Professional Documents
Culture Documents
Learning Objectives
Studi terkait perilaku akuntan atau perilaku nonakuntan terkait bagaimana mereka
dipengaruhi oleh fungsi akuntansi dan pelaporan.
Riset akuntansi perilaku, riset pasar modal, dan riset teori keagenan dapat disebut
juga riset positif dalam pengertian bahwa riset tersebut sama-sama fokus dalam
hal menemukan fakta: riset capital market mempertanyakan bagaimana pasar
modal bereaksi terhadap informasi akuntansi; teori keagenan mempertanyakan
apa saja insentif ekonomi yang menentukan pemilihan metode akuntansi?; dan
riset perilaku mempertanyakan bagaimana sebenarnya orang menggunakan dan
memproses informasi akuntansi?: Akan tetapi, mereka juga sangat berbeda dalam
banyak hal. Seumpamanya, riset pasar modal memandang pada tingkat makro dari
pasar sekuritas secara keseluruhan, sebagaimana teori keagenan dan akuntansi
perilaku fokus pada tingkat mikro pada manajer secara individu dan perusahaan.
Riset pasar modal dan teori keagenan keduanya merupakan turunan dari disiplin
ilmu ekonomi dan terlepas dari motivasi sebenarnya orang-orang pada umumnya
dengan mengasumsikan bahwa setiap orang merupakan pribadi yang rasional yang
mempunyai tujuan memaksimalkan kekayaan. Akuntansi perilaku, di lain pihak,
merupakan turunan dari disiplin ilmu lainnya seperti psikologi, sosiologi, dan teori
organisasi, dan secara umum tanpa adanya asumsi terkait bagaimana orang
berperilaku; daripada, tujuannya untuk menemukan mengapa orang berperilaku
sebagaimana mereka berperilaku. Maka dari itu, setiap dari disiplin ilmu riset
akuntansi tersebut dibuat untuk menjawab jenis pertanyaan yang berbeda terkait
praktik akuntansi.
Terdapat sejumlah alasan yang baik yang menyatakan bahwa riset akuntansi
perilaku merupakan hal yang penting untuk praktisi akuntansi dan lainnya:
b. Riset dapat menyediakan gagasan yang berharga dalam berbagai jenis keputusa
yang dihasilkan oleh pembuat keputusan dalam menghasilkan, memproses, dan
bereaksi terhadap atribut-atribut informasi akuntansi dan metode komunikasi. Dari
gagasan tersebut, dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan dalam berbagai cara sebagaimana dijelaskan nanti dalam bab ini pada
bahasan pengambilan keputusan Brunswik Lens Model.
Maksud dari BAR pertama kali muncul dalam literatur pada 1967, akan tetapi riset
HJT mempunyai pondasi yang tersendiri dalam literatur psikologi dengan
perkembangan togas oleh Ward Edwards dalam 1954. Penerapan riset untuk
akuntansi dan audit dapat tidak berlaku sampai dengan 1974 ketika Ashton
mempublikasikan studi percobaan penilaian pengendalian internal yang dibuat oleh
auditor.
Pada 30 tahun terakhir telah terlihat gebrakan dari BAR secara umum dan riset HJT
secara khusus, terutama dalam audit, di mana pentingnya penilaian terhadap
proses audit merupakan hal yang terpenting. Untuk lebih luasnya, perkembangan
riset perilaku dalam area akuntansi keuangan telah mengalami kemunduran oleh
dominasi dari teori kontrak sejak tahun 1980an. Meskipun, gagasan penting dalam
hubungan antara informasi akuntansi dan perilaku manusia telah akan datang.
Tujuan utama riset HJT merupakan untuk menjelaskan cara yang mana orang
menggunakan dan memroses bagian-bagian informasi (dan lainnya) akuntansi
dalam konteks pendekatan khusus pengambilan keputusan. Dalam buku ini
mendeskripsikan proses pengambilan keputusan orang sebagai sebuah model.
Sehingga, untuk contohnya, kita mungkin menggunakan teknik riset HJT untuk
model (atau mewakili) cara yang mana petugas peminjaman bank memroses
berbagai bagian informasi ( atau isyarat sebagaimana mereka disebut) seperti
keuntungan dan bentuk aliran kas untuk membuat keputusan terkait apakah akan
menyetujui penerapan pinjaman dari sebuah perusahaan. Meskipun model lensa
Brunswik menjadi metode yang dominan terkait model pengembangan pembuatan
keputusan, terdapat juga dua pendekatan riset utama. Satu dari hal tersebut
proses penjejakan, yang mana merupakan usaha untuk membentuk struktuk
keputusan yang mewakili dari keputusan seseorang, dan yang lainnya dikenal
sebagai paradigma Kemungkinan Penilaian yang mana proses pembuatan
keputusan disajikan sebagai pernyataan kemungkinan berdasarkan teorema Bayes.
Setiap dari tiga pendekatan tersebut untuk menjelaskan model
pembuatan/pengambilan keputusan.
Sejak pertengahan tahun 1970-an, model lensa Brunswik telah digunakan sebagai
sebuah kerangka analitis dan dasar untuk kebanyakan pembelajaran keputusan
yang berkaitan dengan prediksi (semisal: kebangkrutan) dan/atau evaluasi (misal:
pengendalian internal). Peneliti menggunakan model lensa untuk menyelidiki
hubungan antara insyarat berganda (atau pecahan dari informasi) dan keputusan,
penilaian atau prediksi, dengan mencari kebiasaan dalam merespon isyarat
tersebut. Pengambil keputusan (misal: petugas pinjaman bank) dipandang sebagai
melihat melalui isyarat lensa (misal: rasio keuangan) yang mana kemungkinannya
berhubungan dengan kejadian, dalam rangka untuk mencapai sebuah kesimpulan
terkait kejadian tersebut (misalnya: kemungkinan kegagalan/ketidakgagalan
pinjaman.
Kemungkinan Penilaian
Model ini berpendapat bahwa normatifnya cara yang paling tepat untuk merevisi
kepercayaan pertama kalinya, dinyatakan sebagai kemungkinan subjektif, adalah
dengan menerapkan teorema Bayes, sebuah dasar prinsip teori kemungkinan
bersayarat. Teorema Bayes menyatakan bahwa kemungkinan yang direvisi (yang
kemudian) dalam keterangan bukti tambahan setara dengan kepercayaan aslinya
berganda (berdasarkan tingkat) dengan jumlah yang mana perkiraan utamanya
harus direvisi, yang mana, oleh keinformasian atau percobaan data baru.
Banyak studi telah menggunakan kerangka model lensa untuk menguji tingkat
akurasi prediksi dari manusia terkait kegagalan bisnis. Kegiatan ini merupakan
penting dan realistis untuk orang-orang semacam investor, petugas pinjaman bank,
pemberi pinjaman, dan auditor. Hal ini umumnya telah dilakukan penelitian dengan
menyediakan subjek dengan sejumlah isyarat numerical persis kasus yang
berulang terhadap sukses atau gagalnya bisnis sebenarnya, diambil dari arsip data.
Oleh karena itu, dalam penugasan ini (sebagai perlawananan terhadap yang lainnya
akan dijelaskan nanti), tersedia solusi yang tepat sebagai sebuah tolak ukur
terhadap yang mana untuk membandingkan kinerja manusia.
Menggunakan model lensa sebagai alat riset dalam cara ini memungkinkan analisis
terkait konsistensi penilaian, apakah model perilaku manusia dapat memprediksi
lebih akurat dibandingkan dengan seorang manusia. Ha ini juga memungkinkan
analisis kemampuan dari isyarat untuk memprediksi kejadian dalam permasalahan
(peramalan lingkungan menggunakan pemberat isyarat yang ideal). Sebagai
tambahan, hal ini dapat memberikan gagasan berkenaan dengan derajat
kesepakatan antara pengambil keputusan.
Kepercayaan diri dalam penilaian literatur telah secara konsisten ditemukan oleh
baik para ahli dan subjek nonahli yang terlalu percaya diri terhadap kemampuan
mereka dalam penugasan penilaian spesifik. Sindrom terlalu percaya diri ini
nampaknya berakar dari tiga faktor:
Studi model lensa Brunswik dan model proses penjejakan merupakan teknologi
yang berbeda dengan tujuan yang sama dalam proses pembuatan keputusan
selengkap mungkin. Mention telah membuat perbedaan utama antara kedua model
tersebut. Model lensa brunswik secara implisit memperlakukan struktu proses
pengambilan keputusan diturunkan dari proses penjejakan yang mengakui secara
tahap ke tahap sifat pengambilan keputusan, yang mana informasi berisi satu
bagian data yang berinteraksi dengan bagian informasi data lainnya. Mayoritas
studi yang mana telah menyelidiki persamaan penilaian pembuat keputusan
menyimpulkan bahwa asumsi dari kombinasi sederhana garis isyarat informasi
merupakan justifikasi, akan tetapi beberapa studi dalam konteks bisnis telah
menemukan bukti statistik interaksi yang signifikan antara bagian informasi yang
disarankan yang metode proses penjejakan merupakan teknik model yang
menguntungkan untuk mewakili pengambilan keputusan dalam beberapa konteks.
