Professional Documents
Culture Documents
9.1. Pendahuluan
Sistem pengapian merupakan sistem yang berfungsi untuk menghasilkan
percikan bunga api pada busi yang kuat dan tepat untuk memulai pembakaran
campuran udara bahan bakar di ruang bakar pada motor bensin. Percikan api yang
terjadi pada busi harus terjadi pada saat yang tepat (pada akhir langkah kompresi)
untuk menjamin pembakaran yang sempurna sehingga mesin bekerja dengan halus
dan ekonomis. Secara umum komponen sistem pengapian terdiri dari baterai, kunci
kontak, koil, distributor, kabel tegangan tinggi dan busi. Di dalam distributor terdapat
beberapa komponen pendukung lainnya yaitu kontak pemutus (atau pulse generator
pada sistem pengapian elektronik), kondensor, cam, vakum dan sentrifugal advancer.
harus menghasilkan tegangan puncak yang lebih tinggi dari pada syarat batas
tegangan busi pada semua tingkat kecepatan, 4) durasi loncatan api harus cukup
lama dengan energi yang cukup untuk menjamin terjadinya penyalaan campuran
udara dan bahan bakar, 5) sistem pengapian harus mendistribusikan tegangan tinggi
ke tiap busi pada saat yang tepat dalam tiap siklus, 6) sistem pengapian harus
mempunyai ketahanan yang cukup untuk menahan getaran dan panas yang
dihasilkan oleh mesin.
pada putaran rendah maupun tinggi. Pemajuan saat pengapian ini dilaksanakan oleh
sentrifugal advance dan vakum advance (pada sistem pengapian konvensional).
Secara khusus ini akan dibahas pada bagian lain dalam bab ini.
rendah), maka akan mengakibatkan terjadinya knocking atau ketukan. Hal ini terjadi
karena kecepatan atau laju pembakaran tidak sesuai dengan gerakan piston.
9.1.2.1. Baterai
Baterai pada sistem pengapian berfungsi sebagai sumber arus untuk
rangkaian primer koil sehingga dapat terbentuk medan magnet. Setelah mesin hidup,
kebutuhan arus listrik pada sistem pengapian disuplai oleh sistem pengisian. Secara
khusus penjelasan tentang baterai dibahas pada bab 5.
tinggi yang dihasilkan bisa mencapai 30.000 sampai 40.000 V. Di dalam koil terdapat
dua buah kumparan (lihat gambar 9.7), yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder. Kumparan primer koil menghubungkan terminal positif dan terminal negatif
koil. Kumparan sekunder menghubungkan terminal positif dengan terminal sekunder
atau terminal tegangan tinggi. Jumlah kumparan primer sekitar 100 sampai 200 lilit
dengan diameter kawat 0,5 sampai 1 mm dan jumlah kumparan sekunder sekitar
15000 sampai 30.000 lilit dengan diameter kawat 0,05 sampai 0,1 mm. Koil dapat
menaikan tegangan baterai menjadi tegangan tinggi karena jumlah lilitan pada
kumparan sekunder koil jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kumparan
primernya.
Koil pengapian biasanya dilengkapi dengan resistor yang dihubungkan seri
dengan kumparan primer koil. Ada dua macam koil yang dilengkapi dengan resistor,
yaitu koil dengan resistor yang terpasang di luar (external resistor) dan koil dengan
resistor di dalam (internal resistor). Koil dengan resistor di luar mempunyai tiga
terminal, yaitu terminal positif, terminal negatif, dan terminal tegangan tinggi (terminal
sekunder). Koil dengan resistor di dalam mempunyai empat terminal, yaitu terminal B,
terminal positif, terminal negatif dan terminal tegangan tinggi.
Besarnya resistansi pada rangkaian primer koil adalah 3 ohm, terdiri dari 1,5
ohm nilai resistansi resistor luar dan 1,5 ohm dari kumparan primernya. Jika tegangan
baterai 12 V, maka arus maksimum yang dapat mengalir ke kumparan primer koil
adalah I = V/R = 12/3 = 4 A. Jika tidak dipasang resistor pada koil, maka jumlah
kumparan primer koil harus lebih banyak untuk memenuhi tahanan 3 ohm. Jumlah
kumparan yang banyak akan menyebabkan tegangan induksi diri yang lebih tinggi
atau dapat menyebabkan terjadinya gaya lawan elektromotif yang lebih besar yang
arahnya melawan aliran arus dari baterai ke koil sehingga dapat menyebabkan
pencapaian arus maksimum pada koil makin lambat.
Berdasarkan gambar di atas, jika kumparan primer koil tidak dilengkapi dengan
resistor, maka jumlah lilitannya harus lebih banyak untuk mendapatkan nilai resistansi
yang sama dengan yang menggunakan resistor. Pada grafik di sebelahnya, jika
kumparan lebih banyak maka arus primer maksimum akan dicapai pada saat t2 (lebiih
lama). Hal ini disebabkan adanya efek lawan (electromotif force) akibat induksi diri
saat arus mengalir dari baterai ke kumparan. Jika kumparan dilengkapi dengan
resistor, maka efek gaya lawan yang dihasilkan kumparan lebih kecil sehingga arus
primer maksimum dapat dicapai dengan waktu t1 yang lebih singkat dibanding t2.
Dengan menggunakan resistor, pada kecepatan tinggi arus primer maksimum
cenderung dapat tercapai lebih cepat sehingga bunga api yang dihasilkan akan lebih
kuat dibanding dengan tanpa resistor.
9.1.2.4. Distributor
Cam pada distributor digerakan oleh poros cam (cam shaft). Gerakan putar
cam pada mekanisme pemutus arus primer koil akan menyebabkan tumit kontak
pemutus terdorong atau terangkat sehingga kontak pemutus membuka. Kontak
pemutus ini bekerja seperti saklar. Saat tertutup berarti terjadi kontak dan arus dapat
mengalir. Saat terbuka berarti tidak terjadi kontak sehingga arus tidak mengalir.
Tertutupnya kontak pemutus dilakukan oleh pegas yang terdapat pada kontak
pemutus tersebut. Sudut yang terbentuk saat cam mendorong tumit kontak pemutus
(kontak pemutus terbuka) disebut sudut cam (cam angle) dan sudut yang terbentuk
saat cam tidak mendorong tumit (saat kontak pemutus tertutup) disebut sudut dwell.
Sudut dwell ini sering disebut juga sudut lamanya kontak pemutus tertutup atau sudut
lamanya arus pada kumparan primer koil mengalir.
