You are on page 1of 41

PERCOBAAN VII

SENYAWA BIO-ORGANIK : KARBOHIDRAT

I. Tujuan Percobaan
1.1. Mampu menjelaskan sifat umum dan sifat khusus karbohidrat.
1.2. Mampu melakukan analisis kualitatif karbohidrat dalam suatu sampel.

II. Tinjauan Pustaka


2.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton
yang mempunyai rumus umum Cn(H2O)m, dimana n sama dengan m
atau kelipatan bilangan bulat. Karbohidrat merupakan senyawa-
senyawa hasil fotosintesis tumbuhan yang berklorofil.
Sinar Matahari
6CO2 + 6H2O C6(H2O) 6 + 6O2
glukosa

Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang diperlukan oleh


tubuh manusia, bila kelebihan karbohidrat maka karbohidrat akan
disimpan sebagai glikogen dan asam lemak.
(Respati, 1980)
2.2 Penggolongan Karboidrat
II.2.1 Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana,
molekulnya tidak dapat diuraikan. Monosakarida yang paling
sederhana adalah gliserol dehid dan dihidroksi aseton.
CHO HOCH 2OH

HC OH C O

CH 2OH CH 2OH

Gliserol dehid dihidroksi aseton


(Poedjiadi, 1994)

1
Berdasarkan radikal fungsinya, monosakarida dibedakan
menjadi:
1. Aldosa
Aldosa adalah monosakarida yang mengandung gugus
aldehid.
Contoh : glukosa dan galaktosa
2. Ketosa
Ketosa adalah monosakarida yang mengandung gugus
keton.
Contoh : fruktosa
(Poedjiadi, 1994)

Pembagian Monosakarida
a. Glukosa
Sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat
memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Banyak terdapat
di buah dan madu.
H O
C

H C OH

HO C H

H C OH

H C OH

CH2 OH
2,3,4,5,6-pentahydroxyhexanal
Chemical Formula: C6H12O6

(Poedjiadi, 1994)

2
b. Galaktosa
Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk
laktosa yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa
mempunyai rasa kurang manis daripada glukosa dan kurang
larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang
cahaya terpolarisasi ke kanan.
CHO

H C OH

HO C H

HO C H

H C OH

CH2 OH

2,3,4,5,6-pentahydroxyhexanal
Chemical Formula: C6H12O6

(Poedjiadi, 1994)
c. Fruktosa
Sering disebut levolusa karena memutar bidang
polarisasi ke kiri. Fruktosa adalah gula termanis, terdapat
dalam buah dan madu, maupun dalam sukrosa. Fruktosa
mempunyai sifat seperti keton karena mengandung gugus
keton.
Sifat-sifatnya :
- Mempunyai gugus keton (karbonil) bebas disamping gugus
hidroksil bebas
- Dapat terhidrasi jika dipanaskan bersama asam mineral
kuat
- Dapat mereduksi fehling dan menghasilkan endapan merah
bata.
(Kleinfelter, 1990)
3
CH2 OH

C O

HO C H

H C OH

H C OH

CH2 OH

1,3,4,5,6-pentahydroxyhexan-2-one
Chemical Formula: C6H12O6
(Poedjiadi, 1994)
II.2.2 Disakarida
Disakarida terbentuk dari dua monosakarida dengan
menghubungkan ikatan glikosida diantara anometrik dari salah satu
monosakarida dengan gugus hidroksil monosakarida lain. Hidrolisa
disakarida dengan pengaruh asam-asam mineral encer akan
menghasilkan monosakarida-monosakarida penyusun disakarida.
Disakarida dapat di bagi menjadi 4, yaitu :
a. Maltosa
Maltosa adalah hasil reaksi glukosa dan glukosa, yang
diperoleh sebagai hasil hidrolisi pati. Karbon anomerik dari unit
glukosa yang kedua berbentuk hemiasetal, fungsinya berbeda dalam
kesetimbangan dengan bentuk aldehid rantai terbuka, karena itu
maltose memberikan hasil positif dengan uji tollens dan reaksi lain
yang serupa berlaku untuk karbon anomerik pada glukosa.
Strukturnya :

4
CH 2OH CH 2OH

O H O H
H
H H
OH H OH H

OH O OH

H OH H OH
Chemical Formula: C15H28O11

(Fessenden, 1982)
b. Laktosa
Hidrolisis laktosa menghasilkan glukosa dan galaktosa dalam
jumlah yang sama. Kristal anomer (pada unit glukosa) dibuat
komersial dalam keju. Laktosa dapat mereduksi pereaksi fehling
dan benediet pada pemanasan.
(Hart, 1988)
Strukturnya :
CH 2OH CH 2OH

O O H
OH H
H H
H O H
OH OH

H H OH

H OH H OH
Struktur Laktosa
Chemical Formula: C16H30O11

(Poedjiadi, 1994)
c. Sukrosa
Tersusun oleh glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang sama.
Strukturnya :

5
CH 2OH

O H CH2 OH H
H
O
H
H H OH
OH

OH O CH2 OH

OH H
H OH
Struktur Sukrosa
Chemical Formula: C14H26O11

(Poedjiadi, 1994)
Dari struktur ini maka sukrosa tidak akan mengalami
metarotasi, hidrolisa menjadi glukosa dan fruktosa dapat terjadi oleh
adanya asam kemudian diikuti dengan terjadi perubahan pemutaran
bidang polarisasi cahaya, peristiwa ini dikenal sebagai inverse
sukrosa.
(Respati, 1982)
d. Sellebiosa
Desakarida yang diperoleh diperoleh dari hidrolisis parsial
selulosa. Hidrolisis lebih lanjut menghasilkan glukosa, oleh karena
itu selebrosa adalah isomer dari maltose. Struktur konformasi yang
digambarkan pada selebrosa ialah satu cincin mengandung oksigen
yang berurutan satu di belakang yang lainnya.
CH2 OH CH2 OH

