresi

Radioterapi

Radioterapi adalah terapi dengan cara radiasi pada daerah payudara yang
terserang kanker dengan sinar pengion berenergi tinggi untuk menghancurkan sel-
sel kanker. Radioterapi biasa digunakan pada penderita kanker stadium IV, karena
pada stadium ini sel kanker sudah membesar dan tidak dapat untuk
diangkat.Radioterapi dapat dijadikan alternative pengobatan tanpa dilakukan
pengangkatan payudara. Namun penderita akan mengalami kulit kering, merah,
danbasah, terkadang juga terjadi pembengkakan lengan akibat cairan limfa yang
menumpuk. Pengaruh radiasi pada jaringan tubuh ditentukan oleh radiosensitivitas
jaringan yang bersangkutan, yang pada umumnya kanker lebih sensitif terhadap
radiasi dibandingkan jaringan normal. Radiasi pada payudara sering diberikan
setelah tindakan pembedahan breast-conserving untuk membantu menurunkan
kemungkinan residif.

Radioterapi dapat diberikan dengan tujuan:

a. Kuratif untuk tumor lokoregional yang radiosensitif dan radioresponsif


yang sukar operasinya.
b. Paliatif pada tumor lanjut yang radioresponsif yang inoperabel, ulkus yang
berbau, metastase tulang untuk menghilangkan rasa nyeri dan mencegah
terjadinya fraktur, serta mengatasi perdarahan.

17 | P a g e
Sinar yang dipakai untuk radioterapi yaitu sinar Alfa yang merupakan partikel
dari inti atom, sinar Beta atau sinar elektron, dan sinar Gamma yang merupakan
sinar elektromagnetik (foton).

Kemoterapi

Berikut adalah beberapa macam obat anti-kanker :


a. Kombinasi obat kemoterapi yang telah menjadi standar :
- CMF :Cyclophosphamide Methotrexate 5 Fluoro Uracil
- AC :Adriamycin (doxorubicin) Cyclophosphamide
- CAF :Cyclophosphamide Adriamycin 5 Fluoro Uracil
- CEF :Cyclophosphamide Epirubicin 5 Fluoro Uracil
- T-A :Taxanes - Doxorubicin
b. Obat kemoterapi second-line antara lain Gemcitabine danGapecitabine
c. Obat kemoterapi third-line antara lain Vinoralbine, Carboplatin, Cisplatinum5
Terapi Hormon

Terapi hormone adalah pengobatan hormon yang biasa diberikan pada


perempuan yang sel kankernya belum menyebar ke bawah lengan.Terapi hormone
mendukung pengobatan melalui mastektomi.Terapi hormone tetap memiliki efek
racun walaupun lebih sedikit dari pada kemoterapi.Efek racun yang dapat muncul
seperti rasa mual dan letih yang lebih ringan dari pada kemoterapi.

Terapi Target

Obat-obat target ditujukan terutama jika ada indikasi yaitu adanya ekspresi
protein tertentu pada jaringan kanker, seperti:
- Ekspresi HER2/Neuprotein :Trastuzumab
- Ekspresi VEGF/R : Bevacizumab5
Setiap terapi yang dipilih perlu dilakukan Follow-up untuk evaluasi tindakan:
1. Tahun pertama dan kedua :control tiap 2 bulan
2. Tahun ketiga sampai dengan kelima :control tiap 3 bulan
3. Setelah tahun kelima :control tiap 6 bulan

18 | P a g e
BAB III
Kesimpulan

Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringa payudara.


Adapun beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker payudara yaitu
Tinggi melebihi 170 cm , Masa reproduksi yang relatif panjang, Menarche pada usia
muda dan kurang dari usia 10 tahun, Wanita terlambat memasuki menopause (lebih
dari usia 60 tahun), Wanita yang belum mempunyai anak, Kehamilan dan menyusui,
Wanita gemuk, Preparat hormon estrogen dan Faktor genetik. Sel-sel kanker dibentuk
dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri
dari tahap inisiasi dan promosi.
Diagnosis kanker payudara dapat dilakukan dengan inspeksi, mammografi,
ultrasonografi(USG), diagnostic mammography, biopsi, dan MRI. Sedangkan untuk
pengobatannya dapat dilakukan dengan masektomi, radioterapi, kemoterapi, terapi
hormon dan terapi target.

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Chris.2008.Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta:EGC


Brunner dan Suddarth. 2002.Buku Ajar KMB Edisi 8.Jakarta:EGC
Eric,Tapan.2005.Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer.Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Fransisca,dkk.2004.HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN DEPRESI PADA
PEREMPUAN PASCA PENGANGKATAN PAYUDARA (MASTEKTOMI)
Tersedia di http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/download/21/21
[diakses pada tanggal 10 Desember 2016]

Harry.2012.Klasifikasi dan Stadium Kanker Payudara


Tersedia di http://http://www.klikharry.com/2012/10/26/klasifikasi-dan-
stadium-kanker-payudara/ [diakses pada tanggal 11 Desember 2016]

Laseduw, Jeffry. 2012. Stadium dan Diagnosa Kanker Payudara. Tersedia di


http://http://www.necturajuice.com/stadium-dan-diagnosa-kanker-payudara/ [diakses
pada tanggal 11 Desember 2016]
Moningkey dan S. Ivonne . 2000. Epidemiologi Kanker Payudara.Jakarta: Medika
Purwoastuti,Endang Th.2008.Kanker Payudara.Yogyakarta:Kanisius
Pusat Data Kesehatan. 1997.Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI
Shodiq,MA.2011.Kanker Payudara
Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/29134/3/Bab_2.pdf [diakses pada tanggal 12
Desember 2016]
Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Vaidya, M.P and Shukla, H.S. 1983. A textbook of Breast Cancer. India: Vikas Publishing
House

Wan desen, 2008. Onkologi klinis. Edisi 2. FK UI

Wulandari,Regina.2013.PERAN RADIOTERAPI EKSTERNA ADJUVAN TERHADAP


PENDERITA KANKER PAYUDARA STADIUM LOKAL-LANJUT
Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/37753/1/Regina_Wulandari-G2A008152-
LAP._KTI.pdf [diakses pada tanggal 13 Desember 2016]

20 | P a g e

You might also like