Mekanisme pemutus arus primer koil pada sistem pengapian elektronik terdiri
dua bagian utama, yaitu bagian pembangkit sinyal dan bagian driver yang bekerja
memutuskan arus primer koil. Driver yang dipakai adalah transistor yang difungsikan
sebagai saklar untuk memutus dan mengalirkan arus ke kumparan primer koil. Sistem
pembangkit sinyal ada beberapa macam, yaitu model induktif (kumparan dan magnet),
model iluminasi (cahaya), dan model Hall effect. Pembangkit sinyal berfungsi untuk
menghasilkan sinyal tegangan yang digunakan untuk memicu kerja transistor
sehingga dapat bekerja ON dan OFF secara terus menerus selama mesin hidup.
Secara rinci penjelasan sistem pengapian elektronik akan diuraikan dalam sub bab
khusus pada bab ini.
2. Bagian pendistribusian
Bagian pendistribusian berfungsi untuk menyalurkan tegangan tinggi dari koil
ke tiap-tiap busi sesuai dengan urutannya. Bagian ini terdiri dari tutup distributor dan
rotor. Tutup distributor terdiri dari beberapa bagian, yaitu 1) terminal tengah tutup
distributor yang berfungsi untuk dudukan kabel tegangan tinggi dari koil dan
menyalurkan tegangan tinggi dari kabel koil ke rotor, 2) batang karbon berfungsi untuk
menyalurkan tegangan tinggi dari terminal tengah ke rotor, 3) pegas berfungsi untuk
menjaga agar hubungan atau penekanan batang karbon terhadap rotor terjaga
dengan baik sehingga tegangan tinggi dapat mengalir dengan baik 4) rotor berfungsi
untuk meneruskan tegangan tinggi dari batang karbon ke terminal kabel busi, 5)
terminal kabel busi berfungsi sebagai tempat dudukan kabel tegangan tinggi busi
sehingga tegangan tinggi dari rotor dapat disalurkan ke kabel busi.
advancer bergeser, maka dudukan kontak pemutus juga akan bergeser. Bagian
membran pada vakum advancer terhubung dengan intake manifold melalui sebuah
selang karet. Slang karet ini terpasang pada lubang vakum yang terletak di atas katup
gas (trottle valve). Dengan demikian, maka tidak terjadi isapan atau kevakuman saat
katup gas tertutup atau saat putaran lambat. Jika katup gas terbuka lebih lebar, maka
akan terjadi kevakuman sehingga tekanan pada ruang membran menjadi turun yang
menyebabkan membran terisap dan bergerak ke arah kanan (lihat gambar di bawah).
4. Kondensor
Kondensor adalah bagian pada sistem pengapian yang berfungsi untuk
menyerap tegangan induksi diri yang dihasilkan pada kumparan primer koil sehingga
pada kontak pemutus tidak terjadi loncatan bunga api. Dengan meminimalkan
loncatan api pada kontak pemutus, maka proses pemutusan arus primer koil bisa lebih
cepat yang berpengaruh kepada besarnya api yang dihasilkan pada busi. Kondensor
dipasang secara paralel dengan kontak pemutus. Penjelasan prinsip, konstruksi, dan
kerja kondensator secara rinci sudah dijelaskan pada bab dasar-dasar elektronika,
sedangkan kerja kondensor pada sistem pengapian secara khusus dijelaskan pada
cara kerja sistem pengapian konvensional pada bab ini.
Kondensor
1. Kawat karbon
Konduktor ini terbuat dari serat kaca dengan cara memasukkan karbon ke
serat kaca untuk mendapatkan tahanan yang konstan. Tutup luarnya terbuat dari karet
ethylene propylene (EPDM), yang tahan terhadap panas dan dingin.
9.1.2.6. Busi
Busi dipasang di tiap ruang pembakaran pada kepala silinder untuk membakar
campuran udara bahan bakar di dalam silinder dengan cara memercikan bunga api di
antara elektroda positif (tengah) dan elektroda negatif. Percikan api ini berasal dari
tegangan tinggi yang dihasilkan oleh kumparan sekunder koil.
Busi terdiri dari tiga komponen utama yaitu electrode, insulator dan shell.
Electrode terdiri dari central electrode dan ground electrode. Karena tegangan tinggi
yang diinduksikan pada kumparan sekunder koil disalurkan ke elektroda tengah busi,
maka percikan api akan terjadi pada celah busi. Celah busi umumnya berkisar 0.7~1.1
mm. Bahan untuk membuat elektroda harus kuat, tahan panas dan tahan karat
sehingga materialnya terbuat dari nickel atau paduan platinum. Dalam hal tertentu,
karena pertimbangan radiasi panas, elektroda tengah bisa terbuat dari tembaga.
Diameter elektroda tengah umumnya adalah 2,5 mm. Untuk mencegah terjadinya
percikan api yang kecil dan untuk meningkatkan unjuk kerja pengapian, beberapa
elektroda tengah mempunyai diameter kurang dari 1 mm atau pada elektroda
massanya berbentuk alur U.
Insulator berfungsi untuk menghindari terjadinya kebocoran tegangan pada
elektroda tengah atau inti busi, sehingga bagian ini mempunyai peranan yang penting
dalam menentukan unjuk kerja pengapian. Karena itu, insulator mempunyai daya
isolasi yang cukup baik terhadap listrik, tahan panas, kuat dan stabil. Insulator ini
terbuat dari keramic yang mempunyai daya sekat yang baik serta mempunyai
penyangga untuk mencegah terjadinya loncatan api dari tegangan tinggi.
Shell adalah komponen logam yang mengelilingi insulator dan sekerup untuk
bisa dipasang pada kepala silinder. Elektroda massa disolder pada bagian ujung ulir
busi. Sesuai dengan diameter sekrupnya, terdapat 4 macam ulir 10 mm, 12 mm, 14
mm dan 18 mm. Panjang (jangkauan) ulir ditentukan oleh diameternya. Untuk panjang
sekrup 14 mm, terdapat 3 jenis panjang ulir, yaitu 9,5 mm, 12,7mm dan 19 mm. Celah
antara insulator dan inti kawat atau shell diberi perapat khusus yaitu glass seal.
Persyaratan yang harus dimiliki busi adalah harus tahan terhadap panas,
konstruksinya kuat, tahan karat, harus tahan terhadap tekanan kompresi sehingga
tidak terjadi kebocoran, mempunyai self-cleaning temperature, harus mempunyai sifat
sebagai insulasi listrik yang baik. Jika temperatur elektroda busi kurang dari 4500C,
maka akan terbentuk karbon akibat pembakaran yang kurang sempurna dan akan
menempel pada permuka keramik (porselin) sehingga akan menurunkan tahanan
isolasinya terhadap bodi busi. Hal ini sangat merugikan karena tegangan tinggi dapat
melewati karbon tersebut yang dapat menyebabkan misfiring karena tidak ada
percikan api pada busi. Jika temperatur 4500C atau lebih, maka karbon pada hidung
isolator akan terbakar sehingga hidung busi menjadi bersih.