O O

OH
OH OH

OH O

OH OH
(2R,5S)-6-(hydroxymethyl)-3,4,5,6-tetramethyl-5-((((2R,5S)-3,4,5-trihydroxy-6-
(hydroxymethyl)-2,3,4,5,6-pentamethyltetrahydro-2H-pyran-2-
yl)methoxy)methyl)tetrahydro-2H-pyran-2,3,4-triol
Chemical Formula: C23H 44O11

(Fessenden, 1982)

6
II.2.3 Polisakarida
Polisakarida adalah senyawa yang tersusun dari molekul-molekul
monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glukosida. Hidrolisis
yang lengkap akan dapat dihasilkan monosakarida-monosakarida
penyusun polisakarida. Polisakarida memenuhi 3 maksud dalam sistem
kehidupan, yaitu :
a. Sebagai bahan bangunan : sellulosa dan kitin
b. Sebagai bahan makanan : pati dan glikogen
c. Sebagai zat spesifik : polisakarida heparin
(Fessenden, 1982)
Pembagian polisakarida
Sellulosa
Merupakan senyawa organik yang paling melimpah di bumi.
Sellulosa membentuk komponen serat dari dinding sel tumbuhan.
Molekul sellulosa merupakan rantai-rantai dan D-glukosa sebanyak
14000 satuan yang terdapat sebagai berkas-berkas mirip tali yang
terikat satu sama lain oleh ikatan hidrogen. Sellulosa tidak
mempunyai hemiasetal sehingga tidak dapat mengalami dioksidasi
oleh reagen seperti tollens.

(Fessenden, 1982)
Sellulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan
pembentuk dinding sel. Contoh : serat kapas. Dalam tubuh kita,
serat tidak dapat dicerna karena kita tidak mempunyai enzim yang
dapat mengurangi sellulosa.
(Poedjiadi, 1994)

7
Pati (amilum)
Merupakan polisakarida paling melimpah kedua. Pati dapat
di pisahkan menjadi dua fraksi utama berdasarkan kelarutan bila di
titurasi dengan air panas sekitar 20%. Pati adalah 20% amilosa
(larut) dan 80% sisanya adalah amilopektin (tidak larut).
1) Amilosa
Hidrolisis amilosa menghasilkan D-glukosa, hidrolisis
parsial menghasilkan maltosa. Timbul warna biru tua dan timbul
interaksi antar keduanya.
2) Amilopektin
Mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih permolekul
hidrolisis amilopektin.
3) Glikogen
Yaitu polosakarida yang di gunakan sebagai tempat
penyimpanan glukosa dalam sistem hewan. Struktur glikogen
mirip amilopektin, bedanya untuk glikogen rantainya lebih
bercabang daripada amilopektin.
4) Kitin
Polisakarida linear yang mengandung N-asetil-o-
glukosamina terikat pada hidrolisis. Kitin menghasilkan 2-
amina-2-deoksi-o-glukosa (gugus asetat terlepas dalam tahap
hidrolisis). Di alam, kitin terikat pada bahan bukan polisakarida
(protein dan lipid).
(Fessenden,1982)

2.3 Sifat-Sifat Umum Monosakarida


II.3.1 Reaksi Oksidasi
Hasil oksidasi tergantung dari kuat tidaknya oksidator yang
dipakai pada oksidasi aldosa dengan oksidator lemah, contoh :

8
aqua bromata akan didapatkan asam hidroksi monokarboksilat
yang disebut asam aldonat.
(Sumardjo, 1997)
II.3.2 Reaksi Reduksi
Pada reaksi reduksi monosakarida dengan sedium amolgen
berbentuk polialkohol yang namanya mendapat akhiran atol.
CHO CH 2OH
mereduksi

CH 2OH
CH 2OH

Reduksi asam aldonat dengan sedium amolgen akan


menghasilkan asam yang namanya berakhiran uronat. Asam
uronat mempunyai sebuah radikal formil pada ujung bagian atas
dan radikal hidroksil di bagian tengah dan sebuah karboksil pada
ujung bagian bawah.
(Sumardjo, 1997)
II.3.3 Reaksi Dehidrasi
Heksosa dan beberapa pentose dapat mengalami proses
dehidrasi yang dipengaruhi oleh asam mineral kuat pada
pemanasan dan akan diperoleh dehidrasi pentose fulforal atau
furaldehid. Sedangkan dehidrasi heksosa hidroksil metal
fulforal/hidroksi metal fur aldehida.
(Sumardjo, 1997)
2.4 Sifat-Sifat Umum Disakarida
Maltosa dan laktosa dapat merduksi larutan fehling atau tollens.
Sukrosa tidak dapat mereduksi larutan fehling atau tollens.
Dapat dihidrolisis (pemecahan) menjadi molekul monosakarida
penyusunnya:
H O
- Maltosa 2 glukosa + glukosa
H O
- Laktosa 2 glukosa + galaktosa
H O
- Sukrosa 2 glukosa + fruktosa

9
(Sumardjo, 1997)
2.5 Sifat-Sifat Umum Polisakarida
Glikogen dapat mereduksi fehling dan apabila direaksikan dengan
iodine maka akan berubah menjadi merah coklat.
Amilum tidak dapat mereduksi fehling dan apabila direaksikan
dengan iodine maka akan terbentuk amilum yang berwarna lain.
(Gibson, 1950)

2.6 Uji Pengenalan Karbohidrat


II.6.1 Uji Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain karbohidrat yang
mempunyai sifat mereduksi. Fehling ada 2 macam :
- Fehling A : larutan cuprisulfat
- Fehling B : larutan NAOH, kNatartrat
Apabila dicampur dengan karbohidrat maka akan membentuk
endapan Cu2O berwarna merah bata.
(Holmi Comp, 1964)
II.6.2 Uji Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung cuprisulfat
(CuSO4), Natrium Karbonat (NOCO3), dan Natrium sulfat
(Na2SO4). Jika karbohidrat ditambah dengan benedict akan
menyebabkan oksidasi karbohidrat menjadi asam aklamat,
sedangkan pereaksi benedict tereduksi dan menhasilkan endapan
merah bata (Cu2O).
(Holmi Comp, 1964)
II.6.3 Uji Tollens
Tollens merupakan suatu larutan basa dari ion kompleks
perak amonia yang digunakan sebagai reagensia uji aldehid.
Diperoleh dari larutan perak nitrat dengan ammonium
hidroksida berlebihan.

