You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Semua produk non steril yang beredar di pasaran, baik itu obat, obat tradisional,
kosmetika, makanan dan minuman, haruslah aman untuk digunakan atau dikonsumsi.
Produk-produk tersebut harus aman baik dari segi fisik, kimia maupun mikrobiologi.
Keamanan dalam hal mikrobiologi meliputi jaminan bahwa produk tersebut tidak
mengandung mikroba patogen yang berbahaya bagi tubuh dan bahwa produk tersebut
tidak mengandung jumlah mikroba yang melebihi batas yang dipersyaratkan.

Peraturan-peraturan yang mempersyaratkan batas mikroba untuk berbagai


produk obat, obat tradisional, kosmetik, makanan, dan minuman ditetapkan dalam
Farmakope/Kodeks serta oleh Badan yang berwenang, yaituStandar Nasional
Indonesia (SNI). Untuk menguji dan menjamin keamanan dalam hal mikrobiologi pada
semua produk non steril yang beredar perlu dilakukan uji batas mikroba.

Uji batas mikroba ini dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob
viable di dalam semua jenis sampel, baik itu sediaan obat, obat tradisional, kosmetik
maupun produk makanan dan minuman.

Uji ini dilakukan mulai dari bahan baku sampai sampel atau sediaan jadi, untuk
menyatakan bahwa sampel tersebut bebas dari mikroorganisme pathogen tertentu
dan batas mikrobanya tidak melabihi jumlah yang dipersyaratkan oleh peraturan yang
berlaku. Uji ini terdiri dari uji batas jumlah mikroba dan uji batas jenis mikroba
patogen.Uji batas jumlah mikroba dapat dilakukan dengan teknik angka lempeng
total/ALT (jumlahbakteri) maupun jamur (angka kapang-khamir/AKK) atau dengan
teknik angka paling mungkin (APM) / most probable number (MPN

B Perumusan Masalah
1 Bagaimana cara untuk menganalisis keamanan produk-produk sediaan non
steril yang beredar di masyarakat?
2 Bagaimana keamanan dan kelayakan produk sediaan obat yang diuji tersebut?
3 Apakah produk tersebut memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku di
Indonesia?
4 Bagaimana cara menganalisis jenis mikroba patogen yang terdapat dalam
sediaan non steril?

C Tujuan dan Manfaat


1 Tujuan Praktikum
a Menganalisis keamanan produk-produk obat secara mikrobiologi dengan
prosedur uji batas mikroba yang meliputi uji jumlah mikroba dan analisis
cemaran mikroba patogen.
b Menilai keamanan dan kelayakan produk obat yang diuji berdasarkan
peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia.
2 Manfaat Praktikum

Mahasiswa mampu untuk menganalisis keamanan suatu produk non-steril


berdasarkan jumlah serta jenis mikroorganisme patogenyang terdapat dalam
sampel yang diuji tersebut.

Mahasiswa dapat menguji, menganalisis, serta menilai keamanan suatu


produk dari hasil uji yang diperoleh, apakah jumlah dan jenis mikroorganisme
yang terkandung memenuhi persyaratan dengan melakukan praktek uji batas
mikroba dan uji jenis mikroba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Uji batas mikroba yang dilakukanuntukmemperkirakan jumlah mikroba aerob viable di


dalam semua jenis sampel, baik itu sediaan obat, obat tradisional, kosmetik maupun produk
makanan dan minuman, terdiridari uji jumlah mikroba dan ujijenis mikroba patogen. Uji
jumlah mikroba dapat dilakukan dengan teknik angka lempeng total/ALT (jumlah bakteri
maupun jamur (angka kapang khamir/AKK)) atau dengan teknik angka paling mungkin
(APM)/ most probable number (MPN). Analisis cemaran mikroba patogen untuk jenis-jenis
sampel tertentu ditetapkan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam peraturan-peraturan
yang berlaku.

