You are on page 1of 12

firman s p

Berbagi itu indah

Minggu, 18 Oktober 2015


laporan praktikum analgetik

Brebes, Jawa Tengah

PERCOBAAN III
ANALGETIKA

A. Tujuan
Mengenal, mempraktikan dn membandingkan daya analgetika antalgin dan parasetamol
menggunakan metode rangsangan kimia.
B. Dasar teori
Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri adalah perasaan
sensoris dan emosional yang tidak nyaman,berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri
dalam kebanyakan halhanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentangadanya
gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay, 2007).
Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di kulit, otot,
tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat melalui dua jaras, yaitu jaras
nyeri cepat dengan neurotransmiternya glutamat dan jaras nyeri lambat dengan
neurotransmiternya substansi P (Guyton & Hall, 1997;Ganong, 2003).
Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotriendan
prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor )di ujung-ujung saraf bebasdi kulit, mukosa
serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksiradang dan kejang-kejang.
Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organtubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat
ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat
banyak sinaps via sumsum- belakang, sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls
kemudianditeruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri
(Tjaydan Rahardja, 2007).
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi
melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan di
jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh
rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan.
Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator
nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi
reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat
diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak
melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsumtulang
belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke
pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007).
Demam pada umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit. Para ahli
berpendapat demam adalah suatu reaksi yang berguna bagi tubuh terhadap suhu, pasca suhu di
atas 37oC. Limfosit akan menjadi lebih aktif pada suhu melampaui 45 oC, barulah terjadi situasi
kritis yang bisa berakibat fatal, tidak terkendali lagi oleh tubuh. (Tjay Hoan Tan, 2007)
Demam terjadi jika set point pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior
meningkat. Hal ini dapat di sebabkan oleh sintesis PEG yang di rangsang bila suatu zat penghasil
demam endogen (pirogen) seperti sitokinin di lepaskan dari sel darah putih yang di aktivasi oleh
infeksi, hipersensitifitas, keganasan atau inflamasi. Salisilat menurunkan suhu tubuh si penderita
demam dengan jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PEG. (Mycek J. Mary, 2001)
Medicetator nyeri yang penting adalah mista yang bertanggung jawab untuk kebanyakan
reaksi. Akerasi perkembangan mukosa dan nyeri adalah polipeption (rangkaian asam amino)
yang dibentuk dari protein plasma. Prosagilandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan
terbentuk dari asam-asam anhidrat. Menurut perkiraan zat-zat bertubesiset vasodilatasi kuat dan
meningkat permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan nyeri yang cara kerjanya serta
waktunya pesat dan bersifat local. (Tjay Hoan Tan, 2007)
Prostgilandin di duga mensintesis ujung saraf terhadap efek kradilamin, histamine dan
medikator kimia lainnya yang dilepaskan secara local oleh proses inflamasi. Jadi, dengan
menurunkan sekresi PEG, aspirin dan AIN lainnya menekan sensasi rasa sakit. (Mycek J. Mary,
2001)
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Secara farmakologis praktis dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal, diflunisal) dan
non salisilat. Sebagian besar sediaansediaan golongan non salisilat ternmasuk derivat as.
Arylalkanoat (Gilang, 2010).
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau
morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri.
Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan.

Ada 3 golongan obat ini yaitu(Medicastore,2006) :


1) Obat yang berasal dari opium-morfin
2) Senyawa semisintetik morfin
3) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

Mekanisme Kerja Obat Analgesik

a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)


Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim
siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah
prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan
prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian
mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan
COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan
lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek
samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar.

b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika


Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam
pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya.
Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek analgesiknya telah kelihatan
dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah
tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul
berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam
darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak
dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan
mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh
eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh
indometasin sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam
mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam).

Mekanisme kerja antalgin :


Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari amidopiryn yang mudah larut dalam air dan
cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri,
menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin merupakan inhibitor selektif dari
prostaglandin F2 yaitu: suatu mediator inflamasi yang menyebabkan reaksi radang seperti
panas, merah, nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi yang biasa terlihat pada penderita demam
rheumatik dan rheumatik arthritis. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan
sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986).

MONOGRAFI
Pemerian :Serbuk hablur putih atau putih kekuningan
Kelarutan : Larut dalam air dan HCl 0,02 N
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik ( Anonim, 1995 )
Khasiat : Analgetik
Dosis : 500 mg ( Anonim, 1979 )

Mekanisme kerja Paracetamol :


Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi
prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda (Wilmana,
1995). Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang
menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat
pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer
(Dipalma, 1986). Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi
rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek
langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin
dan bukan blokade langsung prostaglandin. (Wilmana, 1995).