Pada tahun 1976, Libby mengamati bahwa terdapat tiga pilihan dasar yang ada
untuk meningkatkan pengambilan keputusan:
Memberikan pentingnya dari saran yang utama untuk akuntan, auditor, pembuat
aturan, dan penyusun standar, mengejutkannya riset kecil telah dikelola dalam
memastikan bentuk penyajian ideal akuntansi. Studi yang tentu ada telah
cenderung untuk menguji perubahan besar-besaran untuk penyajian laporan
keuangan dalam bentuk grafik multidimensional. Akan tetapi, dalam menjawab
untuk memanggil literature, peneliti telah kembali pada isu terkait penyajian ideal
terhadap bentuk tabel yang lebih tradisional.
Literatur yang memuat informasi juga bersangkutan dengan pertanyaan
meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan oleh pengguna terhadap
laporan keuangan.
Dalam banyak konteks akuntansi dan terutama dalam audit, tidak terdapat
solusi yang tepat dengan yang mana penilaian dapat dibandingkan dengan
maksud untuk menilai tingkat akurasi penilaian tersebut. Satu cara
mengatasi dengan kekurangan terkait kriteria tolak ukur terhadap yang
mana untuk menilai kinerja merupakan untuk menjelaskan tingkat
kesepakatan berkenaan dengan keputusan yang khusus melintasi sejumlah
pembuat keputusan. Cara lainnya adalah dengan menggunakan model
matematika atau statistika. Sebagaimana telah didiskusikan dalam sesi
sebelumnya, riset kemungkinan penilaian berdasarkan pada analisis apakah
manusia merevisi kepercayaan mereka sejalan dengan Teorema Bayes ketika
bukti baru menjadi tersedia. Penelitian HJT dalam model ini telah secara
konsisten mendemonstrasikan bahwa manusia memiliki tingkat kemampuan
yang berbeda dan mengamati lebih dari berbagai penugasan, mengubah
kemungkinan utama mereka menjadi sedikit luas dari pedoman teorema
Bayes. Kekakuan ini telah diatribukan untuk penggunaan aturan tanda setuju
dan bias yang mana diadopsi sebagai maksud dari penyederhanaan
penilaian yang kompleks dengan maksud bagi manusia untuk mengatasinya.
Tiga aturan utama yang didefinisikan dalam literatur adalah sebagai berikut:
Dasar dari aturan utama yang mungkin menilai berdasarkan pencarian keterangan
dari ingatan perumpamaan yang relevan atau struktur scenario yang logis. Semakin
kejadian itu timbul, atau semakin besar ketentraman dengan yang mana satu dapat
terjadi kejadian atau menciptakan kelogisan penjelasan terhadap suatu kejadian,
akan semakin tinggi kemungkinan penilaian keterjadian sebuah kejadian. Akan
tetapi, hal ini memerlukan contoh kemungkinan yang besar untuk meningkatkan
keakuratan prediksi.
Moser menyelidiki ketersediaan aturan utama dalam kaitan dengan penilaian masa
depan investor. Moser mempertanyakan setengan dari 58 subjeknya untuk
menuliskan alasan target laba perusahaan akan meningkat dan kemudian alasan
laba perusahaan mungkin menurun. Subjek yang lainnya menuliskan alasan yang
berlawanan dengan urutan. Moser menemukan bahwa grup subjek yang pertama
membuat prediksi kemungkinan tinggi berkenaan dengan peningkatan dalam laba
untuk perusahaan, meskipun tidak terdapat tujuan dasar untuk optimisme mereka.
Joyce dan Biddle menggunakan lagi praktik auditor sebagai subjek dalam
menyelidiki pengaruh perubahan dalam sistem pengendalian internal pada
pencarian yang luas terhadap pengujian substantif (pengujian audit dibuat untuk
mencari keberadaan kesalahan mata uang dalam laporan keuangan). Hal ini telah
diperkirakan bahwa subjek akan menyesuaikan untuk perubahan dalam
pengendalian internal dengan menyesuaikan ruang lingkup audit, namun demikian
penyesuaian tersebut akan menjadi tidak cukup sebagai perlabuhan pada
pengendalian internal yang utama akan terjadi. Tidak ada bukti melabuhkan dan
penyesuaian dalam reviu analytical (analisis rasio) dan pengujian kepatuhan
penugasan (pengujian audit dari pengendalian internal).
