You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGENDALIAN GULMA


Analisis Vegetasi

Disusun oleh:

Nama : Bhety Islami Pamungkasari


Nim : 145040200111129
Kelas :A
Asisten : Fathir Muh. Tarigan
Kelompok : Jumat 14.45 16.30 WIB

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan dan biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-bersama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang reat diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang
menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Suatu
ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen
biotik dan abiotik. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara
alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai
faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik
(Setiadi, 2007; Sundarapandian dan Swamy, 2009).
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisis vegetasi ini.
Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter.
Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less methode karena tidak membutuhkan
plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunkan
pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan
perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Selain menggunakan
metode kuadran, analisis vegetasi dapat dilakukan dengan metode titik dan metode garis.
Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma-gulma yang memiliki
kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup. Dalam hal ini,
penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma tersebut penting atau tidak.
Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peranan penting, karena tanaman tertentu tidak
akan terlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski dalam jumlah yang banyak.

1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis spesies apa saja yang menyususn dan mendominasi vegetasi
2. Untuk menentukan menentukan metode pengendalian yang akan digunakan dalam
pengendalian gulma
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN ANALISIS VEGETASI
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Dilakukan dengan
membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada (Moenandir,
2009).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah
bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari
penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Rohman, 2009).

Analisis Vegetasi adalah suatu analisis dalam Ekologi Tumbuhan yang untuk mengetahui
berbagai jenis vegetasi dalam suatu komunitas atau populasi tumbuhan yang berkembang
dalam skala waktu dan ruang. Bagaimana keadaan vegetasi tumbuhan dimasa sekarang dan
menduga -duga kemungkinan perkembangan dimasa depan (Michael, 2014).

2.2 MACAM METODE ANALISIS VEGETASI


Macam-macam metode analisis vegetasi Menurut sebagai berikut:
1. Metode Kuadrat
Menurut Arrijani, (2006) Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak
menggunakan petak contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang
berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar
atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm
maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling
atau belta ( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling
( anakan/semai )
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot
less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya
berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk
melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu
yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau
vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam
membentuk populasinya, dimana sifat sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas.
2. Metode Garis
Menurut Arrijani, (2006) Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan
cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang
digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan
sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5
m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang
digunakan cukup 1 m.
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan,
dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan
untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis
yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh
individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis
yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 2010). Frekuensi
diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar
(Rohman, 2001).
3. Metode Titik
Menurut Arrijani, (2006) Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis
vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat
dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau
yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-
variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2009).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai
suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian
merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang
merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang
diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 2014).
4. Metode Kuarter
Analisa vegetasi dengan metode kuarter merupakan analisa vegetasi yang mana dalam
pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area sebagai alat bantu. Akan tetapi cuplikan
yang digunakan hanya berupa titik sehingga sering juga metode tanpa plot. Hal ini karena
pada metode ini tidak menggambarkan luas area tertentu, sama halnya dengan metode
kuadrat yaitu dalam memperoleh nilai penting harus terlebih dahulu dihitung kerapatan,
dominasi, dan frekuensinnya. Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau
vegetasi kompleks lainnya (Kusmana, 2009).
Komunitas adalah sejumlah mahluk hidup dari berbagai macam jenis yang hidup
bersama pada suatu daerah. Komposisi suatu komonitas ditentukan dengan tumbuhan dan
hewan yang kebetulan mampu hidup di tempat tersebut. Anggota komonitas ini tergantung
pada penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologis yang ada
ditempat tersebut. Ada dua konsep yang ditentukan dalam mengamati peta komonitas yaitu
gradasi komonitas( populasi) dan gradiasi lingkungan yaitu menyangkut jumlah factor
lingkungantambak secara bersama-sama. (Arrijani, (2006). Pada metode ini tumbuhan yang
dianalisa bisa berupa empat tumbuhan yang paling dekat dengan titik pengamatan yang
masing-masing tumbuhan berada pada empat sektor daerah dengan titik tadi sebagai pusat.

