You are on page 1of 4

PENETAPAN KADAR HIDROSULFIT BM 174,3

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Agar praktikan dapat menetapkan kadar hidrosulfit dengan cara yodimetri
dengan baik dan benar.

II. TEORI DASAR


Pada penetapan kadar hidrosulfit ini mengunakan cara titrasi Yodimetri
yaitu penitaran dengan menggunakan larutan iodium. Prinsipnya pada percobaan
ini larutan contoh direaksikan terlebih dahulu dengan larutan formaldehid, lalu
dititar dengan larutan iodium baku (standar 0,1 N).
Yodimetri termasuk pada proses penitaran secara langsung. Yang
dimaksud dengan titrasi langsung adalah titrasi dimana analat secara langsung
digunakan sebagai titran. Pada yodimetri ini menggunakan iodium langsung
sebagai penitar.
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat
bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau
merah lembayung yang kuat kepada pelarut pelarut seperti karbon tetraklorida
atau kloroform, dan kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi.
Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena
warna biru tua dari kompleks kanjiiodium dipakai untuk suatu uji sangat peka
terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam daripada
dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Pada penetapan
kadar hidrosulfit ini menggunakan indikator kanji 5 %.
Mekanisme yang tepat dari pembentukan kompleks berwarna tidak
diketahui. Akan tetapi diduga bahwa molekul iodium ditahan pada permukaan -
amilosa, sebuah unsur dari kanji. Unsur kanji yang lain, -amilosa atau
amilopektin, membentuk kompleks kemerahmerahan dengan iodium, yang tidak
mudah dihilangkan warnanya. Karena itu kanji yang mengandung banyak
amilopektin harus tidak dipakai. Zat dengan nama dagang kanji larut adalah
terutama -amilosa.
Larutan kanji mudah terurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat
diperlambat dengan jalan sterilisasi atau penambahan zat pengawet. Hasilhasil
pengurai memakai iodium dan berubah menjadi kemerahmerahan. Merkuri (II)
iodida, asam borat atau asam furoat dapat digunakan sebagai bahan pengawet.
Keadaankeadaan yang menyebabkan hidrolisa atau koagulasi dari kanji harus
dihindarkan. Kepekaan indikator berkurang dengan kenaikan suhu dan oleh
beberapa zat organik seperti metil dan etil alkohol.
Hidrosulfit ini mempunyai sifat sebagai reduktor yang kuat. Pada
percobaan penetapan kadar hidrosulfit ini menggunakan larutan
formaldehid/formalin pekat (HCOH) dimana berfungsi untuk menstabilkan agar
hidrosulfit tidak cepat bereaksi.
Pada industri tekstil, hidrosulfit digunakan untuk pencucian reduksi
(reduction cleaning) setelah proses pencelupan atau pencapan dan untuk proses
pencelupan zat warna bejana pada selulosa dimana zat warna bejana tidak larut
dalam air karena ikatannya sangat kuat.

III. REAKSI
Na2S2O4 + 2CH2O + H2O HOCH2 + SO3Na + HCOH2-SO2Na
HCOH2 + SO3Na + 2I2 + 2H2O NaHSO3 + CH2O + 4HI

IV. PERCOBAAN
IV.1 Bahan
Hidrosulfit serbuk C
Larutan formaldehid / formalin pekat (HCHO)
Larutan yodium 0,1 N (standar)
Larutan Kanji 0,5 %
Larutan asam asetat 20 % (pekat)
Air suling
IV.2 Alat
Erlenmeyer 250 ml
Pipet ukur
Labu Ukur 100 ml
Buret 50 ml
Timbangan
IV.3 Cara Kerja
Timbang teliti 0,8 gram contoh. Larutkan dengan 50 ml air suling dan 1 ml
formalin pekat dalam labu ukur 100 ml dan encerkan sampai tanda garis.
Pipet 10 ml larutan encer ke dalam Erlenmeyer yang berisi 50 ml air suling,
1 ml asam asetat 20 % dan I ml kanji 0,5 %.
Titrasi dengan larutan yodium 0,1 N sampai warna biru yang permanen.
IV.4 Data
Berat contoh zat (C) = 0,8003 gram
Tabel Titrasi
Keterangan Titrasi
Volume Akhir 25,80 ml
Volume Awal 0,00 ml
Volume Titrasi 25,80 ml

IV.5 Perhitungan
Kadar Hidrosulfit
ml.titrasi N .I 2 0,0435
100%
BobotContoh( g )
25,80 0,1000 0,0435
100%
0,8003
0,1402 100%
14,02%

V. DISKUSI
Pada percobaan penetapan kadar hidrosulfit ini digunakan formaldehid /
formalin pekat (HCOH) dimana berfungsi untuk menstabilkan agar hidrosulfit
tidak cepat bereaksi.
Reaksi yang terjadi pada saat penitaran sangat lambat sehingga memakan
waktu yang lama. Dalam penitarannya pun, iodium yang dimasukkan ke
dalam larutan harus setetes demi tetes. Hal ini dimaksudkan agar pada saat
larutan sudah berubah warna menjadi coklat perubahan warna selanjutnya
apakah akan berubah menjadi bening kembali atau menjadi biru akan jelas
dan tidak akan memakan waktu yang lama.

VI. KESIMPULAN
Penetapan hidrosulfit ini menggunakan cara titrasi yodimetri dimana penitaran
dengan menggunakan larutan iodium. Prinsipnya pada percobaan ini larutan
contoh direaksikan terlebih dahulu dengan larutan formaldehid, lalu dititar
dengan larutan iodium baku (standar 0,1 N). Yodimetri juga termasuk pada
proses penitaran secara langsung.
Dari hasil percobaan diatas didapatkan kadar hidrosulfit sebesar 14,02 %.
Perubahan yang terjadi yaitu : bening + iodium coklat biru permanent.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Day, Jr, R.A. dan A.L Underwood. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Ke-4.
Jakarta: Erlangga.
Tim Penyusun. 2003. Pedoman Praktikum Kimia Umum I. Bandung: Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.
Tim Penyusun. 2004. Pedoman Praktikum Kimia Umum II. Bandung: Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.

You might also like