You are on page 1of 4

PR dr. Djoko, Sp.

THT-KL
Theresia Moniaga
406161023

RHINITIS ALERGI

1. Trias alergi pada rhinitis alergi: hidung beringus, bersin, hidung


tersumbat

2. - Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat


(RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1
jam setelahnya. Munculnya segera dalam 5-30 menit, setelah
terpapar dengan alergen spesifik dan gejalanya terdiri dari bersin-
bersin, rinore karena hambatan hidung dan atau bronkospasme. Hal
ini berhubungan dengan pelepasan amin vasoaktif seperti histamin.
- Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat
(RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase
hiperreaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai
24-48 jam. Muncul dalam 2-8 jam setelah terpapar alergen tanpa
pemaparan tambahan. Hal ini berhubungan dengan infiltrasi sel-sel
peradangan, eosinofil, neutrofil, basofil, monosit dan CD4 + sel T
pada tempat deposisi antigen yang menyebabkan pembengkakan,
kongesti dan sekret kental.

3. Pemeriksaan fisik pada rhinitis alergi: dicari gejala gatal pada


hidung, telinga, palatum atau tenggorok, secret bening cair,
kongesti nasal, nyeri kepala sinus, disfungsi tuba eustachius,
bernapas lewat mulut atau mengorok, post nasal drip kronis, batuk
kronis non produktif, sering mendehem. Secara khusus petanda
atopi dicari, yaitu allergic shiner, geographic tongue, dennie
morgans line, dan allergic salute.

4. Kortikosteroid adalah obat antiinflamasi yang kuat dan berperan


penting dalam pengobatan RA. Penggunaan secara sistemik dapat
dengan cepat mengatasi inflamasi yang akut sehingga dianjurkan
hanya untuk penggunaan jangka pendek yakni pada gejala buntu
hidung yang berat. Gejala buntu hidung merupakan gejala utama
yang paling sering mengganggu penderita RA yang berat. Pada
kondisi akut kortikosteroid oral diberikan dalam jangka pendek 7-
14 hari dengan tapering off, tergantung dari respon pengobatan.
Antihistamin adalah antagonis reseptor H1 yang akan menghalangi
bersatunya histamine dengan reseptor H1 yang terdapat di ujung
saraf dan epitel kelenjar pada mukosa hidung. Akhir-akhir ini
antihistamin didefenisikan sebagai inverse h1-receptor agonist
yang menstabilkan reseptor H1 yang inaktif sehingga aktifasi oleh
histamine dapat dicegah. Dengan demikian obat ini efektif untuk
menghilangkan gejala rinore dan bersin sebagai akibat
dilepaskannya histamine pada RA.

Dekongestan dapat mengurangi sumbatan hidung dan kongesti


dengan cara vasokonstriksi melalui reseptor adrenergik alfa.
Preparat topikal bekerja dalam waktu 10 menit, dan dapat bertahan
hingga 12 jam. Pemakaian preparat topical tidak boleh lebih dari 2
minggu karena bisa menyebabkan rhinitis medikamentosa. Efek
terapi dari preparat oral dirasakan setelah 30 menit dan berakhir 6
jam kemudian, atau dapat lebih lama (8-24 jam) bila bentuk
sediaanya adalah tablet lepas lambat (sustained release).

5. Kasus ringan dapat diatasi dengan antihistamin oral atau kortikosteroid


nasal topikal; sedangkan penggunaan dekongestan nasal sistemik
diragukan manfaatnya. Pemberian dekongestan nasal topikal jangka
pendek dapat digunakan untuk mengurangi kongesti dan dibolehkan
menggunakan kortikosteroid nasal topikal tetes.
Pasien dengan gejala yang menetap dapat diatasi dengan sediaan topikal
kortikosteroid atau kromoglikat; antihistamin topikal (azelastin) berguna
untuk mengatasi gejala rinitis alergi. Pada kasus rinitis alergi musiman
(seperti hay fever), pengobatan sebaiknya dimulai 2-3 minggu sebelum
musim dimulai. Terapi yang terus menerus selama bertahun-tahun
diperlukan pada kasus perennial rhinitis.
Pada rinitis alergi, sediaan topikal kortikosteroid dan kromoglikat
memiliki peran yang sudah jelas. Walaupun kromoglikat kurang efektif
dibandingkan dengan kortikosteroid topikal, namun kromoglikat sering
menjadi pilihan pertama untuk anak. Antihistamin topikal kurang efektif
dibandingkan kortikosteroid topikal, tetapi lebih efektif dibandingkan
kromoglikat.
Kadang-kadang rinitis alergi disertai dengan vasomotor rinitis. Pada
kondisi ini penambahan sediaan topikal ipratropium bromid dapat
mengurangi sekret hidung.
Penggunaan jangka pendek kortikosteroid sistemik dapat digunakan
untuk mengatasi gejala yang berat. Anak-anak yang mengalami gejala
rhinitis musiman yang mengganggu aktivitas dapat diterapi dengan
kortikosteroid oral dalam jangka pendek. Obat ini dapat pula digunakan
pada awal pengobatan dengan semprot kortikosteroid untuk mengurangi
udem mukosa yang parah dan agar semprotan dapat menembus rongga
hidung. KEHAMILAN pada wanita hamil yang tidak dapat mentoleransi
gejala alergi rinitis, dapat dipertimbangkan pemberian beklometason atau
sodium kromoglikat.

ADENOTONSILITIS KRONIK

1. Trias tonsillitis: hiperemis pada plika anterior, kripta tonsil melebar


dengan atau tanpa debris, pembesaran kelenjar limfe jugulogastrik.
2. Kripta melebar proses radang berulang yang timbul maka selain
epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang
akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar.

Hipertrofi proses radang berulang yang timbul maka selain


epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang
akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar.

3. Indikasi absolut ATE:

- Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran


napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi
kardiopulmoner

- Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis


dan drainase

- Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam

- Tonsilitis yang membutuhkan biopsy untuk menentukan PA

Indikasi relative:

- terjadi 1 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan


terapi antibiotic adekuat

- halitosis akibat tonsillitis kronik yang tidak membaik dengan


pemberian terapi medis

- tonsillitis kronik berulang pada carrier streptokokus yang tidak


membaik dengan pemberian antibiotic beta lactamase persisten
Kontraindikasi:

- Gangguan perdarahan

- Resiko anestesi yang besar atau penyakit berat

- Anemia

- Infeksi akut yang berat

4. Pasien menolak operasi: edukasi tentang penyakit dan derajat


kekambuhan jika tidak di operasi

You might also like