You are on page 1of 32

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID DALAM

EKSTRAK DAUN SIRSAK HUTAN (Annona glabra)

MELLA YANTI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Alkaloid dalam Ekstrak Daun Sirsak Hutan (Annona glabra) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

Mella Yanti
NIM G44090029
ABSTRAK
MELLA YANTI. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Ekstrak Daun
Sirsak Hutan (Annona glabra). Dibimbing oleh GUSTINI SYAHBIRIN dan
PURWANTININGSIH SUGITA.

Tumbuhan sirsak hutan (Annona glabra) banyak digunakan sebagai obat


tradisional. Dalam penelitian sebelumnya, ekstrak etanol daun sirsak hutan
diketahui memiliki toksisitas terhadap larva udang dan embrio ikan zebra. Hasil
uji fitokimia menunjukkan keberadaan alkaloid yang dominan dalam fraksi
kloroform yang merupakan fraksi teraktif dari ekstrak tersebut. Penelitian ini
bertujuan mengisolasi senyawa alkaloid dalam fraksi kloroform tersebut. Ekstrak
alkaloid total diperoleh sebanyak 0.95 g (0.1%). Fraksionasi dengan kolom
kromatografi menunjukkan keberadaan alkaloid yang terdeteksi pada fraksi D
dalam eluen CHCl3-MeOH (90:10). Fraksi D memiliki 6 noda yang terdeteksi
sebagai alkaloid berdasarkan kromatogram lapis tipis dengan eluen CHCl3-MeOH
(85:15). Pemisahan noda tersebut pada kromatografi lapis tipis preparatif hanya
menghasilkan 3 noda (D3; 1.1%, D4; 2.1%, dan D5; 1.5%) yang terlihat jelas
pada pengamatan di bawah sinar ultraviolet 254 nm. Berdasarkan pencirian
dengan kromatografi cair-spektrometer massa, spektrofotometer inframerah
transformasi Fourier, dan ultraviolet-tampak, noda D3 diduga memiliki kemiripan
dengan alkaloid armepavina.

Kata kunci: alkaloid, Annona glabra, isokuinolina

ABSTRACT
MELLA YANTI. Isolation dan Identification of Alkaloid from Pond Apple
(Annona glabra) Leaf Extract. Supervised by GUSTINI SYAHBIRIN and
PURWANTININGSIH SUGITA.
Sirsak hutan (Annona glabra), is a plant that has been traditionally used as
medicine. In previous studies, ethanol extract of A. glabra leaves has been
reported to be toxic against brine shrimp and zebrafish embryo. The result of
phytochemical test showed dominant presence of alkaloids in the chloroform
fraction, which was the most active fraction of the extract. This study was
intended to isolate alkaloids from the chloroform fraction. The total alkaloid
extract was obtained as much as 0.95 g (0.1%). Fractionation using column
chromatography showed the presence of alkaloids in D fraction obtained by
CHCl3-MeOH (90:10) as the eluent. This fraction exhibited 6 spots that were
detected as alkaloids based on thin layer chromatography analysis with CHCl3-
MeOH (85:15) eluent. Following separation of these spots on preparative thin
layer chromatography, there were only 3 spots (D3; 1.1%, D4; 2.1%, and D5;
1.5%) with good separation based on ultraviolet spectrum at 254 nm. Based on
spectra of liquid chromatography-mass spectrometer, Fourier transformed
infrared, and ultraviolet, the D3 spot was predicted to be similar with armepavine.

Keywords: alkaloids, Annona glabra, isoquinoline


ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID DALAM
EKSTRAK DAUN SIRSAK HUTAN (Annona glabra)

MELLA YANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Ekstrak Daun
Sirsak Hutan (Annona glabra)
Nama : Mella Yanti
NIM : G44090029

Disetujui oleh

Dr Gustini Syahbirin, MS Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Ekstrak Daun Sirsak Hutan (Annona
glabra) ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini dilaksanakan dari bulan Juni
2013 hingga Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia,
FMIPA IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Gustini Syahbirin, MS
dan Ibu Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS sebagai pembimbing yang telah
memberikan arahan, saran, nasihat, dan semangat selama penelitian. Selain itu
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Budi Arifin SSi, MSi atas segala
dukungan semangat, masukan, nasihat, dan segala bantuan sebagai Komisi
Pendidikan, Bapak Sabur atas segala motivasi, nasihat, dan pembelajarannya
selama di laboratorium, Ibu Endah dan Bapak Azhar atas bantuannya selama
analisis LCMS beserta staf yang terkait. Ungkapan terima kasih yang teramat
dalam juga penulis sampaikan untuk kedua orang tua yang senantiasa bersabar
menanti kelulusan penulis, atas doa, kasih sayang, semangat, dan dukungannya
baik moral maupun material. Terima kasih penulis sampaikan kepada orang-orang
terdekat yang selalu ada di samping penulis dari awal hingga karya ilmiah ini
selesai, yaitu sahabat seperjuangan Kurnia, Andika, Yugo, Kak Lita, Kak Anna,
Kak Hilwi, Ichsan, Febrina serta seluruh keluarga DMSO atas segala
kebersamaan, semua motivasi, semangat, dan dukungan yang telah diberikan,
serta kepada Agung dan Iin yang selalu memberikan semangat dan motivasi di
kala penulis patah semangat. Semoga Allah SWT melimpahkan kebaikan yang
telah diberikan. Amin.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014

