You are on page 1of 10

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

Posted on January 7, 2015 by lismei05

Analisis Dampak Lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan nama AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan
suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural.
Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan Hidup yang merupakan pengganti PP 27 Tahun 1999 tentang Amdal.

Fungsi :

Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah

Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari


rencana usaha dan/atau kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan


lingkungan hidup

Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan

Awal dari rekomendasi tentang izin usaha

Sebagai Scientific Document dan Legal Document

Izin Kelayakan Lingkungan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pertama kali diperkenalkan pada tahun
oleh National Environmental Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 32/2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No. 27/1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, AMDAL adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999, disebutkan bahwa AMDAL
merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL
didefinisikan sebagai kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan. Bentuk hasil kajian
AMDAL berupa dokumen AMDAL terdiri dari lima dokumen, yaitu:

a. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KAANDAL).

KA-ANDAL adalah suatu dokumen yang berisi tentang ruang lingkup serta kedalaman kajian
ANDAL. Ruang lingkup kajian ANDAL meliputi penentuan dampak-dampak penting yang
akan dikaji secara lebih mendalam dalam ANDAL dan batas-batas studi ANDAL, sedangkan
kedalaman studi berkaitan dengan penentuan metodologi yang akan digunakan untuk
mengkaji dampak. Penentuan ruang lingkup dan kedalaman kajian ini merupakan
kesepakatan antara Pemrakarsa Kegiatan dan Komisi Penilai AMDAL melalui proses yang
disebut dengan proses pelingkupan.

b. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL).

ANDAL adalah dokumen yang berisi telaahan secara cermat terhadap dampak penting dari
suatu rencana kegiatan. Dampak-dampak penting yang telah diidentifikasi di dalam dokumen
KAANDAL kemudian ditelaah secara lebih cermat
dengan menggunakan metodologi yang telah disepakati. Telaah ini bertujuan
untuk menentukan besaran dampak. Setelah besaran dampak diketahui, selanjutnya dilakukan
penentuan sifat penting dampak dengan cara membandingkan besaran dampak terhadap
kriteria dampak penting yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tahap kajian selanjutnya
adalah evaluasi terhadap keterkaitan antara dampak yang satu dengan yang lainnya. Evaluasi
dampak ini bertujuan untuk menentukan dasar-dasar pengelolaan dampak yang akan
dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif.

c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).

Mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif
serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Upaya-
upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan dampak yang
dihasilkan dari kajian ANDAL.

d. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk melihat perubahan
lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang berasal dari rencana kegiatan. Hasil
pemantauan ini digunakan untuk mengevaluasi efektifitas upaya-upaya pengelolaan
lingkungan yang telah dilakukan, ketaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup
dan dapat digunakan untuk mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam
kajian ANDAL.

e. Dokumen Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara singkat dan jelas hasil kajian
ANDAL. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan eksekutif biasanya adalah uraian
secara singkat tentang besaran dampak dan sifat penting dampak yang dikaji di dalam
ANDAL dan upaya-upaya pengelolaan dan pemantuan lingkungan hidup yang akan
dilakukan untuk mengelola dampak-dampak tersebut.
Halhal yang dikaji dalam proses AMDAL adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi,
sosial budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan
bagian studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, di sisi
lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha
dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas dampak besar
dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak positif yang
akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan sehingga dapat dipersiapkan langkah
untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif. Untuk mengukur
atau menentukan dampak besar dan penting tersebut di antaranya digunakan kriteria
mengenai :

a. Besarnya jumlah manusia yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan.

b. Luas wilayah penyebaran dampak.

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak.

e. Sifat kumulatif dampak.

f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

Dasar dari diadakannya AMDAL adalah (PP 27/1999 dan PP 51/1993), pembangunan
berkelanjutan, kegiatan yg menimbulkan dampak perlu dianalisa sejak awal perencanaan
untuk langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif, AMDAL
diperlukan untuk proses pengambilan keputusan dalam pelaksanaan kegiatan yang
menimbulkan dampak, AMDAL bagian dari kegiatan studi kelayakan rencana
usaha/kegiatan, komponen AMDAL meliputi Kerangka Acuan (KA), ANDAL, RKL, RPL.
Menurut PP No. 27/1999 Pasal 3 ayat 1, usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi :

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.

b. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharu.

c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya.

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya.

f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jenis jasad renik.


Tujuan secara umum AMDAL adalah menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta
menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. Dengan
demikian AMDAL diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang pelaksanaan
rencana kegiatan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup.