10
(Holmi Comp, 1964)
II.6.4 Uji Asam Pikrat
Asam pikrat jenuh berwarna kuning. Positif jika terjadi
perubahan warna kuning menjadi merah. Uji ini untuk
mengetahui sifat pereduksi karbohidrat.
(Lucas, 1935)
II.6.5 Uji Hidrolisis
Uji hidrolisis untuk mengetahui/memisahkan penyusun dari
disakarida atau polisakarida yang tersusun dari monosakarida-
monosakarida.
(Holmi Comp, 1964)
II.6.6 Uji Molisch
Sampel ditambah noftol dan H2SO4, jika sampel
mengandung karbohidrat, akan terbentuk cincin merah pada
bidang batas.
(Holmi Comp, 1964)
II.6.7 Uji Selliwanorf
Pereaksi sel iwanorf adalah resolsinol (l,3) hidroksi-benzena
dalam asam klorida. Apabila karbohidrat direaksikan dengan
pereaksi sel iwanorf lalu dipanaskan dan membentuk warna
merah anggur maka hal ini menunjukkan adanya fruktosa.
(Holmi Camp, 1964)
II.6.8 Uji Kompleks Iodine-Kanji
Perubahan warna setelah ditetesi iodine menjadi biru tua
menunjukkan adanya karbohidrat. Hal ini terjadi karena molekul
amilosa yang membentuk senyawa berupa larutan koloid
(amilopeksin).
(Holmi Comp, 1964)

11
2.7 Analisa Bahan
II.7.1 Glukosa
Mudah larut dalam air, sukar larut dalam alcohol, memutar
cahaya terpolarisasi ke kanan.
(Basri, 1996)
II.7.2 Galaktosa
Kurang larut dalam air, sukar larut dalam eter dan alcohol,
kurang manis, memutar cahaya terpolarisasi ke kanan.
(Basri, 1996)
II.7.3 Fruktosa
Rasa paling manis, memutar cahaya terpolarisasi ke kiri,
dapat mereduksi peraksi fehling dan tollens.
(Basri, 1996)
II.7.4 Maltosa
Mereduksi pereaksi benedict, fehling rasa manis,
mengalami metarotasi gula pereduksi.
(Basri, 1996)
II.7.5 Laktosa
Rasa kurang manis, tidak larut dalam alkohol dan eter.
(Basri, 1996)
II.7.6 Sukrosa
Sukar larut dalam eter dan alcohol, larut dalam air, tidak
dapat mereduksi fehling, tidak mempunyai gugus hemiasetol,
tidak menunjukkan metarotasi.
(Basri, 1996)
II.7.7 Air Suling
Air yang diperoleh dari pengembangan uap air melalui
proses penguapan. Tidak berwarna, bersifat polar, pelarut organik
yang baik.
(Amirudin, 1993)

12
II.7.8 Iodine
Sukar larut dalam air, mudah larut dalam klorofom astal,
larut dalam minyak gliserol.
(Amirudin, 1993)
II.7.9 Madu
Madu lebah sebagian besar mengandung gula inverse. Gula
inverse banyak digunakan untuk es krim dan permen. Gula
inverse rasanya paling manis dari sakarida lainnya.
(Amirudin, 1993)
II.7.10 Sirup
Sirup glukosa yaitu larutan glukosa yang sangat pekat,
seningga mempunyai viskosilas/kekentalan yang tinggi, didapat
dari amilum melalui proses hirolisis dengan asam.
(Basri, 1996)
II.7.11 NaOH
Larut dalam air dan etanol, tidak larut dalam eter, sebagai
basa untuk membuat sabun dan kertas.
(Basri, 1996)
II.7.12 Pereaksi Fehling
Pereaksi ini terdiri atas campuran larutan tembaga sulfat,
kalium natrium tantriat dan natrium hidroksida. Larutan fehling A
adalah larutan CuSO4 dalam air, larutan B adalah larutan garam
KNa tartriat dan NaOH dalam air.
(Pudjaatmaka, 1999)
II.7.13 Pereaksi Molisch
Terdiri atas larutan -naftol dan asam sulfat, bereaksi positif
dengan karbohidrat jika mengahsilkan warna merah.
(Pudjaatmaka, 1999)
II.7.14 H2SO4
Bersifat higroskopis, dalam larutan cair bersifat asam kuat,
dalam keadaan pekat bersifat oksidator dan zat pendehidrasi.

13
(Sumardjo, 1997)
II.7.15 Amilum
Suatu polisakarida sebagai hasil polimersi alam dari
molekul kecil karbohidrat dengan rumus C6H10O5, sebagai butiran
dalam berbagai ukuran dan menjadi cirri dari sel tumbuhan.
(Sumardjo, 1997)
II.7.16 Benedict
Berupa larutan yang mengandung cuprisulfat, natrium
karbonat dan natrium sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan
dipanaskan akan mengendap menjadi Cu2O.
(Sumardjo, 1997)
II.7.17 Pereaksi Tollens
Jika direaksikan dengan monosakarida yang mengandung
gugus aldehid akan mengahsilkan cermin perak. Pereaksi tollens
dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat dan natrium
hidroksida.
(Amirudin, 1993)
II.7.18 HNO3
Merupakan asam anorganik, zat cair tidak berwarna,
bersifat korosit dan oksidator kuat.
(Amirudin, 1993)
II.7.19 Pereaksi Sel iwanorf
Pereaksi sel iwanorf apabila direaksikan dengan
karbohidrat lalu dipanaskan akan terbentuk warna merah anggur.
(Amirudin, 1993)
II.7.20 Asam Pikrat
Rasa pahit, sukar larut dalam air, larut dalam alcohol, eter
dan zat pelarut organic lain. Reaksi dengan logam-logam
membentuk garam pikrat.
(Pudjaatmaka, 1999)

