Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Kelompok 2
Kelas E
Dita Agustin 150510150072
Eva 150510150139
Choerunnisa 150510150143
Putri Utami Suherman 150510150150
Nida Musyarropah 150510150152
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II ISI..................................................................................................................................2
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10
1
Pohon Industri
Agroindustri Apel
Malang
Hulu Hilir
Bahan
Proses
Baku Tenaga Tenaga
Kelaya
Produks
Produk Kerja
Kelayaka Kerja
kan
i
si n Ekono
Pemasa Ekonomi Pemasa mi dan
ran dan ran Kelaya
Kelayaka kan
n Financi
Kesimpu
Financial al
lan
1
PENDAHULUAN
Apel merupakan salah satu komoditas unggulan Kota Batu dan Kabupaten
Malang. Sebagian besar produksi apel nasional dihasilkan dari daerah Malang Raya
(Kota Batu dan Kabupaten Malang). Data BPS menunjukkan terjadi peningkatan
produksi apel nasional 7.303.372 ton (1984) menjadi 9.046.276 ton (1988) atau
meningkat 17,5% (Anonymous, 2000). Pengembangan komoditas apel tidak saja telah
untuk mendukung ketersediaan buah apel secara nasional, tetapi juga mendorong
tumbuhnya berbagai usaha olahan apelpenilaian terhadap pelaku usaha yang dinyatakan
mampu dan memenuhi persyaratan.
Sejak tahun 2002 hingga 2012 di Kota Batu bermunculan agroindustri apel
dengan produk seperti kripik apel, sari apel, pai apel, dan lain- lain. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana orientasi agroindustri apel di Kota
Batu dengan menggunakan variabel tenaga kerja, pasar/lokasi penjualan, asal bahan
mentah dan jarak dari pusat kota Kota Batu. Penelitian ini menggunakan pendekatan
spasial dan metode deskriptif dengan analisis keruangan. Penentuan jumlah sampel
menggunakan Propotional Area Random Sampling sebanyak 32 agroindustri. Hasil dari
penelitian ini adalah lokasi agroindustri apel lebih berorientasi kepada bahan mentah
(buah apel). Lokasi agroindustri yang berorientasi pada bahan mentah terdapat di sebelah
utara Kota Batu yang berasosiasi dengan keberadaan kebun apel di wilayah tersebut.
Orientasi kedua adalah jarak dari pasar/lokasi penjualan. Jarak dari pasar tidak terlalu
berpengaruh karena adanya sistem pengambilan produk dan pemesanan. Kemudian jarak
dari pusat kota juga bukan merupakan orientasi agroindustri karena agroindustri apel
banyak diusahakan di rumah masing-masing pelaku industri. Sedangkan tenaga kerja
bukan merupakan orientasi karena mayoritas agroindustri bertenaga kerja sedikit dan
berasal dari keluarga sendiri maupun tetangga di desa setempat atau desa tetangga.
2
ISI
3
Spermatophyta, terdapat macam-macam varietas yang memiliki cirri-ciri atau
kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain Rome Beauty,
Manalagi, Anna, Priecess Noble dan Wangli/ Lali jiwo.
Apel mengandung banyak vitamin C dan B. Selain itu apel kerap menjadi
pilihan para pelaku diet sebagai makanan substitusi. Di Indonesia, apel dapat tumbuh
dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang
(Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah
diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini.
Curah hujan yang ideal untuk budidaya apel adalah 1.000-2.600 mm/tahun
dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahunbanyaknya bulan basah adalah
6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga
akanmenyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah. Tanaman apel
membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama
pada saatpembungaan. Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 derajat Celcius.
Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%. Oleh karena itu,
daerah Batu Malang sangat cocok sekali untuk budidaya apel yang sekarang telah
terkenal di Indonesia menjadi pusat budiadaya apel malang yang khas.
Dari segi agribisnis, apel tergolong tanaman yang sangat komersial. Hal ini
didukung oleh beberapa alasan yaitu:
1) Iklim, Apel merupakan tanaman yang selektif. Artinya apel merupakan tanaman
yang hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah-daerah
tertentu yang iklimnya menunjang. Di dunia tanaman apel banyak diproduksi oleh
negara-negara empat musim, sedangkan didaerah tropis hanya beberapa daerah
yang berhasil misalnya Malang.