2.3 SUMMED DOMINANCE RATIO (SDR)


Menurut Rohman, (2009) Summed Dominance Ratio (SDR) merupakan perbandingan
nilai penting yang menunjukkan nilai jumlah penting bagi jumlah besaran dan SDR biasa
dipakai karena jumlah tidak pernah lebih dari 100%. Perhitungan SDR dapat didapatkan dari:
1. Kerapatan
Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada setiap petak contoh.
Kendala:
1. Memakan waktu untuk menghitung, kesulitan menentukan satuan tum-buhan
yang menjalar atau berumpun.
2. Kerapatan berhubungan erat dengan musim dan vitalitas tumbuhan.
3. Pengaruh efek tepi, tumbuhan terletak didalam atau diluar petak con-toh,
khususnya gulma berumpun dan berstolen
2. Frekuensi
Frekuensi adalah berapa jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat jenis tersebut
dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
1. Luas petak contoh
2. Distribusi tumbuhan
3. Ukuran jenis tumbuhan

3. Dominansi
Dominansi digunakan untuk menyatakan luas area yang ditumbuhi oleh sejenis
tumbuhan, atau kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis
lainnya. Dominansi dinyatakan dengan istilah:
1. Kelindungan (coverage)
2. Luas basal
3. Biomassa
4. Volume
4. Nilai Penting/Important Value (IV)
Merupakan jumlah nilai nisbi dari dua atau tiga parameter yang dibuat.
3. BAHAN DAN METODE
3.1 TEMPAT DAN WAKTU
Praktikum analisa vegetasi dilaksanakan pada tanggal 24 April 2017 dari jam 08.00-
10.00 WIB. Pelaksaan praktikum dilakukan di Lahan percobaan Fakultas Pertanian di
Jalan Kembang Kertas daerah Lowokwaru, Malang.
3.2 ALAT DAN BAHAN

Alat :
1. Plot ukuran 1m x 1m : untuk menganalisis vegetasi gulma
2. Alat tulis : untuk mencatat hasil praktikum
3. Penggaris : untuk mengukur D1 dan D2
4. Kamera : untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan
Bahan :
Bambu : sebagai bahan pembuatan Plot pengamatan
Tali rafia : sebagai bahan pembuatan plot pengamatan

3.3 LANGKAH KERJA

Siapkan alat dan bahan praktikum analisis


vegetasi

letakan frame pada lahan tebu

Amati dan hitung gulma yang tumbuh pada


lahan jagung yang telah di letakan frame

Catat vegetasi yang terdapat pada lahan tebu


Ambil sampel gulma untuk diidentifikasi

Dokumentasi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL ANALISA VEGETASI PADA LAHAN


Tabel. 1 Gulma di lahan tebu
Petak
No Spesies D1 D2 Luas Petak
1 2 3

Rumpur Gerinting (Cynodone


1 17 13 19 0 53
dactylon)

2 Putri Malu (Mimosa pudica) 30 31 11 0 0

3 Krokot (Portulaca oleracea) 12 10 95 0 0

4 Teki (Cyperus rotundus) 32 1 0 107 135

5 Pagagan (Centella asiatica) 4 4.5 0 25 0 1mx1m


6 Meniran (Phyllanthus niruri) 14.5 5 0 8 0

7. Otok-otok 9 3 0 0 20

8. Rumput Belulang 13,5 12 0 0 6

9. Jotang 5 4 0 0 13

10. Kentaang-kentangan 7 6,6 0 0 4


Luas
SPESIE K KN F FN DN( D1+
DM IV SDR Basal
S M (%) M (%) %) D2
Area
Tabel.2
Rumpur
Gerinting
0,
(Cynodo 36 10,62 7,143 23,55 12,82 30,58 10,19 30 23,55
67
ne
dactylon)

Putri
Malu 47,88
11 3,245 1 10,71 47,89 26,06 40,02 13,34 61
(Mimosa 5
pudica)

Krokot
(Portula
95 28,02 1 10,71 17,27 9,398 48,14 16,05 22 17,27
ca
oleracea)