Berbagai studi dalam audit telah mengkonfirmasi bahwa ahli audit mempunyai daya
ingat yang lebih baik, kemampuan integrative dan kemampuan mempelajari
frekuensi kesalahan daripada pemula. Ahli audit mempertunjukkan bukti dari tiga
aturan utama dan hal ini jelas bahwa hasil yang cukup penting ini dalam kualitas
yang minim dalam pembuatan keputusan. Sifat pencatatan berganda terkait
bookkeeping berarti bahwa audit menguji sering melampaui dan adanya
mekanisme (misal: telaahan sejawat) yang mana mencoba untuk meyakinkan
kualitas. Metode proses penjejakan mungkin menjadi cara yang terbaik
memperlajari lebih tentang perbedaan antara proses pembuatan keputusan oleh
ahli dan pemula. Pengetahuan ini akan sangat berharga untuk tujuan pelatihan.
Akuntansi muncul sebagai fungsi langsung dari aktivitas individu atau kelompok
individu (didefinisikan sebagai entitas akuntansi). Terdapat perbedaan sudut
pandang akuntansi, indikasi bahwa terdapat sejumlah kemungkinan sudut pandang
akuntansi. Bahkan dalam periode regulasi pemerintahan terpusat terkait penyajian
akuntansi oleh perusahaan, terdapat ribuan pilihan dan asumsi yang dibutuhkan
antara alternative teknik akuntansi dalam penyiapan laporan keuangan untuk
entitas perusahaan. Bahkan di bawah regulasi yang lebih keras pada legislasi
perpajakan Australia, Terdapat diskresi yang dipertimbangkan dalam teknik yang
dapat diterapkan untuk penghitungan pendapat yang dikenakan pajak. Persoalan
utama adalah bahwa teknik yang diadopsi, interpretasi informasi yang dilaporkan,
merupakan permasalahan sudut pandang. Terdapat banyak persaingan kepentingan
melintasi berbagai orang yang menginterpretasi informasi laporan keuangan oleh
organisasi. Dasarnya, pengguna informasi akuntansi mewakili berbagai sudut
pandang dan tujuan, menjangkau dari kelompok karyawan (serikat kerja),
pemegang saham individu, dan grup investor kepada manajemen dari sebuah
organisasi. Penyusun standar akuntansi telah sering menghabiskan waktu mereka
memperdebatkan validitas teknis yang khusus yang mereka ajukan. Akan tetapi,
bahkan validitas teknis merupakan permasalahan sudut pandang.
Tujuan dari bagian ini adalah untuk mendukung kembali tema yang penting melalui
ini dan sejumlah bab lainnya dalam teks ini: bahwa akuntansi bertindak sebagai
fungsi dari perilaku manusia dan aktivitas. Semacam, informasi akuntansi akan
memengaruhi perilaku, baik dalam metode yang diadopsi untuk mengukur dan
melaporkan informasi, dan dalam menjawab informasi yang diungkapkan. Jawaban
untuk informasi merupakan fungsi dari sudut pandang manusia dan oleh karena
itutidak dapat dipisahkan dari tujuan pribadi dan kepentingan pengguna, apakah
bertindak sebagai individu atau sebagai kelompok yang memiliki kesamaan
kepentingan. Akibatnya, akuntansi beroperasi dalam lingkungan yang kompleks.
Akuntan seharusnya sadar akan lingkungan ini dan menghargai dampak informasi
pada perilaku.
Gambaran umum terkait riset akuntansi perilaku telah menunjukkan bahwa kita
telah mempelajari pentingnya terkait bagaimana bedanya pembuat keputusan
menggunakan informasi akuntansi. Akan tetapi, hal ini juga membuktikan bahwa
terdapat banyak hal signifikan yang dapat kita pelajari di area ini. Acap kali (dan
mengecewakan) kontradiksi antara penemuan studi yang serupa secara sederhana
berarti bahwa manusia memroses informasi jah lebih kompleks daripada
perkembangan teori dan metode penelitian saat ini.
Mulanya riset dimulai dengan pertanyaan yang sangat ketara. Semisal, apakah
pengalaman audit yang lebih banyak meningkatkan kualitas audit penilaian?
Meskipun penyederhanaan pertanyaan ini, peneliti segera menemukan bahwa
jawabannya kurang meyakinkan. Kinerja auditor sangat bervariasi antara
penyusunan dalam berbagai cara yang mana disarankan bahwa auditor telah
memiliki kedua pengetahuan umum, yang mana sangat umum bagi auditor,
pengetahuan spesialis yang bertambah melalui praktik dan umpan balik dalam
domain dan konteks yang khusus.