Temperatur di mana kerak karbon pada busi dapat terbakar sehingga busi
menjadi bersih kembali disebut self-cleaning temperature atau temperatur
membersihkan diri. Sekarang ini sudah banyak busi yang bisa mempertahankan
temperatur suhunya dalam berbagai macam kondisi berkendara. Umumnya batas
ketahanan panasnya tertulis pada businya untuk memberikan informasi mengenai tipe
dan ukurannya. Angka penunjuk panasnya ada beberapa macam tergantung dari
pabrik pembuatnya. Angka yang besar berarti jenis busi dingin, sedangkan angka kecil
berarti jenis busi panas. Pada busi dingin, suhu elektroda tengah yang panas dapat
segera turun karena perpindahan panasnya dapat berlangsung dengan cepat. Hal ini
karena insulator keramiknya pendek sehingga dengan mudah panas disalurkan ke
bodi busi, ke kepala silinder, dan kemudian diserap oleh air pendingin. Pada busi
panas, insulator keramiknya panjang sehingga proses penyaluran panasnya lebih
sulit. Hal ini menyebabkan suhu elektroda busi menjadi lebih panas jika dibandingkan
dengan busi dingin.
Besarnya celah busi akan berpengaruh terhadap besarnya tegangan yang
diperlukan untuk menghasilkan percikan api. Jika celah busi bertambah besar maka
tegangan yang diperlukan untuk meloncatkan api juga akan bertambah besar. Hal ini
disebabkan oleh makin besarnya energi yang diperlukan untuk meloncatkan api pada
celah yang besar. Energi yang lebih besar berarti tegangan yang diberikan harus lebih
tinggi. Grafik di bawah menggambarkan hubungan antara tegangan yang dibutuhkan
dengan celah busi.
(a) (b)
Gambar 9.26. Grafik hubungan antara tegangan dan tekanan kompresi pada
beberapa suhu campuran udara bahan bakar
(a)
(b)
(c)
Koil pengapian yang terdiri dari tiga (atau empat) terminal berfungsi untuk
menaikan tegangan baterai 12 V menjadi tegangan tinggi 10000 sampai 40000 V.
Sistem pengapian terdiri dari dua rangkaian utama yaitu rangkaian primer dan
rangkaian sekunder. Rangkaian primer sistem pengapian dimulai dari terminal positif
baterai, sekering, kunci kontak, resistor, kumparan primer koil, kemudian kontak
pemutus. Rangkaian sekunder meliputi kumparan sekunder koil, kebel tegangan
tinggi, tutup distributor, sampai ke busi. Terminal positif koil dihubungkan dengan
resistor (tipe resistor luar) dan satu terminal resistor dihubungkan dengan terminal IG
pada kunci kontak. Terminal negatif koil dirangkaikan dengan terminal pada distributor
yang secara langsung berhubungan juga dengan kontak pemutus. Dengan demikian
arus dari terminal negatif koil sampai ke massa melalui kontak pemutus. Terminal
negatif koil ini juga dihubungkan ke kondensor. Pada bagian atas koil terdapat
terminal sekunder atau terminal tegangan tinggi. Terminal ini dihubungkan dengan
tutup distributor melalui kabel tegangan tinggi dan dari tutup distributor diteruskan ke
tiap-tiap busi melalui rotor.
Kontak pemutus (platina) berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan
arus ke kumparan primer koil. Lamanya arus mengalir ke kumparan primer terjadi
selama kontak pemutus tertutup. Sudut yang terbentuk pada cam di mana kontak
pemutus dalam keadaan tertutup disebut sudut dwell. Kondensor berfungsi untuk
mengurangi percikan bunga api pada kontak pemutus akibat adanya induksi diri pada
kumparan primer. Cam berfungsi untuk mendorong tumit kontak pemutus sehingga
bisa terbuka dan tertutup kembali oleh pegas. Vakum dan sentrifugal advancer
berfungsi untuk memajukan atau memundurkan saat pengapian sesuai dengan
putaran dan beban mesin. Saat pengapian (ignition timing) pada suatu motor bensin
adalah saat di mana busi memercikan bungan api dengan tepat pada akhir langkah
kompresi untuk memulai pembakaran di dalam ruang bakar.
(a)
(b)
Saat kunci kontak on, kontak pemutus tertutup, arus dari terminal positif baterai
mengalir ke kunci kontak (lihat gambar (a) di atas), ke terminal positif (+) koil, ke terminal
negatif (-) koil, ke kontak pemutus, kemudian ke massa. Aliran arus ke kumparan primer
koil menyebabkan terjadinya kemagnetan pada coil (gambar (b)). Cam selalu berputar
karena selama mesin hidup poros engkol memutarkan poros nok (cam shaft) dan poros
nok memutarkan distributor di mana terdapat cam di dalamnya. Karena cam berputar,
maka ada saatnya ujung cam mendorong kontak pemutus sehingga terbuka.
Jika kontak pemutus terbuka, arus yang mengalir ke kumparan primer seperti
dijelaskan di atas terputus dengan tiba-tiba. Akibatnya kemagnetan di sekitar koil
hilang / drop dengan cepat. Dalam teori kemagnetan, jika terjadi perubahan medan
magnet di sekitar suatu kumparan, maka pada kumparan tersebut akan terjadi
tegangan induksi. Karena saat kontak pemutus terbuka arus listrik terputus, maka
medan magnet pada koil hilang dengan cepat atau terjadi perubahan garis-garis gaya
magnet dengan cepat sehingga pada kumparan sekunder terjadi induksi tegangan.
Pada kumparan primer juga terjadi tegangan induksi. Tegangan induksi pada
kumparan sekunder disebut dengan tegangan induksi mutual sedangkan pada
kumparan primer disebut tegangan induksi diri.
Tegangan tinggi pada kumparan sekunder (10000 V atau lebih) disalurkan ke
distributor melalui kabel tegangan tinggi dan dari distributor diteruskan ke tiap-tiap busi
sesuai dengan urutan penyalaannya sehingga pada busi terjadi loncatan api pada
busi. Tegangan pada kumparan primer sekitar 300 sampai 500 V disalurkan ke
kondensor. Penyerapan tegangan induksi diri oleh kondensor ini akan mengurangi
loncatan bunga api pada kontak pemutus. Efek tidak terjadinya loncatan pada kontak
pemutus adalah pemutusan arus primer yang cepat sehingga menghasilkan
perubahan garis-garis gaya magnat pada koil dengan cepat pula.
