Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Dewi Setyowati
22030114120060
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
A. DEFINISI MASALAH
Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan
kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang
diharapkan dengan baik. Berikut merupakan pengertian masalah menurut beberapa
ahli dan kamus Bahasa Indonesia:
1. Menurut kamus BBI, Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.
2. Menurut Sugiyono (2009) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara yang
seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek,
antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksana.
3. Menurut James Stoner, Masalah suatu situasi menghambat organisasi untuk
mencapai satu atau lebih tujuan.
4. Menurut Prajudi Atmosudirjo, Masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari
apa yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga
merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan.
5. Menurut Roger Kaufman, Masalah adalah suatu kesenjangan yang perlu ditutup
antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan.
6. Menurut Dorothy Craig, Masalah adalah situasi atau kondisi yang akan datang
dan tidak diinginkan.1
1
Fishbone analisis merupakan alat sistematis yang menganalisis
persoalan dan faktor-faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Fishbone
analysis atau fishbone diagram ini menampilkan keadaan dengan melihat efek
dan sebab-sebab yang berkontribusi pada efek tersebut. Melihat dari definisi
tersebut Fishbone Diagram kemudian disebut sebagai cause-and-effect diagram.
Thomas Pyzdek dalam bukunya The Six Sigma Handbook mengemukakan
bahwa diagram sebab dan akibat adalah alat yang digunakan untuk mengatur
dan menunjukkan secara grafik semua pengetahuan yang dimiliki sebuah
kelompok sehubungan dengan masalah tertentu. Diagram sebab akibat berkaitan
dengan pengendalian proses statistikal, di mana dapat mengidentifikasi
penyebab suatu proses out of control. Artinya, diagram sebab akibat ini
dipergunakan untuk menunjukkan faktor faktor penyebab (sebab) dan
karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor faktor penyebab
itu. Diagram sebab akibat ini sering juga disebut sebagai Diagram Tulang Ikan
(Fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan atau diagram
Ishikawa yang pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari
Universitas Tokyo pada Tahun 1953.2
Diagram ini digunakan untuk mengkategorikan banyaknya potensi penyebab
masalah atau isu-isu dalam cara yang tertib dan dalam mengidentifikasi akar
penyebab. Penyebab digolongkan ke dalam beberapa faktor yang diyakini
sebagai sumber penyebab utama dari masalah. Penyebab utama ini biasanya
sebanyak 4 faktor utama. Penyebab turunannya kemudian disusun berdasarkan
hirarki kepentingannya atau menurut detilnya, sehingga mampu mengungkap
dan menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi antar golongan
penyebab itu. Dengan demikian, diagram ini akan sangat bermanfaat untuk
menelusuri akar permasalahan, mengidentifikasi daerah dimana dapat timbul
masalah serius serta berguna untuk dipakai dalam membandingkan kepentingan
relatif berbagai penyebab masalah tersebut.2
Diagram fishbone pertama digunakan sebagai alat quality management tools
dengan 5 (lima) kategori yakni : Manpower, Machine, Method, Material, Media.
Perkembangan manajemen lebih lanjut, memunculkan beberapa kategori seperti
Motivation (soft competency) dan Money (Uang). Adapun kebutuhan-kebutuhan
yang mendasari penggunaan diagram fishbone ini adalah sebagai berikut:
2
Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah.
Membantu untuk mendapatkan ide-ide (gathering ideas) untuk solusi.
Membantu untuk pencarian fakta lebih lanjut tentang masalah.
Pada diagram ini ada yang disebut sebagai tulang utama yaitu
yangmewakili akibat atau suatu masalah sedangkan tulang-tulang yang lain
disebut sebabsebab, lalu ada sub-sub tulang yang mewakili sebab-sebab
yang lebih rinci lagi dan seterusnya. (Gasperz, 2002, p58).
Merupakan alat untuk mengumpulkan ide atau input input kelompok,
merupakan metode dasar dari brainstorming terstruktur.
Dengan mengeelompokkan penyebab penyebab yang mungkin, maka
kelompok dapat memikirikan banyak kemungkinan daripada hanya
menfokuskan pada beberapa area tipikal.
Membantu dimulainya fase analyze dengan mengidentifikasi beberapa
penyebab.