A Uji Jumlah Mikroba

Uji jumlah mikroba terdiri dari ALT (AngkaLempeng Total), AKK


(AngkaKapangKhamir), dan MPN/APM (Angka Paling Mungkin).Padaujiini, hal
terpenting yang dilakukan pada mulanya adalah penghomogenisasian sampel
pemeriksaan.

A.1 Homogenisasi Sampel Pemeriksaan

Homogenisasi adalah suatu cara penyiapan sampel pemeriksaan untuk


memperoleh distribusi mikroba sebaik mungkin di dalam sampel yang akan
diperiksa. Tujuan dari proses homogenisasi iniadalah membebaskan sel-sel
bakteri atau jamur yang mungkin terlindung di dalam bahan pemeriksaan dan
untuk menormalkan kembali sel-sel bakteri dan jamur yang mungkin
viabilitasnya berkurang karena kondisi yang kurang menguntungkan dalam
sediaan farmasi yang akan diperiksa.

A.2 Metode Lempeng (The Viable Plate Count)

Metode ini memiliki beberapa keuntungan yaitu hanya sel hidup saja yang
terhitung serta dapat memudahkan proses isolasi untuk mendapatkan isolat
murni. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama karena
adanya proses inkubasi, menggunakan peralatan gelas yang banyak serta
adanya faktor-faktor kesalahan yang sangat mungkin terjadi seperti kesalahan
dalam pengenceran dan proses transfer.
Metode ini terdiri dari metode AKK dan ALT.Sebagai langkah awal, dibuat
seri pengenceran suspensi bakteri ataupun sampel yang kemudian ditanamkan
pada media pertumbuhan padat yang sesuai. Prosedur pengenceran yang benar
sangat berpengaruh pada keseluruhan proses perhitungan. Suspensi bakteri
ditanamkan dengan cara disebar pada permukaan media agar lempeng dalam
cawan Petri (cara sebar) ataupun dengan cara dicampurkan dengan agar cair
bersuhu 45-50C dan dibiarkan hingga memadat (cara tuang). Lempeng
kemudian diinkubasikan selama 16-24 jam pada suhu 35-37C sehingga bakteri
tumbuh menjadi koloni-koloni. Kemudian jumlah koloni bakteri tiap lempeng
dihitung dan dikalikan dengan faktor pengencerannya. Jumlah koloni yang
dinyatakan dengan angka adalah yang berkisar antara 30-300 dan ada juga
yang menyebutkan 25-250 koloni per cawan. Jika lebih dari 300 koloni,
dinyatakan dengan TNTC (too numerous to count)atau TBUD (terlalu banyak
untuk dihitung), dan jika kurang dari 30 dinyatakan dengan TFTC (too few to
count)atau TSUD (terlalu sedikit untuk dihitung).

Hasil perhitungan Angka Lempeng Total dinyatakan dalam jumlah


mikroorganisme aerob mesofil viabel yang terdapat di dalam 1 ml atau 1 gram
sampel yang dianalisis. Angka Lempeng Total umumnya diistilahkan untuk
bakteri, sedangkan untuk kapang/khamir diistilahkan dengan Angka Kapang
Khamir. Angka Lempeng Total dan Angka Kapang Khamir dinyatakan dalam
satuan koloni/g atau koloni/ml (cfu/g atau cfu/ml).

A.3 Metode Angka Paling Mungkin (APM) / Most Probable Number (MPN)