14
II.7.21 Etanol
Cairan jenuh tek berwarna, mudah terbakar, mudah
bercampur dengan air. Rumus kimia C2H5OH digunakan sebagai
pelarut, bahan bakar, antiseptic (alcohol 70%), bahan minuman
keras, dan juga sebagai bahan mentah dalam beberapa industry
kimia.
(Basri, 1996)
II.7.22 Na2CO3
Menyebabkan iritasi kulit, menyebabkan gangguan
kelenjar lendir.
(Basri, 1996)

III.Metode percobaan
3.1 Alat
1. Tabung reaksi 6. kertas saring
2. Gelas ukur 7. Bunsen&kaki tiga
3. Pengaduk 8. kaca arloji
4. Penjepit 9. pipet tetes
5. Gelas beker

3.2 Bahan
1. Glukosa 8. Air suling 15. H2SO4
2. Pereaksi asam pikrat 9. Madu 16. HCl
3. Galaktosa 10. HNO3 17. NaOH
4. Pereaksi seliwanorf 11. Na2CO3 18. Pereaksi tollens
5. Fruktosa 12. Pereaksi fehling 19. Pereaksi molish
6. Maltosa 13. Pereaksi benedict 20. Sukrosa
7. Etanol 14. Kanji 21. Sirup

15
3.3 Gambar alat
- Tabung reaksi - gelas ukur - pengaduk

- penjepit - gelas beker - kertas saring

- Bunsen&kaki tiga - kaca arloji - pipet tetes

3.4 Skema kerja


3.4.1 Uji Kelarutan
a. Uji dengan Aquadest

Glukosa Fruktosa
16
Tabung Reaksi Tabung Reaksi
Penambahan 10 mL H2O Penambahan 10 mL H2O
Penutupan dan penggoyangan Penutupan dan penggoyangan
Pengamatan kelarutan Pengamatan kelarutan
Hasil Hasil
Laktosa Sukrosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi


Penambahan 10 mL H2O Penambahan 10 mL H2O
Penutupan dan penggoyangan Penutupan dan penggoyangan
Pengamatan kelarutan Pengamatan kelarutan
Hasil Hasil

Kanji Maltosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi


Penambahan 10 mL H2O Penambahan 10 mL H2O
Penutupan dan penggoyangan Penutupan dan penggoyangan
Pengamatan kelarutan Pengamatan kelarutan
Hasil Hasil

b. Uji dengan Etanol 25%


Glukosa Fruktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi


Pengamatan warna Pengamatan warna
Penambahan 10 ML etanl 25% Penambahan 10 ML etanl 25%
Penutuoan dan penggoyangan Penutuoan dan penggoyangan

Hasil Hasil

Galaktosa Sukrosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi


Pengamatan warna Pengamatan warna
Penambahan 10 ML etanl 25% Penambahan 10 ML etanl 25%
Penutuoan dan penggoyangan Penutuoan dan penggoyangan

Hasil Hasil

Kanji Laktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi


Pengamatan warna Pengamatan warna 17
Penambahan 10 ML etanl 25% Penambahan 10 ML etanl 25%
Penutuoan dan penggoyangan Penutuoan dan penggoyangan

Hasil Hasil
3.4.2 Sifat mereduksi / fehling
1 mL Laktosa 1 mL Sukrosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 5 mL fehling A & B Penambahan 5 mL fehling A & B


Penggoyangan Penggoyangan
Pemanasan 10 menit Pemanasan 10 menit
Pengamatan Pengamatan

Hasil Hasil

1 mL Glukosa 1 mL Fruktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 5 mL fehling A & B Penambahan 5 mL fehling A & B


Penggoyangan Penggoyangan
Pemanasan 10 menit Pemanasan 10 menit
Pengamatan Pengamatan

Hasil Hasil

1 mL Kanji 1 mL Madu

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 5 mL fehling A & B Penambahan 5 mL fehling A & B


Penggoyangan Penggoyangan
Pemanasan 10 menit Pemanasan 10 menit
Pengamatan Pengamatan

Hasil Hasil

1 mL Sirup 2%

Tabung Reaksi

Penambahan 5 mL fehling A & B


Penggoyangan
Pemanasan 10 menit
Pengamatan 18

Hasil
3.4.3 Hidrolisa Disakarida dan Polisakarida
a. Uji kompleks kanji-iodine
1 mL Kanji 2%

Kaca arloji

Penambahan 1 tetes larutan iodine


encer

Hasil

b. Uji Hidrolisis

1 mL Kanji 2% 2 mL Kanji 2%

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 2 tetes HCl pekat Penambahan 2 tetes HCl pekat


Penggojogan Penggojogan
Pemanasan Pemanasan
Hasil I Hasil I

Penambahan 1 tetes iodine encer Penambahan 1 tetes iodine encer


Peletakkan kertas lakmus Peletakkan kertas lakmus
Pengamatan Pengamatan
Hasil II Hasil II

Penambahan tetes demi tetes Penambahan tetes demi tetes


NaOH 10% hingga larutan tepat NaOH 10% hingga larutan tepat
basa basa
Penambahan pereaksi fehling Penambahan pereaksi fehling

Hasil III Hasil III

Pemanasan selama 10 menit Pemanasan selama 10 menit


Pengamatan Pengamatan
Hasil akhir Hasil akhir

19
20
3.4.4 Tes Umum Terhadap Karbohidrat
a. Uji Mollish

3 mL Glukosa 3 mL Fruktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 2 tetes pereaksi Penambahan 2 tetes pereaksi


molish molish
Penuangan 3 mL H2SO4 Penuangan 3 mL H2SO4
Penggoyangan Penggoyangan
Pengamatan warna Pengamatan warna
Hasil Hasil

3 mL Maltosa 3 mL Madu

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 2 tetes pereaksi Penambahan 2 tetes pereaksi


molish molish
Penuangan 3 mL H2SO4 Penuangan 3 mL H2SO4
Penggoyangan Penggoyangan
Pengamatan warna Pengamatan warna
Hasil Hasil