Metode yang digunakan dalam analisis tulang ikan (fishbone analysis) yakni
mencari akar masalah. Akar permasalahan dirumuskan dalam prinsip 5M+2 atau
dikategorikan dalam 7 kategori, yakni Manpower, Machine, Method, Material,
Media, Motivation (soft competency) Money.2
a. Manpower (Tenaga Kerja).
Segala hal permasalahan yang terkait dengan aspek tenagakerja dilihat dari
aspek : lemahnya pengetahuan, kurang ketrampilan, pengalaman, kelelahan,
kekuatan fisik, lambatnya kecepatan kerja, banyak tekanan kerja, stress dll.
b. Machine (Mesin, peralatan, Infrastruktur).
Segala masalah yang terkait dengan aspek peralatan, mesin maupun
physical tools lainnya. Misalnya : perawatan mesin-mesin, fasilitas
pendukung mesin, ketidaklengkapan mesin/peralatan, pengkalibrasian
mesin/tools yang tidak standar, daya tahan mesin yang lemah, kesulitan
dalam penggunaan mesin, mesin tidak useroperability,dst.
c. Methods (Metode dan prosedur kerja).
Segala hal masalah terkait dengan metode dan prosedur kerja. Misalnya
prosedur kerja tidak ada, prosedur kerja tidak jelas, metode sulit dipahami,
metode tidak standar, metode tidak cocok, metode yang bertentangan
dengan metode lainnya dll.
3
d. Materials (material bahan baku utama, bahan baku penolong).
Berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama atau bahan baku penolong
yang terkait dengan akar masalah, dengan melihat aspek: kualitas bahan
baku tidak sesuai standar, bahan baku tidak lengkap, kuantitas bahan baku
tidak seragam, ukuran dan spesifikasi tidak standar dst.
e. Media (media, lingkungan kerja, waktu kerja).
Melihat aspek tempat kerja, waktu, lingkungan yang tidak mendukung.
Biasanya yang termasuk kategori ini adalah : tempat yang kurang bersih,
keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan kurang terang, ventilasi dan
peredaran udara buruk, faktor kebisingan suara, faktor lantai yang
licin/bergelombang/tidak rata dst.
f. Motivation (motivasi, soft competency).
Berkaitan dengan sikap kerja, perilaku kerja, budaya kerja yang tidak benar
ataupun tidak kondusif. Bisa digolongkan seperti : tidak kreatif, tidak
proaktif, tidak mau bekerjasama dst.
g. Money (uang dan finansial).
Berkaitan dengan aspek keuangan dan finansial yang belum mendukung
dan mantap. Misalnya : ketidaktersediaan anggaran.
Langkah-Langkah Menyusun Diagram Fishbone2
Dapatkan kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan diungkapkan
masalah itu sebagai suatu pertanyaan masalah (problem question).
Bangkitkan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan
teknik brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide
berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.
Gambarkan diagram dengan pertanyaan masalah ditempatkan pada sisi
kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori utama seperti: material,
metode, manusia, mesin, pengukuran dan lingkungan ditempatkan pada
cabang-cabang utama (membentuk tulang-tulang besar dari ikan). Kategori
utama ini bisa diubah sesuai dengan kebutuhan.
Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan
menempatkan pada cabang yang sesusai.
4
Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan mengapa? untuk
menemukan akar penyebab, kemudian daftarkan akar-akar penyebab
masalah itu pada cabang-cabang yang sesuai dengan kategori utama
(membentuk tulang-tulang kecil dari ikan). Interpretasikan diagram sebab
akibat itu dengan melihat penyebab-penyebab yang muncul secara
berulang, kemudian dapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang
penyebab itu. Selanjutnya fokuskan perhatian pada penyebab yang dipilih
melalui consensus itu.
Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab-akibat itu
dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif,
serta memonitor hasil-hasil untuk menjamin bahwa tindakan korektif yang
dilakukan itu efektif karena telah menghilangkan penyebab dari masalah
yang dihadapi.
