Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 3.1 Kondisi morfologi daerah kajian. (Digital Elevation Model (DEM), NASA, 2000).
Gambar 3.4 Tata guna lahan persawahan di bagian utara terlihat pegunungan. (Kamera
menghadap kea rah utara).
3.2 Prinsip Dasar Uji Pemompaan
Pergerakan airtanah sangat dipengaruhi oleh prinsip hidraulik yang secara umum
dijelaskan melalui Hukum Darcy. Hukum Darcy menjelaskan tentang kemampuan air
mengalir pada rongga-rongga (pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang
memengaruhinya. (Todd, 2005). Prinsip dari uji pemompaan yaitu melakukan
pemompaan pada suatu sumur dan mengukur keluaran air (debit) dari sumur serta
drawdown/penurunan muka air saat dilakukan pemompaan dan hasilnya dapat
dihitung untuk mengetahui karakteristik hidraulik dari suatu akuifer (Kruseman dan
de Ridder, 2000). Uji pemompaan tersebut, pada prinsipnya mengacu pada dasar
Hukum Darcy mengenai pergerakan airtanah (Todd, 2005). Secara umum ada 2
metode dalam uji pemompaan, yaitu:
1. Uji Pemompaan Menerus (Long Period Test)
Uji pemompaan menerus merupakan suatu uji pemompaan yang dilakukan
dengan mengukur debit secara konstan yang mampu dihasilkan akuifer suatu
sumur serta mengukur nilai penurunan ataupun naiknya muka air ketika dipompa
dan ketika uji pemulihan dalam kurun waktu tertentu.
2. Uji Pemompaan Bertahap (Step Drawdown Test)
Uji pemompaan bertahap pada prinsipnya mengukur debit airtanah secara
bertahap serta mengukur nilai drawdown dari airtanah.
3. Uji Pemulihan/Recovery
Secara umum dalam uji pemulihan, yaitu mengukur naiknya (proses
pengisian) air hingga pada muka airtanah saat akan dilakukan uji pemompaan
pada waktu tertentu.
Gambar 3.5 Penurunan muka air ketika uji pemompaan. A.Kondisi muka awal air ketika dilakukan
pemompaan, B. Kondisi muka air dalam kurun waktu tertentu. (de Ridder, 1999).
Dalam uji pemompaan dilakukan pengukuran debit serta penurunan muka air
saat dilakukan pemomaan maupun ketika uji pengembalian air (recovery test). Dari
nilai tersebut, menurut Todd (2005) dapat dihitung didapatkan 3 nilai, yaitu sebagai
berikut.
1. Transmisivitas
Menurut Todd (2005) Transmisivitas merupakan suatu nilai dimana kekentalan
kinematic air yang dapat disalurkan melalui akuifer pada satuan unit hidraulik.
Transmisivitas dilambangkan sebagai : T = Kb = (M.day-1)x(m)= M2.day-1. Nilai
transmisivitas tersebut dibagi menjadi 2 tipe dimana mendekati nilai 12,4 M 2.day-1
tergolong debit kecil, sedangkan nilai 124 M2.day-1 tergolong debit besar.
2. Konduktivitas Hidraulik
Menurut Drisscoll (2007) koefisien konduktivitas hidraulik merupakan suatu
sifat air yang berhubungan dengan material geologi yang memiliki kemampuan untuk
menyalurkan air pada standart temperature dan densitas tertentu, dimana karakteristik
ini dilambangkan dengan suatu nilai koefisien konduktivitas hidraulik. Pada tabel 3.1
terlihat suatu nilai konduktivitas hidraulik dari berbagai macam batuan.
Tabel 3.1 Nilai konduktivitas hidraulik dari berbagai macam batuan. (Biro reklamasi
USA, 1977 dalam Todd, 1966).
3. Koefisien Cadangan
Koefisien cadangan merupakan suatu volume air yang didapatkan atau
dilepaskan dari cadangan, per unit perubahan dalam satuan per unit area. Dalam
akuifer bebas nilai koefisien cadangannya berkisar antara 0.01-0.30, sedangkan pada
akuifer tertekan memiliki nilai antara 10-5-10-3 (Drisscoll, 2007).
(1)
Pada persamaan 1 dapat ditulis kembali dalam logaritma desimal, sehingga menjadi :
2.30Q 2.25Tt
h - h0 log
4T r2S
(2)
Dari persamaan 2 dapat disimpulkan bila h0-h atau s diplot terhadap logarima t, maka
didapatkan kurva linier. Dengan memproyeksikan untuk h 0-h atau s = 0, dimana t =
t0, maka dapat dilihat pada persamaan 3.
2.30Q 2.25Tt0
0 log
4T r2S
(3)
2.25Tt0 2.25Tt0
1 S
r2S r2
sehingga diperoleh : atau
Nilai transmisivitas didapat dengan mencatat nilai bilamana t/t0 =10, dimana
log t/t0 = 1; sehingga dengan mengganti h 0-h atau s dengan s,dimana s adalah
perbedaan drawdown per log cycle t (dapat dilihat pada gambar 3. ), maka :
2.30Q
T
4s
(4)
Keterangan :
T : transmisivitas (m2/hari)
Q : debit pemompaan (m3/hari)
S : drawdown dalam satu siklus log (m)
Setelah didapatkan nilai transmisivitas pada persamaan 4, kemudian hitung nilai K
pada persamaan 5.
T
K
B
(5)
Keterangan :
K : Koefisien konduktifitas hidraulik (m/hari)
T : Transmisivitas (m2/hari)
B : Tebal akifer (m)
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai metode perhitungan Cooper dan
Jacob, untuk mendapatkan nilai s dan nilai t maka data hasil pumping test diplotkan
ke dalam kurva semi log yang dapat dilihat pada gambar 3.5 .
Gambar 3.5 Contoh data uji pemompaan untuk mendapatkan nilai s dan t. (Todd, 2005).