Professional Documents
Culture Documents
PLACENTA PREVIA
DI BANGSAL MUSDALIFAH RS PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG
Disusun oleh :
Linda Trie Amalia Rachmawati
20164030118
B. KLASIFIKASI
Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
1. Marginal placenta previa
Plasenta tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat dengan tulang.
2. Incomplete / Parsial placenta previa
Menyiratkan penutupan tak sempurna
3. Total / Complete placenta previa
Seluruhnya tulang dalam tertutup oleh placenta, saat cervik sepenuhnya
berdilatasi
4. Implantasi rendah / low-lying implantasi
Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang lebih rendah
tapi jauh dari tulang
C. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi
berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi
uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih
rendah merupakan sebuah teori tentang penyebab palcenta previa yang masuk akal.
Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan permukaan
yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi salah satu
penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah yang sebelumnya
mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai darah pada daerah itu, faktor
predisposisi itu untuk implantasi rendah pada kehamilan berikutnya.
D. MANIFESTASI KLINIK
- Rasa tak sakit, perdarahan uteri,
terutama pada trimester ketiga.
- Jarang terjadi pada episode pertama
kejadian yang mengancam kehidupan atau menyebabkan syok hipovolemik.
- Kira-kira 7% dari placenta previa
tanpa gejala dan merupakan suatu temuan yang kebetulan pada scan ultrasonik.
- Beberapa adalah jelmaan untuk
pertama kali, saat uteri bawah merentang dan tipis, saat sobek dan perdarahan
terjadi di lokasi implantasi bawah.
- Placenta previa mungkin tidak
menyebabkan perdarahan hingga kelahiran mulai atau hinga terjadi dilatasi
lengkap. Perdarahan awal terjadi dan berlebih-lebih pada total previa. Perdarahan
yang merah terang mungkin terjadi secara intermitten, saat pancaran, atau lebih
jarang, mungkin jugaberlanjut. Ini mungkin berawal saat wanita sedang istirahat
atau di tengah-tengah aktifitas. Kebetulan kejadian ini tidak pernah terjadi kecuali
jika dilakukan pengkajian vaginal atau rektal memulai perdarahan dengan kasar
sebelum atau selama awal kehamilan.
- Sikap yang tak terpengaruh oleh
placenta previa adalah rasa sakit. Bagaimanapun jika perdarahan yang pertama
bersamaan dengan serangan kelahiran, wanita mungkin mengalami rasa tak
nyaman karena kontraksi uterus.
- Pada pengkajian perut, jika fetus
terletak longitudinal, ketinggian fundus biasanya lebih besar dari yang diharapkan
untuk umur kehamilannya karena placenta previa menghalangi turunnya bagian-
bagian janin.
- Manuver leopod mungkin
menampakkan fetus pada posisi miring atau melintang karena abnormalitas lokasi
implantasi placenta.
- Seperti kaidah, fetal distress atau
kemayian janin terjadi hanya jika bagian penting placenta previa terlepas dari
desidua basilis atau jika ibu menderita syok hipovolemik.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta
melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian
tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di
dalam batas normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34
minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan
di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis
untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau
kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi
direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.
PATHWAYS
Placenta previa
Placenta previa
Seksio Cesarea
Post Operasi sc
23
Nekrose Intoleransi aktivitas
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d agen cedera fisik
2. Risisko infeksi b.d insisi luka operasi
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik
4. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d agen cedera fisik
Tujuan : Rasa nyeri pasien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : Klien tidak gelisah, skala nyeri 1 2, tanda vital normal.
Intervensi :
a. Kaji karakristik, skala, lokasi, intensitas, dan
frekuensi nyeri.
b. Monitor tanda vital pasien.
c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
d. Anjurkan tirah baring dengan posisi datar berbaring.
e. Lakukan latihan nafas dalam
f. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
g. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik
2. Risiko infeksi b.d insisi luka operasi
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil: Limfosit dalam batas normal, tanda vital normal dan tidak
ditemukan tanda infeksi.
Intervensi :
a. Kaji lokasi dan luas luka.
b. Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, dan
perubahan fungsi).
c. Pantau tanda vital klien.
d. Kolaborasi pemberian antibiotik.
e. Ganti balut dengan prinsip steril.
f. Awasi pemeriksaan laboratorium (lekosit)
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik
Tujuan : Membaiknya keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria Hasil : Cairan dan elektrolit seimbang
Intervensi :
a. Monitor tanda vital.
b. Monitor urin meliputi warna hemates
sesuai indikasi.
c. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah
dan tipe pemasukan cairan.
d. Monitor berat badan tiap hari.
e. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht,
dan natrium urin).
f. Kolaborasi pemberian diuretik.
4. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan
Tujuan : Ansietas berkurang dan dapat diatasi
Intervensi :
a. Jelaskan prosedur, intervensi dan tindakan yang dilakukan pada pasien.
b. Pertahankan komunikasi terbuka, diskusikan kemungkinan efek samping dan
hasil, pertahankan sikap optimis.
c. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
d. Libatkan pasangan / keluarga untuk mendampingi pasien.
e. Kolaborasi dengan dokter pemberian sedatif bila tindakan lain tidak berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Editor : Abdul
Bari Saifudin, George Adriaansz, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Djoko
Waspodo. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2000
Doenges. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Dokumentasi Perawatan Pasien. Jakarta : EGC