You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

ANALISIS VOLUMETRI

OLEH :
PUTU ELVIRA YULIANTHI
(1608511050)
KELOMPOK B
MEJA 21

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
ANALISIS VOLUMETRI

I. Tujuan Percobaan
1. Memahami pengertian analisis volumetri.
2. Memahami reaksi yang terjadi pada analisis volumetri.
3. Menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan.
4. Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH.
5. Mengetahui volume titrasi yang akan dibutuhkan dalam percobaan
analisis volumetri.
6. Mengetahui perubahan warna dari asam oksalat dan asam asetat
perdagangan setelah dititrasi menggunakan larutan NaOH.

II. Dasar Teori


Secara garis besar jenis analisis dikelompokan menjadi : analisis secara
fisik, kimia, fisikokimia, mikrobiologis, organoleptik. Analisis berasal dari bahasa
latin yaitu analusys yang berarti melepaskan. Secara umum analisis dapat
diartikan usaha pemisahan satu-kesatuan materi bahan menjadi
komponen-komponen penyusunnya sehingga dapat diketahui lebih lanjut. Analisis
juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif
(Day, 1999).
Analisis kualitatif adalah analisa yang menyangkut identifikasi zat, yaitu
unsur atau senyawa apa yang ada di dalam suatu contoh, sedangkan analisis
kuantitatif adalah analisa mengenai penentuan berapa zat tertentu ada di dalam
suatu contoh, zat yang ditentukan sering disebut sebagai zat yang diinginkan atau
analit (dapat terdiri dari sebagian kecil atau besar dari contoh yang dianalisa) (Day,
1999).
Analisis Volumetri merupakan bagian dari analisis secara
kuantitatif. Volumetri adalah analisa yang didasarkan pada pengukuran volume
dalam pelaksanaan analisanya. Analisis Volumetri disebut juga Titrimetri karena
proses analisanya berupa titrasi, dimana larutan standar (pereaksi) sebagai titran
yang ditempatkan di dalam buret yang digunakan untuk mentitrasi larutan yang
akan ditentukan jumlah analitnya. Titran adalah larutan standar yang telah
diketahui dengan tepat konsentrasinya. Analisis titrimetri di dasarkan pada reaksi
kimia antara kompnen analit dengan titran, dinyatakan dengan persamaan umum
(Brady, 1999) :
aA + tT hasil reaksi
Keterangan :
a = Jumlah mol analit (A)
t = Jumlah mol titran (T)
A = Analit yang dititrasi, zat (larutan ) pada wadah yang dititrasi
T = Titran (zat penitrasi), cairan yang dialirkan dari buret yang telah
dikatahui dengan tepat konsentrasinya.
Pada analisis ini mula-mula titran ditambahkan kedalam larutan analit
menggunakan peralatan khusus yang disebut buret sampai mencapai volume
tertentu atau dengan kata lain sejumlah titran telah ekivalen dengan jumlah analit,
maka dikatakan bahwa titik ekivalen telah tercapai. Untuk mengetahui
penambahan titran dihentikan dapat digunakan zat kimia yang disebut indikator
yang tanggap terhadap adanya titran berlebih yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi tepat pada
titik ekivalen. Titik akhir merupakan titik titrasi pada saat indikator berubah warna.
Sedangkan titik akhir titrasi adalah keadaan waktu menghentikan titrasi, yaitu
pada saat indikator warnanya berubah. Yang ideal seharusnya titik ekivalensi dan
titik akhir harus sama. Salah satu aspek penting dalam analisis volumetri adalah
memilih indikator untuk membuat kedua titik tersebut (Brady, 1999).
Larutan baku (larutan standar) adalah larutan yang kadarnya telah
diketahui dengan teliti dan dipakai sebagai larutan pembanding utnuk menghitung
kadar larutan lain. Proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti
konsentrasi suatu larutan dinamakan standarisasi. Larutan standar dibuat dari
sejumlah zat yang diinginkan yang secara teliti ditimbang, dengan melarutkannya
kedalam volume larutan yang secara teliti diukur volumnya. Konsentrasi larutan
baku dalam titrasi dapat dinyatakan sebagai larutan molar (M) atau larutan normal
(N). Larutan baku terdiri atas 2 jenis (Anshory, 2000) :
1. Larutan baku primer : zat kimia yang benar-benar murni bila ditimbang
dengan tepat dan dilarutkan sejumlah tertentu pelarut yang sesuai.
Contoh zat standar primer adalah asam oksalat, natrium oksalat, kalium
bromat, kalium iodat, natrium klorida, boraks, dan natrium karbonat.