2) Pasar apel Indonesia, selama ini pasar apel Indonesia dipenuhi melalui impor dari
negara-negara Eropa dan Australia. Sejak bekembangnya apel di Indonesia pasar
ini sedikit demi sedikit diambil alih oleh produksi dalam negeri. Hal ini dapat
dilihat data BPS yang menunjukkan peningkatan produksi apel nasional 7.303.372
ton (1984) menjadi 9.046.276 ton (1988) atau meningkat 17,5%. Target akhir
adalah pemenuhan konsumsi nasional dan ekspor.
3) Faktor lain; yaitu pengembangan apel sebagai komoditi agrowisata dan
pengembangan makanan olahan dari apel seperti jenang apel dan jelli apel.
Prospek usaha tani apel maupun bisnis penjualan dan pengolahan hasil produk
apel di Malang sangat menggiurkan. Manajemen agribisnis pun diperlukan oleh
4
pengusaha apel ini untuk tetap menjaga eksistensi usahanya. Pada praktikum
manajemem agribisnis kali ini, praktikan mencoba mengkaji usaha budidaya
tanaman apel di daerah Poncokusumo, Batu Malang Jawa Timur sebagai suatu
usaha agribisnis hulu. Dan bisnis pengolahan keripik apel, sari apel, dodol atau
jenang apel di daerah jalan Wijaya 18 Malang Jawa
5
yang digunakan yakni petani tetap yang berperan dalam proses budidaya secara
langgsung dan mendapatkan upah yang tetap, dan petani lepas yang berperan secara
langsung maupun tidak langsung dalam proses budidaya, pemanenan, dan
pengemasan yang dibayar upah secara honorer. Mengenai besarnya jumlah tenaga
kerja dan kuantitas upah, praktikan tidak mendapatkan data tersebut.
Analisa tentang tenaga kerja dan bahan baku berpengaruh terhadap nilai
tambah, dimana jika dalam usaha tersebut kekurangan bahan baku atau dibutuhkan
tenaga kerja tambahan maka diperlukan adanya penambahan biaya, begitu juga jika
adanya niat perluasan usaha maka dibutuhkan pula penambahan bahan baku dan tenga
kerja
c. Pemasaran
Buah apel dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat
bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara
lain : nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,
negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.Kemasan yang digunakan adalah
kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan
diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar
panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling menutup
ruang antar buah.
Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena
sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan apel yang
tinggi kualitas dan kuantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan
ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudang untuk
diseleksi. Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas
penyakit dengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak tertular
keseluruh buah yang dipanen yang dapat menurunkan mutu produk. Penggolongan
dilakukan untuk mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis varietas, ukuran dan
kualitas buah.
Pada dasarnya apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buahan lain,
misal Rome Beauty 21-28 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik
127- 141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu
minus 6-0 derajat C dengan precooling 2,2 derajat C. Kemasan yang digunakan
adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar
dan diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai
6
sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling
menutup ruang antar buah. Setelah dilakukan pemasaran, produk dijual di pasar
tradisional maupun pusat oleh-oleh dan menjadi bahan konsumen rumah tangga untuk
dikonsumsi sehari-hari atau dijual pada distributor untuk bahan baku industri
selanjutnya, baik home industri maupun agro industri. Pada sektor ini telah termasuk
dalam aspek industry hilir.
a. Proses Produksi
Proses produksi pengolahan apel malang pada prinsipnya merupakan pengolahan
semi teknologi, sebab dalam prosesnya tidak semua menggunakan mesin juga
menggunakan cara manual atau kerja manusia. Ada beberapa produk olahan buah-buahan
dari usaha ini,namun yang bersektorkan pada bahan baku buah apel adalah kripik apel,
dodo apel dan sari apel. Usaha ini beskala home industry (industry rumahan). Pada
industry hilir ini, selain industry rumahan juga ada usaha yang berskala agro industry,
7
namun pada kesempatan ini praktikan akan menjelaskan mengenai industry rumahan
pengolahan apel.
Pada proses pembuatan sari apel, pada awalnya dilakukan sortasi buah yang tidak
busuk dan rusak, mencucinya dengan air yang mengalir, serta memotong-motong menjadi
bagian- bagian kecil setebal kurang lebih 1 cm menggunakan mesin pemotong sederhana.
