You are on page 1of 15

MAKALAH

SUDDEN DEATH PADA KELAINAN SISTEM KARDIOVASKULER

Disusun oleh:

Hizkia R A Purba 120100259


Faroh Hidyatullah 120100410
Puvana Sre Manirao 120100444
Ivana Yauvira 120100108
Novelia Carolin 120100283
Supervisor:
dr. Asan Petrus, M.Ked(For), Sp.F

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2017
Pendahuluan
Kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit, seringkali mendatangkan
kecurigaan baik bagi penyidik maupun masyarakat umum, khususnya bila kematian
tersebut menimpa orang yang cukup dikenal oleh masyarakat, kematian di rumah tahanan
dan di tempat-tempat umum seperti hotel, cottage atau motel. Kecurigaan akan adanya
unsur kriminal pada kasus kematian mendadak, terutama disebabkan masalah TKP-nya,
yaitu bukan dirumah korban atau di rumah sakit, melainkan di tempat umum. Dengan
demikian kematian mendadak termasuk kasus forensik, walaupun hasil otopsi
menunjukkan bahwa kematian korban karena penyakit jantung, pendarahan otak atau
pecahnya aneurysma cerebri. Penyebab kematian mendadak dapat diklasifikasikan
menurut sistim tubuh, yaitu sistim susunan saraf pusat, sistim kardiovaskuler, sistim
pernafasan, sistim gastro-intestinal, sistim urogenital dan sistim endokrin. Dari sistim-
sistim tersebut yang terbanyak menjadi penyebab kematian mendadak adalah sistim
kardiovakuler, dalam hal ini penyakit.1

Gambar 1. Pecahnya aneurisma cerebral sebagai salah satu penyebab sudden


death.
Kematian mendadak (sudden death) adalah suatu kematian yang disebabkan
oleh penyakit alamiah, terjadi secara tiba-tiba dan tidak disangka-sangka dimana faktor
trauma dan keracunan tidak ada. Jadi pengertian kematian mendadak disini tidak hanya
meliputi kematian-kematian yang seketika, melainkan juga peristiwa kematian yang tidak
terduga-duga. Demikian kematiannnya terjadi secara tiba-tiba menimpa seseorang yang
kelihatannya sehat maupun yang sakit ringan saja, dengan adanya faktor pencetus
ataupun tidak.2

Penyakit Kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskuler ialah penyakit yang paling sering menyebabkan
kemtian mendadak di Malaysia. Berdasarkan data klinikal dan patologi, kematian
mendadak berkaitan dengan jantung disebabkan beberapa mekanisme yaitu infark
miokardium akut iskemia miokardium tanpa infark, dan aritmia primer. Namun kematian
sebagian besar disebabkan oleh fibrilasi ventrikel. Keadaan ini sering kali dikenal sebagai
serangan penyakit jantung oleh orang awam.

Gambar 2. Jantung normal

Terdapat perbedaan waktu ( pagi, tengah hari, petang, malam ) dalam insiden kematian
mendadak, insiden paling tinggi waktu awal pagi. Willic et al melaporkan insiden
tertinggi kematian mendadak akibat penyakit jantung antara pukul 7 hingga pukul 9 pagi
mncapai 70% melebihi insiden pada waktu yang lain. Mereka menyebutkan bahwa
keadaan ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas sistim saraf simpatik yang diketahui
terjadi pada waktu pagi. Dan ini merentankan jantung kepada keadaan aritmia (gangguan
corak dan kadar denyutan jantung).3
Penyakit-penyakit pada sistem kardiovaskuler yang menyebabkan kematian
mendadak tersebut adalah:
1. Ateriosclerosis heart disease, seperti:
= Coronary thrombosis
= Coronary occlusion
= Myocard infarction

Gambar 3. Infark Miokard

2. Congestive heart failure

Gambar 4. Perbedaan jantung normal dengan gagal jantung

3. