You are on page 1of 7

ISLAM SEBAGAI REFERENSI UTAMA EKONOMI

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi
agama bagimu (QS. Al Maidah: 3)

Defenisi islam & Urgensinya

Salah satu definisi Islam secara bahasa (etimologis) adalah selamat. Islam adalah jalan
hidup yang menjaga dan memelihara manusia ada di jalan keselamatan dan menuju pada
keselamatan yang abadi. Di samping itu Islam juga bermakna tunduk patuh atau berserah
diri (al istislaam), damai (as silm) dan bersih (as saliim). Jadi Islam merupakan konsep
bagi manusia yang berserah diri pada kehendak Pencipta yang bersifat damai dan bersih.
Islam sebuah konsep hidup yang tidak terikat pada ruang dan waktu, materi dan spiritual,
sebab dan akibat. Ia merupakan petunjuk (peta) bagi manusia dalam menjalankan
kehidupannya di dunia. Dan Al Quran sebagai narasumber orisinil Islam memberikan
penegasan ini dalam beberapa ayat-ayat-Nya.

Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan


Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al
Maidah: 44)

sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai


petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dengan yang bathil)
(QS. Al Baqarah: 185)

Islam sebagai konsep atau sistem hidup bersifat integratif dan komrehensif (sempurna), Ia
mengintegrasikan semua aspek kehidupan manusia di dunia, baik dalam kehidupan
pribadi maupun interaksi kolektif. Ia juga meliputi semua sisi detil kehidupan
(komprehensif), sehingga mencerminkan kelengkapan dan kesempurnaan Islam sebagai
sebuah sistem atau konsep hidup. Imam Syahid Hasan Al Banna dengan sangat jelas
menerangkan posisi Islam bagi kehidupan dalam karya besarnya Majmaatu Rasail
(Risalah Pergerakan).1 Al Banna menggambarkan bahwa Islam meliputi semua aspek
kehidupan, dimana Islam adalah negara dan tanah air, pemerintah dan ummat, moral dan
kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan
dan hukum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah,
pasukan dan pemikiran, sebagaimana juga ia adalah akidah yang murni dan ibadah yang
benar, tidak kurang dan tidak lebih.

Dalam pembahasan sistem ekonomi Islam ini, Islam ditempatkan sebagai semesta sistem
yang didalamnya terdapat subsistem-subsistem yang mengatur segala jenis aktivitas

1
Hasan Al Banna, Risalah Pergerakan, Intermedia 1997, pp. 116 132.
manusia dalam kehidupannya. Salah satunya adalah sistem ekonomi sebagai anggota
sistem dalam semesta sistem hidup Islam.

Dalam falsafah keilmuan Islam, dapat di gambarkan posisi ekonomi Islam berada dalam
ruang lingkup pembahasan ilmu syariah, seperti yang tergambar dalam skema yang ada
pada gambar 2.1. Aktivitas ekonomi diklasifikasikan dalam pembahasan muammalah jika
dirujuk dalam bahasan keilmuan Islam. Dan dalam pembahasan fikih muammalah
biasanya lebih pada pembahasan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip umum
bermuammalah yang diatur oleh nilai dan aturan Islam. Imam Al Ghazali2 menyebutkan
bahwa tujuan dari Syariah adalah meningkatkan kesejahteraan (welfare) seluruh manusia,
melalui perlindungan agama (dien), diri manusia (nafs), akal (aql), keturunan (nasl) dan
harta (maal). Definisi Al Ghazali ini sangat jelas menggambarkan fungsi sistem ekonomi
yang mengambil syariah sebagai paradigmanya, dan tentu saja lebih menjelaskan hirarki
keilmuan ekonomi Islam berkaitan dengan inti idiologi Islam.

Gambar 2.1.
Sistem Ekonomi Islam

NILAI EKONOMI ISLAM


ISLAM

PRINSIP EKONOMI
ISLAM AQIDAH AKHLAK

INSTRUMEN SYARIAH
EKONOMI ISLAM

SISTEM EKONOMI MUAMALAH


ISLAM

Karakteristik keilmiahan ilmu ekonomi Islam dengan demikian tidak dapat dipisahkan
dengan nuansa spiritual idiologi Islam. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-
Nya yang menjadi ayat pertama yang diturunkan ke dunia.

