You are on page 1of 32

REAKSI KIMIA : GEJALA UMUM DAN LAJU REAKSI

I TUJUAN PERCOBAAN

1.1 Mampu menjelaskan jenis dan tanda-tanda reaksi kimia

1.2 Mampu menentukan nilai parameter laju reaksi

II DASAR TEORI

2.1 Kinetika Reaksi

Cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang laju reaksi adalah

kinetika kimia Kinetika mempunyai dua tujuan yaitu menstimatikan data

dan memperkirakan mekanisme reaksinya. Reaksi berlangsung dalam dua

fase yang disebut reaksi heterogen.

(Keenan, 1984)

2.2 Laju Reaksi

Laju reaksi menjelaskan seberapa cepat suatu pereaksi dan

seberapa cepat bertambahnya reaksi dengan menigkatkan waktu laju awal

yang ditentukan dengan membagi penambahan kosentrasi. Laju reaksi

sesaat ditunjukan oleh kemiringan garis. Pada grafik konsentrasi dengan

waktu . Salah satu tujuan kinetika adalah untuk yang menyakatan laju

reaksi melalui hukum laju reaksi


Yang terbentuk : V= k [ A ]m [ B ]n

Laju Reaksi adalah perubahan konsentrasi per satuan waktu dengan satuan

umum adalah mol detik -1 dm -3. Laju reaksi dinyatakan dalam

1 [ A] 1 [ B] 1 d [ P] 1 d [Q ]
....................................
a dt b dt p dt q dt

k A B n
m

Dianggap bahwa volume tidak berubah selama reaksi berlangsung.

(Keenan,1990)

Laju reaksi adalah perubahan jumlah reaktan dalam satuan waktu .

Apabila laju reksi misalnya A+BC

Dengan,

[A] dan [ B ] : Konsentrasi pereaksi

[C] : Konsentrasi produk pereaksi

m dan n : Orde reaksi

k : Konstanta laju reaksi

(Soemardjo,1998)
d A
k A
OH
d A
kdt
A

Persamaan ini dapat diintegrasikan secara ulang karena awalnya (saat t=0)

konsentrasi A adalah [A] maka pada waktu t, konsentrasi A=[A]t

(Keenan, 1990)

2.3 Persamaan Reaksi

Hukum laju dapat ditentukan dari mekanisme yang mempunyai

tahap penentu laju reaksi. Jika salah satu reaksi elementer dalam suatu

mekanisme berlangsung sangat lambat dibandingkan dengan yang lainnya.

Reaksi elementer yang lambat ini adalah tahap penentu laju reaksi.

(Pettruci, 1992)

2.4 Tetapan Laju Reaksi

Konstanta laju reaksi merupakan bilangan konstanta atau tetap

yang menyatakan hubungan sebanding dengan besarnya laju reaksi dan

berbanding terbalik dengan hasil kali konsentrasi reaktannya. Konstanta laju

reaksi ini merupakan bilangan pengali dengan konstanta reaktan yang

mendapatkan besaran laju reaksi yang sesuai standar.


Konstanta ini dapat dirumuskan secara sistematis sebagai berikut :

V L
K=
[ A] [ B ] n
m
M mn

Keterangan : v = laju reaksi

m,n = orde reaksi

[A] = konsentrasi pereaksi A

[B] = konsentrasi pereaksi B

K = konstanta pereaksi

(Petrucci, 1984)

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Berikut ini adalah faktor faktor yang mempengaruhi laju reaksi :

a. Konsentrasi

Laju reaksi dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi pereaksi.

Semakin besar konsentrasi zat pereaksi, maka semakin cepat reaksi itu

berlangsung. Sebaliknya, semakin kecil konsentrasi zat pereaksi maka

semakin lambat reaksi berlangsung.

b. Temperatur atau suhu

Semakin tinggi laju reaksi maka suhu akan semakin

tinggi.Kenaikan suhu 10C akan menyebabkan 2-3 kali laju reaksi

meningkat.
a. Katalis

Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat terjadinya reaksi,

dengan jalan pembentukan senyawa perantara atau dengan absorbsi.