Cam yang selalu berputar menyebabkan cam kembali ke posisi bawah atau
tidak mendorong kontak pemutus sehingga pegas kontak pemutus akan bekerja
mendorong kontak pemutus sehingga kontak pemutus menutup kembali (perhatikan
gambar di atas). Pada saat ini arus dari baterai akan kembali mengalir ke kumparan
primer koil sehingga prosesnya berulang lagi (timbul medan magnet pada koil). Pada
saat kontak pemutus menutup terjadi rangkaian tertutup pada kondensor sehingga
muatan kondensor yang tadi tersimpan akan dibuang (discharge) ke massa melalui
kontak pemutus.
Aliran arus primer koil pada saat kontak pemutus tertutup berbentuk
eksponensial (gambar 9.32). Hal ini disebabkan adanya efek gaya gerak listrik lawan
(counter electromotive force) pada saat arus mengalir ke kumparan primer koil yang
menyebabkan terbentuknya medan magnet di sekitar koil. Terbentuknya medan
magnet tersebut akan menghasilkan tegangan balik yang arahnya melawan aliran
arus dari baterai. Hal ini menyebabkan kenaikan arus pada kumparan primer koil tidak
langsung tinggi atau berbentuk eksponensial. Semakin tinggi putaran mesin, maka
semakin singkat kontak pemutus menutup sehingga arus primer koil juga menjadi
semakin kecil bila dibandingkan dengan arus primer pada saat putaran rendah atau
sedang. Hal ini akan menurunkan kemampuan sistem pengapian.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 332
Sistem Kelistrikan dan Elektronika pada Kendaraan
Gambar 9.32. Grafik arus primer koil pada sistem pengapian tipe kontak pemutus
Kecilnya arus primer pada putaran tinggi jelas akan menurunkan kemampuan
sistem pengapian, karena medan magnet yang dihasilkan pada koil akan menurun.
Karena tegangan induksi yang dihasilkan oleh koil sangat ditentukan oleh kuat
lemahnya medan magnet, maka jika pada putaran tinggi arus primer menurun, kuat
medan magnet juga menurun yang tentu saja akan menurunkan tegangan yang
dihasilkan oleh kumparan sekunder koil. Hal ini sangat merugikan karena api yang
dihasilkan di busi juga akan kecil sehingga energi yang digunakan untuk membakar
campuran udara dan bahan bakar di dalam silinder menjadi kecil yang berakibat
kurang sempurnanya pembakaran.
Ep Np
= 1)
Es Ns
Cs
1
2E 2
Va = s ,max Volt ............................... 6)
Cs
Cs adakah kapasitansi rangkaian sekunder (Farad). Berdasarkan persamaan 2, jika
energi yang tersimpan dalam rangkaian primer koil adalah LpIp2, ditransfer ke
rangkaian sekunder, maka
1 1
2(1 / 2) L p I p 2 2 Lp 2
Va = = Ip Volt ............... 7)
Cs Cs
Energi yang dapat ditransfer ke kumparan sekunder akibat adanya kerugian-kerugian
adalah 85% (Obert, 1973 : 540). Koil mempunyai kumparan sekunder sekitar 20000
lilit dan kumparan primer sebanyak 200 lilit, sehingga perbandingan kumparan
sekunder dan primernya adalah 100. Untuk koil dengan perbandingan kumparan
sekunder dan primer = 100, maka harga induktansinnya Lp = 5 mH, dan kapasitansi Cs
= 60 pF (Obert, 1973 : 540). Dengan menggunakan persamaan 4 dan besarnya arus
primer misalnya 2,7A, energi yang dapat disalurkan ke kumparan sekunder sekitar
85% (Obert, 1973 : 540) adalah 0.01526 joule sehingga dengan persamaan 6 atau 7
tegangan tinggi sekunder (Va) yang terjadi adalah 19,17 kV. Berapa tegangan
sekunder koil jika arus pimer koil yang mengalir adalah 3,5A ?
(a) (b)
(c)
Kerja sistem tersebut adalah sebagai berikut. Perhatikan gambar (c) di atas.
Apabila kontak pemutus tertutup, maka arus dari positif baterai mengalir ke kaki emitor
E transistor, ke kaki basis B, ke kontak pemutus, kemudian ke massa. Aliran arus ke
kaki basis ini menyebabkan transistor ON sehingga kaki emitor dan kolektor dari
transistor terhubung. ON-nya transistor ini menyebabkan arus mengalir juga
(perhatikan gambar di bawah) dari baterai ke kaki emitor E, ke kaki kolektor C, ke
kumparan primer koil, kemudian ke massa. Aliran arus ini menyebabkan terjadinya
medan megnet pada koil.
Cam selalu berputar pada saat mesin hidup, sehingga pada saat tertentu cam
akan mendorong kontak pemutus. Dorongan cam ini menyebabkan kontak terbuka
dan arus primer koil dengan cepat terhenti sehingga medan magnet yang tadi
terbentuk dengan cepat hilang. Perubahan garis-garis gaya magnet yang sangat cepat
ini menyebabkan terjadinya tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil yang
kemudian diteruskan ke busi melalui distributor. Dengan demikian pada elektroda busi
akan terjadi percikan bunga api yang digunakan untuk membakar campuran udara
bahan bakar di dalam ruang bakar.
Gambar 9.36. Sistem pengapian semi elektronik saat kontak pemutus terbuka
transistor sinyal pemicu kerja transistor berasal dari sinyal generator yang
menghasilkan tegangan ON dan OFF. Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk
sederhana dari sistem pengapian full elektronik atau sistem pengapian full transistor.
Beberapa bagian penting dari sistem pengapian ini adalah baterai, kunci kontak, koil,
transistor, penghasil pulsa (generator pulsa), dan busi. Komponen pemutus arus
primer koil adalah transistor. Transistor akan bekerja ON dan OFF apabila ada sinyal
atau pulsa tegangan yang mengalir ke kaki basis transistor. Jadi yang menentukan
transistor itu bekerja atau tidak adalah sinyal dari generator pulsa.
Prinsip kerja dari sistem pengapian transistor ini dijelaskan sebagai berikut.