Mella Yanti
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
BAHAN DAN METODE 2
Alat dan Bahan 2
Metode Penelitian 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Ekstrak Kasar Etanol Daun Sirsak Hutan 3
Isolat Alkaloid dari Ekstrak Kasar Etanol 5
Hasil Pemisahan Komponen Alkaloid 6
Ciri-ciri Noda D3, D4, dan D5 7
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 16
DAFTAR TABEL

1 Senyawa alkaloid yang telah ditemukan dalam genus Annona 4


2 Rendemen fraksi-fraksi hasil kromatografi kolom ekstrak alkaloid total 6

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka isokuinolina dan turunannya 1


2 Hasil uji kualitatif alkaloid pada ekstrak kasar 4
3 Kromatogram KLT ekstrak alkaloid total dengan eluen CHCl3-MeOH (9:1) 6
4 Kromatogram fraksi-fraksi hasil kromatografi kolom (A) dan pola
pemisahan fraksi D dengan eluen terbaik CHCl3-MeOH (85:15) (B) 7
5 Kromatogram lapis tipis preparatif fraksi D diamati di bawah sinar UV
254 nm dengan eluen CHCl3-MeOH (85:15) 7
6 Kromatogram LC noda D3 dalam pelarut metanol dengan eluen
asetonitril-air (95:5) 8
7 Pola fragmentasi noda D3 pada Rt 4.39 menit 8
8 Senyawa alkaloid yang struktur molekulnya memiliki nilai
pada tanaman A. squamosa dan A. rugulosa 9
9 Spektrum ultraviolet noda D3 dengan pelarut metanol p.a. 10
10 Spektrum FTIR noda D3 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alir penelitian 14


2 Rendemen ekstrak kasar daun sirsak hutan (A. glabra) 15
3 Rendemen ekstrak alkaloid total 15
PENDAHULUAN

Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang paling banyak


jumlah strukturnya. Senyawa ini banyak terdapat di dalam tumbuhan dan tersebar
di seluruh bagiannya, terutama di bagian daun dan batang (Hesse 2002).
Tumbuhan berbunga (Angiospermae) merupakan sumber terbesar senyawa
alkaloid. Salah satu tumbuhan tersebut adalah famili Annonaceae, khususnya pada
genus Annona. Alkaloid yang ditemukan umumnya termasuk ke dalam kelompok
isokuinolina (Gambar 1) seperti yang telah ditemukan Campos et al. (2008) pada
tumbuhan Annona sericea. Selain itu, ditemukan juga kelompok turunannya, yaitu
benzilisokuinolina (Chen et al. 2001) pada Annona cherimola, aporfina (Bhakuni
et al. 1972; Hasrat et al. 1997a, 1997b; Chang et al. 1998; Fofana et al. 2011; da
Cruz et al. 2011; Vendramin et al. 2013) pada Annona squamosa, Annona
muricata, Annona purpurea, dan Annona rugulosa, serta oksoaporfina (Bhaumik
et al. 1979; Santos et al. 2003; Yang et al. 2004; Dutra et al. 2012) pada Annona
dioica dan Annona pickelii. Senyawa tersebut memiliki aktivitas biologis yang
beragam, antara lain sebagai antidepresi (Hasrat et al. 1997a, 1997b), dan
penghambat sel tumor (Warthen et al. 1969).

Gambar 1 Kerangka isokuinolina dan turunannya

Sirsak hutan (Annona glabra) merupakan salah satu spesies Annonaceae


yang dikenal dengan istilah pond apple. Tumbuhan ini berasal dari daerah
Amerika, Asia Tenggara, dan Taiwan bagian selatan, tetapi tumbuh pula di
Indonesia, salah satunya di daerah Bogor, antara lain di wilayah kampus IPB
Dramaga. Negara Taiwan telah banyak meneliti tumbuhan tersebut, yang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat di berbagai wilayah sebagai obat tradisional. Di
wilayah Andes, Peru, tumbuhan ini dimanfaatkan untuk obat radang selaput lendir
yang disebabkan oleh asma, masyarakat Amazon menggunakannya sebagai obat
diabetes, penenang, dan antikejang, sementara masyarakat Kalimantan dan Afrika
memanfaatkannya sebagai obat demam (Zuhud 2011). Chang et al. (2000) telah
meneliti buah dan batang sirsak hutan yang dikumpulkan dari Pingtung, Taiwan.
Dari penelitian tersebut diperoleh 12 senyawa alkaloid, 5 senyawa steroid, dan 2
senyawa amida. Aktivitas biologis yang dimiliki tumbuhan ini di antaranya
sebagai antimikrob, antijamur, insektisida, dan sporisida (Padmaja et al. 1995).
Penelitian Hendana (2012) dan Nazmi (2013) pada daun sirsak hutan dari
2

kawasan Kampus IPB Dramaga mendapatkan bahwa berdasarkan uji toksisitas


ekstrak etanol daun dengan metode toksisitas letal larva udang dan toksisitas
embrio ikan zebra, fraksi kloroform adalah fraksi teraktif. Uji fitokimia
menunjukkan keberadaan alkaloid sebagai metabolit sekunder yang dominan.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dengan mengisolasi dan mencirikan
senyawa alkaloid dalam fraksi kloroform tersebut.