Molekul yang terabsorbsi akan lebih reaktif daripada molekul yang

tidak terabsorbsi.

( Petrucci, 1994 )

Semua katalisator memiliki sifat yang sama yaitu :

1. Katalisator tidak berubah selama reaksi

1. Katalisator tidak mempengaruhi letak kesetimbangannya juga

tidak mempengaruhi besar tetepan kesetimbangan

2. Katalisator tidak dapat mengawali suatu reaksi. Reaksi juga

dikatalis harus sudah berjalan walaupun sangat lambat.

3. Katalisator yang diperlukan untuk mempercepat reaksi biasanya

hanya sedikit. Namun , pada umumnya jumlah katalisator juga

mempengaruhi laju reaksi.

( Soekardjo, 1984 )

c. Luas Permukaan

Semakin luas permukaan , maka reaksi akan lebih cepat terjadi,

pemecahan zat padat ataupun air menghasilkan luas permukaan yang

lebih besar dan membuat lebih banyak permukaan yang tersedia,

sehingga tumbukannya semakin besar dan laju reaksi juga besar

( Keenan, 1990 )
2.6 Orde Reaksi

Orde reaksi yaitu semua eksponen dari konsentrasi dalam persamaan laju

reaksi. Orde reaksi yang dikenal yaitu :

a. Reaksi orde nol

d[K ]
Reaksi yang lajunya dapat ditulis K , dimana K merupakan
dt

konstanta laju reaksi orde nol. Persamaan ini dinyatakan karena orde

nol tidak tergantung pada konsentrasi reaktan.

( Keenan, 1990 )

b. Reaksi orde satu

Reaksi yang ordenya berbanding langsung dengan konsentrasi reaktan

d [C ]
K [ C]
dt

Plot log [ C ] terhadap t merupakan suatu garis lurus dengan K dapat

dihitung dari kemiringan garis tersebut.Grafiknya sebagai berikut :

Konsentrasi zat

waktu

( Petrucci, 1987 )
c. Orde dua

Laju berbanding langsung dengan kuadrat konsentrasi dari suatu

reaktan atau dengan hasil kali konsentrasi yang meningkat sampai

d [ A]
penguat satu atau dua dari reaktan tersebut : K [ A] 2
dt

Grafiknya

konsentrasi

waktu

( Petrucci, 1992)

d. Orde tiga

Laju berbanding langsung dengan pangkat tiga konsentrasi dari suatu

d [ R]
reaktan, yaitu ditunjukan melalui persamaan : K [ R]3
dt

Atau sebanding dengan kuadrat konsentrasi dari reaktan dan pangkat satu dari

konsentrasi reaktan kedua yaitu :

d [ R2 ]
K [ R1 ]2 [ R2 ]
dt
(Petrucci, 1987)

2.7 Gambar Grafik Orde Reaksi

konsentrasi

konsentrasi

Waktu Waktu

Orde reaksi nol Orde reaksi dua

konsentrasi

Waktu

Orde reaksi satu

(Petrucci, 1992)

2.8 Metode Perhitungan Laju Reaksi

2.8.1 Metode Integral

Dengan metode ini harga k dihitung dengan persamaan laju menuju

integral dari data konsentrasi dan waktu. Untuk reaksi :

1 a
Orde 1 : k ln
t ax

1 a
Orde 2 : k ln
t a a x
Harga a adalah konstan tetapi (a-x) bergantung pada waktu. Jika k

yang diperoleh dari berbagai waktu adalah konstan maka orde reaksi

adalah satu.

(Keenan, 1990)

2.8.2 Metode Grafik

Dari aljabar diketahui bahwa fungsi garis lurus adalah y=ax+b. jika

diterapkan pada persamaan untuk orde reaksi satu adalah :

log [A] = -k t + log [A]

2,303

y = a x + b

Dengan demikian, jika log [A] dialurkan terhadap t dan diperoleh garis

lurus maka orde reaksi adalah satu.