Perhatikan gambar di bawah ini, apabila kunci kontak dalam kondisi on dan generator
pulsa menghasilkan sinyal tegangan, maka arus (i) dari penghasil pulsa tersebut
mengalir ke kaki basis transistor, ke kaki emitor, kemudian ke massa. Karena ada arus
masuk ke basis, maka transistor ini menjadi aktif (ON) sehingga kaki kolektor dan
emitornya terhubung. Akibat aktifnya transistor ini, arus yang besar mengalir dari
baterai ke kunci kontak, ke kumparan primer koil, ke kaki kolektor transistor, ke kaki
emitor transistor, kemudian ke massa. Pola aliran arus pada kumparan primer koil
digambarkan di bagian bawah koil pada gambar. Aliran arus ke kumparan primer koil
ini menyebabkan terbentuknya medan magnet pada koil.
Sinyal yang dihasilkan generator pulsa adalah sinya ON dan OFF. Saat ada
sinyal ON (ada arus i) pada kaki basis pada gambar di atas, transistor ON. Saat sinyal
OFF (arus = 0), maka transistor OFF. Jika transistor OFF (perhatikan gambar 9.39),
maka arus yang tadinya mengalir pada kumparan primer koil (I) akan menjadi terhenti
(0). Terhentinya arus dengan cepat ini menyebabkan hilangnya medan magnet pada
koil dengan sangat cepat. Perubahan garis-garis gaya magnet yang sangat cepat ini
menyebabkan terjadinya tegangan induksi yang sangat tinggi pada kumparan
sekunder koil. Tegangan tinggi ini disalurkan ke busi sehingga terjadi percikan bunga
api pada elektroda busi.
Gambar 9.39. Transistor OFF, arus primer terputus, terjadi percikan api
api yang dihasilkan akan kecil, padahal pada putaran tinggi seharusnya percikan api
yang dihasilkan harus cukup kuat untuk memulai pembakaran. Pada tipe transistor,
jumlah kumparan primer dapat dikurangi sehingga mengurangi tahanan primer koil
dan mengurangi efek counter electromitive force. Hal ini akan menyebabkan arus
optimum pada kumparan primer koil lebih cepat tercapai jika dibandingkan dengan
tipe konvensional. Karena arus optimum lebih cepat tercapai, maka pada putaran
tinggi arus primer koil tidak mengalami penurunan yang berarti (gambar 9.40 b). Jika
dibandingkan, tegangan yang dihasilkan oleh sistem pengapian konvensional dan
transistor (gambar c), maka tegangan tinggi pada sistem pengapian transistor lebih
stabil baik pada putaran rendah, sedang, maupun tinggi. Pada tipe konvensional,
tegangan tinggi menurun drastis seiring dengan naiknya putaran mesin.
terhubung. Hal ini menyebabkan aliran arus primer dengan cepat berhenti dan medan
magnet pada koil dengan cepat berubah (collapse). Perubahan garis gaya magnet
dengan cepat ini menyebabkan terjadinya tegangan induksi pada kumparan sekunder.
Tegangan tinggi ini diteruskan ke distributor dan dibagikan ke tiap-tiap busi sesuai
dengan urutan penyalaan (firing order). Salah satu model sistem pengapian transistor
dengan rangkaian lengkap ditunjukkan pada gambar berikut.
Apabila bahan semikonduktor dialiri arus listrik dari sisi kiri ke kanan dan
semikonduktor tersebut berada dalam suatu medan magnet, maka pada arah tegak
lurus terhadap aliran arus itu akan timbul tegangan yang disebut dengan tegangan
Hall Vh (Hall adalah nama ilmuwan yang meneliti fenomena tersebut). Apabila medan
Gambar 9.47. Diagram blok dan skema sistem penggapian Hall effect
Pembangkit pulsa model Hall Effect mempunyai tiga buah kabel atau terminal.
Satu kabel merupakan sumber arus untuk dialirkan ke bahan semikonduktor yang
terdapat di dalam sistem Hall, satu kabel ground, dan satu kabel adalah output
tegangan. Bagian lainnya dari sistem ini adalah rotor yang berbentuk bilah dan
magnet permanen.
(a) (b)
(c)
Ada perbedaan yang sangat penting dari sistem pengapian CDI dengan sistem
pengapian induktif atau inductive storage system lainnya (yaitu sistem pengapian
konvensional, dan transistor). Pada sistem pengapian induktif (selain CDI), tegangan
tinggi pada coil dihasilkan saat arus pada kumparan primer diputus (oleh kontak
pemutus, atau transistor), sedangkan pada sistem pengapian CDI tegangan tinggi
pada koil dihasilkan saat arus dari pembuangan muatan kapasitor mengalir dengan
cepat ke kumparan primer koil (Derato, 1982 : 95). Waktu yang diperlukan oleh
tegangan tinggi untuk mencapai tegangan tertingginya disebut rise time. Pada sistem
pengapian CDI, rise time sangat singkat, sekitar 0,1 sampai 0,3 ms (Heywood, 1989 :
441). Hal ini menguntungkan karena percikan api akan tetap terjadi meskipun busi
kotor.
kapasitor kembali dibuang dengan cepat ke koil. Kejadian ini terjadi terus menerus
selama sistem pengapian dan engine bekerja.
Model lain rangkaian CDI dengan pemicu model induktif nampak seperti
gambar bawah. Secara garis besar rangkaian tersebut juga tetap terdiri dari lima blok
yaitu DC to DC converter (dalam kotak bergaris putus-putus), kapasitor (C6),
pembangkit pulsa (induction pulse generator), rangkaian penguat pulsa (amplifier),
dan thyristor (Th).
Secara umum, kerja dari rangkaian di atas sama dengan yang sudah
dijelaskan sebelumnya, namun arus pemicu kerja thyristor berasal dari pulsa induktif
yang diperkuat oleh rangkaian transistor untuk memperkuat dan membentuk pulsa
yang dihasilkan oleh pulse generator.
Distributor pada gambar di atas diberi garis putus-putus berarti distributor pada
sistem tersebut bisa tidak ada. Bila tidak terdapat distributor, maka sistem tersebut
termasuk pada sistem pengapian DLI, sedangkan jika ada distributor maka sistem
tersebut sistem pengapian ESA dengan menggunakan distributor.
Sinyal IGT digunakan untuk mengatur aliran arus primer koil melalui ECM
(electronic control module) atau ECU (electronik control unit). Sinyal IGT adalah suatu
tegangan untuk meng-on dan off kan transistor utama (power transistor) di dalam
igniter. Bila sinyal IGT masuk ke ignitier, sinyal tersebut menyebabkan power
transistor menjadi ON sehingga arus dari baterai mengalir ke kumparan primer koil
kemudian ke massa yang mengakibatkan timbul kemagnetan pada koil. Bila tegangan
IGT menjadi 0V, transistor dalam igniter menjadi off sehingga arus primer terputus
yang menyebabkan medan magnet pada koil hilang dengan cepat. Akibatnya, pada
kumparan sekunder timbul tegangan tinggi yang kemudian di salurkan ke busi. Sinyal
IGF digunakan oleh ECM untuk menentukan apakah sistem pengapian bekerja atau
tidak. Berdasarkan sinyal IGF, ECM akan tetap memberikan arus ke pompa bahan
bakar dan injektor.
tegangan power supply terlalu tinggi, 5) current limiting control, rangkaian yang dapat
menjamin arus primer yang konstan setiap saat baik pada putaran rendah maupun
tinggi sehingga tegangan sekunder selalu tinggi, 6) tachometer signal.