AMDAL sebagai alat pengelolaan lingkungan hidup, bertujuan untuk menghindari dampak,
meminimalisasi dampak, dan melakukan mitigasi/kompensasi dampak. AMDAL sebagai
environmental safe guard bermanfaat untuk pengembangan wilayah, sebagai pedoman
pengelolaan lingkungan, pemenuhan prasyarat utang (loan), dan rekomendasi dalam proses
perijinan. Prinsip-prinsip AMDAL antara lain:

a. AMDAL bagian integral dari Studi Kelayakan Kegiatan Pembangunan.

b. AMDAL bertujuan menjaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan agar dampak
dapat diperkirakan sejak awal perencanaan.

c. AMDAL berfokus pada analisis: Potensi masalah, Potensi konflik, Kendala sumber daya
alam, Pengaruh kegiatan sekitar terhadap proyek.

d. Dengan AMDAL, pemrakarsa dapat menjamin bahwa proyeknya bermanfaat bagi


masyarakat, aman terhadap lingkungan.

Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan,
pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang
AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana
para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum
memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang
penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.

Prosedur pelaksanaan AMDAL menurut PP. No. 27 tahun 1999 adalah sebagai berikut.

ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan Hidup) adalah telaah cermat dan mendalam
dampak besar dan penting suatu rencana usaha/kegiatan.
RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup) adalah upaya penanganan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang diakibatkan dari rencana
usaha/kegiatan.

RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup) adalah upaya pemantauan komponen


lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat rencana
usaha/kegiatan.

Komisi Penilai adalah komisi yang menilai dokumen AMDAL.

Komisi Penilai AMDAL terdiri dari:

a. Ketua Komisi

Ketua Komisi dijabat oleh Deputi untuk Komisi penilai AMDAL Pusat, Kepala
BAPEDALDA atau pejabat lain yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di
tingkat propinsi untuk Komisi Penilai AMDAL Propinsi, Kepala BAPEDALDA atau pejabat
lain yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota.

b. Sekretaris Komisi.

Sekretaris Komisi dijabat oleh seorang pejabat yang menangani AMDAL baik dari Pusat
maupun Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota).

c. Anggota Komisi

Anggota Komisi terdiri dari: wakil instansi/dinas teknis yang mewadahi kegiatan yang dikaji,
wakil daerah, ahli di bidang lingkungan hidup, ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana
kegiatan yang dikaji, wakil masyarakat, wakil organisasi lingkungan, dan anggota lain yang
dianggap perlu.

Prosedur AMDAL terdiri dari:

a. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk
menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di
Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem
penapisan satu langkah. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen
AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara LH Nomor 17 Tahun 2001
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL.

b.Prosespengumuman

Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib mengumumkan
rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan
AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa
kegiatan. Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan
tanggapan diatur dalam Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.

c. Proses pelingkupan (scoping)

Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan
dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan.
Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi, mengidentifikasi dampak
penting terhadap lingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan lingkup
studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir
dari proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan masyarakat harus
menjadi bahan pertimbangan dalam proses pelingkupan.

d. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL

Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi
Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA-
ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

e. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL

Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KAANDAL yang
telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa dapat
mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan,
lama waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang
dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

f. Persetujuan Kelayakan Lingkungan

AMDAL DI INDONESIA

AMDAL di Indonesia diberlakukan berdasarkan PP 51 Tahun 1993 (sebelumnya PP 29 tahun


1986) sebagai realisasi pelaksanaan UU No. 4 tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup yang
saat ini telah direvisi menjadi UU No. 23 tahun 1997. AMDAL merupakan instrumen
pengelolaan lingkungan yang diharapkan dapat mencegah kerusakan lingkungan dan
menjamin upaya-upaya konservasi. Hasil studi AMDAL merupakan bagian penting dari
perencanaan pembangunan proyek itu sendiri. Sebagai instrumen pengelolaan lingkungan
yang bersifat preventif, AMDAL harus dibuat pada tahap paling dini dalam perencanaan
kegiatan pembangunan, dengan kata lain, proses penyusunan dan pengesahan AMDAL harus
merupakan bagian dari proses perijinan satu proyek. Dengan cara ini proyek-proyek
dapat disaring seberapa jauh dampaknya terhadap lingkungan. Di sisi lain studi AMDAL juga
dapat memberi masukan bagi upaya-upaya untuk meningkatkan dampak positif dari proyek
tersebut. Dalam PP 51 Tahun 1993 ditetapkan empat jenis studi AMDAL, yaitu :