Metode angka paling mungkin (APM) adalah suatu metodee numerasi


mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil pertumbuhan
mikroorganisme pada medium cairs pesifik dalam seri tabung yang ditanam dari
sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau
diencerkan menurut tingkat seritabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah
mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN atau satuan volume atau massa
sampel.
Teknik MPN didasarkan pada statistik kemungkinan (probabilitas) dan hasil
analisis MPN secara langsung berkaitan dengan frekuensi/banyaknya seri hasil
pengujian yang positif (sampel menunjukkan adanya pertumbuhan
mikroorganisme). Teknik ini dilakukan dengan membuat seri pengenceran
suspensi bakteri bertingkat dalam sejumlah tabung berisi media cair (biasanya
digunakan 9 tabung atau 15 tabung dalam 3 kelompok tingkat pengenceran).
Untuk mendeteksi hasil pengujian yang positif dapat diamati dari timbulnya
kekeruhan/turbiditas, terjadinya pembentukan produk metabolit akhir seperti
adanya gas dalam tabung Durham, pembentukan asam/basa, dan lain-lain.
Tentunya deteksi ini dilakukan setelah masa inkubasi berakhir. Pola
positif/negatif dari hasil uji digunakan untuk memperkirakan konsentrasi bakteri
dalam sampel dengan cara membandingkan pola tersebut dengan suatu tabel
statistik probabilitas jumlah paling mungkin untuk hasil tersebut. Tingkat presisi
hasil yang diperoleh dengan teknik MPN tidaklah sebaik hasil yang diperoleh
dengan teknik perhitungan langsung. Angka yang diperoleh dari teknik MPN
dinyatakan sebagai nilai/bilangan duga terdekat jumlah bakteri dalam tiap ml atau
gram contoh.

B Pemeriksaan Bakteri Patogen

Pemeriksaan bakteri patogen bertujuan untuk menentukan apakah suatu produk


mengandung bakteri patogen yang tidak diperbolehkan terdapat dalam suatu sediaan
farmasi, makanan dan minuman, serta alat kesehatan.Keberadaan bakteri patogen
dalam sediaan farmasi, makanan, minuman, dan alat kesehatan harus dihindari agar
pengguna produk terlindungi dari efek yang merugikan yang disebabkan oleh produk
yang dikonsumsi.

Beberapa mikroorganisme patogen yang harus diidentifikasi dalam suatu produk


obat tradisinal adalah
Escherichia coli
Staphylococcus aureus
Salmonella typhi
Pseudomonas aeruginosa

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A Alat dan Bahan
Alat:
- Labu Erlenmeyer,
- Tabung reaksi,
- Rak tabung,
- Cawan petri,
- Pipet volume,
- Mikropipet dan bluetip mikropipet 1 ml,
- Jarum Ose,
- Vortex,
- Inkubator,
- Lampu spiritus

Bahan :
- Sampel diapet NR
- Larutan Dapar Fosfat (LDF) pH 7,2 (untuk pengencer),
- Lactose Broth (LB),
- Tripticase Soy Broth (TSB)
- Nutrient Agar (NA),
- Mc Conkey Agar (MCA),
- Eosin Methylene Blue Agar(EMBA),
- Media dan pereaksi untuk uji IMVIC,
- Pewarna untuk pewarnaan gram.
-Potato Dekstrose Agar (PDA)
-Selenite Cystine Agar
-Cetrimide Agar
-Vogel Johnson Agar
-Tetrethionate Agar

B Cara Kerja

Uji Batas Jumlah Mikroba


B.1 Persiapan dan Homogenisasi Sampel
1 Kemasan sampel dibuka secara aseptik.
2 Secara aseptik dipipet sebanyak 10 ml sampel dan dimasukkan segera
ke dalam labu Erlenmeyer berisi 90 ml LDF steril. (diperoleh suspensi/
larutan sampel dengan konsentrasi 10-1).
3 Pengujian dilanjutkan ke uji jumlah mikroba.

Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang Khamir (AKK)

1 Dari hasil persiapan dan homogenasi sampel (konsentrasi 10-1 ) dibuat


seri pengenceran 10-2 dan 10-3 . dari sampel (10-1 ) dipipet 1 mL kemudian
dimasukkan kedalam tabung berisi 9 mL LDF steril dan dihomogenkan
diperoleh konsentrasi 10-2 , dari pengenceran 10-2 dipipet 1 mL
dimasukkan kedalam tabung berisi 9 mL LDF steril kemudian
dihomogenkan diperoleh konsentrasi 10-3.
2 Untuk penentuan ALT, 1 mL pengenceran 10-2, dituang kedalam cawan
petri steril, kemudian dituangkan dengan NA cair bersuhu 45-50
sebanyak 15-20 mL. Untuk penentuan AKK, dilakukan halsama dengan
media PDA. Cawan dihomogenkan dengan cara digoyang-goyangkan,
dibiarkan memadat pada suhu ruangan.
3 Dilakukan hal yang sama untuk pengenceran 10-3 dstsampai10-8 dibuat
dua petri untuk masing masing pengenceran.
4 Setelah semua agar dalam cawan memedat, seluruh cawan diinkubasi
pada posisi terbalik dalam inkubator pada suhu 37 selama 24-48 jam
(untuk Bakteri/ALT) dan suhu 20-25 selama 3-5 hari untuk
kapangkhamir/AKK.
5 Dihitung jumlah koloni ALT dan AKK dengan teknik angka lempeng total.
6 Dibandingkan jumlah koloni terhadap jumlah yang dipersyaratkan dalam
literatur.

B.2 Uji Jenis Mikroba Patogen


Escherichia coli
1 Kemasan sampel dibuka secara aseptik.
2 Homogenisasi sampel dan pengkayaan.
Secara aseptik, 10 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer berisi 100 ml media Lactose broth(LB) steril, kemudian
ditutup rapat, dikocok/ digunakan orbital shaker untuk menghomogenkan
suspensi. Suspensi didiamkan 1 jam pada suhu kamar, lalu diinkubasi
pada suhu 35C selama 24 jam.

3 Menanam ke media agar selektif.


Suspensi dalam media LB yang telah diinkubasi dikocok/vortex,
kemudian diinokulasikan ke media agar McConkey Agar (MCA) dengan
cara goresan kuadran. Kemudian diinkubasi pada suhu 35C selama 24
jam.
Jika terdapat koloni spesifik pada media MCA (merah bata), koloni
tersebut diinokulasikan ke media agar selektif Eosin Metilen Blue
Agar(EMBA). Kemudian diinkubasi pada suhu 35C selama 24-48 jam.
Diamati ada/ tidaknya pertumbuhan koloni spesifik (kilap logam).

Media Deskripsi koloni


MC Cokey Agar Merah bata, dapat dikelilingi daerah yang
terdiri dari endapan empedu.
Eosin Methylene Blue Agar Kilap logam
(EMBA)

4 Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Escherichia coli


Jika terdapat koloni spesifik dengan warna kilap logam pada EMBA,
dilakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut. Koloni diinokulasikan ke
dalam tabung berisi media LB steril dengan tabung Durham terbalik dan
ke dalam media NA miring. Lalu diinkubasi pada suhu 35C selama 24-
48 jam. Dari hasil inkubasi dilakukan pewarnaan Gram dan uji IMVIC.

Pada media LB dengan tabung Terdapat pertumbuhan dan terbentuk gas


durham didalam tabung durham
Hasil pewarnaan Gram Basil pendek, Gram negative
Hasil uji IMVIC Indol (+), MR (+), VP (-), SC(-)
Salmonella sp.
1) Buka kemasan sampel secara aseptik.
2) Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu
erlenmeyer berisi 100 ml media Lactose Broth (LB) steril, kemudian tutup
rapat-rapat, kocok/gunakan orbital shaker untuk menghomogenkan suspensi.
Diamkan selama 1 jam di suhu kamar. Inkubasi pada suhu 35oC selama
24 jam.
3) Pengkayaan selektif.
Kocok suspensi sampel yang telah diinkubasi. Secara aseptik, pindahkan 1
ml suspensi ke dalam tabung reaksi besisi 10 ml mediaSelenite Cystine
Broth dan 1 ml suspensi ke dalam 10 ml mediaTetrathionate Broth. Inkubasi
pada suhu 35oC selama 24 jam.
4) Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media Selenite dan Tetrationate yang telha
diinkubasi, kemudian dengan cara gores, inokulasikan masing-masing 1 Ose
suspensi ke media agar Brilliant Green Agar (BGA). Inkubasi pada suhu 35oC
selama 24-48 jam. Selain BGA, dapat pula digunakan media XLDA dan BSA
sebagai media agar selektif.
Pertumbuhan spesifik Salmonella sp. pada media agar selektif ditandai
dengan adanya koloni seperti dijelaskan pada Tabel 5.3 berikut ini.