BAHAN DAN METODE

Sampel yang digunakan adalah daun sirsak hutan yang diperoleh dari Lahan
Praktik Lapangan Teknik Pertanian, Kampus IPB Dramaga, Bogor. Daun yang
dipilih adalah yang tidak berlubang, bebas hama dan ulat, berwarna hijau tua
dengan tulang daun yang kokoh, serta diambil pada bagian tengah dan pangkal
dahan.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat kaca, kolom
kromatografi, pelat kaca ukuran 20 cm 20 cm, spektrofotometer ultraviolet
tampak (UV-Vis) Shimadzu UV 1601 di Laboratorium Terpadu, IPB,
spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR) Shimadzu IRPrestige-21
di Puslit BATAN, Pasar Jumat, dan kromatografi cair-spektrometer massa (LC-
MS) Xevo G2-S Q-Tof di Puslabfor, Mabes Polri. Bahan yang digunakan meliputi
daun sirsak hutan, pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendorf, silika gel 60
(0.0400.063 mm), pelat silika gel 60 GF254, kloroform p.a. dan etanol yang telah
didistilasi.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu analisis


pendahuluan, isolasi alkaloid, pemisahan komponen, pemurnian, dan analisis
senyawa alkaloid. Bagan alir penelitian ini dijelaskan dalam Lampiran 1.

Ekstraksi
Sebanyak 840 g serbuk kering daun sirsak diekstraksi dengan cara maserasi.
Proses maserasi dilakukan dengan merendam sampel dalam etanol 96% selama 3
24 jam pada suhu ruang. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
dengan penguap putar hingga didapatkan ekstrak pekat.

Uji Alkaloid (Harborne 1987)


Sebanyak 0.1 g ekstrak dilarutkan dalam 10 mL kloroform dan ditambahkan
amoniak pekat hingga suasana basa, kemudian disaring. Filtrat ditambahkan
H2SO4 2 M dan dikocok hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan asam (takberwarna)
3

dipisahkan ke dalam 3 sumur berbeda pada lempeng tetes, masing-masing


ditambahkan dengan beberapa tetes pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendorf. Uji
positif alkaloid berturut-turut ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih
kekuningan, endapan cokelat, dan endapan jingga.

Isolasi Alkaloid (Chang et al. 2000)


Ekstrak dipartisi menggunakan campuran kloroform-air (1:1) dengan
melarutkan ekstrak terlebih dahulu dalam kloroform. Lapisan kloroform (bagian
bawah) dipisahkan dan diekstraksi dengan asam asetat 5% hingga terbentuk 2
lapisan. Lapisan asam (bagian atas) dipisahkan dan dibasakan dengan NH4OH
pekat hingga pH 910, lalu diekstraksi kembali dengan kloroform. Lapisan
kloroform dipisahkan dan dipekatkan dengan penguap putar hingga diperoleh
ekstrak alkaloid total.

Pemisahan dan Pemurnian


Komponen alkaloid dipisahkan menggunakan kolom kromatografi
berdiameter 2.5 cm dan panjang 50 cm dengan kapasitas sampel maksimum 1 g.
Ekstrak dimasukkan ke dalam kolom yang telah dikemas. Proses elusi dilakukan
menggunakan pelarut n-heksana, kloroform, etil asetat, dan metanol dengan
berbagai variasi kepolaran secara bertingkat, dimulai dari pelarut nonpolar.
Setiap 50 mL eluat yang terkumpul diuji dengan kromatografi lapis tipis
(KLT). Eluat yang menunjukkan noda dengan nilai Rf yang sama pada eluen
CHCl3-MeOH (9:1) digabungkan menjadi 1 fraksi. Setiap fraksi tersebut diperiksa
keberadaan alkaloidnya dengan cara menyemprotkan pereaksi alkaloid pada pelat
KLT. Fraksi yang paling kuat alkaloidnya dipisahkan lebih lanjut dengan KLT
preparatif hingga didapatkan noda tunggal.

Pencirian Senyawa Alkaloid


Senyawa alkaloid dianalisis dengan LC-MS, spektrofotometer UV-Vis, dan
FTIR. Sampel untuk analisis LCMS dilarutkan dalam pelarut metanol, lalu di-
running dengan laju alir 0.4 mL/menit selama 20 menit. Kolom C18 dianalisis
pada suhu 50 C dan eluen air-asetonitril dengan metode ionisasi penyemprotan
elektron (ESI+). Spektrum UV diukur dalam pelarut metanol p.a. dan dipayar pada
panjang gelombang 200800 nm dengan interval 0.2 nm. Spektrum FTIR diukur
pada 23 cc larutan sampel dalam metanol. Larutan dimasukkan dalam pelat
attenuated total reflectance (ATR), lalu dianalisis dan diamati spektrumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstrak Kasar Etanol Daun Sirsak Hutan

Ekstrak kasar etanol daun sirsak hutan yang diperoleh dari proses maserasi
sebanyak 119.8610 g, dengan rendemen sebesar 14.27% (Lampiran 2), berupa
cairan kental berwarna hijau kehitaman. Cara maserasi dipilih untuk menghindari
rusaknya senyawa metabolit sekunder yang tidak tahan terhadap panas (suhu
4

