Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis spesies apa saja yang menyususn dan mendominasi vegetasi
2. Untuk menentukan menentukan metode pengendalian yang akan digunakan dalam
pengendalian gulma
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN ANALISIS VEGETASI
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Dilakukan dengan
membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada (Moenandir,
2009).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah
bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari
penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi
kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Rohman, 2009).
Analisis Vegetasi adalah suatu analisis dalam Ekologi Tumbuhan yang untuk mengetahui
berbagai jenis vegetasi dalam suatu komunitas atau populasi tumbuhan yang berkembang
dalam skala waktu dan ruang. Bagaimana keadaan vegetasi tumbuhan dimasa sekarang dan
menduga -duga kemungkinan perkembangan dimasa depan (Michael, 2014).
3. Dominansi
Dominansi digunakan untuk menyatakan luas area yang ditumbuhi oleh sejenis
tumbuhan, atau kemampuan suatu jenis tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis
lainnya. Dominansi dinyatakan dengan istilah:
1. Kelindungan (coverage)
2. Luas basal
3. Biomassa
4. Volume
4. Nilai Penting/Important Value (IV)
Merupakan jumlah nilai nisbi dari dua atau tiga parameter yang dibuat.
3. BAHAN DAN METODE
3.1 TEMPAT DAN WAKTU
Praktikum analisa vegetasi dilaksanakan pada tanggal 24 April 2017 dari jam 08.00-
10.00 WIB. Pelaksaan praktikum dilakukan di Lahan percobaan Fakultas Pertanian di
Jalan Kembang Kertas daerah Lowokwaru, Malang.
3.2 ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Plot ukuran 1m x 1m : untuk menganalisis vegetasi gulma
2. Alat tulis : untuk mencatat hasil praktikum
3. Penggaris : untuk mengukur D1 dan D2
4. Kamera : untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan
Bahan :
Bambu : sebagai bahan pembuatan Plot pengamatan
Tali rafia : sebagai bahan pembuatan plot pengamatan
Dokumentasi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
7. Otok-otok 9 3 0 0 20
9. Jotang 5 4 0 0 13
Putri
Malu 47,88
11 3,245 1 10,71 47,89 26,06 40,02 13,34 61
(Mimosa 5
pudica)
Krokot
(Portula
95 28,02 1 10,71 17,27 9,398 48,14 16,05 22 17,27
ca
oleracea)
Teki
12 0, 25,90
(Cyperus 35,69 7,143 25,91 14,1 56,93 18,98 33
1 67 5
rotundus)
Pagagan
6,672
(Centella 25 7,375 1 10,71 6,673 3,361 21,27 7,24 8,5
5
asiatica)
Meniran
(Phyllant 15,30
8 2,36 1 10,71 15,31 8,33 21,4 7,135 19,5
hus 75
niruri)
Otok-
20 5,9 1 10,71 9,42 5,126 21,74 7,247 12 9,42
otok
Kentang-
1,179 10,71 10,67 5,809 17,70 5,901 10,67
kentanga 4 1 13,16
9 4 6 5 4 2 6
n
9,
33 183,7 183,7
100 33 100 100 300 100 234,1
0 7 685
Jumlah 3
Perhitungan
4.2 PEMBAHASAN ANALISA
Dari tabel hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahwa pada frame atau pengamatan
pada lahan tebu, gulma yang memiliki kerapatan mutlak dan nisbi paling tinggi adalah gulma
teki dengan nilai kerapatan mutlak 121 dan kerapatan nisbi 35,96% sedangkan gulma yang
memiliki kerapatan mutlak dan nisbi paling rendah adalah gulma kentang-kentangan dengan
nilai kerapatan mutlak 4 dan kerapatan nisbi 1,1%. Selain itu jumlah frame pengamatan SDR
Gulma Teki memiliki nilai SDR tertinggi yaitu pada nilai penting 18,98 Dan untuk gulma
kentang-lentangan hanya memiliki nilai SDR 5.9.
Dari perhitungan tabel di atas dapat dibahas bahwa semakin besar nilai SDR suatu
gulma maka banyak populasi gulma teki tersebut di lahan tebu. Gulma teki merupakan jenis
gulma yang susah untuk di kendalikan karena pertumbuhannmpopulasinya yang cepat.
Sehingga dengan ada nya perhitungan SDR ini kita dapat mengetahui seberapa besar jumlah
populasi gulma teki di lahan tebu tersebut dan perlu adanya tindakan pengendalian.
Namun pada di lokasi pengamatan lahan tebu terjadi interaksi positif dimana tidak
terjadi kompetisi antara tanaman tebu dengan gulma teki dan gulma lainnya karena tidak
adanya kompetisi yang terjadi di lahan tersebut, karena tebu memiliki ukuran yang lebih
tinggi dari gulma yang ada di lahan tersebut.
5. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya gulma memiliki
pertumbuhan hidup cepat serta penyebaran yang cukup luas dengan sendirinya. Kompetisi
dan kemampuan beradaptasi gulma pun sangat baik dalam lingkungan maupun cuaca
tertentu. Selain itu kemampuan gulma untuk berkembangbiak yang cukup baik sehingga
terdapat gulma-gulma yang dapat di lihat kapan saja dan di mana saja. Analisis vegetasi
merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies
dalam suatu area melaui pengamatan langsung.
Dan interaksi yang terjadi dilahan tebu tersebut dengan gulma ialah positif karena tidak
ada kompetisi cahaya matahari di lahan tersebut. Tanaman tebu memiliki tinggi yang lebih
tinggi dari pada gulma yang ada di lahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede.
Pangrango
Michael, P. 2014. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press:
Jakarta.
Moenandir, J.2009. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2009. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Malang: JICA.
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 2009. Ekologi Hutan Indonesia. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.