2. Lock Frame Analysis/Problem Tree (pohon masalah)
Analisis Pohon masalah merupakan analisa yang menunjukkan
masalah serta akar akibatnya, yang berarti menunjukkan keadaan sebenarnya
atau situasi yang tidak diharapkan. Analisis pohon masalah membantu untuk
menemukan solusi dengan memetakan sebab dan akibat disekitar masalah utama
untuk membentuk pola pikir, tetapi dengan lebih terstruktur.2
Pohon masalah (problem tree) merupakan sebuah pendekatan/ metode
yang digunakan untuk identifikasi penyebab suatu masalah. Analisis pohon
masalah dilakukan dengan membentuk pola pikir yang lebih terstruktur
mengenai komponen sebab akibat yang berkaitan dengan masalah yang telah
diprioritaskan. Metode ini dapat diterapkan apabila sudah dilakukan identifikasi
dan penentuan prioritas masalah. Pohon masalah memiliki tiga bagian, yakni
batang, akar, dan cabang. Batang pohon menggambarkan masalah utama, akar
merupakan penyebab masalah inti, sedangkan cabang pohon mewakili dampak.
Penggunaan pohon masalah ini berkaitan dengan perencanaan proyek. Hal ini
terjadi karena komponen sebab akibat dalam pohon masalah akan
mempengaruhi desain intervensi yang mungkin dilakukan.3
5
Gambar contoh Bagan Pohon Masalah
6
kiri dari gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan tersebut
ditempatkan pada sebelah kanannya (arah alur proses dari kiri kekanan). Format
penyusunan pohon masalah Model Pertama ini dapat digambarkan pada gambar
berikut ini:3
Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama
pada titik sentral atau di tengah gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya
persoalan tersebut ditempatkan di bagian bawahnya (alur ke bawah) dan akibat
dari masalah utama ditempatkan di bagian atasnya (alur ke atas). Format
penyusunan pohon masalah Model Kedua ini dapat digambarkan pada gambar
berikut ini:3
7
Gambar Pohon masalah model kedua
8
e) Langkah keenam adalah menyusun pohon masalah secara keseluruhan.
Kelebihan dan Kekurangan Pohon Masalah
Kelebihan Pohon Masalah3
Pohon masalah membantu proses analisis dan penentuan penyebab masalah
semakin jelas dan komprehensif. Berikut merupakan rincian mengenai
kelebihan pohon masalah bagi organisasi:
Membantu kelompok/tim kerja organisasi untuk merumuskan persoalan
utama atau masalah prioritas organisasi.
Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis secara rinci dalam
mengeksplorasi penyebab munculnya persoalan dengan menggunakan
metode five whys. Metode five whys adalah suatu metode menggali
penyebab persoalan dengan cara bertanya mengapa sampai lima level
atau tingkat.
Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis pengaruh persoalan
utama terhadap kinerja/hasil/dampak bagi organisasi atau stakeholder
lainnya.
Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan hubungan
antara masalah utama, penyebab masalah, dan dampak dari masalah utama
dalam suatu gambar atau grafik.
Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas persoalan
utama yang ada.
Kekurangan Pohon Masalah3
Telah diketahui bahwa pohon masalah sangat membantu dalam proses
pengambilan keputusan, tetapi ada beberapa kekurangan bila menggunakan
pohon masalah, antara lain:
Membutuhkan waktu yang lama. Jika masalah yang terjadi semakin
kompleks akan lebih sulit dan lama dalam menentukan penyebab utama
masalah.
Dapat terjadi overlap terutama ketika kriteria yang digunakan jumlahnya
sangat banyak. Hal tersebut juga dapat menyebabkan waktu pengambilan
keputusan menjadi lebih lama.
Hasil kualitas keputusan yang didapatkan dari metode pohon masalah
sangat bergantung pada bagaimana pohon tersebut didesain. Sehingga jika
9
pohon masalah yang dibuat kurang optimal, maka akan berpengaruh pada
kualitas dari keputusan yang didapat.
Setiap kriteria pengambilan keputusan dapat menghasilkan hasil keputusan
yang berbeda. Sehingga perlu kecermatan untuk menyesuaikan dengan
kondisi dan keadaan dalam menentukan penyebab utama masalah.
Pengakumulasian jumlah eror dari setiap tingkat dalam sebuah pohon
keputusan yang besar.