Merebus apel tersebut dalam air mendidih selama 15 menit, kemudian pisahkan ampas
buah, sambil mengaduk masukkan gula sedikit demi sedikit dan caramel sesuai warna
yang diinginkan, memasukkan asam sitrat serta benzoate. Lakukan penyaringan
menggunakan mesin filling yang suhunya tetap terjaga 800C. dan langkah akhir
dilakukan pengemasan.
Pada proses pembuatan keripik apel, pengolahannya dilakukan lebih sederhana
dibandingkan pembuatan sari apel. Dimana apel yang sudah disortasi dicucui bersih dan
dipotong tipis-tipis menggunakan mesin pemotong sederhana. Merendam irisan apel
tersebut dalam larutan sorbitol selama 10 menit. Setelah ditiriskan, irisan apel tersebut
igoreng dalam penggoreng vacuum selama 45 menit, tiriskan minyak menggunakan
spiner dan dilakukan pengemasan.
Pada proses pengolahan dodol apel atau jenang apel, setelah apel dipotong tipis-
tipis menggunakan alat pemotong dan dicuci berih, mengkukus apel selama 15 menit
untuk mencegah perubahan menjadi cokelat. Potongan tersebut diblender sampai menjadi
bubur, mencampurkan santan, tepung ketan, dan tepung terigu aduk sampai rata hingga
terbentuk adonan. Adonan dimasukkan dalam wajan dicampurkan vanili, gula pasir,
margarine, dan pewarna makanan. Tunggu adonanan dingin dan sedikit mengeras,
potong-potong kemudian dikemas.
b. Tenaga Kerja
Dalam hal ini, tenaga kerja dibutuhkan dari awal proses produksi mulai dari
pengolahan produk dan pengemasan. Ada beberapa jenis tenaga kerja yang digunakan
yakni tenaga kerja tetap yang berperan dalam proses pengolahan secara langsung dan
mendapatkan upah yang tetap, serta tenaga kerja lepas (TKL) yang berperan secara
langsung maupun tidak langsung dalam proses pengolahan, dan pengemasan yang
dibayar upah secara honorer. Mengenai besarnya jumlah tenaga kerja dan kuantitas upah,
praktikan tidak mendapatkan data tersebut.
Analisa tentang tenaga kerja dan bahan baku berpengaruh terhadap nilai tambah,
dimana jika dalam usaha tersebut kekurangan bahan baku atau dibutuhkan tenaga kerja
8
tambahan maka diperlukan adanya penambahan biaya, begitu juga jika adanya niat
perluasan usaha maka dibutuhkan pula penambahan bahan baku dan tenga kerja.
c. Pemasaran
Setelah dilakukan proses pengolahan dan pengemasan apel tersebut, selanjutnya
dalam aspek pemasaran dilakuakn pemasaran dalam pasar domestic maupun ekspor.
Untuk dalam daerah jawa timur, dilakukan distribusi melalui toko oleh-oleh, pasar
tradisional, dan supermarket. Sedangkan daerah lainnya seperti Jakarta, Bandung,
Kalimantan, dan Sulawesi administrasi pemasarannya melalui distributor langganan dan
agen-agen besar yang dilakukan kerjasama secara komperensif. Untuk skala ekspor,
pemasran melaui distributor resmi ke Negara Papua Barat (Irian jaya).
9
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Agribisnis hulu merupakan bisnis usaha tani yang berada pada awal dari sistem usaha
ini. Dimana dalam hal ini berperan menghasilkan bahan baku untuk usaha pengolahan
selanjutnya. Dalam hal pengkajian usaha bisnis apel malang ini, agribisnis hulu terletak pada
usaha budidaya tanaman apel. Agribisnis hilir merupakan bisnis usaha tani yang berada pada
tahap kedua atau selanjutnya dari sistem usaha ini. Dimana dalam hal ini berperan mengolah
bahan baku yang telah didapatkan dari industry hilir untuk usaha selanjutnya yang bernilai
komersil.
10
DAFTAR PUSTAKA
Tyasmara, Nurintan Cynthia. 2012. Orientasi Agroindustri Apel Di Kota Batu. Depok.
Perpustakaan Universitas Indonesia
11