2. Larutan baku sekunder adalah larutan standar lain yang ditetapkan
konsentrasinya melalui titrasi dengan mengunakan larutan standar primer.
Contoh zat standar sekunder adalah NaOH, KOH, KMnO4, Na2S2O3. I2, HCl
dan H2SO4.
Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan untuk larutan standar primer
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Anshory, 2000) :
a. Harus stabil dan mudah ditimbang
b. Berat ekivalennya harus besar
c. Reaksinya harus sempurna
d. Harganya relatif murah
e. Mudah didapat dalam keadaan murni dan mempunyai rumus molekul yang
pasti
Reaksi-Reaksi Kimia Yang Digunakan Untuk Volumetri
1. Asam basa, titrasi yang didasarkan pada reaksi ini disebut titrasi penetralan
atau titrasi asidimetri- alkalimetri.
H3O+ + OH- 2H2O
H3O+ + A- HA + H2O
B+ + OH- BOH
Asam dan garam dari basa lemah asam kuat dapat dititrasi dengan larutan
baku basa proses ini disebut alkalimetri. Basa dan garam dari asam lemah
basa kuat dapat dititrasi dengan larutan baku asam prosesnya dinamakan
asidimetri.
2. Oksidasi-reduksi
Titrasi berdasarkan reaksi redoks banyak digunakan misalnya :
Permanganometri, Bikromatometri, Bromatometri, Iodometri, dan Iodimetri.
Contoh : Besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan suatu larutan
standar serium (IV) sulfat.
Fe2+ + Ce2+ Fe3+ + Ce3+
3. Pengendapan
Titrasi yang didasarkan pada reaksi pengendapan, misalnya kation perak
dengan anion hidrogen yang disebut dengan titrasi argentometri atau Zn2+
dengan K4Fe(CN)6.
Ag+ + Cl- AgCl
2 Zn2+ + K4Fe(CN)6 Zn2Fe(CN)6 + 4K+
4. Pembentukan kompleks
Titrasi ini didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks stabil antara ion
perak dan sianida, disamping itu pereaksi organik asam etilen diamin tetra
asetat (EDTA) membentuk ion kompleks stabil dengan dengan sejumlah ion
logam.
Ag+ + 2CN- Ag(CN)2-
EDTA + Ca2+ Fe(EDTA) + 2H+
(Nugroho, 2011).
Persyaratan Reaksi Kimia yang Digunakan untuk Titrasi
1. Reaksi harus berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi-reaksi samping,
yaitu zat-zat lain dalam larutan tidak boleh bereaksi atau mengganggu reaksi
utama.
2. Reaksi harus berlangsung dengan cepat dan benar-benar lengkap pada titik
ekivalen. Sehingga titran dapat berlangsung lengkap dalam beberapa menit.
3. Pada saat terjadinya kesetaraan antara zat yang dititrasi dan penitrasi harus
ada perubahan yang nyata sehingga dapat ditunjukkan dengan adanya
perubahan dari indikator yang digunakan.
4. Harus ada zat atau alat yang dapat digunakan untuk menentukkan titik akhir
titrasi yaitu indikator.
(Haryadi, 1990).
Titrasi Asidi-alkalimetri
Pada titrasi asidi-alkalimetri atau titrasi asam-basa proton ditransfer dari satu
molekul ke molekul lain. Didalam air, proton tersolvasi sebagai H3O+. Reaksi
asam-basa tersebut bersifat reversibel. Ion H3O+ juga merupakan hasil reaksi
autoprotolisis sebagai berikut :
H2O + H2O H3O+ + OH-
Reaksi diatas merupakan reaksi transfer proton dari molekul air satu ke molekul
air lainnya dan mengalami kesetimbangan (Khopkar, 2003).
Indikator dalam larutan dapat berada dalam bentuk asam maupun basa. Bila
hanya salah satu bentuk itu mempunyai warna tertentu maka disebut indikator
satu warna, seperti Thymolphthalein (tak berwarna-biru), Phenolphthalein (tak
berwarna-merah). Bila kedua bentuk itu mempunyai warna yang berbeda, maka
disebut indikator dua warna, seperti Metylorange (merah-kuning), Metylred
(merah-kuning) dan masih banyak yang lain (Team Kimia Dasar, 2017).
Konsentrasi ion H3O+ yang ada dalam larutan sangat mempengaruhi warna
indikator. Bila konsentrasi ion hidronium bertambah, maka keseimbangan akan
bergeser ke kiri, sehingga indikator mempunyai bentuk asam. Sebaliknya, bila
konsentrasi ion hidronium berkurang, maka keseimbangan akan bergeser ke kanan
dan indikator berada dalam bentuk basa (Team Kimia Dasar, 2017).
Pada titrasi asam-basa, indikator yang dipilih harus dapat berubah warnanya
pada saat titik ekuivalen tercapai. Pada titrasi asidi-alkalimetri akan dilakukan dua
kali percobaan yaitu pembakuan larutan sekunder dan penentuan kadar asam
asetat dalam cuka perdagangan. (Team Kimia Dasar, 2017).