3. Blum Analysis
Konsep BLUM
Genetika
Status Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
Lingkungan
Perilaku
10
berdasarkan: (a) Luasnya masalah (magnitude) (b) Beratnya kemgian yang
timbul (Severity) (c) Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah
kesehatan tersebut ( Vulnerability) (d) Kepedulian/dukungan politis dan
dukungan masyarakat (Community andpolitical concern) (e)Ketersediaandata
(Affordability). Magnitude masalah, menunjukkan berapa banyak penduduk
yang terkena masalah atau penyakit tersebut. Ini ditunjukan oleh angka
prevalensi atau insiden penyakit. Makin luas atau banyak penduduk terkena atau
semakin tinggi prevalen, maka semakin tinggi prioritas yang diberikan pada
penyakit tersebut. Severity adalah besar kerugian yang ditimbulkan. Pada masa
lalu yang dipakai sebagai ukuran severity adalah Case Fatality Rate (CFR)
masing-masingpenyakit. Sekarang severity tersebut bisa juga dilihat dari jumlah
disability days atau disability years atau disesase burden yang ditimbulkan oleh
penyakit bersangkutan. HAIV/AIDS misalnya akan mendapat nilai skor tinggi
dalam skala prioritas yaitu dari sudut pandang severity ini. Vulnerability
menunjukan sejauh mana tersedia teknologi atau obat yang efektif untuk
mengatasi masalah tersebut. Tersedianya vaksin cacar yang sangat efektif
misalnya, merupakan alasan kuat kenapa penyakit cacar mendapat prioritas
tinggi pada masa lalu. Sebaliknya dari segi vulnerability penyakit HIV/AIDS
mempunyai nilai prioritas rendah karena sampai sekarang belum ditemukan
teknologi pencegahan maupun pengobatannya. Vulnerability juga bisa dinilai
dari tersedianya infrastruktur untuk melaksanakan program seperti misalnya
ketersediaan tenaga dan peralatan. Affordability menunjukkan ada tidaknya
dana yang tersedia. Bagi negara majumasalah dana tidak merupakan masalah
akan tetapi di negara berkembang seringkali pembiayaan program kesehatan
tergantung pada bantuan luar negeri. Kadang kala ada donor yang
mengkhususkan diri untuk menunjang program kesehatan atau penyakit tertentu
katakanlah program gizi, HIV/AIDS dan lainnya. Dalampenerapanmetodaini
untukprioritas masalah kesehatan, maka masing-masing kriteria tersebut diberi
skor dengan nilai ordinal, misalnya antara angka 1 menyatakan terendah sampai
angka 5 menyatakan tertinggi, Pemherian skor ini dilakukan oleh panel expert
yang memahami masalah kesehatan dalam forum curah pendapat (brain
storming). Setelah diberi skor, masing-masing penyakit dihitungnilai skor
akhirnyayaitu perkalian antara nilai skor masing-masing kriteri untuk penyakit
tersebut. Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah
11
menjadi sangat kontras, sehingga terhindar keraguan manakala perbedaan skor
tersebut terlalu tipis.
Ada beberapa kelemahan dan kritikan terhadap metode tersebut. Pertama
penentuan nilai skor sebetulnya didasarkan pada penilaian kualitatif atau
kelimuan oleh para pakar yang bisa saja tidak objektif, kedua masih kurang
spesifiknya kriteria penentuan pakar tersebut. Kelebihan cara ini adalah mudah
dilakukan dan bisa dilakukan dalam tempo relatife cepat. Disamping itu dengan
metoda ini beberapa kriteria penting sekaligus bisa dimasukkan dalam
pertimbangan penentuan prioritas.