Potongan
kertas saring

Tabung Reaksi

Penambahan 2 tetes pereaksi


molish
Penuangan 3 mL H2SO4
Penggoyangan
Pengamatan warna
Hasil

21
3.4.5 Tes Karbohidrat Pereduksi
b. Uji Benedict

1 mL Glukosa 1 mL Fruktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 1 mL Benedict Penambahan 1 mL Benedict


Penggoyangan Penggoyangan
Pengamatan Pengamatan

Hasil Hasil

1 mL Maltosa 1 mL Laktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 1 mL Benedict Penambahan 1 mL Benedict


Penggoyangan Penggoyangan
Pengamatan Pengamatan

Hasil Hasil

c. Uji Asam Pikrat

1 mL Maltosa 1 mL Glukosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 1 mL asam pikrat Penambahan 1 mL asam pikrat


Penambahan 1 mL Na2CO3 Penambahan 1 mL Na2CO3
Pemanasan Pemanasan
Pengamatan warna Pengamatan warna

Hasil Hasil

22
1 mL Fruktosa 1 mL Laktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan 1 mL asam pikrat Penambahan 1 mL asam pikrat


Penambahan 1 mL Na2CO3 Penambahan 1 mL Na2CO3
Pemanasan Pemanasan
Pengamatan warna Pengamatan warna

Hasil Hasil

d. Uji Tollens

1 mL Fruktosa 1 mL Glukosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan pereaksi tollens Penambahan pereaksi tollens


Pemanasan + penggoyangan Pemanasan + penggoyangan
Pengamatan terbentuknya cermin Pengamatan terbentuknya cermin
perak perak

Hasil Hasil

1 mL Laktosa 1 mL Maltosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan pereaksi tollens Penambahan pereaksi tollens


Pemanasan + penggoyangan Pemanasan + penggoyangan
Pengamatan terbentuknya cermin Pengamatan terbentuknya cermin
perak perak
Penambahan HNO3 pekat Penambahan HNO3 pekat

Hasil Hasil

23
e. Uji Selliwanorf

1 mL Glukosa 1 mL Fruktosa

Tabung Reaksi Tabung Reaksi

Penambahan pereaksi selliwanorf Penambahan pereaksi selliwanorf


Pemanasan + penggoyangan Pemanasan + penggoyangan
Pengamatan warna Pengamatan warna

Hasil Hasil

IV. Data Pengamatan


No. Jenis Uji Hasil Ket
1. Uji kelarutan
a. Uji dengan H2O
Glukosa Warna larutan menjadi bening +

Fruktosa Warna larutan menjadi bening +


Warna larutan menjadi bening +
Maltose
Warna larutan menjadi bening +
Laktosa
Warna larutan menjadi bening +
Sukrosa
Warna larutan menjadi bening +
Kanji
b. Uji dengan
etanol 25 % Warna larutan menjadi bening +
Glukosa Warna larutan menjadi bening +
Fruktosa Warna larutan menjadi bening +
Maltose Warna larutan menjadi bening +

Laktosa Warna larutan menjadi bening +


Warna larutan menjadi bening, terdapat -
Sukrosa
endapan putih
Kanji
2.
24
Uji Fehling Warna larutan dari biru setelah ditambah
a. 1 ml laktosa fehling menjadi orange setelah dipanaskan +
ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah
b. 1 ml glukosa fehling menjadi orange setelah dipanaskan +
ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah
c. 1 ml sukrosa fehling menjadi orange setelah dipanaskan +
ada endapan merah bata
Warna larutan setelang ditambah fehling
d. 1 ml fruktosa menjadi biru tetapi setelah dipanaskan -
tidak berubah
Warna larutan dari biru setelah ditambah
e. 1 ml kanji fehling menjadi orange setelah dipanaskan +
ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah
f. 1 ml madu fehling menjadi orange setelah dipanaskan +
ada endapan merah bata
Warna larutan dari biru setelah ditambah
g. 1 ml sirup 2% fehling menjadi orange setelah dipanaskan +
ada endapan merah bata
3.
Hidrolisa
disakarida dan
polisakarida
a. Uji kompleks Warna larutan menjadi biru tua
kanji iodine
larutan kanji 1 +
% + 1 tetes
iodine encer

25
b. Uji hidrolisis Larutan menjadi lebih keruh
2 mL
dan 1 mL
larutan kanji 2
% + 2 tetes
HCL pekat, Larutan menjadi berwarna biru, lakmus
pemanasan berwarna merah
Dita
mbah 1 tetes
iodine encer,
pengecekan Warna larutan menjadi bening dan kertas
dengan lakmus lakmus menjadi biru muda
Dita Warna larutan tetap tidak terjadi

mbah NaOH 10 perubahan

%
4. Dita -

mbah 5 mL
fehling +
dipanaskan
Tes Umum Terbentuk cincin ungu

Terhadap Terbentuk cincin ungu +

Karbohidrat Terbentuk cincin ungu +

a. Uji Molisch Terbentuk cincin ungu +

Gluk Terbentuk cincin ungu +

osa +
5. Frukt
osa
Malt
Terbentuk endapan merah bata +
ose
Terbentuk endapan merah bata +
Madu
26
50% Terbentuk endapan merah bata +
Poton Terbentuk endapan merah bata +
gan kertas +
saring Larutan berwarna kuning
Tes Karbohidrat Larutang berwarna kuning kemerahan -
Pereduksi Larutan berwarna kuning +
a. Uji Benedict Larutan berwarna kuning -
Gluk -
osa Warna larutan orange pucat terdapat
Frukt endapan coklat +

osa Warna larutan orange pucat terdapat

Malt endapan coklat +

ose Warna larutan kuning pucat

Lakto Warna larutan kuning pucat -

sa -

b. Uji asam pikrat Warna larutan tidak berwarna (bening)