III. Alat dan Bahan


Alat :
a. Biuret
b. Erlenmeyer
c. Pipet tetes
d. Gelas ukur
e. Statif
f. Ball filler
g. Gelas beker
h. Pipet volume
Bahan :
a. Larutan NaOH
b. Indikator phenolphtalein (PP)
c. Larutan asam asetat perdagangan
d. Larutan asam oksalat

IV. Cara Kerja


Percobaan I : Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu dipasangkan biuret pada
statif. Kemudian diambil larutan NaOH dan larutan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
masing-masing sebanyak 50 mL menggunakan gelas ukur, setelah itu dibersihkan
biuret yang telah terpasang pada statif menggunakan larutan NaOH. Setelah biuret
bersih, dimasukkan larutan NaOH sebanyak 10 mL ke dalam biuret. Kemudian
disiapkan 3 buah erlenmeyer. Diambil larutan asam oksalat didalam gelas ukur
sebanyak 10 mL menggunakan pipet volume, lalu dimasukkan kedalam
erlenmeyer. Setelah itu, asam oksalat tersebut ditetesi indikator phenolphtalein
sebanyak 3 tetes. Kemudian, di titrasi menggunakan larutan NaOH sampai
berubah warna menjadi merah muda. Setelah berubah warna, dicatat volume
NaOH yang digunakan agar larutan asam oksalat yang telah ditetesi indikator
phenolphtalein berubah warna menjadi merah muda. Diulangi percobaan diatas
sebanyak 3 kali dengan perlakuan yang sama.
Percobaan II : Penentuan kadar asam asetat
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu dipasangkan biuret pada
statif. Kemudian diambil larutan NaOH dan larutan asam asetat perdagangan
masing-masing sebanyak 50 mL menggunakan gelas ukur, setelah itu dibersihkan
biuret yang telah terpasang pada statif menggunakan larutan NaOH. Setelah biuret
bersih, dimasukkan larutan NaOH sebanyak 10 mL ke dalam biuret. Kemudian
disiapkan 3 buah erlenmeyer. Diambil larutan asam asetat perdagangan didalam
gelas ukur sebanyak 10 mL menggunakan pipet volume, lalu dimasukkan
kedalam erlenmeyer. Setelah itu, asam oksalat tersebut ditetesi indikator
phenolphtalein sebanyak 3 tetes. Kemudian, di titrasi menggunakan larutan NaOH
sampai berubah warna menjadi merah muda. Setelah berubah warna, dicatat
volume NaOH yang digunakan agar larutan asam asetat perdagangan yang telah
ditetesi indikator phenolphtalein berubah warna menjadi merah muda. Diulangi
percobaan diatas sebanyak 3 kali dengan perlakuan yang sama.
V. Data Pengamatan
Percobaan I : Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH
Indikator yang digunakan : Indikator Phenolphtalein
Perubahan warna yang terjadi : Bening-Merah muda
Percobaan Volume H2C2O4.2H2O Volume NaOH
I 10 mL 4,8 mL
II 10 mL 4,9 mL
III 10 mL 4,7 mL