MONOGRAFI
Pemerian : serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit
Kelarutan : Larut dalam air mendidih , mudah larut dalam etanol.
nyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya (Anonim,1995).
Khasiat : Analgetik, antipiretik.
Dosis : 500 2000 mg per hari (Anonim, 1979).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a.) Jarum berujung tumpul ( jarum per Oral )
b.) Sarung tangan.
c.) Stop watch.
d.) Keranjang.
e.) Lap / Serbet.
f.) Baker glas.
2. Bahan
a.) Mencit
b.) Suspensi antalgin 1 % dalam tilosa 1%
c.) Suspensi paracetamol 1% dalam tilosa 1%
d.) Larutan steril asam asetat 1%
e.) alkohol
D. Cara Kerja
Hewan Uji/ Mencit

- Diambilmasing masing- masng 2 ekor mencit yang sudah ditandai untuk perlakuan oral obat
antalgin dan paracetamol
- Amati reaksi obat antalgin dan parasetamol dengan metode jentik ekor pada mencit setelah
pemberian obat.
- Ditunggu waktu mencit mengangkat ekor dari air panas sebagai waktu respon
- Dicatat waktu lamanya mencit menerima respon
- Dibuat table hasil pengamatan lengkap
-
Hasil
Dibandingkan hasilnya dengan menggunakn uji statistik analisa varian pola searah taravkeprcayaan
95 %.

E. Hasil

1. Tabel . Hasil perhitungan onset dan durasi


M Onset
MO M1 M2 M3
Parasetamol 25 18 8

Antalgin 30 31 18
Perhitungan ANOVA
Perlakuan X1 X2 X3 X12 X22 X32
Parasetamol 25 18 8 625 324 64

Antalgin 30 31 18 900 961 324

Tc 55 49 26 (X) 130
Nc 2 2 2 N 6
Jml kuadrat 1525 1285 388 (X)2 3198

Jumlah kuadrat perlakuan (SST)


SST = =
=
= 2816.6
= 3051 2816.6
= 234.4
Jumlah kuadrat kesalahan
SSE =
= 3198 3051
= 147
Keseragaman total (SS TOTAL)
SS Total = SST + SSE
= 234.4 + 147 = 381.4

Masukan kedalam table ANOVA


Derajat Kuadrat tengah (1)/
Sumber keragaman Jumlah kuadrat
bebas (2)
Antar perlakuan SST= 234.4 Dk1= K-1 MSTR = SST/dk 1
=
= 2-1
= 234.4
=1
Kesalahan SSE= 147 Dk2= N-K MSE = SSE/dk2
(dalam perlakuan) = 6-2 =
=4 = 36.75
SS TOTAL 381.4

F hitung = = = 6.37
F Tabel = 7.708
F tabel pada = 0,05 dk 1 = 2 dan dk 2 = 6 adalah 7.708
F hitung (6.37) < F Tabel (7.708)
Kesimpulan : Ho diterima,
Tidak ada perbedaan yang nyata antara rata-rata hitung dari berbagai cara pemberian obat.
F. PEMBAHASAN