Gluk Warna larutan coklat kemerahan -


+
osa
Frukt
osa
Malt
ose
Lakto
sa
c. Uji Tollens
Gluk
osa

Frukt
osa
27
Malt
ose
Lakto
sa
d. Uji selliwanorf
Gluk
osa
Frukt
osa

V. Pembahasan
5.1 Uji Kelarutan
5.1.1 Uji dengan air
Percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kelarutan karbohidrat di dalam air. Karbohidrat yang digunakan
sebagai sampel yaitu glukosa, laktosa, fruktosa, maltosa, sukrosa,
dan kanji.
Langkah kerja yang dilakukan yaitu sampel diencerkan
dengan aquades atau air suling untuk mengetahui kelarutannya,
kemudian digojog. Tujuan dari penggojogan ini yaitu untuk
mencampurkan agar karbohidrat bercampur sempurna dengan air.
Hasil yang diperoleh adalah larutan menjadi lebih bening atau
bernilai positif.
Karbohidrat dapat larut dalam air, hal ini dikarenakan sifat
karbohidrat sesuai prinsip like dissolve like yaitu senyawa polar
akan melarutkan senyawa polar dan senyawa non polar akan
melarutkan senyawa non polar.
Karbohidrat merupakan larutan polar, dan air juga merupakan
senyawa polar sehingga bila dicampur karbohidrat akan larut.

28
Sebelum di larutkan, warna karbohidrat (glukosa, galaktosa,
fruktosa, maltosa, manosa, laktosa, sukrosa) warna jernih
kekuningan. Setelah di larutkan menjadi jernih karena adanya
proses pengenceran yang menyebabkan molaritas dari zat terlarut
berkurang, sehingga kepekatan warnanya juga berkurang dan
larutan tampak jernih.

5.1.2 Uji dengan etanol


Selain air, etanol juga merupakan pelarut yang baik.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan karbohidrat
dalam etanol 25%. Sebagaimana dalam uji kelarutan dengan air,
sampel yang digunakan juga sama.
Langkah yang dilakukan pun juga sama yaitu dengan
menambahkan sampel dalam etanol 25% kemudian digojog. Hasil
yang diperoleh menunjukkan hasil yang positif yaitu larutan
menjadi lebih jernih kecuali larutan kanji karena kanji mengendap.
Hal ini dikarenakan kanji terdiri atas dua macam polisaksarida
yaitu amilosa dan amilopektin, molekul amilopektin lebih besar
daripada amilosa sehingga amilopektin lebih susah larut.
Karbohidrat larut dalam air dan etanol, perbedaan kelarutan
antar keduanya yaitu etanol membutuhkan waktu yang lebih lama
dan penggojogan yang lebih kuat. Hal ini dikarenakan kepolaran
etanol lebih kecil dari kepolaran air. Hal ini sesuai juga dengan
Daintith (1994) karbohidrat lebih mudah larut dalam air daripada
di larutkan ke dalam etanol karena tingkat kepolaran air lebih besar
daripada etanol.

5.2 Uji fehling

29
Untuk mengetahui sifat reduktor pada karbohidrat dapat dilakukan
dengan uji fehling. Sampel yang digunakan dalam uji ini yaitu glukosa,
fruktosa, laktosa, sirup, madu dan kanji.
Cara kerja yang dilakukan yaitu dengan menambahkan perekasi
fehling yang terdiri dari fehling A yaitu larutan CuSO 4 dan fehling B
yang terdiri dari K-Na-tartrat dan NaOH, kemudian dipanaskan sambil
digoyang. Pemanasan dan penggoyangan yang dilakukan bertujuan untuk
mempercepat terjadinya reaksi, dengan pemanasan maka suhu larutan
akan naik, sehingga mengakibatkan gerakan-gerakan molekul dalam
larutan semakin cepat dan terjadi tumbukan antar molekul yang semakin
besar.
Karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi asam onat yang
membentuk garam karena adanya basa, sedngkan pereduksi fehling akan
mengalami reduksi sehingga tembaga (II) berubah menjadi tembaga (I).
Hasil yang diperoleh dari uji ini adalah positif yaitu terbentuk
endapan merah bata. Endapan merah bata tersebut adalah endapan dari
Cu2O.
Hasil positif uji fehling akan terbentuk endapan warna merah yang
menunjukkan karbohidrat yang di uji mempunyai sifat pereduksi. Bahan-
bahan yang di uji,seperti glukosa, kanji, laktosa, sirup, madu, terjadi
perubahan warna dan terbentuk endapan warna merah bata, kecuali
fruktosa. Fruktosa merupakan gugus ketosa yang tahan terhadap
oksidator, sedangkan pada uji fehling akan di uji daya oksidasi dan
reduksi dari suatu karbohidrat, sehingga fruktosa tidak mengalami
perubahan warna.

Contoh reaksi antara glukosa dan pereaksi fehling :

30
O H O ONa
C C

H OH H OH

HO H t oC HO H Cu2O 2 H+
Cu++ NaOH H2O
H OH H OH

H OH H OH

CH 2 OH CH 2OH

glukosa

(Sumardjo, 2009)

5.3 Uji Hidrolisa Disakarida dan Polisakarida


a. Uji Kompleks Kanji Iodine
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui adanya karbohidrat
yang terkandung pada kanji. Percobaan yang dilakukan pada uji ini
adalah penambahan 10 tetes larutan kanji 1% yang diletakkan pada
gelas arloji untuk mengetahui apakah ditambahkan 1 tetes larutan
iodine encer. Di dalam pati dipisahkan menjadi dua fraksi utama yaitu
amilosa dan amilopektin. Penambahan iodien bertujuan untuk
mengetahui adanya amilosa pada suatu sampel. Molekul amiloas
membentuk spiral di sekitar molekul I2 yang menyebabkan timbul
warna biru tua dari antaraksi antara keduanya, yang menunjukkan
hasil positif dari uji ini.

b. Uji Hidrolisis
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui atau memisahkan
penyusun dari disakarida atau polisakarida yang tersusun dari
monosakarida-monosakaridanya.