a. AMDAL Proyek, yaitu AMDAL yang berlaku bagi satu kegiatan yang berada dalam
kewenangan satu instansi sektoral. Misalnya rencana kegiatan pabrik tekstil yang mempunyai
kewenangan memberikan ijin dan mengevaluasi studi AMDALnya ada pada Departemen
Perindustrian.
b. AMDAL Terpadu/Multisektoral, adalah AMDAL yang berlaku bagi suatu rencana kegiatan
pembangunan yang bersifat terpadu, yaitu adanya keterkaitan dalam hal perencanaan,
pengelolaan dan proses produksi, serta berada dalam satu kesatuan ekosistem dan melibatkan
kewenangan lebih dari satu instansi. Sebagai contoh adalah satu kesatuan kegiatan pabrik
pulp dan kertas yang kegiatannya terkait dengan proyek hutan tanaman industri (HTI) untuk
penyediaan bahan bakunya, pembangkit tenaga listrik uap (PLTU) untuk menyediakan energi,
dan pelabuhan untuk distribusi produksinya. Di sini terlihat adanya keterlibatan lebih dari
satu instansi, yaitu Departemen Perindustrian, Departemen kehutanan, Departemen
Pertambangan dan Departemen Perhubungan.

c. AMDAL Kawasan, yaitu AMDAL yang ditujukan pada satu rencana


kegiatan pembangunan yang berlokasi dalam satu kesatuan hamparan ekosistem
dan menyangkut kewenangan satu instansi. Contohnya adalah rencana
kegiatan pembangunan kawasan industri. Dalam kasus ini masing-masing kegiatan didalam
kawasan tidak perlu lagi membuat AMDALnya, karena sudah tercakup dalam AMDAL
seluruh kawasan.

d. AMDAL Regional, adalah AMDAL yang diperuntukan bagi rencana


kegiatan pembangunan yang sifat kegiatannya saling terkait dalam hal perencanaan
dan waktu pelaksanaan kegiatannya. AMDAL ini melibatkan kewenangan lebih dari satu
instansi, berada dalam satu kesatuan ekosistem, satu rencana pengembangan wilayah sesuai
Rencana Umum Tata Ruang Daerah, contoh AMDAL regional adalah pembangunan kota-
kota baru.

Secara teknis instansi yang bertanggung jawab dalam merumuskan dan memantau
penyusunan amdal di Indonesia adalah BAPEDAL. Sebagaimana diatur dalam PP 51 tahun
1993, kewenangan ini juga dilimpahkan pada instansi-instansi sektoral serta BAPEDALDA
Tingkat I. Dengan kata lain BAPEDAL Pusat hanya menangani studi-studi amdal yang
dianggap mempunyai implikasi secara nasional. Pada tahun 1999 diterbitkan lagi
penyempurnaan ini adalah untuk memberikan kewenangan proses evaluasi amdal pada
daerah. Materi baru dalam PP ini adalah diberikannya kemungkinan partisipasi masyarakat di
dalam proses penyusunan AMDAL.

Adanya kegiatan yang dapat merusak lingkungan berpotensi untuk memberikan Dampak
Penting pada lingkungan hidup seperti jumlah manusia yang terkena dampak, luas wilayah
persebaran dampak, intensitas dan lamanya dampak berlangsung, banyaknya komponen
lingkungan lainnya yang terkena dampak, sifat kumulatif dampak, dan berbalik/tidak
berbaliknya dampak. Kegiatan atau usaha yang memiliki potensi dampak penting tersebut,
antara lain:

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.

b. Eksploitasi sumber daya alam terbaharui dan tidak terbaharui.

c. Kegiatan potensial menimbulkan pemborosan, kerusakan, kemerosotan


dalam pemanfaatannya.

d. Kegiatan yang mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam.

e. Introduksi tumbuhan, jenis hewan, dan jasad renik.


f. Pembuatan bahan hayati dan non hayati.

g. Penerapan teknologi yg berpotensi besar mempengaruhi lingkungan hidup.

h. Kegiatan resiko tinggi dan mempengaruhi ketahanan negara.