[A]0

1
[A] arah lereng=-k arah lereng=k
A

1/[A]0

waktu (orde nol) waktu (orde ke dua)


log [A]

k
arah lereng= 2,303

waktu (orde ke satu)

(Petrucci, 1992)

2.8.3 Metode Laju Awal

Dalam metode ini dilakukan sederetan eksperimen dengan

konsentrasi yang berbeda-beda. Kemudian dengan membandingkan laju

awal, maka dapat ditarik kesimpulan tentang laju reaksi.

2.8.3.1 Cara Waktu Fraksi

Metode ini hanya digunakan untuk reaksi-reaksi yang berkaitan

dengan zat-zat yang bereaksi yang mempunyai konsentrasi sama

dan biasanya digunakan waktu paro.

Hukum laju dapat ditentukan dari mekanisme yang mempunyai

tahap penentu laju reaksi. Jika salah satu reaksi elementer dalam

suatu mekanisme berlangsung sangat lambat dibandingkan dengan

yang lainnya. Reaksi elementer yang lambat ini adalah tahap

penentu laju reaksi.

(Pettruci, 1992)
2.9 Teori Tumbukan

Teori tumbukan menjelaskan reaksi berdasarka tumbukan molekul

yaitu frekuensi tumbukan dan probabilitas yang memungkinkan tumbukan

menjadi reaksi kimia.

Menurut teori tumbukan sederhana laju reaksi didasarkan pada:

1.Jumlah per satuan volume per satuan waktu

2.Molekul-molekul yang diambil bagian dalam tumbukan harus

mempunyai energi yang cukup ( energi pengaktivasi ). Sebelum molekul-

molekul tersebut dapat diubah menjadi produk.

Energi aktivasi adalah energi yang dimiliki yang harus dimiliki molekul

untuk dapat bereaksi. Semakin tinggi energi aktivasi semakin kecil fraksi

yang kereaktifannya semakin lambat ketika reaksi berlangsung.

( Petrucci,1992)

2.10 Macam-Macam Reaksi Kimia dan Contohnya

Reaksi kimia didefinisikan sebagai reaksi atau proses yang

menghasilkan jenis baru. Reaksi kimia ditandai dengan adanya gejala-

gejala yang dapat diamati. Gejala tersebut dapat berupa timbulnya gas,

terbentuknya endapan, perubahan temperatur, perubahan warna,

perubahan rasa dan perubahan bau. Jenis-jenis reaksi kimia adalah :


2.10.1 Reaksi Penetralan (netralisasi)

Reaksi penetralan adalah reaksi yang terjadi antara asam dan basa.

Menurut teori Arhenius adalah interaksi antara ion hydrogen dan ion

hidroksida, yang dirumuskan :


H+ + OH- H2O
Gejala reaksi dari reaksi ini adalah tidak terjadi perubahan apapun karena

reaksi bersifat netral.

Contoh reaksi

2 NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O

(Keenan, 1989)
Biasanya terjadipada reaksi asam basa.hasil netralisasi antara lain dari

asam basa adalah garam.


Apabila sejumlah asam dan basa murni yang ekuivalen,dicampur

larutannya.
Jika persamaan reaksi dinyatakan sebagai interaksimolekul-molekul.

HCL + NaOH NaCl + H2O

(asam) (basa) (garam)

(Vogel,1985)
2.10.2 Reaksi Pembentukan Endapan

Adalah reaksi yang digunakan dalam analisis organik yang

melibatkan pembentukan endapan. Endapan terbentuk jika larutan

terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.