Percobaan II : Menentukan kadar asam asetat


Indikator yang digunakan : Indikator Phenolphtalein
Perubahan warna yang terjadi : Bening-Merah muda
Percobaan Volume Asam Asetat Volume NaOH
I 10 mL 2,7 mL
II 10 mL 3,3 mL
III 10 mL 3,1 mL

VI. Pembahasan
Percobaan 1: Menentukan normalitas larutan baku primer asam oksalat
Diketahui : Berat asam oksalat = 3,1735 gram
Volume asam oksalat = 1000 mL = 1 L
B.M asam oksalat = 126 gr/mol
Ditanya : Normalitas asam oksalat ?
Penyelesaian :
Molalitas ( m ) = = 0,025 mol
Molaritas ( M ) = = 0,025 mol/L

H2C2O4 2H+ + C2O42-


1 grek = mol, dan 1 mol H2C2O4 = 2 grek
H2C2O4.2H2O = 0,025 mol/L x 2 grek/mol
= 0,05 grek/L
= 0,05 N
Percobaan 2: Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH
Diketahui : Volume asam oksalat (Va) = 10 mL
Normalitas asam oksalat (Na) = 0,0705 N
Volume NaOH (Vb) = I. 4,8 mL
= II. 4,9 mL
= III. 4,7 mL
Ditanya: a. Normalitas NaOH setiap percobaan .......?
b. Normalitas NaOH rata-rata .........?

Jawab :
a. Normalitas NaOH setiap percobaan
Titrasi I Volume NaOH (Vb) = 4,8 mL
Va . Na = Vb . Nb
10 mL . 0,0705 N = 4,8 mL . Nb
10mL 0,0705 N
Nb =
4,8mL
= 0,1469 N

Titrasi II Volume NaOH ( b) = 4,9 mL


V
Va . Na = Vb . Nb
10 mL . 0,0705 N = 4,9 mL . Nb
10mL 0,0705 N
Nb =
4,9mL
= 0,1439 N

Titrasi III Volume NaOH (Vb) = 4,7 mL


Va . Na = Vb . Nb
10 mL . 0,0705 N = 4,7 mL . Nb
10mL 0,0705 N
Nb =
4,7 mL
= 0,15 N
b. Normalitas NaOH rata-rata
0,1469 N 0,1439 N 0,15 N
Nb rata-rata =
3
= 0,1469 N
Percobaan 3: Penentuan kadar asam asetat
Diketahui: Volume asam asetat = 10 mL
Mr CH3COOH = 60 gr/mol
N NaOH (Nb) = 0,1469 N
V NaOH (Vb) = I. 2,7 mL
II. 3,3 mL
III. 3,1 mL
Ditanya: a. Kadar asam asetat setiap percobaan ........?
b. Kadar asam asetat rata-rata .........?

Jawab:
1 mol CH3COOH = 1grek
a. Kadar asam asetat setiap percobaan
Titrasi I Volume NaOH (Vb) = 2,7 mL
Va . Na = Vb . Nb
10 mL . Na = 2,7 mL . 0,1469 N
2,7 mL 0,1469 N
Na =
10mL
= 0,0397 N
N 0,0397
[CH3COOH] = = 0,0397 M
mol 1
Kadar CH3COOH = M . Mr
= 0,0397 mol/L . 60 gr/mol
= 2,382 gr/L
Artinya, dalam 100 mL CH3COOH = 0,1 L . 2,382 gr/L =
0,2382 gr
Kadar asam asetat = 0,2382 gr . 100% = 23,82%
Titrasi II Volume NaOH (Vb) = 3,3 mL
Va . Na = Vb . Nb
10 mL . Na = 3,3 mL . 0,1469 N
3,3mL 0,1469 N
Na =
10mL
= 0,0480 N
N 0,0480
[CH3COOH] = = 0,0480 M
mol 1
Kadar CH3COOH = M . Mr
= 0,0480 mol/L . 60 gr/mol
= 2,88 gr/L
Artinya, dalam 100 mL CH3COOH = 0,1 L . 2,88 gr/L = 0,288
gr
Kadar asam asetat = 0,288 gr . 100% = 28,8%