Sebagaimana telah dievaluasi oleh banyak pihak, proses AMDAL di Indonesia memiliki
banyak kelemahan, yaitu :

a. AMDAL belum sepenuhnya terintegrasi dalam proses perijinan satu rencana kegiatan
pembangunan, sehingga tidak terdapat kejelasan apakah amdal dapat dipakai untuk menolak
atau menyetujui satu rencana kegiatan pembangunan.

b. Proses partisipasi masyarakat belum sepenuhnya optimal. Selama ini LSM telah dilibatkan
dalam sidang-sidang komisi AMDAL, akan tetapi suaranya belum sepenuhnya diterima
didalam proses pengambilan keputusan.

c. Terdapatnya berbagai kelemahan didalam penerapan studi-studi AMDAL. Dengan kata


lain, tidak ada jaminan bahwa berbagai rekomendasi yang muncul dalam studi AMDAL serta
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UPL) akan dilaksanakan oleh pihak pemrakarsa. Pengertian dari UPL dan UKL adalah upaya
yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung
jawab usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL).

d. Masih lemahnya metode-metode penyusunan AMDAL, khususnya aspek sosial budaya,


sehingga kegiatan-kegiatan pembangunan yang implikasi sosial budayanya penting, kurang
mendapat kajian yang seksama.

AMDAL merupakan teknologi pembuatan perencanaan dan keputusan yang berasal dari
barat, negara industri yang demokratis dengan kondisi budaya dan sosial berbeda, sehingga
ketika program ini diterapkan di negara berkembang dengan kondisi budaya dan sosiopolitik
berbeda, kesulitan pun muncul. AMDAL di Indonesia telah lebih dari 15 tahun diterapkan.
Meskipun demikian berbagai hambatan atau masalah selalu muncul dalam penerapan amdal,
seperti juga yang terjadi pada penerapan amdal di negara-negara berkembang lainnya.
Hambatan tersebut cenderung terfokus pada faktor-faktor teknis, seperti :

a. Tidak memadainya aturan dan hukum lingkungan.

b. Kekuatan institusi.

c. Pelatihan ilmiah dan professional.

d. Ketersediaan data

Penilaian Dokumen AMDAL

Mutu penilaian dokumen AMDAL dipengaruhi oleh empat faktor, yakni:

a. Kompetensi teknis anggota Komisi Penilai AMDAL.


b. Integritas anggota Komisi Penilai.

c. Tersedianya panduan penilaian dokumen AMDAL.

d. Akuntabilitas dalam proses penilaian AMDAL.

Dari empat faktor tersebut, integritas penilai merupakan faktor moral yang sulit
dioperasionalkan ketika menempatkan seseorang untuk duduk di dalam keanggotaan Komisi
Penilai AMDAL. Namun demikian, faktor ini dapat efektif dikontrol dan ditegakkan melalui
tiga faktor yang lainnya, yakni peningkatan terus menerus kompetensi teknis anggota,
tersedianya panduan, prosedur dan kriteria penilaian dokumen AMDAL yang efektif untuk
digunakan, dan akuntabilitas proses penilaian AMDAL. Tiga faktor ini merupakan faktor
yang dapat terus ditingkatkan, dikembangkan dan difasilitasi oleh pemerintah agar mutu
penilaian AMDAL meningkat secara bertahap.

Prinsip-prinsip dalam melakukan penilaian dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Praktis

Mengingat banyak pihak yang telah mengetahui AMDAL dan pernah mengikuti Kursus
AMDAL, maka Pedoman ini disusun dengan sangat mempertimbangkan unsur kepraktisan
untuk para penggunanya (kalangan pakar, akademisi, aparatur pemerintah, konsultan,
kalangan LSM dan masyarakat).

b. Prinsip Logis dan Sistematis

Mengingat dokumen AMDAL pada dasarnya disusun menurut kaedah-kaedah ilmiah, maka
kriteria dan teknik uji yang dimuat dalam panduan ini dikembangkan berdasarkan prinsip
logis dan sistematis. Dua prinsip yang digunakan sebagai fondasi kaedah keilmuan.

c. Prinsip Akuntabel

Mengingat hasil penilaian dokumen AMDAL harus dapat dipertanggungjawabkan dihadapan


publik, maka akuntabilitas menjadi prinsip penting yang dikembangkan dalam panduan
penilaian ini. Siapapun yang menggunakan panduan ini akan dapat mempertanggungkan hasil
penilaiannya karena Panduan ini dikembangkan secara praktis, logis dan sistematis.

Adapun peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan sebagai landasan hukum untuk
penilaian substansi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

a. Keputusan Menteri Negara LH No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen
AMDAL.

b. Keputusan Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran
Dampak Penting.

c. Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.

d. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
e. Keputusan Menteri Negara LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL
Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah.

f. Keputusan Kepala Bapedal No. 299/BAPEDAL/11/96 tentang Pedoman Teknis Kajian


Aspek Sosial dalam AMDAL.

g. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek


Kesehatan Masyarakat dalam AMDAL.

SUMBER :

You might also like