Professional Documents
Culture Documents
PENYAKIT PNEUMONIA
OLEH :
KELOMPOK 3
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................6
2.1 Definisi Penyakit Pneumonia..........................................................................6
2.2 Tanda dan gejala, , serta...................................................................................10
2.3 Patofisiologi.....................................................................................................12
2.4 Diagnosis.........................................................................................................13
2.5 Tata Laksan Terapi...........................................................................................17
2.6 Monitoring dan KIE........................................................................................23
2.7 Kasus...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
100 100
90 90
80 80
70 70
60
50 60
40 50
30 40
20 30
10 20
0 10
0
Laki-Laki
Perempuan Laki-Laki Perempuan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Laki-Laki Perempuan
Penyakit penumonia jika diklasifikasikan berdasarkan umur pada data
keadaan morbiditas pasien jalan inap RS Bahteramas yaitu :
Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan RS Bahteramas Tahun 2014 Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan RS Bahteramas Tahun 2015
80 70
70 60
60 50
50 40
40
30 30
20 20
10 10
0 0
Laki-Laki Laki-Laki
Perempuan Perempuan
Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Jalan RS Bahteramas Tahun 2016
60
50
40
30
20
10
0
Laki-Laki Perempuan
300
250
200
150
100
50
0
700
600
500
400
300
200
100
0
Jumlah Kasus (L) Jumlah Kasus (P) Jumlah Kunjungan
1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah ini yaitu :
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang penyakit pneumonia
2. Agar mahasiswa mengetahui tanda dan gejala, patofisologi, serta diagnosis
pneumonia
3. Agar mahasiswa mengetahui tata laksana terapi pneumonia
4. Agar mahasiswa mengetahui monitoring dan KIE dari penyakit pneumonia
5. Agar mahasiswa mengetahui kasus dari penyakit pneumonia
BAB II
PEMBAHASAN
b. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran
napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil,
suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40O C, sesak napas, nyeri dada dan
batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau.
Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang
nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2008).
1. Pneumonia anaerobik
Gejala : batuk, demam ringan, hilang bert badan, sputum yang berabu
adalah cirri khasnya
Abses paru berkembang dalam 1-2 minggu pada 20% pasien
2. Pneumonia mikoplasma
Penyebab M. Pneumonia, Gejala:demam bertahap, sakit kepala, malaise
batuk yang mulanya nonproduktif, sakit leher, sakit telinga dan rinore,
rale dan ronkhi
Gejala ekstrapulmonal :mual, muntah, diare, mialgia, atralgia, arthritis,
poliarticular, rash, miokarditis, perikarditis, anemia hemoltik,
meningoensefalitis, neuropati cranial, sindroma Gillain Barre, pewarnaan
gram:PMN
3. Pneumonia virus
Gambaran klinis bervariasi, diagnose dengan test serologi
4. Pneumonia nosokoial
Faktor utama adalah enggunaan ventilator, yang resiko meningkat pada
pengguna antibiotik, pengguna antagonis reseptor H2, penyakit berat.
c. Patofisilogi
Pneumonia, infeksi akut pada jaringan paru oleh mikroorganisme. Sebagian
besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang terjadi secara primer atau
sekunder setelah infeksi virus.penyebab tersering pneumonia bakteri adalah
bakteri gram positif, streptococus pneumaniae yang menyebabkan pneumonia
streptokokus. Bakteri staphylococus aureus dan streptokokus beta hemolitikus
grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas
aeruginosa.
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada
di orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan
sumber patogen yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor
risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta
yang berat, dan tindakan invansif pada saluran nafas. Faktor resiko kritis
adalah ventilasi mekanik > 48jam, lama perawatan di ICU. Faktor
predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien menyebabkan
tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen akibatnya terjadi kolonisasi
di paru dan menyebabkan infeksi. Proses infeksi dimana patogen tersebut
masuk ke saluran nafas bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme
pertahanan inang berupa daya tahan mekanik (epitel,cilia, dan mukosa),
pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler (leukosit
makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian infeksi menyebabkan
peradangan membran paru (bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan
plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio
Ket
*) Aminoglikosida atau Ciprofloksasin dikombinasi dengan salah satu
antibiotika yang terletak di bawahnya dalam kolom yang sama
**) Pneumonia berat bila disertai gagal napas, penggunaan ventilasi, sepsis
berat, gagal ginjal
Untuk terapi yang gagal dan tidak disebabkan oleh masalah kepatuhan
pasien, maka disarankan untuk memilih antibiotika dengan spektrum yang
lebih luas. Kegagalan terapi dimungkinkan oleh bakteri yang resisten
khususnya terhadap derivat penicillin, atau gagal mengidentifikasi bakteri
penyebab pneumonia. Sebagai contoh, pneumonia atypical melibatkan
Mycoplasma pneumoniae yang tidak dapat dicakup oleh penicillin.