2
Imam Al Ghazali, Ihya Ulumuddin: Jilid 2, Asy Syifa, Jakarta, 1990.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. (QS.
Al Alaq: 1)

Dalam ayat di atas Allah SWT secara implicit menegaskan bagaimana aktivitas
penggalian ilmu tidak boleh terlepas dari nilai-nilai ilahiyah. Sehingga pengkajian ilmu
bukan hanya bertujuan melakukan transfer ilmu (knowledge) tapi juga ada transfer nilai
moral (value). Di samping itu sebenarnya ilmu yang benar sepatutnya memang tak
memisahkan pengetahuan dengan nilai moral. Dalam ilmu sebaiknya mengandung dua
unsure penting tersebut, sehingga tak ada ilmu yang dapat disebut ilmu yang bebas nilai.

Dan inilah yang menjadi karakter ilmu ekonomi Islam. Ekonomi Islam bahkan
menempatkan nilai moral (akidah dan akhlak) sebagai asumsi dasar utama dari ilmu dan
sistem ekonomi yang dibangun. Efektifitas dan optimalisasi sistem ekonomi Islam ini
sangat ditentukan oleh tingkat nilai moral Islam yang ada pada pelaku-pelaku ekonomi.

Sinergi keilmiahan dan spiritualitas inilah yang ingin ditampilkan dalam penjelasan buku
ini. Namun ketentuan-ketentuan baku yang merupakan aturan dan prinsip fikih
muammalah tidak secara detil dibahas dalam buku ini. Pembahasan buku ini beranggapan
bahwa ketentuan tadi sudah menjadi asumsi dasar dari sistem ekonomi Islam, sehingga
pembahasannya lebih didominasi pada penjelasan mekanisme ekonomi dalam sebuah
sistem.

Dengan kata lain, pembahasan buku ini lebih memfokuskan pada rangkaian aktivitas
dalam sebuah sistem ekonomi dengan menggunakan aturan dan prinsip-prinsip Islam.
Sehingga tentu saja pembahasan buku ini berasumsi bahwa aturan dan prinsip tadi telah
dengan baik mendefinisikan dan menyediakan segala instrumen, institusi, regulasi segala
hal yang berkaitan dengan sistem ekonomi Islam, untuk kemudian dirangkai dalam
sebuah sistem yang berguna bagi manusia untuk menjalankan aktivitas ekonomi mereka.

Islam Sebagai Konsep Hidup dan Kehidupan

Islam sebagai konsep atau sistem hidup tidak hanya menjanjikan sebuah keteraturan,
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan, tapi juga memiliki konsekwensi-konsekwensi
bagi manusia yang meyakininya. Konsekwensi-konsekwensi ini dapat berupa aturan yang
harus dipatuhi atau bisa juga berupa tindakan-tindakan yang sepatutnya dilakukan oleh
penganutnya.

Sebagai seorang individu manusia memiliki berbagai kefitrahan yang sangat kompleks,
memiliki bermacam variasi kecenderungan, dan melekat padanya kelebihan serta
kelemahan yang dapat menjadi keuntungan dan hambatan bagi manusia dalam
mengarungi kehidupan. Karakteristik manusia itulah yang membutuhkan sebuah sistem
yang sesuai dengan segala kefitrahan yang ada pada dirinya. Dan Islam memiliki jawaban
untuk melakukan tugas itu. Islam tidak hanya memberikan arahan, aturan atau ketentuan
bagi manusia sebagai individu, tapi Islam juga merangkai setiap individu dengan individu
yang lain dalam sebuah sistem yang begitu harmoni dan indah.
Jadi Islam berfungsi untuk kesejahteraan hidup manusia tapi juga untuk kesejahteraan
kehidupan mereka (interaksi antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan
alam dan antara manusia dengan Penciptanya).