31
Percobaan yang dilakukan pada uji ini adalah dengan larutan
kanji 2% ditambahkan dengan larutan HCl pekat, larutan menjadi
agak keruh. Penambahan HCl pekat bertujuan untuk memecah rantai
amilum/pati yang merupakan polisakarida menjadi monosakarida. Pati
merupakan polimer linier dari glukosa sehingga hidrolisis sempurna
dari pati akan menghasilkan glukosa.
Langkah selanjutnya adalah pemanasan, tujuan dari pemanasan
ini untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Setelah dipanaskan, larutan
ditambah 1 tetes iodine untuk menguji masih ada atau tidaknya
amilosa. Hasilnya larutan menjadi berwarna biru tua yang
menunjukkan bahwa sampel masih mengandung amilosa (belum
terhidrolisis secara sempurna). Kemudian di uji dengan kertas lakmus,
warna kertas menjadi merah yang menunjukkan larutan bersifat asam,
kemudian dilakukan penambahan NaOH 10% untuk menetralkan sisa
asam hingga larutan tepat basa, warna larutan menjadi bening. Pati
belum terhidrolisis secar sempurna, hal ini dikuatkan oleh uji fehling
yang hasilnya negatif yaitu warna larutan masih berwarna biru muda.
CH 2OH CH 2OH CH 2OH

H O H H O H H O H
H H2O, H + H
OH H OH H OH H
O O HO OH
H OH H OH H OH
Reaksi Hidrolisis
(Sumardjo, 2009)

5.4 Uji Molish


Tujuan dari uji molish adalah untuk mengidentifikasi adanya
kandungan karbohidrat pada suatu sampel. Apabila sampel yang diuji
dengan pereaksi molish membentuk cincin warna ungu, berarti sampel

32
tersebut mengandung karbohidrat. Sampel yang dipakai yaitu glukosa,
fruktosa, maltosa, madu 50% dan potongan kertas saring.
Pada percobaan disiapkan 5 tabung reaksi. Masing-masing tabung
diisi sampel kemudian ditambah ditambah 3 ml H2SO4 dan 2 tetes alfa
naftol. Penambahan H2SO4 ditujukan untuk mendehidrasi karbohidrat agar
menjadi hidroksimetilfurfural, dan penambahan alfa naftol agar terbentuk
senyawa khusus untuk polisakarida dan disakarida. Pada tabung-tabung
tersebut terbentuk tiga lapisan. Lapisan atas berwarna bening, lapisan
tengah terbentuk cincin warna ungu dan lapisan bawah berwarna hijau.
Pengecualian pada tabung reaksi yang berisi madu 50% yang terbentuk
dua lapisan. Lapisan atas berwarna ungu muda dan lapisan bawah
berwarna ungu pekat. Semua sampel menunjukkan hasil yang positif, hal
ini disebabkan karena karbohidrat mengalami hidrolisis oleh Asam Sulfat
menjadi Hidroksil metil Furtenol yang kemudian terkondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Adanya penambahan
H2SO4 pada uji ini bertujuan untuk memprercepat reaksi (sebagai
katalisator).

Contoh reaksi uji molish pada heksosa :

33
H H
C C
H 2SO 4
C6H12O6 C C C O
3 H 2O O
CH 2 OH
H
Heksosa Hidroksimetilfurfural
OH
H H
C C H H
C C C O C C
O C C C O
CH2 OH O
H CH2 OH
Hidroksimetilfurfural alfa naftol Ungu

OH

(Sumardjo, 2009)

5.5 Uji Benedict


Tujuan dari uji benedict adalah unuk membuktikan sifat pereduksi
pada karbohidrat. Pada uji ini disiapkan 4 tabung, masing-masing tabung
diisi dengan larutan glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa kemudian
ditambahkan 1ml larutan pereaksi benedict, kemudian digojog lalu
dipanaskan. Pereaksi benedict terdiri dari cuprisulfat, natrium karbonat,
dan natrium sitrat. Glukosa akan mereduksi ion Cu2+ dari cupri sulfat
menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya
natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi bersifat basa
lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna merah bata.
Perlakuan penggojogan bertujuan agar larutan menjadi homogen,
sedangkan adanya pemanasan supaya mempercepat reaksi. Hasil yang
diperoleh dari semua tabung tersebut mengalami perubahan warna yang
sama, yang awal warna larutan berwarna bening kebiruan menjadi
larutan yang mempunyai endapan warna merah bata, hasil ini
menunjukkan nilai uji positif. Terbentuknya endapan merah bata
disebabkan oksidasi karbohidrat (gula pereduksi) menjadi Asam onat,

34
sedangkan pereaksi benedict tereduksi dan menghasilkan endapan Cu2O
(merah bata).
Contoh reaksi antara glokosa dan pereaksi benedict :

O H O OH
C C

H OH H OH

HO H to C HO H Cu2O 2 H+
Cu++ H2O
H OH H OH

H OH H OH

CH 2OH CH2OH

glukosa
(Sumardjo, 2009)

5.6 Uji Asam pikrat


Tujuan dari uji benedict adalah unuk membuktikan sifat pereduksi
pada karbohidrat. Pada uji ini dibutuhkan 4 tabung, masing-masing
tabung diisi dengan larutan glukosa, fruktosa, maltosa dan laktosa
kemudian sama sama ditambahkan larutan Asam pikrat dan larutan
HNO3 dan dipanaskan. Oksidasi karbohidrat menjadi asam onat dan
reduksi asam pikrat yang berwarna kuning menjadi asam pikramat yang
berwarna merah.
Hanya pada tabung yang berisi fruktosa yang mengalami
perubahan warna dari larutan yang berwarna kuning menjadi berwarna
agak kemerahan, sedangkan pada tabung yang lain tidak mengalami
perubahan (hasil negatif). Perubahan warna yang terjdi disebabkan
adanya asam pikrat mengalami reduksi menjadi asam pikramat.
Pada uji ini terjadi hasil negatif kecuali pada tabung berisi
fruktosa,ini mungkin dikarenakan reagen yang rusak atau dikarenakan

35
praktikan yang melakukan kesalahan dalam melakukan
percobaan,sehingga didapatkan hasil yang negatif.
Contoh reaksi antara glukosa dan asam pikrat :

O OH
O H
C
C
OH OH
H OH
H OH O2N O2N NH 2
NO2
to C HO H
HO H

H OH
H OH

NO2 H OH NO2
H OH
Asam pikramat
asam pikrat
CH2 OH
CH 2OH
asam glioksilat
glukosa
(Soemardjo, 2009)

5.7 Uji Tollens


Uji tollens dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya
gugus aldehid dalam karbohidrat. Sebagai sampel dari percobaan ini
adalah glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa. Percobaan dilakukan
dengan penambahan pereaksi tollens pada sampel dengan perbandingan 1
: 1. Penambahan pereaksi tollens adalah sebagai oksidator yang akan
direduksi Setelah itu larutan dipanaskan disertai penggoyangan yang
bertujuan untuk mempercepat reaksi. Setelah dilakukan pemanasan
larutan diamati terbentuknya endapan perak. Hasil yang diperoleh dari
percobaan ini adalah hasil yang positif yaitu terbentuk endapan perak,
kecuali maltosa.