Media Deskripsi Koloni


Brilliant Green Agar (BGA) Kecil, transparan, tidak berwarna atau merah muda hingga
putih buram (sering dikelilingi zona berwarna merah
muda hingga merah)

Xylosa-Lysine- Merah dengan atau tanpa pusat berwarna hitam


Desoxycholate Agar
Bismuth Sulfite Agar (BSA) Coklat, abu-abu atau hitam kadang disertai dengan
kilap metalik. Media sekitar mulanya berwarna coklat,
seiring dengan waktu inkubasi berubah menjadi hitam

5) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Salmonella sp.


Dengan menggunakan jarum Ose, ambil koloni yang didugaSalmonella sp.
dari media agar selektif, inokulasikan dengan cara gores dan tusuk pada
media agar miring TSIA. Lakukan yang sama ke media agar miring LIA.
Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35oC.

.
TSIA LIA
Lereng (slant) Basa (merah) Basa (ungu)
Tusukan/dasar (butt) Asam (kuning) Basa (ungu)
Produksi H2S (endapan hitam di + atau - +
daerah tusukan)
Staphylococcus aureus.
1) Buka kemasan sampel secara aseptik.
2) Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu
erlenmeyer berisi 100 ml media Tryptic Soy Broth (TSB) steril, kemudian tutup
rapat-rapat, kocok/gunakan orbital shaker untuk menghomogenkan suspensi.
Diamkan selama 1 jam di suhu kamar. Inkubasi pada suhu 35oC selama
24 jam.
3) Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media TSB yang diinkubasi, kemudian dengan
cara gores kuadran, inokulasikan masing-masing 1 Ose suspensi ke media
agar Vogel Johnson Agar (VJA). Inkubasi pada suhu 35oC selama 24-48
jam. Selain BGA, dapat pula digunakan media MSA dan BPA sebagai media
selektif.
Pertumbuhan spesifik Staphylococcus aureus pada media agar selektif
ditandai dengan adanya koloni seperti dijelaskan pada Tabel 5.5 berikut ini.

Media Deskripsi koloni


Vogel Johnson Agar Hitam dikelilingi zona kuning
(VJA)
Mannitol Salt Agar Kuning dengan zona kuning
(MSA)
Baird Parker Agar (BPA) Hitam, berkilau, dikelilingi zona jernih (2-5 mm)

4) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Staphylococcus aureus (uji


koagulase).
Jika terdapat koloni spesifik pada media VJA dengan deskripsi seperti pada
Tabel 5.5, lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut, yaitu uji koagulase.
Ambil koloni tersangka dan pindahkan ke dalam tabung yang berisi 0,5 ml
plasma kelinci atau kuda. Inkubasi dalam penangas air bersuhu 37oC, dan
amati pada jam ke-3, 6 dst. sampai 24 jam. Lakukan uji bersamaan dengan
kontrol positif dan negatif. Jika terjadi koagulasi, maka sampel diduga
mengandung Staphylococcus aureus.