Sinyal Ne dan sinyal G merupakan sinyal putaran poros engkol dan poros nok.
Meskipun ada perbedaan pada sistem pengapian, penggunaan sinyal Ne dan G
konsisten atau sama. Sinyal Ne menunjukkan posisi poros engkol dan putaran engine.
Sinyal G (juga disebut sinyal VVT) memberikan identifikasi posisi tiap silinder. Dengan
membandingkan sinyal G dan sinyal Ne ECM mampu mengidentifikasi silinder yang
sedang melakukan langkah kompresi. Hal ini diperlukan untuk menghitung sudut
poros engkol (sudut saat pengapian), saat sistem pengapian bekerja. Pengaturan
maju mundurnya saat pengapian dilakukan dengan mengatur sinyal IGT oleh ECU.
Sinyal IGT merupakan sinyal untuk mengaktifkan igniter sehingga koil dapat
bekerja menghasilkan tegangan tinggi. Oleh karena itu, memajukan atau
memundurkan saat pengapian dilakukan dengan mempercepat atau memperlambat
sinyal IGT ke igniter. Dengan berubahnya saat pemberian sinyal IGT, maka tegangan
tinggi koil untuk menghasilkan percikan api dari busi juga menjadi maju atau mundur.
ECM menghitung dan menetapkan sinyal IGT berdasarkan mode dan kondisi kerja
mesin. Pemberian sinyal IGT didasarkan terutama pada sinyal sensor posisi poros
engkol, sinyal sensor posisi poros nok, beban engine, temperatur, sensor knock, dll.
Secara global kontrol saat pengapian terbagi menjadi dua, yaitu 1) kontrol pengapian
saat engine di start, dan 2) kontrol pengapian setelah start.
Kontrol pengapian saat start adalah saat pengapian yang diset pada waktu
yang tetap tanpa memperhatikan kondisi kerja engine dan disebut initial timing angle
(5 100 sebelum TMA). Kontrol saat pengapian setelah start di dalamnnya meliputi 1)
kontrol pengapian saat engine di start, 2) sudut pengajuan pengapian dasar (basic
ignition advence angle), dan 3) kontrol pemajuan pengapian korektif (didasarkan pada
koreksi pemanasan (warm up), koreksi temperatur, koreksi putaran idle, koreksi EGR,
koreksi balikan AFR, koreksi knocking, koreksi kontrol torsi, koreksi lainnya, kontrol
sudut pemajuan pengapian minimum dan maksimum)
dilakukan oleh distributor, pengaturan saat pengapian dilakukan oleh ECM dengan
mengatur sinyal IGT yang masuk ke igniter.
Pada gambar di atas, begitu power transistor dalam ke adaan ON, arus
mengalir ke kumparan primer koil, dan pada saat power transistor dalam keadaan
OFF, tegangan tinggi terinduksi pada kumparan sekunder koil. Pada saat itu,
tegangan tinggi yang terinduksi disalurkan ke silinder pertama dan keempat melalui
dua terminal sekunder koil. Tegangan tinggi yang disalurkan ke busi pada silinder
pertama bertepatan dengan langkah piston di posisi akhir langkah kompresi,
sedangkan pada silinder ke empat berada di posisi langkah buang, dan sebaliknya
apabila silinder ke empat berada di posisi langkah kompresi, maka silinder pertama
akan berada di langkah buang.
Karena itulah, pengapian satu silinder diantara dua silinder dibuat pada
langkah kompresi. Ketika kepadatan udaranya sangat tinggi di langkah kompresi,
tegangan yang diperlukan untuk mesin juga harus tinggi. Ketika tegangan tinggi
disalurkan dengan beban yang ringan pada langkah buang, hampir semua tegangan
disalurkan ke busi yang berada pada langkah kompresi. Karena itu,dibandingkan
dengan sistem konvensional yang menggunakan satu busi, tegangan tinggi yang
dikeluarkan pada tidak jauh berbeda dengan sistem konvensional (satu busi per
silinder).
Berdasarkan skema di bawah, ECM memberikan sinyal IGT ke power
transistor yang ada pada igniter dan tiap transistor akan memutus dan mengalirkan
arus primer koil untuk menghasilkan percikan api pada busi. Pada sistem ini satu koil
melayani dua busi yang akan menyala secara bersamaan. Percikan api busi yang
bersamaan ini terjadi pada dua silinder pada proses yang berbeda, satu busi
memercik pada saat akhir langkah kompresi, dan busi pasangannya memercik pada
saat langkah buang. Pemberian sinyal IGT seperti sudah dijelaskan sebelumnya, tentu
saja berdasarkan masukan dari sensor-sensor.
Gambar di atas adalah sistem pengapian DLI model indutive storage. Pada
model pengapian CDI (gambar 9.62), konverter DC ke DC (DC to DC converter) tetap
berdiri sendiri sebagai penghasil tegangan tinggi untuk mengisi kapasitor. Kapasitor
terletak setelah DC to DC converter dan terhubung langsung dengan salah satu ujung
kumparan primer koil. Thyristor terpasang pada ujung lain kumparan primer koil. Kaki
G dari thyristor terhubung dengan salah satu output microprocessor. Pulsa untuk
mengaktifkan thyristor diperoleh dari crankshaft angle sensor yang kemudian
dikuatkan dan diolah di dalam microprocessor untuk selanjutnya sinyal tersebut keluar
melalui R1 atau R1 untuk mengaktifkan thyristor.
Untuk mengatur waktu pengapian pada sistem DLI, komputer menerima sinyal
dari beberapa sensor mengenai kondisi kerja mesin kemudian membandingkanya
dengan data acuan yang ada pada komputer untuk menentukan waktu pengapian
yang tepat. Hasil pengolahan data berupa saat pengapian yang tepat (sinyal arus),
dikirim ke power transistor. Dengan pengaturan ON dan OFF transistor, arus yang
mengalir ke kumparan primer koil diputus sehingga terjadi tegangan tinggi induksi
pada kumparan sekunder koil. Tegangan tinggi pada tipe pengapian sinkron ini
kemudian diteruskan ke busi dengan urutan pengapian 1(4) - 3(2) - 4(1) - 2(3) untuk
membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder (nomor dalam tanda
kurang adalah silinder yang diberi pengapian secara serentak, pada posisi langkah
buang).