36
Contoh reaksi antara glukosa dan pereaksi tollens :
O H
COONH2
C

H OH
H OH

o HO H Ag H20
HO H Ag(NH3)2OH t C
H OH
H OH

H OH
H OH

CH 2 OH
CH 2OH

glukosa
(Soemardjo, 2009)

5.8 Uji Selliwanorf


Uji selliwanorf dilakukan untuk membedakan antara gula aldosa
dan ketosa. Sampel dalam percobaan ini yaitu glukosa dan fruktosa, dan
reagen yang digunakan adalah pereaksi selliwanorf, pereaksi selliwanorf
adalah resorsinol dalam asam klorida encer. Asam klorida berfungsi
untuk mendehidrasi glukosa dan resorsinol untuk reaksi kondensasi.
Percobaan dilakukan dengan penambahan pereaksi selliwanorf dan
kemudian dilakukan pemanasan sekaligus penggoyangan. Pemanasan
dan penggoyangan dimaksudkan untuk mempercepat reaksi dan agar
larutan bercampur sempurna.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu setelah ditambah
pereaksi selliwanorf, fruktosa berwarna orange dan glukosa tetap bening,
setelah pemanasan, warna larutan fruktosa semakin merah tetapi glukosa
tetap bening. Hal ini menunjukkan nilai uji positif pada fruktosa dan
negatif pada glukosa. Jadi fruktosa merupakan gula ketosa.

37
Contoh reaksi antara glukosa dan selliwanorf :
CH 2 OH

O
H H
HO H C C
HCl
3 H2O C C C O
O
H OH CH 2OH
H
H OH Hidroksimetilfurfural

CH 2 OH
Glukosa Reaksi dehidrasi glukosa
O O
HO OH
H H
C C
C C C O 2 H2O
O
CH 2OH O
H
Hidroksimetilfurfural Resorsinol Merah
CH 2OH
Reaksi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol
(Soemardjo, 2009)

38
VI. Kesimpulan
6.1 Sifat Fisik
Karbohidrat dapat larut dalam air dan etanol, karena sama-sama
senyawa polar, kecuali kanji karena kanji tersusun dari amilopektin yang
molekulnya besar.
6.2 Sifat Kimia
Kanji merupakan karbohidrat yang mempunyai kandungan amilopektin
yang dibuktikan dengan uji kanji iodine.
Untuk menguraikan polisakarida menjadi monosakarida dilakukan uji
hidrolisis.
Untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam sampel, yang
mengandung karbohidrat yaitu glukosa, fruktosa, maltosa, madu 50%
dan potongan kertas saring dilakukan uji mollish
Karbohidrat mempunyai sifat pereduksi.Hal ini dapat dibuktikan dalam
uji dengan fehling,benedict, asam pikrat, dan pereaksi tollens.
Untuk mengidentifikasi perbedaan gula ketosa dan aldosa dilakukan
dengan uji selliwanorf.
Uji kelarutan dengan H2O yang positif adalah glukosa, fruktosa,
maltosa, laktosa, sukrosa, dan kanji.
Uji kelarutan dengan etanol 25% yang positif adalah glukosa, fruktosa,
maltosa, laktosa, dan sukrosa.
Uji Fehling yang positif yaitu pada penambahan 1 ml laktosa, 1 ml
glukosa, 1 ml sukrosa, 1 ml kanji, 1 ml madu, dan 1 ml sirup 2%.
Uji disakarida dan polisakarida yang positif yaitu pada uji kompleks
kanji iodine larutan kanji 1 % + 1 tetes iodine encer, uji hidrolisis
dengan penambahan 1 tetes iodine encer, dan uji hidrolisis dengan
penambahan NaOH 10%.
Uji Molish yang positif yaitu pada glukosa, fruktosa, maltosa, madu
50%, dan potongan kertas saring.

39
Uji Benedict yang positif yaitupada glukosa, fruktosa, maltosa, dan
laktosa.
Uji asam pikrat yang positif yaitu pada fruktosa, maltosa, dan laktosa.
Uji Tollens yang positif yaitu pada glukosa dan fruktosa.
Uji Selliwanorf yang positif hanya fruktosa.

40
DAFTAR PUSTAKA

Amirudin. 1993. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan


Pengembangan Bahasa, DEPDIKBUD.

Basri, Sarjoni. 1996. Kamus Kimia. Jakarta: Rineka Cipta.

Daintith, John. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: PT. Erlangga.

Fessenden, Ralph J. 1982. Organic Chemistry. USA: Willard Grant Press


Publisher.

Gibson, Charles. 1950. Essential Principles of Organic Chemistry. London:


Chambridge of The University Press.

Hart, Harold. 1988. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.

Holmi Comp, George K. 1964. Selected Experimental Organic Chemistry.


San Fransisco: William and Company.

Kleinfelter. 1990. Kimia untuk Universitas. Jakarta: PT. Erlangga

Lucas, Howard. 1935. Organic Chemistry. New York: American Book


Company.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Pudjaatmaka. 1999. Kamus Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud

Respati. 1980. Dasar-Dasar Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Aksara


Baru.

Sumardjo, Damin. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Semarang: Undip


Press.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah


Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

41

You might also like