Gejala reaksi yang terjadi adalah terbentuk endapan
Contoh reaksi pembentukan endapan adalah
H2SO4 + (CH3COO)2Pb PbSO4 + 2CH3COOH
(endapan putih)
(Brady, 1994)
2.10.3 Reaksi pembentukan kompleks
Adalah suatu kumpulan dari reaksi reaksi dasar yang

memberikan produk yang diperlukan atau menguraikan mekanisme suatu

reaksi.
Gejala reaksi yang terjadi adalah perubahan warna dalam larutan,

merupakan penyebab dari melarutnya endapan dalam reagensia yang

berlebih.
Contoh reaksi pembentukan kompleks adalah
Cu2+ + 4NH3 Cu(NH3)42+
(biru) (biru tua)
(Keenan, 1990)

2.10.4 Reaksi Pertukaran Muatan

Reaksi dari matematis (perpindahan rangkap) menyangkut

suatu larutan dan pertukaran dari ation dan anionnya. Reaksi

pertukaran muatan adalah

KCl NaNO3 KNO3 NaCl


Kedua reaksi dari persamaan ini larut dalam air. Karena semua

senyawa dalam persamaan ini adalah garam yang bereaksi

dengan elektrolit kuat.


(Brady, 1999)

2.10.5 Reaksi Pembentukan Gas

Bila logam bereaksi dengan asam pusat akan menimbulkan

gas. Reaksi ini disebut juga dengan reaksi pendesakan logam-

logam yang digunakan adalah logam yang mudah tereduksi.

Reaksi pembentukan gas adalah

Logam + asam kuat encer garam + H2O

3Al + 6 HCl 2AlCl3 + 3H2

(Rosenberg, 1984)

2.11 Analisa Bahan

2.11.1 NaOH

Sifat fisik : Berupa padatan putih, higroskopik, titik

didih 139C, titik leleh 3,18C dan larut

dalam air
Sifat kimia : Bersifat higroskopis , sangat korosif

terhadap jaringan organik, menyerap gas

CO2 membentuk Na2CO3


(Mulyono, 2001)

2.11.1 HCl

Sifat fisik : Berbentuk larutan, tidak berwarna, berbau

tajam, larut dalam air, titik didih 95C, titik

leleh 51C.
Sifat kimia : Bersifat asam, dibuat dengan mereaksikan

NaCl dengan H2SO4 pekat, bersifat racun,

dapat larut dalam air dan benzena


(Basri, 1996)

2.11.2 H2SO4

Sifat fisik : Berupa cairan, berminyak, berwarna

coklat gelap.
Sifat kimia : Sangat korosif, bersifat racun, melarutkan

semua logam, larut dan terpisah dalam air

dan mengeluarkan panas, dapat

menyebabkan ledakan dan menyebabkan

iritasi.
(Basri, 1996)

2.11.3 Aquades (H2O)


Sifat fisik :Titik beku 0C, titik didih 100C, tidak

berasa, tidak berwarna, tidak berbau, pH

netral (7), terdapat dalam bentuk padat, cair

dan gas.
Sifat kimia : Merupakan persenyawaan hydrogen dan

oksigen, merupakan zat pelarut yang sangat

baik, terdapat dalam keadaan tidak murni di

alam.
(Basri, 1996)

2.11.4 PbOAc

Sifat fisik : Berupa kristal, dan berwarna putih


Sifat kimia : Larut dalam air
(Basri, 1996)

2.11.5 Logam Mg

Sifat fisik : Logam alkali tanah berwarna putih

keperakan, bersifat ringan, mudah larut

dalam air.
Sifat kimia : Dapat ditempa, relatif stabil di udara,

dalam keadaan serbuk akan menyala terang

dan berwarna putih bila dipanaskan.

(Mulyono, 2001)
2.11.6 CuSO4

Sifat fisik : Berupa cairan, berwarna putih atau kuning.


Sifat kimia : Larut dalam air, sebagai cairan denhidrasi

bereaksi dengan logam Zn dan bersifat

higroskopis

(Mulyono, 2001)

III. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat

3.1.1 Tabung Reaksi

3.1.2 Pipet Tetes

3.1.3 Stopwatch

3.1.4 Gelas Ukur

3.1.5 Gelas Beaker


3.1.6 Corong kaca

3.1.7 Labu Ukur

3.1.8 Pipet Gondok

3.2 Bahan

3.2.1 NaOH

3.2.2 HCl

3.2.3 H2SO4

3.2.4 PbOAc

3.2.5 CuSO4

3.2.6 Mg

3.2.7 Aquades

3.3 Gambar Alat

3.3.1 Tabung reaksi 3.3.2 Pipet tetes 3.3.3 Gelas ukur

3.3.4 corong kaca 3.3.5 Gelas beker 3.3.6 Labu ukur


3.3.7 Stopwatch 3.3.8 Pipet gondok

3.4 Skema Kerja

3.4.1 Mengenal Jenis-Jenis Reaksi Kimia

NaOH PbOAc

Tabung Reaksi I Tabung Reaksi II


- Penambahan H2SO4 pekat - Penambahan HCl

- Pengamatan - Pengamatan

Hasil Hasil

HCl Aquades

Tabung Reaksi III Tabung Reaksi IV


- Penambahan Mg - Penambahan CuSO4

- Pengamatan - Pengamatan
Hasil
- Hasil

aa

3.4.2 Menilai Laju Reaksi dan Menentukan Ordenya

HCl 0,4 M HCl 0,6 M

TabungReaksi I Tabung Reaksi II

- Pemasukan logam Mg - Pemasukan logamMg

- Penghidupan stopwatch - Penghidupan stopwatch

- Pencacatan waktu - Pencatatan waktu

sampaiMg habis sampai Mg habis

Hasil Hasil

HCl 0,8 M HCl 1 M

Tabung Reaksi III


Tabung Reaksi IV

- Pemasukan logam Mg - Pemasukan logam Mg

- Penghidupan stopwatch - Penghidupan stopwatch

- Pencacatan waktu - Pencatatan waktu

sampai Mg habis sampai Mg habis

Hasil Hasil

IV DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Data Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Mengenal reaksi-reaksi kimia

a. Pencampuran 2mL NaOH + 2 mL H2SO4 Warna dari NaOH yang

semula bening setelah

penambahan H2SO4

warnanya tidak berubah

tetap bening sesudah dan

sebelum reaksi
b. Pencampuran 2mL Pb(CH3COOH)2 + 2mL HCl Warnanya Pb(CH3COOH)2

Yang semula berwarna

bening setelah penambahan

HCl warnanya menjadi

putih keruh dengan endapan

putih dibawahnya

c. Perncampuran 2mL HCl + logam Mg Warnanya yang semula HCl

bening setelah penambahan

logam Mg warnanya

menjadi berwarna putih

keruh dan ada gelembung-

gelembung gas

d. Pencampuran 2mL H2O + 2mL CuSO4 Warna H2O yang semula

bening setelah penambahan

CuSO4 warnanya menjadi

biru muda

2 Menilai Laju Reaksi dan menentukan ordenya

a.5mL HCl 1 M + logam Mg Terdapat gelembung,reaksi

sangat cepat, timbul panas


Pengukuran waktu dengan stopwatch dari mulai

pemasukan Mg hingga logam Mg tepat habis


b. 5mL HCl 0,8 M + Logam Mg Terdapat gelembung, reaksi

cepat, timbul panas


Pengukuran waktu dengan stopwatch dari mulai

pemasukan Mg hingga logam Mg tepat habis

c. 5mL HCl 0,6 M + logam Mg Terdapat gelembung, reaksi

agak lambat, timbul panas


Pengukuran waktu dengan stopwatch dari mulai

pemasukan Mg hingga logam Mg tepat habis

pemasukan Mg hingga logam Mg tepat habis

4.2 Perhitungan

Konsentrasi Log konsentrasi


No Waktu (t) log (y)
HCl HCl (x)
1 0.4 951 0.001051525 -0.397940009 -2.978180517
2 0.6 569 0.001757469 -0.22184875 -2.755112266
3 0.8 290 0.003448276 -0.096910013 -2.462397998
4 1 202 0.004950495 0 -2.305351369

x y x.y x
-0.397940009 -2.978180517 1.185137181 0.158356251
-0.22184875 -2.755112266 0.611218211 0.049216868
-0.096910013 -2.462397998 0.238631022 0.009391551
0 -2.305351369 0 0
2
x=-0.716698771 y=-10.50104215 x.y=2.034986414 x =0.21664669

n(xy) (xy) n((x)) ((x))