>40 C). Pelarut yang digunakan adalah etanol 96%. Menurut Pranata (1997),
alkaloid dengan kondisi terikat asam organik dapat larut baik dalam etanol 96%.
Alkohol juga merupakan pelarut organik yang umum digunakan dalam proses
maserasi karena dapat melarutkan komponen polar maupun nonpolar (Harborne
1987). Pelarut etanol ini telah digunakan oleh beberapa peneliti, di antaranya
Bhakuni et al. (1972) dan Bhaumik et al. (1979) pada A. squamosa, Hasrat et al.
1997a, 1997b (A. muricata), Santos et al. (2003) (A. dioica), dan Vendramin et al.
(2013) (A. rugulosa).
Ekstrak etanol diuji kualitatif alkaloid dengan beberapa pereaksi. Pereaksi
Dragendorf berupa larutan kompleks dari logam bismut berwarna jingga yang
memberikan sinyal positif berupa endapan jingga (Gambar 2A). Pereaksi Mayer
berupa larutan kompleks dari logam merkuri berwarna putih dengan memberikan
sinyal positif berupa endapan putih (Gambar 2B). Pereaksi Wagner merupakan
larutan I2 dalam kalium iodida berwarna cokelat pekat dan sinyal positif ditandai
oleh terbentuknya endapan cokelat (Gambar 2C). Hasil uji menunjukkan bahwa
daun sirsak hutan positif mengandung senyawa alkaloid.

Gambar 2 Hasil uji kualitatif alkaloid pada ekstrak kasar

Chang et al. (2000) dan Hsieh et al. (2004) telah menganalisis senyawa
kimia yang terkandung dalam buah dan batang sirsak hutan. Senyawa alkaloid
yang berhasil ditemukan adalah anobraina, lisikamina, nornusiferina, anonaina, N-
formilanonaina, asimilobina, nordomestisina, stefarina, kikemanina,
dehidrokoridalmina, azaantrakuinon, dan liriodenina. Tabel 1 menampilkan data
senyawa alkaloid yang telah ditemukan pada tumbuhan dalam genus Annona.

Tabel 1 Senyawa alkaloid yang telah ditemukan dalam genus Annona


Spesies Senyawa alkaloid
Anonaina, liriodenina, anobraina,
A. squamosa xilofina, glausina, anoskualina,
(Bhakuni et al. 1972; Bhaumik et al.
1979; Yang et al. 2004)
koridina, rumerina, norlaurelina,
dan O-metilarmepavina.
A. muricata Anonaina, retikulina, stefarina,
(Leboeuf et al. 1981; Hasrat et al. 1997a, asimilobina, nornusiferina,
1997b; Fofana et al. 2011) xilofina, dan anomurisina.
A. montana Liriodenina, argentinina, dan
(Wu et al. 1993) anolatina.
A. purpurea Lirinidina, taliksimina, dan
(Chang et al. 1998) norpurpureina.
A. cherimola Anoserin A&B, serianoin, dan
(Chen et al. 2001) romukosina.
5

Tabel 1 Senyawa alkaloid yang telah ditemukan dalam genus Annona lanjutan
A. dioica Liriodenina, geovanina, dan
(Santos et al. 2003) lisiodiplodina.
A. sericea Lisikamina, isoboldina, (S)-retikulina,
(Campos et al. 2008) nornusiferina, dan nornantenina.
A. salzmani Liriodenina, anonaina, retikulina,
(da Cruz et al. 2011) xilofina, asimilobina, dan kleistofilin.
A. pickelii Liriodenina, lisikamina, asimilobina, dan
(Dutra et al. 2012) nornusiferina.
Anonaina, asimilobina, liriodenina,
A. rugulosa isoboldina, retikulina, xilofina, N-
(Vendramin et al. 2013)
nornusiferina, dan lanuginosina.

Isolat Alkaloid dari Ekstrak Kasar Etanol

Alkaloid diisolasi berdasarkan prinsip ekstraksi asam-basa. Alkaloid


memiliki sifat basa dari atom nitrogen penyusunnya. Umumnya alkaloid di dalam
tumbuhan terikat dengan asam organik membentuk garam. Garam alkaloid ini
yang kemudian diekstraksi dengan pelarut organik yang sesuai. Pelarut yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kloroform. Pranata (1997) mengatakan
bahwa kloroform dapat melarutkan alkaloid dengan baik dan telah umum
digunakan dalam proses isolasi. Kloroform memiliki sifat semipolar sehingga
dapat dengan baik melarutkan alkaloid. Namun, tidak hanya senyawa alkaloid
yang terekstraksi, tetapi juga senyawa metabolit sekunder lainnya yang memiliki
kepolaran berdekatan dengan kloroform. Hal ini telah dibuktikan oleh Hsieh et al.
(2004) yang menemukan senyawa diterpenoid, steroid, dan asetogenin juga
terlarut dalam kloroform.
Larutan asam organik atau anorganik digunakan untuk memisahkan alkaloid
dari senyawa metabolit sekunder lain yang ikut terekstraksi dalam kloroform.
Alkaloid akan terlarut dalam larutan asam karena kondisinya dalam bentuk garam.
Penambahan NH4OH bertujuan melepaskan ikatan alkaloid dengan asamnya
sehingga alkaloid kembali berada dalam kondisi bebas. Penambahan NH4OH
dihentikan pada pH 910. Selanjutnya alkaloid dalam kondisi bebas dapat
diekstraksi dengan pelarut kloroform. Isolat alkaloid total berupa ekstrak
berwarna cokelat pekat sebanyak 0.9479 g (0.11%) (Lampiran 3).
Untuk menentukan banyaknya senyawa alkaloid yang terekstraksi,
dilakukan uji KLT, lalu keberadaan alkaloid dideteksi secara kualitatif dengan
menyemprotkan pereaksi Dragendorf pada kromatogram. Hasil positif akan
ditunjukkan oleh noda jingga yang tertinggal pada kromatogram (Gambar 3).
Hasil uji menunjukkan adanya 8 noda yang terpisah dengan nilai Rf noda tersebut
sekaligus ditampilkan dalam kromatogram.
6