2) Metode Delbeque dan Delphi
Metoda Delbeque adalah metoda kualitatif dimana prioritas masalah penyakit
ditentukan secara kualitatif oleh panel expert. Caranya sekelompok pakar diberi
informasi tentang masalah penyakit yang perlu ditetapkan prioritasnya termasuk
data kuantitatif yang ada untuk masing-masing penyakit tersebut. Dalam
penentuan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah pada dasarnya
kelompokpakar melalui langka-langkah (1) Penetapankriteria yang disepakati
bersama oleh para pakar (2) memberikanbobot masalah (3) menentukan skoring
setiap masalah. Bengali demikian dapat ditentukan masalah mana yang
menduduki peringkat prioritas tertinggi. Penetapan kriteria berdasarkan
seriusnya permasalahan menurut pendapat para pakar dengan contoh kriteria
persoalan masalahkesehatan berupa (1) Kemampuan menyebar/menular yang
tinggi (2) mengenai daerah yang luas (3) mengakibatkan penderitaan yang lama
(4) mengurangi penghasilan penduduk (5) mempunyai kecendrungan menyebar
meningkat dan lain sebagainya sesuai kesepakatan para pakar. Para expert
kemudian menuliskan urutan prioritas masalah dalam kertas tertutup. Kemudian
dilakukan semacam perhitungan suara. Hasil perhitungan ini disampaikan
kembali kepada para expert dan setelah itudilakukanpenilaianulangoleh para
expert dengan cara yang sama. Diharapkan dalam penilaian ulang ini akan
terjadi kesamaan/konvergensipendapat, sehingga akhirnya diperoleh suatu
konsensus tentang penyakit atau masalah mana yang perlu diprioritaskan. Jadi
metoda ini sebeltulnya adalah suatu mekanisme untuk mencapaisuatukonsensus.
Kelemahan cara ini adalah sifatnya yang lebih kualitatif dibandingkan dengan
metoda matematik yang disampaikan sebelumnya. Juga diperianyakan kriteria
penentuan pakar untuk terlibat dalam penilaian tertutup tersebut. Kelebihannya
adalah mudah dan dapat dilakukan dengan cepat. Penilaian prioritas secara
12
tertutup dilakukan untuk memberi kebebasan kepada masing-masing pakar
untuk member nilai, tanpa terpengaruh oleh hirarki hubungan yang mungkin ada
antaraparapakar tersebut. Metoda lain yang mirip dengan Delbeque adalah
metoda Delphi. Dalam metoda Delphi sejumlah pakar (panel expert) melakukan
diskusi terbuka dan mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing-
masing mengajukan pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan
prioritas. Diskusi berlanjut sampai akhirnya dicapai suatu kesepakatan
(konsensus) tentang masalah kesehatan yang menjadi prioritas.Kelemahan cara
ini adalah waktunya yang relative lebih lama dibandingkan dengan metoda
Delbeque serta kemungkinan pakar yang dominan mempengaruhi pakar yang
tidak dominan. Kelebihannya metoda ini memungkinkan telahaan yang
mendalam oleh masing-masingpakar yang terlibat.
3) Metoda Estimasi Bebari Kerugian (Disease Burden)
Metoda Estimasi Beban Kerugian dari segi teknik perhitungannya lebih canggih
dan sulit, karena memerlukan data dan perhitungan hari produktif yang hilang
yang disebabkan oleh masing-masing masalah. Sejauh ini metoda ini jarang
dilakukan di tingkat kabupaten atau kota di era desentralisasi programkesehatan.
Bahkan ditingkat nasionalpun baru Kementrian Kesehatan dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang mencobamenghitungberapa
banyak Kerugian yang ditimbulkan dalam kehidupan tahunan penduduk. Pada
tingkat global penggunaan metoda Disease Burden dalam penetapan prioritas
masalah kesehatan, Bank Dunia telah menghitung waktu produktif yang hilang
(Desease Burden) yang disebut sebagai DALY yang diakibatkan oleh berbagai
macam penyakit. Atas dasar perhitungan tersebut Bank Dunia menyarankan
agar dalam programkesehatan prioritas diberikan pada masalah kesehatan
esensial terdiri dari (1) TBC (2) Pemberantasan Penytakit Menular (3)
Penanganan Anak Gizi Kurang/Buruk.
4) Metoda Perbandingan antara Target dan Pencapaian ProgramTahunan
Metoda penetapan prioritas masalah kesehatan beradasarkan pencapaian
program tahunan yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara target
yang ditetapkan dari setiap programdenganhasilpencapaiandalamsuatu kurun
waktu 1 tahun. Penetapan prioritas masalah kesehatan seperti ini sering
digunakan oleh pemegang atau pelaksana program kesehatan di tingkat
Puskesmas dan Tingkat Kabupaten/Kota pada era desentralisasi saat ini.