Teki
12 0, 25,90
(Cyperus 35,69 7,143 25,91 14,1 56,93 18,98 33
1 67 5
rotundus)

Pagagan
6,672
(Centella 25 7,375 1 10,71 6,673 3,361 21,27 7,24 8,5
5
asiatica)

Meniran
(Phyllant 15,30
8 2,36 1 10,71 15,31 8,33 21,4 7,135 19,5
hus 75
niruri)

Otok-
20 5,9 1 10,71 9,42 5,126 21,74 7,247 12 9,42
otok

Rumput 1,769 10,71 20,01 10,89 23,37 7,792 20,01


6 1 25,5
belulang 9 4 8 3 7 3 75

3,834 10,71 3,844 18,39 6,131


13 1 7,065 9 7,065
Jotang 8 4 5 4 2

Kentang-
1,179 10,71 10,67 5,809 17,70 5,901 10,67
kentanga 4 1 13,16
9 4 6 5 4 2 6
n

9,
33 183,7 183,7
100 33 100 100 300 100 234,1
0 7 685
Jumlah 3

Perhitungan
4.2 PEMBAHASAN ANALISA
Dari tabel hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahwa pada frame atau pengamatan
pada lahan tebu, gulma yang memiliki kerapatan mutlak dan nisbi paling tinggi adalah gulma
teki dengan nilai kerapatan mutlak 121 dan kerapatan nisbi 35,96% sedangkan gulma yang
memiliki kerapatan mutlak dan nisbi paling rendah adalah gulma kentang-kentangan dengan
nilai kerapatan mutlak 4 dan kerapatan nisbi 1,1%. Selain itu jumlah frame pengamatan SDR
Gulma Teki memiliki nilai SDR tertinggi yaitu pada nilai penting 18,98 Dan untuk gulma
kentang-lentangan hanya memiliki nilai SDR 5.9.
Dari perhitungan tabel di atas dapat dibahas bahwa semakin besar nilai SDR suatu
gulma maka banyak populasi gulma teki tersebut di lahan tebu. Gulma teki merupakan jenis
gulma yang susah untuk di kendalikan karena pertumbuhannmpopulasinya yang cepat.
Sehingga dengan ada nya perhitungan SDR ini kita dapat mengetahui seberapa besar jumlah
populasi gulma teki di lahan tebu tersebut dan perlu adanya tindakan pengendalian.
Namun pada di lokasi pengamatan lahan tebu terjadi interaksi positif dimana tidak
terjadi kompetisi antara tanaman tebu dengan gulma teki dan gulma lainnya karena tidak
adanya kompetisi yang terjadi di lahan tersebut, karena tebu memiliki ukuran yang lebih
tinggi dari gulma yang ada di lahan tersebut.
5. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya gulma memiliki
pertumbuhan hidup cepat serta penyebaran yang cukup luas dengan sendirinya. Kompetisi
dan kemampuan beradaptasi gulma pun sangat baik dalam lingkungan maupun cuaca
tertentu. Selain itu kemampuan gulma untuk berkembangbiak yang cukup baik sehingga
terdapat gulma-gulma yang dapat di lihat kapan saja dan di mana saja. Analisis vegetasi
merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies
dalam suatu area melaui pengamatan langsung.
Dan interaksi yang terjadi dilahan tebu tersebut dengan gulma ialah positif karena tidak
ada kompetisi cahaya matahari di lahan tersebut. Tanaman tebu memiliki tinggi yang lebih
tinggi dari pada gulma yang ada di lahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede.
Pangrango

Greig-Smith, P. 2007. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:


Blackwell Scientific Publications

Kusmana, C. 2009. Metode Survey Vegetasi. Institut PertanianBogor. Bogor.

Michael, P. 2014. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press:
Jakarta.

Moenandir, J.2009. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2009. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Malang: JICA.

Setiadi, D. 2007. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan


Pendugaan Sifat Habitat Bonita Lahan di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH
Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas
Pertanian IPB.

Soerianegara, I dan Indrawan, A. 2009. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.

Syafei, Eden Surasana. 2010. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung

Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di


Perkebunan.

You might also like