Gambar 3 Kromatogram KLT ekstrak alkaloid total dengan eluen CHCl3-MeOH


(9:1)

Hasil Pemisahan Komponen Alkaloid

Ekstrak alkaloid total dipisahkan komponen-komponennya dengan


kromatografi kolom, dihasilkan 6 fraksi dengan rendemen bobot dalam setiap
fraksi ditunjukkan pada Tabel 2. Fraksi-fraksi tersebut selanjutnya diuji fitokimia
terhadap alkaloidnya dengan menyemprotkan pereaksi Wagner pada kromatogram
hasil KLT. Fraksi yang didapati positif alkaloid adalah fraksi D (0.1628 g).
Keterpisahan komponen alkaloid fraksi D tersebut di dalam eluen CHCl3-MeOH
(9:1) belum baik. Hal ini terlihat dari munculnya noda dengan pola memanjang
seperti tampak pada kromatogram (Gambar 4A). Oleh karena itu, dicari eluen lain
yang menghasilkan keterpisahan antar komponen lebih baik. Eluen terbaik yang
diperoleh adalah CHCl3-MeOH (85:15), yang menghasilkan 6 noda pada
kromatogram KLT-nya (Gambar 4B). Fraksi D selanjutnya dipisahkan dengan
KLT preparatif menggunakan eluen terbaik tersebut.

Tabel 2 Rendemen fraksi-fraksi hasil kromatografi kolom ekstrak alkaloid total


Fraksi Eluen Rendemen (%)
A n-Heksana-CHCl3 (10:90) 8.76
B 100% CHCl3 5.24
C CHCl3-EA (50:50) 7.89
D CHCl3-MeOH (90:10) 17.17
E CHCl3-MeOH (80:10) 6.04
F CHCl3-MeOH (80:20) 5.93
7

A B
Gambar 4 Kromatogram fraksi-fraksi hasil kromatografi kolom (A) dan pola
pemisahan fraksi D dengan eluen terbaik CHCl3-MeOH (85:15) (B)

Kromatogram lapis tipis preparatif fraksi D (Gambar 5) memberikan


keterpisahan yang dapat dilihat jelas di bawah sinar UV 254 nm untuk noda D3,
D4, dan D5. Rendemen ketiga noda tesebut berturut-turut adalah 1.1% (10 mg),
2.1% (20 mg), dan 1.5% (14 mg).

Gambar 5 Kromatogram lapis tipis preparatif fraksi D diamati di bawah sinar UV


254 nm dengan eluen CHCl3-MeOH (85:15)

Ciri-ciri Noda D3, D4, dan D5

Hasil LC-MS noda D3, D4, dan D5


Kromatogram LC menunjukkan hubungan waktu retensi (Rt) dengan %
kelimpahan. Setiap puncak yang muncul pada Rt tertentu diduga merupakan 1
senyawa. Kromatogram LC noda D3 (Gambar 6) masih menunjukkan campuran
senyawa, terlihat dari munculnya banyak puncak. Namun, senyawa dengan %
kelimpahan yang cukup tinggi muncul pada Rt 0.80, 2.89, 4.39, 5.08, 6.71, 10.25,
12.67, 16.81, dan 17.85 menit. Di antara senyawa-senyawa tersebut, senyawa
yang diduga alkaloid ditentukan dari keberadaan atom nitrogen, yaitu puncak
dengan Rt 2.89, 4.39, 5.08, dan 6.71 menit. Masing-masing puncak tersebut
kemudian diamati pola pemisahan spektrum MS-nya. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa senyawa dengan Rt 4.39 menit memiliki pola fragmentasi
8

yang lebih baik, yaitu sesuai dengan senyawa dugaan atau memiliki %
kelimpahan ion molekul mendekati 100%.

Gambar 6 Kromatogram LC noda D3 dalam pelarut metanol dengan eluen


asetonitril-air (95:5)

Spektrum MS menunjukkan hubungan antara nilai massa per muatan (m/z)


dan % kelimpahan (Gambar 7). Spektrum MS noda D3 pada Rt 4.39 menit
menunjukkan bobot molekul (BM) 313 g/mol dengan kelimpahan ion molekul
pada m/z 314 (M+H) paling tinggi (puncak dasar). Kemudian elemental
composition report (ECP) molekul ini dianalisis untuk menduga rumus molekul.