Gambar 2.2.
Interaksi Dalam Islam

KONSEP INDIVIDU KONSEP KOLEKTIF


(ILMU) (AMAL)

KONSEP IMAN, KONSEP KHILAFAH,


IHSAN, IKHLAS UKHUWAH,
TAWSIYAH

Manusia sebagai subjek dan objek dalam sistem hidup Islam, menjadi fokus pertama dan
utama. Karena manusia bukan hanya menjadi objek yang diatur tapi juga merupakan
faktor yang menentukan berjalannya sistem dan kekokohan sistem serta pengembangan
sistem kedepan. Islam yang mengatur hidup manusia sebagai seorang individu tercermin
dalam konsep iman, konsep ikhlas dan konsep ihsan.

Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam sistem kerugian.


Kecuali mereka yang beriman, dan beramal shaleh. Dan saling
menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.
(QS. Al Ashr: 1-3)

Islam mengatur interaksi antar manusia yang bersifat kolektif, tercermin dalam konsep
khilafah (kepemimpinan), konsep tawsiyyah (saling menasehati), konsep ukhuwwah (tali
persaudaraan) dan konsep amal shaleh (tolong menolong). Prasyarat interaksi
digambarkan dengan lugas oleh Allah SWT dalam surat Al Ashr ayat satu sampai tiga.
Diterangkan secara garis besar dalam ayat tersebut bahwa manusia tidak akan berada
dalam sistem kerugian sepanjang manusia berinteraksi secara kolektif berdasarkan
keimanan individu yang diimplementasikan dalam aktivitas amal shaleh dan saling
menasehati.

Hal ini juga kemudian semakin dikokohkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang
lain, yaitu surat Ali Imran ayat 103.

Berpegang teguhlah kamu semua pada tali Allah bersama-sama dan janganlah
kamu semua bercerai-berai. Ingatlah kamu semua akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu saling bermusuhan lalu Allah mempertautkan hatimu dengan kasih
saying. Maka dengan nikmat Allah, menjadilah kamu semua bersaudara. (QS.
Ali Imran: 103)
Harmoni Antara Konsep Hidup dan Kefitrahan Manusia

Allah SWT sebagai Pembuat konsep hidup juga merupakan Pencipta makhluk yang
bernama manusia. Kesamaan sumber pencipta dari dua entitas ini tentu secara logika
disimpulkan bahwa keduanya, konsep hidup dan manusia, memiliki kecenderungan
(kefitrahan) dan karakteristik yang sama. Apalagi bahwa memang Allah SWT
menciptakan konsep hidup Islam spesial untuk manusia, yang berarti keduanya memiliki
hubungan fungsi yang sangat erat. Penegasan Allah SWT ini ada dalam firman-Nya di
bawah ini.

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi
agama bagimu (QS. Al Maidah: 3)

Penciptaan konsep hidup Islam yang memang Allah SWT khususkan buat manusia tentu
sudah begitu sesuai dengan kecenderungan dan karakteristik manusia, sebab Allah jualah
yang menciptakan manusia dengan segala variasi kecenderungan sifat, sikap, kecerdasan
dan emosi berikut karakteristik fisik lainnya. Dengan demikian aturan hidup yang
disediakan oleh Allah SWT telah mengakomodasi kefitrahan manusia. Kefitrahan disini
dapat di artikan sebagai tabiat manusia dengan segenap unsur yang melekat padanya;
keutamaan, kekurangan dan juga unsur-unsur yang saling bertentangan semisal baik dan
buruk, cinta dan benci, cemas dan harap, individu dan kolektif, setia dan khianat, positif
dan negatif3.

Konsep hidup yang kemudian secara spesifik memiliki aturan-aturan yang khas pada
semua aspek kehidupan, ekonomi, hukum, politik dan social-budaya, tentu saja
mempertimbangkan dan mengerti betul apa yang menjadi fitrah manusia. Dengan
demikian konsep hidup Islam sudah menjadi konsep hidup yang dapat dikatakan
sempurna. Islam lengkap mengatur semua aktivitas manusia dengan mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan manusia.