Titrasi III Volume NaOH (Vb) = 3,1 mL


Va . Na = Vb . Nb
10 mL . Na = 3,1 mL . 0,1469 N
3,1mL 0,1469 N
Na =
10mL
= 0,0455 N
N 0,0455
[CH3COOH] = = 0,0455 M
mol 1
Kadar CH3COOH = M . Mr
= 0,0455 mol/L . 60 gr/mol
= 2,73 gr/L
Artinya, dalam 100 mL CH3COOH = 0,1 L . 2,73 gr/L = 0,273
gr
Kadar asam asetat = 0,273 gr . 100% = 27,3%
b. Kadar asam asetat rata-rata
23,82% 28,8% 27,3%
Kadar rata-rata = 26,64%
3
Analisis volumetri merupakan analisa yang didasarkan pada pengukuran
volume dalam pelaksanaan analisanya. Analisis Volumetri disebut juga Titrimetri
karena proses analisanya berupa titrasi, dimana larutan standar (pereaksi) sebagai
titran yang ditempatkan di dalam buret yang digunakan untuk mentitrasi larutan
yang akan ditentukan jumlah analitnya. Titran adalah larutan standar yang telah
diketahui dengan tepat konsentrasinya (larutan penitrasi), sedangkan titrat
merupakan larutan yang dititrasi. Percobaan Analisis Volumetri kali ini bertujuan
untuk menentukan kadar asam asetat pada cuka perdagangan. Pada praktikum
Analisis Volumetri ini dilakukan titrasi asam basa, dimana yang dititrasi adalah
asam lemah dengan basa kuat serta indikator phenolphthalein. Dalam hal ini asam
lemah sebagai titrat (larutan yang dititrasi), sedangkan basa kuat sebagai titrannya
(larutan penitrasi). Selain hal tersebut, Normalitas atau jumlah gram ekivalen zat
terlarut dalam satu liter larutan juga ditentukan.
Pada percobaan pertama normalitas asam oksalat diketahui melalui rumus
normalitas yang sebelumnya dihitung terlebih dahulu molnya dengan membagi
berat asam oksalat yang telah diketahui dengan Mr-nya. Setelah didapatkan mol,
maka dapat diketahui molaritasnya dengan membagi mol dengan volume asam
oksalat yang telah diketahui. Sehingga dari data-data yang diketahui didapat
diketahui normalitas asam oksalat dengan cara menggalikan molaritas asam
oksalat dengan berat ekivalennya. Sehingga pada percobaan pertama ini
didapatkan normalitas dari asam oksalat yaitu 0,05 N.
Percobaan kedua adalah menentukan normalitas larutan baku sekunder
NaOH. Dalam percobaan ini normalitas larutan sekunder NaOH ditentukan.
Percobaan ini dilakukan titrasi asam basa. Dalam titrasi asam basa ini, asam
lemah yaitu asam oksalat bertindak sebagai titrat (larutan yang dititrasi),
sedangkan basa kuat yaitu NaOH sebagai titran (larutan penitrasi). Larutan asam
oksalat 10,0 mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan
dengan indikator phenolphthalein sebanyak 3 tetes, lalu larutan tersebut dititrasi
dengan NaOH. Reaksi yang terjadi saat asam oksalat direaksikan dengan NaOH
adalah :
H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + H2O
Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Untuk percobaan pertama,
volume NaOH yang diperlukan agar timbul warna merah muda yaitu 4,8 mL.
Sedangkan untuk ppercobaan kedua volume NaOH yang diperlukan agar timbul
warana merah muda yaitu 4,9 mL, dan percobaan ketiga volume NaOH yang
diperlukan agar timbul warna merah muda adalah 4,7 mL. Seperti pada percobaan
1, percobaan kedua dan percobaan ketiga ini juga menentukan normalitas dari
NaOH. Berdasarkan hasil perhitungan, normalitas NaOH pada percobaan 1
diperoleh sebesar 0,1469 N, sedangkan untuk percobaan 2 normalitas yang
diperoleh sebesar 0,1439 N, dan pada percobaan terakhir normalitas NaOH yang
didapat sebesar 0,15 N. Sehingga normalitas NaOH rata-rata yang diperoleh
sebesar 0,1469 N.
Percobaan yang terakhir adalah penentuan kadar asam asetat. Seperti halnya
dengan percobaan pertama, normalitas dari NaOH ditentukan, tidak hanya
normalitas dari NaOH yang ditentukan namun kadar asam asetat serta kadar asam
asetat rata-rata dalam sebuah sampel cuka perdagangan juga ditentukan.
Percobaan ini dilakukan titrasi asam basa. Dalam titrasi asam basa ini, asam
lemah yaitu asam asetat bertindak sebagai titrat (larutan yang dititrasi), sedangkan
basa kuat yaitu NaOH sebagai titran (larutan penitrasi). Larutan asam asetat
(CH3COOH) 10,0 mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan
dengan indikator phenolphthalein sebanyak 3 tetes, lalu larutan tersebut dititrasi
dengan NaOH. Reaksi yang terjadi saat asam asetat direaksikan dengan NaOH
adalah :
CH3COONa + H2O CH3COONa + H2O
Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Untuk percobaan pertama,
timbulnya warna merah muda pada volume NaOH yaitu 2,7 mL. Sedangkan untuk
percobaan kedua volume NaOH yang diperlukan agar muncul warna merah muda
sebesar 3,3 mL. Dan pada percobaan ketiga, volume NaOH yang diperlukan agar
timbul warna merah muda yaitu 3,1 mL. Berdasarkan hasil perhitungan,
normalitas CH3COOH pada percobaan pertama sebesar 0,0397 N. Sementara pada
percobaan kedua, normalitas CH3COOH yang didapat sebesar 0,0480 N dan pada
pengulangan terakhir diperoleh normalitas CH3COOH sebesar 0,0455 N. Setelah
mengetahui normalitas asam asetat dari masing-masing percobaan maka diperoleh
kadar asam asetat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu sebesar 23,82%
untuk percobaan pertama, kemudian sebesar 28,8% untuk percobaan kedua dan
sebesar 27,3% untuk percobaan ketiga. Sehingga diperoleh rata-rata kadar asam
asetat (CH3COOH) sebesar 26,64%.