Beberapa pneumonia masih menunjukkan demam dan konsistensi
gambaran x-ray dada karena telah terkomplikasi oleh adanya efusi pleura,
empyema ataupun abses paru yang kesemuanya memerlukan penanganan
infasif yaitu dengan aspirasi.
2. Pneumonia Nosokomial
Pemilihan antibiotika untuk pneumonia nosokomial memerlukan
kejelian, karena sangat dipengaruhi pola resistensi antibiotika baik in vitro
maupun in vivo di rumah sakit. Sehingga antibiotika yang dapat digunakan
tidak heran bila berbeda antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain.
Guideline terapi
Memberikan
kompres Pemberian
hangat untuk imunisasi
menurunkan pada anak
demam
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini yaitu :
1. Pneumonia adalah suatu peradangan/ inflamasi parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.
2. Tanda dan gejala pneumonia yaitu Batuk nonproduktif, Ingus (nasal
discharge, Suara napas lemah, Penggunaan otot bantu napas, Demam,
Cyanosis (kebiru-biruan), Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar, sakit
kepala, kekakuan dan nyeri otot, demam, menggigil, suhu tubuh meningkat
dapat mencapai 40o c, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental,
terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau, nyeri perut, kurang nafsu
makan.
3. Patofisologi Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di
udara, atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran
bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika
melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh
pelbagai sistem pertahanan tubuh manusia.
4. Diagnosis pneumonia yaitu Meskipun M. pneumoniae dapat dikultur dari
sekresi pernapasan menggunakan media khusus, 2 sampai 3 minggu mungkin
diperlukan untuk identifikasi kultur. Kenaikan empat kali lipat diagnostik
dalam titer antara sera fase akut dan konvalesen mungkin memerlukan 2
sampai 3 minggu untuk berkembang
5. Penatalaksanaan terapi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti
infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai
secara empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
kultur. Setelah bakteri pathogen diketahui, antibiotika diubah menjadi
antibiotika yang berspektrum sempit sesuai patogen.
6. Monitoring terapi obat di rumah sakit dilaksanakan dengan pemantauan
kondisi klinik pasien secara langsung, tanda vital, maupun parameter lab.
Sedangkan di apotek, monitoring dilaksanakan dengan cara memantau
kondisi klinik, tanda vital atau parameter lab yang mungkin melalui telpon.
Untuk efek samping obat potensial, pasien dapat diminta untuk melaporkan
kepada apotek bila terjadi. Rekomendasi pelayanan dapat disampaikan secara
berhadapan langsung, tulisan, presentasi atau melalui telpon.
7. KIE penyakit pneumonia yaitu Kontinuitas terapi hingga seluruh antibiotika
diminum, bila pasien mendapat antibiotika. Lama terapi yang tepat untuk
mencegah resistensi, infeksi ulangan, maupun penyembuhan yang tidak
tuntas. Istirahat secukupnya, Berhenti merokok, Minum secukupnya untuk
mengatasi dehidrasi, Hindari pemakaian selimut atau baju yang berbulu,
Hindari penggunaan tempat tidur berbahan kapuk dll.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada makalah ini yaitu agar penulis dapat membuat
makalah yang lebih lengkap dan lebih baik lagi ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran : EGC :
Jakarta
Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Infeksi Penyakit Saluran Pernapasan. Jakarta :
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan, Departemen Kesehatan RI.
Dowell, S.F., R. L. Garman, G. Liu, O.S. Levine, and Y.-H. Yang. 2001. Evaluation of
Binax NOW, an assay for the detection of pneumococcal antigen in urine
samples, performed among pediatric patients. Clin Infect Dis. 32:824-825.
Rahayu, Agnes Supratiwi. 2011. Jurnal Biologi Papua. Fakultas Kedokteran Universitas
Cendrawasih Jayapura. Vol. III (2) ISSN: 2086-3314
Scott, J.A., and A.J. Hall. 1999. The value and complications of percutaneous transthorasic
lung aspiration for for the etiologic diagnosis of community-acquired
pneumonia. Chest. 116: 1716-1732.
Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. P. & Kusnandar. 2008.
ISO Farmakoterapi. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta.
Tim Penyusun. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Well, B.G dkk. 2012. Pharmacoteraphy Handbook. 9th Edition. US : McGraw-Hill Education.
Pertanyaan dan Jawaban Diskusi
Jawaban :