Pseudomonas aeruginosa.
1) Buka kemasan sampel secara aseptik.
2) Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment).
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu
erlenmeyer berisi 100 ml media Tryptic Soy Broth (TSB) steril, kemudian tutup
rapat-rapat, kocok/gunakan orbital shaker untuk menghomogenkan suspensi.
Diamkan selama 1 jam di suhu kamar. Inkubasi pada suhu 35oC selama
24 jam.
3) Menanam ke media agar selektif.
Kocok/vortex suspensi dalam media TSB yang diinkubasi, kemudian dengan
cara gores kuadran, inokulasikan masing-masing 1 Ose suspensi ke media
agar Cetrimide Agar (Cet.A). Inkubasi pada suhu 35oC selama 24-48 jam.
Selain Cet.A, dapat pula digunakan mediaPseudomonas aeruginosa sebagai
media selektif.
Pertumbuhan spesifik Pseudomonas aeruginosa pada media agar selektif
ditandai dengan adanya koloni seperti dijelaskan pada Tabel 5.6 berikut ini.

Media Deskripsi koloni


Cetrimide Agar (Cet.A) Hijau berfluorosensi
Pseudomonas Agar untuk deteksi Tidak berwarna hingga kekuningan dengan
fluoresin fluoresensi kuning
Pseudomonas Agar untuk deteksi Kehijauan dengan fluoresensi biru
piosianin

4) Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Pseudomonas aeruginosa (uji


koagulase).
Jika terdapat koloni spesifik pada media Cet.A dengan deskripsi seperti pada
Tabel 5.6, lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut, yaitu uji oksidase.
Letakkan di atas koloni tersebut atau pindahkan koloni ke kertas saring yang
telah diimpregnasi (dijenuhkan) dengan N.N-dimetil-p-fenilendiamina-
dihidroklorida. Jika terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi
lembayung, maka sampel diduga mengandung cemaran Pseudomonas
aeruginosa

BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

A HASIL
Sampel : Diapet NR
1 Hasil Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang Khamir (AKK)

Pengenceran Jumlah Koloni Terhitung Jumlah Mikroba per mL Sampel (cfu)

10-1 TBUD TBUD


10-2 145

10-3 22 TSUD

10-4 2 TSUD

10-5 0 TSUD

10-6 0 TSUD
*syarat 30-300

C
N= ( 1 xn 1 )+ ( 0,1 xn 2 ) .. xd

145
N= ( 1 x 1 ) x 102

N= 14500 Cfu/g

Tabel Hasil Uji Angka Kapang Khamir (AKK) pada Sampel Obat

Pengenceran Jumlah Koloni Terhitung Jumlah Mikroba per mL Sampel (cfu)

10-1 7 TSUD

10-2 233 TBUD

10-3 16

10-4 0 TSUD

10-5 1 TSUD

10-6 0 TSUD

*syarat 15-150

C
N= ( 1 xn 1 )+ ( 0,1 xn 2 ) .. xd

16
N= ( 1 x 1 ) x 103

N= 16000 Cfu/g
2 Hasil Analisis Cemaran Mikroba Patogen Eschericia coli

Hari Pengamatan Media Hasil Keterangan

Hari 1 Lactose Broth


Positif Media LB menjadi keruh
(LB)

Tripticase Soy
Positif Media TSB menjadi keruh
Broth

Hari 2 Vogel Johnson Positif Koloni kunign dengan


Agar zona hitam
Negatif Tidak ada koloni merah
Mc Conkey Agar
Tidak ada hijau
Cetrimide Agar Negatif berflourosensi

Selenite cystine Positif Keruh


broth

Tetrathionate Positif Keruh


Broth

Hari 3 Brilliant Green Positif - Koloni merah muda


Agar Selenite
-
Negatif -
Tetrathionate

Hari 4 TSIA Negatif Tidak ada warna merah di


lereng dan tidak ada
warna warna kuning
ditusukan
Negatif Dilereng dan tusukan tidak
LIA ada warna ungu

B Pembahasan
1 Pada uji batas mikroba terhadap sediaan obat, digunakan sampel obat tradisional
diapet NR. Dilakukan uji Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang Khamir
(AKK) untuk memperkirakan jumlah mikroba viabel di dalam sampel, dan untuk
menganalisis keamanan produk obat tersebut secara mikrobiologi dan menilai
kelayakan obat tersebut, juga untuk menganalisis jumlah mikroba dalam sampel
obat kadaluarsa melebihi batas syarat atau tidak. Batasan yang direkomendasikan
untuk sediaan obat tradisional kapsul adalah kurang dari 1,0 x 104 (ALT) dan
kurang dari 1,0 x 10 3 (AKK).

