Professional Documents
Culture Documents
I TUJUAN PERCOBAAN
II DASAR TEORI
(Keenan, 1984)
waktu . Salah satu tujuan kinetika adalah untuk yang menyakatan laju
Laju Reaksi adalah perubahan konsentrasi per satuan waktu dengan satuan
1 [ A] 1 [ B] 1 d [ P] 1 d [Q ]
....................................
a dt b dt p dt q dt
k A B n
m
(Keenan,1990)
Dengan,
(Soemardjo,1998)
d A
k A
OH
d A
kdt
A
Persamaan ini dapat diintegrasikan secara ulang karena awalnya (saat t=0)
(Keenan, 1990)
tahap penentu laju reaksi. Jika salah satu reaksi elementer dalam suatu
Reaksi elementer yang lambat ini adalah tahap penentu laju reaksi.
(Pettruci, 1992)
V L
K=
[ A] [ B ] n
m
M mn
K = konstanta pereaksi
(Petrucci, 1984)
a. Konsentrasi
Semakin besar konsentrasi zat pereaksi, maka semakin cepat reaksi itu
meningkat.
a. Katalis
tidak terabsorbsi.
( Petrucci, 1994 )
( Soekardjo, 1984 )
c. Luas Permukaan
( Keenan, 1990 )
2.6 Orde Reaksi
Orde reaksi yaitu semua eksponen dari konsentrasi dalam persamaan laju
d[K ]
Reaksi yang lajunya dapat ditulis K , dimana K merupakan
dt
konstanta laju reaksi orde nol. Persamaan ini dinyatakan karena orde
( Keenan, 1990 )
d [C ]
K [ C]
dt
Konsentrasi zat
waktu
( Petrucci, 1987 )
c. Orde dua
d [ A]
penguat satu atau dua dari reaktan tersebut : K [ A] 2
dt
Grafiknya
konsentrasi
waktu
( Petrucci, 1992)
d. Orde tiga
d [ R]
reaktan, yaitu ditunjukan melalui persamaan : K [ R]3
dt
Atau sebanding dengan kuadrat konsentrasi dari reaktan dan pangkat satu dari
d [ R2 ]
K [ R1 ]2 [ R2 ]
dt
(Petrucci, 1987)
konsentrasi
konsentrasi
Waktu Waktu
konsentrasi
Waktu
(Petrucci, 1992)
1 a
Orde 1 : k ln
t ax
1 a
Orde 2 : k ln
t a a x
Harga a adalah konstan tetapi (a-x) bergantung pada waktu. Jika k
yang diperoleh dari berbagai waktu adalah konstan maka orde reaksi
adalah satu.
(Keenan, 1990)
Dari aljabar diketahui bahwa fungsi garis lurus adalah y=ax+b. jika
2,303
y = a x + b
Dengan demikian, jika log [A] dialurkan terhadap t dan diperoleh garis
[A]0
1
[A] arah lereng=-k arah lereng=k
A
1/[A]0
k
arah lereng= 2,303
(Petrucci, 1992)
tahap penentu laju reaksi. Jika salah satu reaksi elementer dalam
(Pettruci, 1992)
2.9 Teori Tumbukan
Energi aktivasi adalah energi yang dimiliki yang harus dimiliki molekul
untuk dapat bereaksi. Semakin tinggi energi aktivasi semakin kecil fraksi
( Petrucci,1992)
gejala yang dapat diamati. Gejala tersebut dapat berupa timbulnya gas,
Reaksi penetralan adalah reaksi yang terjadi antara asam dan basa.
Menurut teori Arhenius adalah interaksi antara ion hydrogen dan ion
Contoh reaksi
(Keenan, 1989)
Biasanya terjadipada reaksi asam basa.hasil netralisasi antara lain dari
larutannya.
Jika persamaan reaksi dinyatakan sebagai interaksimolekul-molekul.
(Vogel,1985)
2.10.2 Reaksi Pembentukan Endapan
reaksi.
Gejala reaksi yang terjadi adalah perubahan warna dalam larutan,
berlebih.
Contoh reaksi pembentukan kompleks adalah
Cu2+ + 4NH3 Cu(NH3)42+
(biru) (biru tua)
(Keenan, 1990)
(Rosenberg, 1984)
2.11.1 NaOH
dalam air
Sifat kimia : Bersifat higroskopis , sangat korosif
2.11.1 HCl
leleh 51C.
Sifat kimia : Bersifat asam, dibuat dengan mereaksikan
2.11.2 H2SO4
coklat gelap.