13
Metoda Penetapan Prioritas Alternatif/Pilihan Pemecahan Masalah untuk
Intervensi
Ada 2 metoda yang lazim digunakan dalam penetapan prioritas alternative
pemecahan masalah untuk intervensi dalam penetapan pilihan bentuk intevensi
yaitu metoda Analisis Pembiayaan yang lebih dikenal cara efektifitas dan
efisiensi dan metoda Hanlon.
a) Metoda Analisis Pembiayaan (Cost Analysis)
lebih dikenal Efektifitas Efisiensi. Penggunaan metoda ini dengan
memperhitungkan efektifitas dan efisiensi dalam penetapan pilihan jenis
intervensi yang dilakukan dengan menggunakan rumus penetapan prioritas
kegiatan sbb :
Dirnana
M = Magnitude (besarnya masalah yang dihadapi)
I = Important (pentingnya jalan keluar menyelesaikanmasalah)
V = Vunerability (ketepatan jalan keluar untukmasalah)
C = Cost (biayayangdikeluarkan) dimana kriterinyaditetapkan:
Nilai l = Biaya sangat murah
Nilai2 = Biaya murah
Nilai 3 = Biaya cukup murah
Nilai 4 =Biaya mahal
Nilai 5 =Biaya sangat mahal
b) Metoda Hanlon
Penggunaan metoda Hanlon dalam penetapan altematif prioritas jenis
intervensi yang akan diiakukan menggunakan 4 kriteria masing-masing: (1)
Kelompok kriteria 1 yaitu besamya masalah (magnitude) (2) Kelompok
kriteria 2 yaitu Tingkat kegawatan masalah (emergency/seriousness (3)
Kelompok kriteria 3 yaitu kemudahan penanggulangan masalah
(causability) (4) Kelompok kriteria 4 yaitu dapat atau tidaknya program
dilaksanakan menggunakan istilah PEARL faktor. Seperti halnya metoda
yang lain, metoda Hanlon dalam proses awainya menggunakan pendapat
anggota secara curah pendapat (brain storming) untuk menentukan nilai dan
bobot. Dari masing-masing kelompok kriteria diperoleh nilai dengan jalan
melakukan scoring dengan skala tertentu, Kemudian kelompok kriteria
tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi
nilainya maka itulah prioritas jenis program yang didahulukan (menjadi
prioritas intervensi).
14
D. CONTOH MASALAH DAN ANALISIS MASALAH
Berdasarkan data FAO tahun 2006 terdapat 820 juta kelaparan kronis di negara
berkembang, dari jumlah tersebut 350 450 juta atau lebih dari 50 persen adalah
anak-anak, 13 juta diantaranya ada di Indonesia. Selain itu data dari WHO disebutkan
bahwa malnutrisi dan kelaparan merupakan penyebab kematian tertinggi di seluruh
dunia, yaitu paling tidak 17.289 anak-anak meninggal setiap harinya karena kelaparan
dan malnutrisi, sehingga kelaparan dan malnutrisi menjadi ancaman nomor satu bagi
kelangsungan hidup anak-anak diseluruh dunia, melebihi AIDS, Malaria dan TBC.
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam
penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas. Malnutrisi
dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan terhadap
absorbsi, pencernaan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh.
Dalam Teori Piramida Maslow, kebutuhan manusia bersifat berjenjang, ketika
kebutuhan dasarnya terpenuhi, maka akan muncul motivasi untuk memenuhi
kebutuhan yang diatasnya. Sedangkan ketika kebutuhan belum terpenuhi maka tidak
akan ada motivasi untuk meraih kebutuhan selanjutnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
3. Auli Fisty Noor Azizah, Jenius Setio Insanno, Ayu Tyas Purnamasari, Aderia
Putri Prasanti, Aryanti Ardiningrum, Annisa Hidayati, Dhio C. Pohon masalah
[Internet]. Universitas Airlangga; 2014. Available from:
http://ikma11.weebly.com/uploads/1/2/0/7/12071055/3._pohon_masalah_makal
ah.pdf
1
4. Dardiri A. Analisis Sistematis Pemecahan Masalah Kelaparan dan Malnutrisi di
Indonesia | Ds Retrospection [Internet]. word press. 2010 [cited 2017 Mar 29].
Available from: https://ahmaddardiri.wordpress.com/2010/10/04/analisis-
sistematis-pemecahan-masalah-kelaparan-dan-malnutrisi-di-indonesia-2/