2.034986414 7.526084007 0.216964669 0.513657129

Orde(m)
= n(xy)-(xy)
n((x))-(x)

= 4x2.034986414-7.526084007

4x0.216964669-0.513657129

= 1.733085741

Nilai k adalah

v = k[A]m [B]n

log = log k + m log [A] + n log [B]

log = log k + m log [A]

-2,978180517 = log k + 1,7 log [0.4]

-2,978180517 = log k + 1,7 (-0,397740008)

-2,978180517 = log k 0,676498014742

log k = 0,676498014742 2,978180517

log k = -2,301682502

k = 4,992493384 x 10-3
GAMBAR GRAFIK LAJU REAKSI

Grafik ini merupakan grafik hubungan log [HCl], dimana konsentrasi

yang digunakan adalah 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M dan 1M dengan waktu reaksi

terhadap HCl adalah 951s; 569s; 290s; 202s. Dari data yang diperoleh dihasilkan

garis linear dengan persamaan y: 1.733x-2.314. Berdasarkan persamaan garis

tersebut dapat diketahui orde reaksinya adalah 1.


V. PEMBAHASAN

5.1. Menentukan Reaksi-Reaksi Kimia

Dalam percobaan ini praktikan diharapkan dapat membedakan jenis-

jenis dari reaksi kimia. Adapun reaksi-reaksinya adalah reaksi pembentukan

gas, pembentukan endapan, pembentukan ion kompleks, dan reaksi

netralisasi.

5.1.1. Reaksi Netralisasi

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menetralkan suatu larutan

sehingga diperoleh pH yang netral. Reaksi netralisasi biasanya terjadi antara

asam kuat dan basa kuat , dimana dalam percobaan ini digunakan 2 mL

H2SO4 dan 2mL NaOH. Dalam hal ini warna dari NaOH semula bening

setelah penambahan H2SO4 warna tetap bening dan tidak terjadi perubahan

apapun. Reaksi yang berlangsung adalah


NaOH (aq)+ H2SO4 (aq) Na2SO4 (aq) + H2O (l)

(Basri, 1996)

5.1.2 Reaksi Pembentukan Endapan

Tujuan dalam percobaan ini untuk mengetahui gejala-gejala dalam reaksi

pembentukan endapan, dimana dalam percobaan ini dicampurkan antara 2 mL

Pb(CH3COO)2 dan 2 mL HCl. Semula larutan dari Pb(CH 3COOH)2 adalah bening

tetapi setelah penambahan 2 mL HCl larutan

menjadi keruh dan lama kelamaan timbul endapan putih di dasar tabung

reaksi.

Reaksi yang berlangsung adalah

Pb(CH3COOH)2 (aq)+ HCl (aq) PbCl2 (s) + CH3COOH(l)

Endapan yang terjadi adalah dari PbCl2 yang berwarna putih.

(Keenan, 1991)

5.1.3 Reaksi Pembentukan Gas

Tujuan dalam percobaan ini adalah untuk mengetahui gejala-gejala yang

terjadi saat reaksi pembentukan gas. Dalam percobaan ini dicampurkan 2mL

HCl dan sekeping logam Mg. Semula HCl berwarna bening , tetapi setelah

penambahan logam Mg warna larutan menjadi keruh serta timbul gelembung-

gelembung gas di sekitar logam Mg, lalu gelembung tersebut menempel di

dinding tabung reaksi.


Reaksi yang berlangsung adalah

HCl(aq) + Mg(s) MgCl2(aq) + H2(g)

Melalui persamaan reaksi diatas diketahui bahwa gelembung yang terjadi

adalah berasal dari H2.

5.1.4 Reaksi Pembentukan Ion Kompleks

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui ion kompleks serta

perubahan warna larutan. Dalam percobaan ini dicampurkan antara 2 mL

CuSO4.xH2O dan 2 mL H2O. Semula 2 mL CuSO4.xH2O biru, setelah penambahan

2 mL H2O warnanya menjadi biru muda.