Gambar 7 Pola fragmentasi noda D3 pada Rt 4.39 menit

Senyawa bernitrogen dengan BM 313 g/mol paling mungkin memiliki


rumus molekul C19H23NO3, dengan kemiripan sebesar 99.65%. Dari rumus
molekul tersebut, dapat ditentukan angka ketidakjenuhan (UN) atau indeks
defisiensi hidrogen (IHD) untuk menduga struktur alkaloid yang dimiliki senyawa
tersebut. Persamaan (1) digunakan untuk menghitung nilai UN (Pavia et al. 2001).

( ) ( )
CaHbOcNdXe, X: F, Cl, Br, dan I (1)
9

Kromatogram LC noda D4 dan D5 juga menunjukkan keberadaan campuran


senyawa. Senyawa pada noda D4 dengan % kelimpahan yang cukup tinggi
muncul pada Rt 0.79, 4.17, 5.95, 6.23, 6.58, 6.87, 9.97, 10.96, 12.69, 16.66, dan
17.58 menit, sedangkan pada noda D5 muncul pada Rt 2.89, 3.93, 4.43, 6.60,
10.97, 11.94, 15.75, 16.33, dan 18.10 menit. Puncak dengan kemungkinan
alkaloid untuk noda D4 ada pada Rt 0.79, 4.17, 5.95, 6.23, 6.87, 10.96, 16.66,
17.58 menit, dan untuk noda D5 ada pada Rt 3.93, 6.60, 10.97 menit. Pengamatan
pola fragmentasi spektrum MS pada setiap puncak alkaloid tersebut mendapatkan
pola fragmentasi terbaik berturut-turut pada puncak dengan Rt 6.23 dan 6.60
menit.
Spektrum MS untuk noda D4 dengan Rt 6.23 menit maupun noda D5
dengan Rt 6.60 menit menunjukkan BM 295 g/mol, dengan puncak ion molekul
pada m/z 296 (M+H) menjadi puncak dasar. Berdasarkan elemental composition
report (ECP), noda D4 dan D5 paling mungkin memiliki rumus molekul
C19H21NO2 (kemiripan 64.77%) dan C15H21NO5 (kemiripan 12.54%). Tidak
ditentukannya nilai UN atau IHD untuk kedua noda tersebut disebabkan oleh %
kemiripan rumus molekulnya yang berada di bawah 95%. Oleh karena itu,
pendugaan struktur selanjutnya hanya difokuskan pada noda D3 dengan Rt 4.39
menit saja dan analisis spektroskopi sebagai pendukungnya.
Hasil perhitungan UN noda D3 ialah , sehingga dalam struktur molekul
tersebut diduga terdapat cincin heterosiklik jenuh dengan atom N dan 2 cincin
benzena ( , 6 ikatan rangkap 2 dan 2 cincin siklik). Dugaan tersebut
memberikan gambaran kerangka struktur benzilisokuinolina yang merupakan
turunan dari alkaloid isokuinolina. Senyawa alkaloid yang pernah dilaporkan
dalam genus Annona dan struktur molekulnya memiliki nilai ialah
retikulina (1), O-metilarmepavina (2), dan armepavina (3) (Gambar 8).

Gambar 8 Senyawa alkaloid yang struktur molekulnya memiliki nilai


pada tanaman A. squamosa dan A. rugulosa

Berdasarkan hasil analisis LC-MS tersebut, noda D3 diduga merupakan


senyawa alkaloid armepavina. Pendugaan tersebut berdasarkan kemiripan nilai
BM dan rumus molekulnya, sedangkan spektrum MS tidak dapat dianalisis,
karena pola pemisahan tidak cukup baik untuk diinterpretasikan. Data MS
pembanding belum dimiliki, sebab Bhaumik et al. (1979) tidak melakukan
analisis MS pada alkaloid O-metilarmepavina yang diperolehnya.
10

Spektrum UV-Vis Noda D3


Spektrum UV-vis diukur menggunakan pelarut metanol p.a dengan nilai
cutoff 205 nm. Pengukuran diawali dengan perlakuan baseline (nilai serapan
pelarut dibuat 0), sehingga hasil yang terukur merupakan serapan dari sampel.
Spektrum UV-Vis (Gambar 9) menampilkan hubungan panjang gelombang dan
nilai serapan (absorbans). Nilai serapan diperoleh pada panjang gelombang 210,
282, dan 359 nm.
Ciri khas senyawa alkaloid ialah adanya atom nitrogen yang memiliki
pasangan elektron bebas. Atom nitrogen ini menyerap sinar UV pada panjang
gelombang >270 nm (Fessenden dan Fessenden 1998). Dibandingkan dengan data
UV senyawa O-metilarmepavina (Bhaumik et al. 1979) dalam pelarut metanol,
terdapat kemiripan panjang gelombang antara hasil pengukuran (282 nm) dan data
pembanding (280 nm). Perbedaan panjang gelombang ini mungkin disebabkan
oleh perbedaan kondisi atau posisi atom nitrogen dalam strukturnya.

Gambar 9 Spektrum ultraviolet noda D3 dengan pelarut metanol p.a.