Sifat kimia : Sangat korosif, bersifat racun, melarutkan
iritasi.
(Basri, 1996)
dan gas.
Sifat kimia : Merupakan persenyawaan hydrogen dan
alam.
(Basri, 1996)
2.11.4 PbOAc
2.11.5 Logam Mg
dalam air.
Sifat kimia : Dapat ditempa, relatif stabil di udara,
(Mulyono, 2001)
2.11.6 CuSO4
higroskopis
(Mulyono, 2001)
3.1 Alat
3.1.3 Stopwatch
3.2 Bahan
3.2.1 NaOH
3.2.2 HCl
3.2.3 H2SO4
3.2.4 PbOAc
3.2.5 CuSO4
3.2.6 Mg
3.2.7 Aquades
NaOH PbOAc
- Pengamatan - Pengamatan
Hasil Hasil
HCl Aquades
- Pengamatan - Pengamatan
Hasil
- Hasil
aa
Hasil Hasil
Hasil Hasil
penambahan H2SO4
sebelum reaksi
b. Pencampuran 2mL Pb(CH3COOH)2 + 2mL HCl Warnanya Pb(CH3COOH)2
putih dibawahnya
logam Mg warnanya
gelembung gas
biru muda
4.2 Perhitungan
x y x.y x
-0.397940009 -2.978180517 1.185137181 0.158356251
-0.22184875 -2.755112266 0.611218211 0.049216868
-0.096910013 -2.462397998 0.238631022 0.009391551
0 -2.305351369 0 0
2
x=-0.716698771 y=-10.50104215 x.y=2.034986414 x =0.21664669
Orde(m)
= n(xy)-(xy)
n((x))-(x)
= 4x2.034986414-7.526084007
4x0.216964669-0.513657129
= 1.733085741
Nilai k adalah
v = k[A]m [B]n
log k = -2,301682502
k = 4,992493384 x 10-3
GAMBAR GRAFIK LAJU REAKSI
yang digunakan adalah 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M dan 1M dengan waktu reaksi
terhadap HCl adalah 951s; 569s; 290s; 202s. Dari data yang diperoleh dihasilkan
netralisasi.
asam kuat dan basa kuat , dimana dalam percobaan ini digunakan 2 mL
H2SO4 dan 2mL NaOH. Dalam hal ini warna dari NaOH semula bening
setelah penambahan H2SO4 warna tetap bening dan tidak terjadi perubahan
(Basri, 1996)
Pb(CH3COO)2 dan 2 mL HCl. Semula larutan dari Pb(CH 3COOH)2 adalah bening
menjadi keruh dan lama kelamaan timbul endapan putih di dasar tabung
reaksi.
(Keenan, 1991)
terjadi saat reaksi pembentukan gas. Dalam percobaan ini dicampurkan 2mL
HCl dan sekeping logam Mg. Semula HCl berwarna bening , tetapi setelah
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui ion kompleks serta
Reaksinya adalah
Perubahan warna pada larutan itu akibat pengaruh ion kompleks cuprum yang
(Rosenberg, 1984)
ukuran yang sama, hal ini dilakukan agar dalam penentuan laju reaksi dari
setiap tabung tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya logam Mg. Lalu
tinggi konsentrasi maka partikel dari zat tersebut semakin banyak sehingga
untuk setiap tabung reaksi, hal ini dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi
HCl pada tiap tabung. Semakin tinggi konsentrasi maka akan semakin
cepat reaksi berlangsung, seperti pada percobaan kali ini dapat diamati
reaksi tercepat yaitu pada HCl dengan konsentrasi 1M selama 202 detik.
(Petrucci, 1992)
HCl, setelah itu dilakukan penggojogan. Hal ini dilakukan agar tumbukan
antar partikel semakin cepat sehingga reaksi yang terjadi juga semakin
cepat
Dari data yang diperoleh, nilai orde dihitung melalui dua cara yaitu
VI. KESIMPULAN
6.1. Reaksi kimia adalah suatu proses pencampuran antara dua atau lebih
larutan yang menghasilkan suatu produk atau zat baru. Jenis-jenis reaksi
6.2. Dari hasil percobaan nilai orde reaksi yang diperoleh adalah 1,7331 dan
Brady, J., 1994, Kimia Universitas Asas dan Stuktur, jilid 1, edisi kelima,
Erlangga, Jakarta.
Jakarta.
Keenan, C., 1991, Ilmu Kimia untuk Universitas, edisi keenam, The
Press, Semarang.
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semi