Reaksinya adalah

CuSO4(aq) + H2O(l) [Cu(H2O)]2+ + SO42-

Perubahan warna pada larutan itu akibat pengaruh ion kompleks cuprum yang

menghasilkan warna biru.

(Rosenberg, 1984)

5.2. Menentukan Nilai Laju dan Orde Reaksi

Dalam percobaan ini logam Mg dipotong kecil-kecil dengan

ukuran yang sama, hal ini dilakukan agar dalam penentuan laju reaksi dari
setiap tabung tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya logam Mg. Lalu

praktikan mempersiapkan 4 tabung reaksi yang masing-masing berisi HCl

0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M ; 1,0 M dan memasukkan logam Mg kedalam

masing-masing tabung. Tujuan dilakukan variasi adalah untuk mengetahui

pengaruh konsentrasi larutan terhadap laju reaksi atau kecepatan reaksi

semakin tinggi konsentrasi maka semakin cepat reaksi karena semakin

tinggi konsentrasi maka partikel dari zat tersebut semakin banyak sehingga

bereaksi lebih cepat. Saat logam Mg sudah menyentuh larutan, maka

stopwatch dihidupkan dan dihentikan saat logam Mg sudah benar-benar

habis bereaksi. Dari hasil percobaan diperoleh waktu yang berbeda-beda

untuk setiap tabung reaksi, hal ini dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi

HCl pada tiap tabung. Semakin tinggi konsentrasi maka akan semakin

cepat reaksi berlangsung, seperti pada percobaan kali ini dapat diamati

reaksi tercepat yaitu pada HCl dengan konsentrasi 1M selama 202 detik.

Reaksi yang terjadi merupakan reaksi pembentukan gas , sehingga saat Mg

dimasukkan dalam larutan HCl menghasilkan gelembung-gelembung gas

H2 , dengan persamaan reaksi berikut :

HCl(aq) + Mg(s) MgCl2(aq) + H2(g)

(Petrucci, 1992)

Dalam percobaan ini 2 mL Pb(CH3COOH) dicampur dengan 2 mL

HCl, setelah itu dilakukan penggojogan. Hal ini dilakukan agar tumbukan
antar partikel semakin cepat sehingga reaksi yang terjadi juga semakin

cepat

Dari data yang diperoleh, nilai orde dihitung melalui dua cara yaitu

metode grafik dan metode perhitungan. Melalui metode grafik didapatkan

nilai orde reaksi sebesar 1,733 sedangkan melalui metode perhitungan

didapatkan nilai orde reaksi sebesar 1,733085741.

VI. KESIMPULAN

6.1. Reaksi kimia adalah suatu proses pencampuran antara dua atau lebih

larutan yang menghasilkan suatu produk atau zat baru. Jenis-jenis reaksi

kimia meliputi netralisasi, reaksi pembentukan endapan, reaksi

pembentukan ion kompleks dan reaksi pembentukan gas.

6.2. Dari hasil percobaan nilai orde reaksi yang diperoleh adalah 1,7331 dan

nilai k adalah 4,992493384 x 10-3.


VII. DAFTAR PUSTAKA

Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.

Brady, J., 1994, Kimia Universitas Asas dan Stuktur, jilid 1, edisi kelima,

Erlangga, Jakarta.

Keenan, Kleinfelter, and Wood, 1990, Kimia Universitas, Erlangga,

Jakarta.

Keenan, C., 1991, Ilmu Kimia untuk Universitas, edisi keenam, The

University of Tennese Knoxville, Erlangga, Jakarta.

Mulyono, 2001, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.

Petrucci, R., 1999, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.

Petrucci, R., 1985, General Chemistry, Erlangga, Jakarta.

Rosenberg, J. L., 1996. Kimia Dasar, edisi keenam, Erlangga, Jakarta.


Soekardjo, 1997, Kimia Fisika, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Soemardjo, D., 1998, Kimia Kedokteran UNDIP, edisi ketiga, UNDIP

Press, Semarang.

Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semi

Mikro, edisi lima, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta.

You might also like