Spektrum FTIR noda D3
Spektrum FTIR menunjukkan hubungan antara nilai bilangan gelombang
dan intensitas transmitansnya. Noda D3 memunculkan serapan pada bilangan
gelombang 3485.37, 3182.55, 2922.16, 1660.71, 1111.00, 1060.85, dan 1004.91
cm-1 (Gambar 10).

Gambar 10 Spektrum FTIR noda D3


11

Serapan pada bilangan gelombang 1060.85 cm-1 diduga berasal dari ikatan
CN amina 1, 2, atau 3. Hal ini didukung oleh serapan pada 3485.37 cm-1 yang
merupakan serapan ulur NH amina 1 atau 2. Senyawa alkaloid umumnya
ditemukan dalam bentuk amina 2 atau 3, sebagian kecil saja yang ditemukan
dalam bentuk amina 1. Kemungkinan lain adanya ikatan CN antara atom N dan
C alifatik diduga dari serapan di 2922.16 cm-1 yang terdeteksi sebagai ikatan CH
alkana. Serapan di 1660.71 cm-1 dengan intensitas lemah diduga merupakan
ikatan C=N imina yang serapannya akan muncul dari intensitas lemah sampai
kuat.
Nilai serapan pada 1004.91 cm-1 mengarahkan dugaan pada ikatan CO,
yang kemungkinan dihasilkan oleh alkaloid yang memiliki substituen O-metil
atau OH. Ikatan CO tersebut akan terdeteksi dalam spektrum FTIR pada
serapan 1120 cm-1 untuk substitusi O-metil dan 1150-1100 cm-1 untuk OH
(alkohol 2 atau 3). Serapan di 1111.00 cm-1 diduga menunjukkan ikatan COC
dari substitusi O-metil dan atau OH dari armepavina. Senyawa aromatik
(benzena) terdeteksi dari ikatan C=C aromatik dan C-H aromatik yang masing-
masing memunculkan serapan di 1600 dan 1475 cm-1; 31503050 cm-1. Serapan
di 3182.55 cm-1 diduga berasal dari ikatan C-H aromatik, sedangkan ikatan C=C
aromatik tidak terdeteksi dalam spektrum (Pavia et al. 2001). Sebagian besar
puncak yang terdeteksi pada spektrum IR memiliki kemiripan gugus ikatan
dengan senyawa armepavina. Hanya sebagian kecil, yaitu serapan pada 3485.37
dan 1660.71 cm-1 yang diduga berasal dari senyawa lain. Nilai-nilai serapan
tersebut bukan merupakan nilai yang statis, tetapi pada umumnya terdeteksi pada
kisaran nilai tersebut. Adanya kedekatan nilai serapan memungkinkan kemiripan
gugus fungsi yang muncul.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak alkaloid total diperoleh sebanyak 0.95 g (0.1%) dari daun sirsak
hutan. Pemisahan komponen alkaloid dengan metode kromatografi kolom dan
KLT preparatif menghasilkan 3 noda alkaloid (D3, 1.05%; D4, 2.11%; D5,
1.48%). Berdasarkan hasil pencirian dengan LC-MS, spektrofotometer UV-Vis
dan FTIR, noda D3 diduga merupakan senyawa armepavina.

Saran

Alkaloid perlu dideteksi di setiap tahapan proses isolasi agar tidak ada
senyawa yang tertinggal. Pemisahan awal dengan metode kromatografi cair
vakum (KCV) juga perlu dilakukan agar senyawa alkaloid yang diperoleh lebih
baik kemurniannya.
12

DAFTAR PUSTAKA

Bhakuni DS, Tewari S, Dhar MM. 1972. Aporphine alkaloids of Annona


squamosa. Phytochemistry. 11(5):1819-1822.
Bhaumik PK, Mukherjee B, Juneau JP, Bhacca NS, Mukherjee R. 1979. Alkaloids
from leaves of Annona squamosa. Phytochemistry. 18(9):1584-1586.
Campos FR, Batista RL, Batista CL, Costa EV, Barison A, dos Santos AG,
Pinheiro ML. 2008. Isoquinoline alkaloids from leaves of Annona sericea
Annonaceae. Biochem Syst Ecol. 36:804-806..
Chang FR, Wei JL, Teng CM, Wu YC. 1998. Two new 7-dehydroaporphine
alkaloids and antiplatelet action aporphines from the leaves of Annona
purpurea. Phytochemistry. 49(7):2015-2018.
Chang FR, Chen CY, Hsieh TJ, Cho CP, Wu YC. 2000. Chemical constituents
from Annona glabra III. J Chinese Chem Soc. 47:913-920.
Chen CY, Chang FR, Pan WB, Wu YC. 2001. Four alkaloids from Annona
cherimola. Phytochemistry. 56:753-757.
Cochrane CB, Nair PK, Melnick SJ, Resek AP, Ramachandran C. 2008.
Anticancer effects of Annona glabra plant extracts in human leukemia cell
lines. Anticancer Res. 28:965-972.
da Cruz PEO, Costa EV, de Souza Moraes VR, de Lima Nogueira PC, Vendramin
ME, Barison A, Ferreira AG, do Nascimento Prata AP. 2011. Chemical
constituents from the bark of Annona salzmani (Annonaceae). Biochem Syst
Ecol. 39:872-875.
Dutra LM, Costa EV, de Souza Moraes VR, de Lima Nogueira PC, Vendramin
ME, Barison A, Prata APN. 2012. Chemical constituents from the leaves of
Annona pickelii. Biochem Syst Ecol. 41:115-118.
Fessenden & Fessenden. 1998. Kimia Organik, terjemahan Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka, edisi ketiga, jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga.
Fofana S, Ziyaev R, Abdusamatov A. 2011. Alkaloids from Annona muricata
leaves. Chem Nat Compd. 47(2):944-945.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, penerjemah. Bandung
(ID): ITB. Terjemahan dari: Phytocemical Methods.
Hasrat JA, de Bruyne T, de Backer JP, Vauquelin G, Vlietinck AJ. 1997a.
Isoquinoline derivatives isolated from the fruits of Annona muricata as 5-
HTergic 5-HT1A receptor agonists in rats: unexploited antidepressive
(Leads) Products. J Pharm Pharmacol. 49(11):1145-1149.
Hasrat JA, Pieters L, de Backer JP, Vauquelin G, Vlietinck AJ. 1997b. Screening
of medicinal plants from Suriname for 5-HT1A ligands: bioactive
isoquinoline alkaloids from the fruit of Annona muricata. Phytomedicine.
4(2):133-140.
Hendana W. 2012. Toksisitas akut ekstrak daun sirsak ratu (Annona muricata)
dan sirsak hutan (Annona glabra) sebagai potensi anti kanker [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hesse M. 2002. Alkaloids Natures Curse or Blessing. Zurich (CH): J Wiley.
Hsieh TJ, Wu YC, Chen SC, Huang CS, Chen CY. 2004. Chemical constituents
from Annona glabra. J Chinese Chem Soc. 51:869-876.
13