Analisis cemaran mikroba patogen yang dilakukan terhadap sampel obat adalah
cemaran Escherichia coli,Staphylococcus aureus,Salmonella typhi ,Pseudomonas
aeruginosa.Hal ini disesuaikan dengan peraturan dari keputusan mentri kesehatan
republik Indonesia No. 661/Menkes/VII/1994 tanggal 9 Juli 1994 tentang
persyaratan obat tradisional, dalam kodifikasi peraturan perundang- undangan obat
tradisional jilid I, Direktorat Pengawas Obat Tradisional, Dirjen POM,Depkes RI,
Jakarta

2 Pada uji Angka Lempeng Total (ALT), digunakan media Nutrient Agar (NA). Pada
pengenceran 10-2, terdapat 145 koloni yang tumbuh pada media. Pada
pengenceran10 terdapat 22 koloni dan pada pengenceran 10-4sampai10-6 tidak
-3

terdapat koloni yang tumbuh sehingga didapatkan hasil N 14500 atau 1,4 x 104
Cfu/g dan Pada uji Angka Kapang Khamir (AKK) digunakan media Potato Dextrose
Agar (PDA). Pada pengenceran10-2 terdapat 233 koloni dan 10-3 terdapat 16 koloni
dan pada pengenceran selanjutnya TSUD dan didapatkan hasil N 16000 Cfu/g
atau 1,6 x 104 Cfu/g dari hasil yang didapat dinyatakan bahwa kapsul ini tidak
memenuhi syarat karena hasil nilaiALT dan AKK melewati batas jumlah yang
dipersyaratkan.
3 Pada percobaan Analisis Cemaran Mikroba Patogen Eschericia coli yang diuji
pada media Laktosa Broth (LB). Hasil biakan media tersebut menunjukkan hasil
positif pada hari pertama, dimana terjadi perubahan kekeruhan yang menandai
adanya pertumbuhan mikroba. Kemudian di inokulasikan ke media McConkey
Agar setelah diinkubasi saat diamati pada hari keempatmenunjukkanhasil yang
negatif dimana tidak terbentuk koloni berwarna merah bata. Sehingga pengujian
untuk E. coli tidak dilanjutkan pada uji lanjutan dengan media EMBA dan dapat
dikatakan bahwa sampel sediaan tersebut tidak mengandung bakteri E. coli.
Hasil positif pada media LB dapat saja disebabkan karena kontaminasi saat
pemipetan sampel obat ke dalam media (pengerjaan kurang aseptis) atau terdapat
bakteri lain yang terkandung dalam sampel.
4 Pada percobaan Analisis Cemaran Mikroba Patogen Salmonella typhi yang diuji
pada media Laktosa Broth (LB). Hasil biakan media tersebut menunjukkan hasil
positif pada hari pertama, dimana terjadi perubahan kekeruhan yang menandai
adanya pertumbuhan mikroba. Kemudian di inokulasikan ke media Selenite dan
Tetrathionate Broth setelah inkubasi didapati kekeruhan, sehingga dilanjutkan
kembali ke media TSIA ( Triple Sugar Iron Agar) dan LIA (Lysine Iron Agar) hasil
yang didapat menunjukan negatif. Sehingga mungkin hasil positif pada media
dapat saja disebabkan karena kontaminasi saat pemipetan sampel obat ke dalam
media (pengerjaan kurang aseptis) atau terdapat bakteri lain yang terkandung
dalam sampel.
5 Pada percobaan Analisis Cemaran Mikroba Patogen Staphyloccocus aureus yang
diuji pada media Tripticase Soy Broth (TSB). Hasil biakan media tersebut
menunjukkan hasil positif pada hari pertama, dimana terjadi perubahan kekeruhan
yang menandai adanya pertumbuhan mikroba. Kemudian di inokulasikan ke media
Vogel Johnson Agar ( VJA) menunjukan hasil positif dengan adanya koloni hitam,
yang menunjukan bahwa sampel ini positif mengandung Staphyloccocus aureus.
Tetapi seharusnya uji dilanjutkan dengan uji koagulasi untuk memastikan bahwa
koloni yang tumbuh adalah Staphyloccocus aureus
6 Pada percobaan Analisis Cemaran Mikroba Patogen Pseudomonas aeruginosa
yang diuji pada media Tripticase Soy Broth (TSB). Hasil biakan media tersebut
menunjukkan hasil positif pada hari pertama, dimana terjadi perubahan kekeruhan
yang menandai adanya pertumbuhan mikroba. Kemudian di inokulasikan ke media
Cetrimide Agar dan didapatkan hasil negatif dengan tidak adanya koloni hijau
berflourosensi sehingga tidak dilanjutkan ke uji oksidase.