Mahasiswa melakukan praktikum farmakologi dengan materi analgetik. Tujuan dari


praktikum ini adalah mengenal, mempraktikan dn membandingkan daya analgetika antalgin dan
parasetamol menggunakan metode rangsangan kimia pada hewan uji mencit sehingga kita dapat
membandingkan daya analgetika dari obat- obat tersebut.
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau melenyapkan
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (berbeda dengan anastesi umum).
Percobaan ini menggunakan metode Witkin ( Writhing Tes / Metode Geliat ), dengan
prinsip yaitu menimbulkan geliat ( Writhing ), sehingga dapat diamati respon mencit ketika
menahan nyeri pada perut dengan cara menelupkan ujung ekor mencit pada air panas. Dengan
pemberian obat analgetik (paracetamol dan antalgin) akan mengurangi respon tersebut.
Larutan stok dibuat dengan mensuspensikaan tablet paracetamol dan antalgin, karena
bahan obat sukar larut di dalam air dengan suspending agent CMC Na. Digunakan konsentrasi
CMC Na yang rendah 0,5% agar suspensi tidak terlalu kental sehingga mudah untuk mengambil
suspensi dengan spuit oral dan mudah masuk ke dalam esofagus mencit.Pemberian obat-obat
analgetik pada mencit dilakukan secara peroral,setiap mencit diberikan suspensi obat yang
berbeda, sebagai kontrol negatif diberikan CMC Na, setelah obat diberikan mencit didiamkan
selama 30 menit.
Percobaan ini dibagi 2 kelompok yaitu kelompok 1 menggunakan obat analgetik
parasetamol dan kelompok II antalgin, setiap kelompok menggunakan 3 mencit untuk
diperlakukan sama memberikan obat secara peroral, lalu tunggu selama 30 menit kira kira
sampai obat terabsorbsi secara penuh.
Kelompok 1 mendapatkan hasil pada mencit1 25 kali jentikn ekor, mencit 2 18 kali
jentikan ekor, mencit3 8 kali jentikan dan pada kelompok II mencit1 30 kali, mencit2 31 kali,
mencit3 18 kali
Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil bahwa urutan obat yang memiliki daya
analgetik paling tinggi atau kuat adalah parasetamol lalu antalgin. Hasil yang didapat setelah
diuji dengan menggunakan tabel ANOVA yang kemudian didapat hasil Ho diterima,
artinya pemberian obat analgetik yang berbeda pada hewan uji mencit tidak
akan mempengaruhi frekuensi geliat mencit, sesuai dengan efektivitas obat sebagai analgetik,
yaitu antalgin dan parasetamol.
Hasil ini juga kurang sesuai dengan teori, karena yang seharusnya memiliki efek
analgetik yang lebih kuat adalah antalgin, karena absorbsinya lebih cepat di lambung, sementara
indikator nyeri juga diberikan pada lambung. Kemudian diikuti oleh parasetamol, karena hanya
mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.
Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari amidopiryn yang mudah larut dalam air dan
cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri,
menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin merupakan inhibitor selektif dari
prostaglandin F2 yaitu: suatu mediator inflamasi yang menyebabkan reaksi radang seperti
panas, merah, nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi yang biasa terlihat pada penderita demam
rheumatik dan rheumatik arthritis. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan
sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh.
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi
prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda. Parasetamol
menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan
parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas.
Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang
menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai
sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin,
ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade
langsung prostaglandin.
Mekanisme kerja nyeri, yaitu perangsang rasa nyeri baik mekanik maupun kimiawi,
panas maupun listrik akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sel sehingga sel-sel tersebut
melepaskan suatu zat yang disebut mediator nyeri yang akan merangsang reseptor nyeri.
Rangsangan mekanik yaitu nyeri yang disebabkan karena pengaruh mekanik seperti
tekanan, tusukan jarum, insan pisau, dll. Rangsangan termal, yaitu nyeri yang disebabkan karena
pengaruh suhu rata-rata manusia akam merasakan nyeri jika menerima panas diatas 45 oC,
dimana pada suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan. Rangsangan kimia yaitu
jaringan yang akanmengalami kerusakan aka membebaskan zat yang disebu mediator yang dapat
berkaitan dengan reseptor nyeri antara lain, biokonin, serokinin, dan prostaglandin. Mediator
nyeri penting adalah histamin karen yang bertanggung jawab atas kebanyakan reasi alergi.
Biokonin adalah rangkaian asam amino yang disebut protein plasma.
Nyeri merupakan suatu mekanisme pelindung tubuh mekanik untuk melandasi dan
memberikan tanda bahaya tentang daya gangguan ditubuh. Mekanisme adalah rangsangan
diterima oleh reseptor nyeri diubah dalam bentuk impuls yang dihantarkan kepusat nyeri ke
korteks otak. Setelah diproses dipusat nyeri, impuls dikembalikan ke perifer dalam bentuk
persepsi nyeri.
Penyimpangan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu ketika pemberian oral tidak
menggunakan spuit jarum oral sehingga obat tidak mudah masuk dalam esophagus saat
disemprotkan sehingga mengurangi dosis obat analgetik yang diberikan, faktor fisiologis dari
mencit, yang mengalami beberapa kali percobaan sehingga kemungkinan mencit stress, ,
pengambilan larutaan stock yang tidak dikocok dahulu, sehingga dosis yang diambil tiap spuit
berbeda, karena larutan stock yang dibuat adalah bentuk sediaan suspensi, seharusnya dalam
pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat yang diambil, bukan hanya larutannya dan
yang terakhir tidak di puasakan mencit yang akan di uji, Sebelum perlakuan mencit (Mus
musculus) terlebih dahulu dipuasakan untuk menghilangkan faktor makanan karena interaksi
makanan bisa mempengaruhi pemberian obat kepada hewan perlakuan hewan uji mencit (Mus
musculus). Walaupun demikian faktor variasi biologisnya dari hewan tidak dapat dihilangkan
sehingga faktor ini relative dapat memengaruhi hasil praktikum yang dilakukan di laboratorium.

G. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan, sebagai berikut :

1. Analgetik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik dan meringankan atau menekan rasa
nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum.
2. Pada pemberian obat antalgin, dan paracetamol secara oral, dapat memberikan efek atau dampak
analgetikum dengan di tandainya adanya pengangkatan ekor pada mencit (Mus musculus) pada
saat ekor dicelupkan dalam air panas diatas pada suhu 55oC.
3. Daya analgetik yang paling tinggi diantara obat uji adalah antalgin.
4. Faktor yang mempengaruhi efek terapeutik analgetik antara lain rute pemberia, kondisi fisik dan
puasa atau tidaknya mencit

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia edisi 3, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Anief, Moh, 1995, Perjalanan Dan Nasib Obat Dalam Badan, Gadjah Mada Univ Press.
Anonim, 1999, Majalah Farmasi Indonesia Vol 10 No 04, Mandiri Jaya Offset, Yogyakarata.
Ganiswara, Sulistia G (Ed), 2008, Farmakologi dan Terapi, Edisi Revisi V, Balai Penerbit Falkultas,
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Gibson, G.Gordon Dan Paul Skett, 1991, Pengantar Metabolisme Obat, UI Presss, Jakarta.
Katzung, Bertram G., Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.
La Du, BR, Mandel, H.G. dan Way, E.L,1971, Fundamentals of drug Metabolism and
drugDispositin. The Williamns & Wilkins company, Baltimore, pp 149-578.
Tjay Hoan Tan, 2007 .Obat-obat penting. PT Alex media ; Jakarta

You might also like