Sistem pengapian langsung (DIS) memiliki koil yang terpasang langsung pada
busi. Sistem pengapian DIS dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu 1)
independent ignition, satu koil tiap silinder, dan 2) simultaneous ignition, satu koil
untuk dua silinder. Pada model yang kedua, sebuah koil dipasangkan pada satu busi
dan sebuah kabel tegangan tinggi dipasangkan pada busi lainnya. Loncatan bunga api
terjadi pada kedua silinder secara bersamaan.
Sistem ini dapat mengoptimalkan saat pengapian tiap busi berdasarkan pada putaran
dan beban engine. Pembakaran yang intensif pada semua putaran engine tidak hanya
mengontrol knocking tetapi memungkinkan juga penggunaan rasio kompresi yang
lebih tinggi untuk mencapai output yang lebih tinggi dengan konsumsi bahan bakar
yang lebih kecil dibandingkan dengan mesin konvensional.
Keuntungan sistem ini adalah pembakaran yang lebih intensif, menggunakan
dua busi yang dipasang secara diagonal berlawanan satu sama lain, sangat kompak,
ruang bakar yang high-swirl. Setiap pasang busi memercikan api secara sekuensial
dengan interval antara keduannya tergantung pada putaran dan beban engine. Busi
yang terletak dekat saluran masuk menyala lebih dulu kemudian saat api merambat /
propagasi, busi yang dekat pipa buang (exhaust) menyala (sebelum TMA). Api
berekspasi dengan cepat ke seluruh bagian untuk menghasilkan pembakaran yang
komplit. Hal ini menghasilkan pembakaran yang lebih cepat dan tekanan silinder yang
lebih tinggi yang memberikan output engine yang tinggi.
Gambar 9.68. Perubahan saat penyalaan busi pada beberapa putaran engine
Apabila kapasitas panas dari inti api rendah dan inti api tersebut mudah
didinginkan oleh elektroda busi, maka apinya tidak bisa menyebar sehingga
pengapian tersebut tidak sempurna. Efek pemadaman elektroda lebih sedikit apabila
elektrodanya lebih tipis dan jarak elektroda lebih bisar. Karena itulah, sekarang ini
jarak elektroda busi lebih lebar dan pusat elektrodanya atau alur ground elektrodanya
lebih tipis dengan tujuan meningkatkan performa pengapiannya.
Normal
Berwarna coklat ke abu-abuan dan ada sedikit aus
pada elektrodanya. Nilai panas busi ini sesuai dengan
mesin dan kondisi kerjanya. Jika busi ini akan diganti,
maka gantilah dengan busi dengan tingkat panas yang
sama.
Aus
Elektroda berbentuk membulat dengan sedikit kerak
pada ujungnya. Warnanya normal. Kondisi ini dapat
menyebabkan susah start pada cuaca dingin dan
menyebabkan bahan bakar boros. Busi ini sudah
terlalu lama dipakai pada mesin. Sebaiknya diganti
dengan busi dengan tingkat panas yang sama dan
rawat sesuai jadwal yang direkomendasikan.
Kerak karbon
Kerak yang menempel kering dan berjelaga yang
menunjukkan bahwa campuran terlalu kaya atau
pengapian lemah. Hal ini dapat menyebabkan
kegagalan pengapian (misfiring) dan mesin susah di
start.
Kerak abu
Berwarna coklat muda yang bertumpuk pada bagian
pinggir atau tengah elektroda. Hal ini terjadi karena
penggunaan bahan tambah atau aditif untuk pelumas
atau bahan bakar. Jumlah kotoran yang berlebihan ini
akan menghalangi percikan api sehingga dapat
menyebabkan misfiring dan gangguan saat akselerasi.
Kerak minyak
Lapisan minyak yang disebabkan oleh minyak
pelumas yang bocor karena aus pada dudukan katup
atau ring piston yang masuk ke dalam ruang bakar. Ini
dapat menyebabkan mesin susah di start atau
terjadinya misfiring. Sebaiknya kondisi mekanik mesin
diperiksa dan diperbaiki dan ganti busi dengan yang
baru.
Terlalu panas
Elektroda dan insulator busi berwarna putih, elektroda
terkikis, dan tidak terdapat kerak. Hal ini dapat
menyebabkan umur busi pendek. Jika hal ini terjadi
sebaiknya diperiksa kesesuaikan tingkat panas busi,
pengapian yang terlalu maju, campuran bahan bakar
yang kurus, kebocoran vakum intake manifold, dan
pendinginan mesin yang kurang efisien.
Detonasi
Insulator retak atau pecah. Cara penyetelan celah
yang tidak sesuai dapat juga menyebabkan pecahnya
ujung insulator dan pecahannya dapat menyebabkan
kerusakan piston. Periksa dan yakinkan bahwa nilai
oktan (anti knock) bahan bakar sesuai dengan yang
dibutuhkan mesin. Hati-hati saat menyetel celah pada
busi baru.
1.
Pemeriksaan kabel tegangan
tinggi
Lepas kabel tegangan tinggi
dengan menarik tutup karetnya
(jangan menarik kabel tegangan
tingginya).
3.
Pemeriksaan pada busi
Lepas semua busi dari
dudukannya kemudian bersihkan
dengan pembersih busi atau
sikat baja. Periksa keausan
elektroda busi, kerusakan ulir,
kondisi isolasinya, dan lain-lain.
Jika kondisi busi ada kerusakan,
ganti busi.
Periksa celah busi, jika tidak
tepat setel celah busi dengan
membengkokan elektroda
negatif secara hati-hati. Celah
busi 0,8 sampai 1,1 atau
sesuaikan dengan spesifikasi
kendaraan yang telah diberikan
oleh pabrik.
Pasang kembali busi dengan
momen pengencangan 180
kg.cm atau sesuaikan dengan
spesifikasi kendaraannya.
5. Pemeriksaan tahanan
kumparan sekunder
Periksa tahanan kumparan
sekunder dengan mengetes
terminal positif dan terminal
tegangan tinggi koil.
Tahanannya harus menunjukkan
10,7 sampai 14,5 k ohm.
7. Pemeriksaan sumber
tegangan
Posisikan kunci kontak pada
posisi ON, kemudian gunakan
voltmeter untuk mengukur
tegangan pada terminal resistor
(kabel hitam dan kabel merah).