BAB V
KESIMPULAN & SARAN

A KESIMPULAN
Berdasarkan uji Angka Lempeng Total (ALT) yang dilakukan, sampel obat diapet
NR tidak memenuhi syarat batas mikroba sediaan obat tradsional kapsul dengan
nilai N =1,4 x 104 Cfu/g (kurang dari 1,0 x 104 (ALT))
Berdasarkan uji Angka Kapang Khamir (AKK) yang dilakukan, sampel diapet NR
tidak memenuhi syarat batas mikroba sediaan obat tradisional kapsul dengan
nilai N =1,6 x 104 (1,0 x 10 3 (AKK))
Berdasarkan analisis cemaran mikroba patogen Eschericia coli yang dilakukan,
sampel Obat diapet NR masih memenuhi syarat batas mikroba sediaan obat
tradisional kapsul (tidak mengandung mikroba patogen Eschericia coli).
Berdasarkan analisis cemaran mikroba patogen Salmonella typhi yang dilakukan,
sampel Obat diapet NR masih memenuhi syarat batas mikroba sediaan obat
tradisional kapsul (tidak mengandung mikroba patogen Salmonella typhi).
Berdasarkan analisis cemaran mikroba patogen Staphyloccocus aureus yang
dilakukan, sampel Obat diapet NR tidak memenuhi syarat batas mikroba sediaan
obat tradisional kapsul (tidak mengandung mikroba patogen Staphyloccocus
aureus).
Berdasarkan analisis cemaran mikroba patogen Pseudomonas aeruginosa yang
dilakukan, sampel Obat diapet NR masih memenuhi syarat batas mikroba
sediaan obat tradisional kapsul (tidak mengandung mikroba patogen
Pseudomonas aeruginosa).

B SARAN
Pada uji Staphyloccocus aureus seharusnya dilakukan uji koagulasi untuk memastikan
bahwa sampel tersebut benar mengandung mikroba patogen tersebut
Pada pengerjaan uji batas mikroba diharapka mahasiswa mengerjakan lebih teliti
kembali untuk menghindari kontaminan yang didapat

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Pelczar, Michael J. et al.. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta : Universitas


Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta :


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Radji, Maksum., 2009. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tim Penyusun, 2014. Penuntun Praktikum Mikrobiologi II. Jakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila.

LAMPIRAN
ALT
AKK

Uji Mikroba Patogen Escherichia coli


Uji Mikroba Patogen Salmonella typhi

Uji Mikroba Patogen Stapylococcus aureus dan Pseudomans aeruginosa


LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI II

Uji Sterilitas Sediaan Farmasi Injeksi Vitamin B dalam Ampul 1 mL dan Alat Kesehatan Kain
Kassa Steril Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV
Disusun Oleh :

KELAS H

KELOMPOK 4

Catharina Maria Odilia 2012210062

Desi Wulandari 2012210075

Devi Andiani 2012210077

Dewi Paramitha 2012210081

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2015

You might also like