Sementara itu Allah SWT melihat dan menilai interaksi manusia di dunia menggunakan
konsep hidup yang memang sudah Allah ridhai (Al Maidah : 3) mempertimbangkan juga
kemampuan manusia tersebut. Jadi kesuksesan manusia di dunia yang akan terlihat dalam
kehidupan akhirat juga bergantung pada kemampuan masing-masing manusia.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakan (QS. Al Baqarah : 286)

3
Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin, Era Intermedia, Jakarta,
Cetakan ke Delapan 2005, pp. 22.
Ekonomi Islam Sebagai Rangkaian Sistem Kehidupan

Keberadaan sistem ekonomi Islam berawal dari definisi atau pemahaman bahwa Islam
merupakan sistem hidup yang mengatur semua sisi kehidupan, yang menjanjikan
keselamatan dunia dan akherat bagi para penganutnya. Islam pada hakekatnya juga
merupakan panduan pokok bagi manusia untuk hidup dan kehidupannya, baik itu
aktivitas ekonomi, politik, hukum maupun sosial budaya. Pemahaman bahwa kehidupan
dunia hanyalah sementara menjadikan kebaikan atau kesejahteraan di akherat sebagai
tujuan utama dari hidup manusia. Dan Islamlah yang diyakini sebagai peta menuju
tujuan utama itu.

Sebagai peta Islam memiliki kaidah-kaidah, prinsip-prinsip atau bahkan aturan-aturan


spesifik dalam pengaturan detil hidup dan kehidupan manusia. Islam mengatur hidup
manusia dengan kefitrahannya sebagai individu (hamba Allah SWT) dan menjaga
keharmonian interaksinya dengan individu lain (sosial kemasyarakatan).

Dalam aktivitas kehidupan manusia, beberapa aspek aktivitas tersebut memiliki


sistemnya sendiri-sendiri, misalnya aspek ekonomi, hukum, politik dan sosial budaya.
Dan Islam yang diyakini sebagai sistem yang terpadu (integrative) dan menyeluruh
(comprehensive) tentu memiliki formulasinya sendiri dalam aspek-aspek tersebut. Sistem
ekonomi Islam, sistem hukum Islam, sistem politik Islam dan sistem social budaya Islam
merupakan bentuk sistem yang spesifik dari konsep Islam sebagai sistem kehidupan.
Lihat pada gambar 3.

Gambar 2.3.
Islam Sebagai Sistem Hidup dan Kehidupan
Bersifat : Integratif dan Komprehensif

Islam Sebagai Sistem Kehidupan

Sistem Sistem Politik Sistem Hukum Sistem Sosial


Ekonomi Budaya

Aktifitas Aktifitas Aktifitas Aktifitas Sosial


Ekonomi Politik Hukum Budaya

Aktifitas Kehidupan
Islam merupakan sistem yang sempurna dan lengkap, meliputi semua sisi kehidupan,
untuk semua masalah dan pada semua kondisi di setiap tempat dan zaman. Islam adalah
sistem hidup dan kehidupan, yang integratif dan komprehensif. Ekonomi merupakan
salah satu himpunan sistem dalam semesta sistem Islam. Ekonomi Islam menjaga dan
memelihara kefitrahan manusia dan alam sekitar. Ekonomi Islam memelihara ruhiyah
maknawiyah begitu juga ukhuwwah ijtimaiyah. Oleh sebab itu, menggunakan Islam
dalam menjawab permasalahan ekonomi akan memberikan hasil yang lebih
komprehensif. Islam memberikan tuntunan pribadi, interaksi dan sistem, prinsip-prinsip
aplikasi, ruang untuk membangun perekonomian dengan segala instrumen kebijakan,
institusi dan aspek hukum pengembangan, pengendalian dan pengawasan. Namun perlu
dipahami bahwa kualitas dan intensitas serta kemanfaatan sistem ini sangat tergantung
pada manusia yang mengembangkan, mengendalikan dan mengawasi berfungsinya
sistem perekonomian.

You might also like