Pasang kaki positif tester pada
terminal resistor tesebut dan kaki
tester lainnya ke massa.
Tegangan harus menunjukkan
sekitar 12 V.
5. Pemeriksaan sentrifugal
advancer
Putar rotor berlawanan dengan
arah jarum jam. Pastikan bahwa
rotor dapat kebali dengan cepat
se arah jarum jam.
Yakinkan bahwa rotor tidak
terlalu longgar.
Pembongkaran distributor
1. Lepas kontak pemutus pada
distributor dan dudukannya
sehingga sentrifugal advancer
dapat terlihat dengan jelas.
Lepas pegas sentrifugal
advancer dengan obeng kecil
secara hati-hati agar pegas tidak
rusak karena bisa menyebabkan
berubahnya karakteristik
pemajuan saat pengapian.
Dalam pemasangan kembali
pegas, harus dengan hati-hati
juga agar tidak merusak pegas.
3.
6. Pasang distributor
Posisikan silinder 1 pada top
kompresi (TMA) dengan terlebih
dahulu melepas busi nomor 1.
tutup lubang busi dengan jari
kemudian putar poros engkol
searah dengan putaran mesin.
Jika terasa ada tekanan pada
jari, maka ini berarti silinder 1
dalam posisi kompresi / TMA.
Jika belum ada tekanan, ulangi
proses tersebut.
7.
Pasang distributor
Lumasi O ring dengan minyak
pelumas mesin
9.7. Ringkasan
Sistem pengapian digunakan untuk menghasilkan percikan bungan api yang kuat dan
pada saat yang tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam
ruang bakar. Sistem pengapian yang baik akan menghasilkan performa engine yang
baik sehingga kondisi sistem pengapian harus selalu dijaga. Penyetelan celah kontak
pemutus yang tidak tepat menyebabkan kurang optimumnya medan magnet yang
terbentuk pada koil sehingga dapat mempengaruhi besar kecilnya api pada busi.
Beberapa syarat dari sistem pengapian adalah 1) sistem pengapian harus mempunyai
suatu sumber energi, 2) sistem pengapian harus mampu mensuplai arus yang cukup
(ke koil) untuk menghasilkan medan magnet yang kuat untuk mendapatkan energi
yang tinggi sehingga dapat menghasilkan bunga api untuk membakar campuran udara
bahan bakar di dalam ruang bakar, 3) sistem pengapian harus menghasilkan
tegangan puncak yang lebih tinggi dari pada syarat batas tegangan busi pada semua
tingkat kecepatan, 4) durasi loncatan api harus cukup lama dengan energi yang cukup
untuk menjamin terjadinya penyalaan campuran udara dan bahan bakar, 5) sistem
pengapian harus mendistribusikan tegangan tinggi ke tiap busi pada saat yang tepat
dalam tiap siklus, 6) sistem pengapian harus mempunyai ketahanan yang cukup untuk
menahan getaran dan panas yang dihasilkan oleh mesin.
Sistem pengapian elektronik memanfaatkan kerja transistor untuk memutus
dan mengalirkan arus primer koil. Kerja transistor ini dikontrol oleh pulsa tegangan
yang berasal dari pembangkit pulsa yang telah dikuatkan untuk mentriger transistor.
Sinyal tegangan ini biasanya dihasilkan dari beberapa macam, yaitu tipe induktif
(medan magnet dan kumparan), tipe efek Hall (semikonduktor dan magnet), dan
model infra merah atau model cahaya. Sinyal tegangan yang dihasilkan masih sangat
lemah sehingga tidak bisa langsung dimanfaatkan untuk memicu kerja transistor
sehingga perlu dikuatkan olah bagian penguat. Sinyal tegangan yang sudah kuat
kemudian digunakan untuk memicu transistor sehingga dapat bekerja ON dan OFF
untuk mengalirkan dan memutus arus primer koil.
Sistem pengapian CDI bekerja dengan memanfaatkan kerja pengisian dan
pembuangan muatan kapasitor. Tegangan yang diisikan ke kapasitor adalah tegangan
tinggi (300 500 volt). Pada sistem pengapian ini tegangan baterai dinaikan oleh
rangkaian converter untuk mencapai tegangan tinggi tersebut. Proses pembuangan
muatan kapasitor terjadi pada saat terjadi rangkaian tertutup kapasitor dan kumparan
primer koil melalui thyristor. Pada sistem CDI, koil masih digunakan tetapi fungsinya
hanya sebagai transformator tegangan tinggi, tidak untuk menyimpan energi. Sebagai
pengganti, sebuah kapasitor digunakan sebagai penyimpan energi. Dalam sistem ini
kapasitor diisi (charged) dengan tegangan tinggi sekitar 300 V sampai 500 V, dan
pada saat sistem bekerja (triggered), kapasitor tersebut membuang (discharge)
energinya ke kumparan primer koil pengapian. Koil tersebut menaikan tegangan (dari
pembuangan muatan kapasitor) menjadi tegangan yang lebih tinggi pada kumparan
sekunder untuk menghasilkan percikan api pada busi.
Sistem pengapian terkontrol komputer (ESA) merupakan sistem pengapian
yang proses pemajuan dan pemunduran saat pengapian dikontrol oleh komputer.
Sistem pengapian model ini terdiri dari beberapa model, yaitu sistem pengapian ESA
dengan distributor, sistem pengapian ESA tanpa distributor (DLI), sistem pengapian
langsung (DIS), dan sistem pengapian i-DSI. Pengontrolan pengapian dilakukan oleh
komputer (electronic control unit) yang juga sebagai pengontrol sistem penginjeksian
bahan bakar. Pengontrolan ini terutama pada sistem pemajuan atau pemunduran saat
pengapian (ignition timing) yang disesuaikan dengan kondisi kerja engine. Pada
sistem pengapian yang dikontrol komputer, engine dilayani dengan sistem pengapian
yang sangat mendekati karakteristik saat pengapian yang ideal. Komputer unit
menentukan saat pengapian berdasarkan masukan-masukan dari sensor dan memori
internalnya yang memiliki data saat pengapian yang optimal untuk setiap kondisi
putaran engine.
16. Gambar dan diskusikan bersama teman diagram blok prinsip kerja sistem
pengapian ESA
17. Analisalah kaitan antara sensor-sensor yang ada pada engine dengan sistem
pengapian
18. Buat analisis jika sinyal IGF tidak keluar dari sistem pengapian.
19. Jelaskan proses penyalaan busi pada sistem pengapian i-DSI.
20. Sebutkan langkah-langkah dalam pemeriksaan distributor
21. Jelaskan langkah-langkah pemeriksaan pada sistem pengapian.