VII. Simpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Analisa volumetri adalah metode analisa kuantitatif yang menetapkan
kadar atau konsentrasi suatu ion atau senyawa dengan menggunakan
perbandingan volume.
2. Reaksi reaksi yang terjadi pada analisis volumetri adalah reaksi
asam-basa, reaksi pengendapan, reaksi oksidasi-reduksi dan reaksi
pembentukan senyawa kompleks
3. Kadar asam asetat pada cuka perdagangan sebesar 26,64%.
4. Normalitas NaOH pada percobaan Analisis Volumetri sebesar 0,1469 N.
5. Volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi H2C2O4.2H2O sebanyak
4,8 mL untuk percobaan pertama. Sementara percobaan kedua dan ketiga
dibutuhkan volume NaOH sebesar 4,9 mL dan 4,7 mL.
6. Volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi asam asetat
perdagangan sebanyak 2,7 mL untuk percobaan pertama. Sementara
percobaan kedua dan ketiga dibutuhkan volume NaOH sebesar 3,3 mL
dan 3,1 mL.
7. Perubahan warna yang terjadi pada kedua percobaan adalah warna merah
muda, dimana indikator yang digunakan adalah indikator phenolphthalein
sebanyak 3 tetes.
DAFTAR PUSTAKA

Day, Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI. Erlangga : Jakarta.

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Azas & Struktur Jilid 1 Edisi ke-5.
Jakarta : Binarupa Aksara.

Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia : Jakarta.

Irfan, Anshory. 2000. Ilmu Kimia. Erlangga : Jakarta.

S.M, Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : U.I Press.

Nugroho, eko. 2011. Reaksi dalam Analisis Volumetri.


http://ekobudiprasetyonugroho.blogspot.com/2011/03/24/reaksi-reaksi-dalam
-analisis-volumetri/. Diakses pada 29 April 2017.

You might also like