Leboeuf M, Legueut C, Cave A, Descondois JF, Forgacs P, Jacquemin H. 1981.


Alkaloids of Annonaceae XXIX: alkaloids of Annona muricata. Planta
Med. 42(5):37-44..
Nazmi M. 2013. Pencirian ekstrak aktif sitotoksik dari daun sirsak gundul
(Annona glabra) Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Padmaja V, Thankamany V, Hara N, Fujimoto Y, Hisham A. 1995. Biological
activities of Annona glabra. J Ethnopharmacol. 48(1):21-24.
Pavia DL, Lampman GM, Kriz GS. 2001. Introduction to Spectroscopy. Ed ke-3.
Washington (US): Thomson Learning.
Pranata FS. 1997. Isolasi alkaloid dari bahan alam. Biota. 2(2):96-99.
Santos PR, Morais AA, Filho RB. 2003. Alkaloids from Annona dioica. J Braz
Chem Soc. 14(3):396-400.
Vendramin ME, Costa EV, dos Santos EP, Belem Pinheiro ML, Barison A,
Campos FR. 2013. Chemical constituents from the leaves of Annona
rugulosa (Annonaceae). Biochem Syst Ecol. 49:152-155.
Warthen D, Gooden EL, Jacobson M. 1969. Tumor inhibitors: liriodenine, a
cytotoxic alkaloid from Annona glabra. J Pharm Sci. 58(5):637-638.
Wu YC, Chang GY, Yih DC, Kwei YS. 1993. Cytotoxic alkaloids of Annona
montana. Phytochemistry. 33(2):497-500.
Yang YL, Chang FR, Wu YC. 2004. Annosqualin: a novel alkaloid from the
steams of Annona squamosa. Helv Chim Acta. 87(6):1392-1399.
Zuhud EA. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Jakarta (ID):
Agromedia Pustaka.
14

Lampiran 1 Bagan alir penelitian


15

Lampiran 2 Rendemen ekstrak kasar daun sirsak hutan (A. glabra)

Bobot Bobot vial (g) Bobot Rendemen


Sampel Sampel Kosong + ekstrak Ekstrak (%)
(g) (g)
Daun sirsak 840.0000 96.9750 216.8360 119.8610 14.27
hutan

Perhitungan

Lampiran 3 Rendemen ekstrak alkaloid total

Bobot Bobot vial (g) Bobot Rendemen


Sampel Sampel (g) kosong + Ekstrak (%)
ekstrak (g)
Ekstrak 840.0000 10.6916 11.6395 0.9479 0.11
alkaloid

Perhitungan
16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 16 Juni 1991 dari pasangan Juli Anwar dan
Darmiyanti. Penulis merupakan anak keempat dari 4 bersaudara. Tahun 2009,
penulis lulus dari SMA Negeri 54 Jakarta dan pada tahun yang sama diterima di
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif dalam beberapa kegiatan
kemahasiswaan. Tahun 2010 penulis ikut serta dalam kepanitiaan Chemistry
Challenge (Pesta Sains Nasional) dan pada Tahun 2011 penulis menjabat sebagai
bendahara dalam kegiatan Seminar Nasional Kimia Aplikatif (SENSITIF).
Penulis juga mengabdikan diri sebagai asisten kimia TPB selama 4 periode, dan 1
periode sebagai asisten Kimia Organik Bahan Alam di Departemen Kimia, IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah melaksanakan kegiatan praktik
lapangan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan
Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah), Gunung Batu pada bulan Juli-Agustus 2012
dengan judul Pembuatan Bioetanol dari Buah Lindur (Bruguiera gymnorrhiza)
dengan Proses Fermentasi.

You might also like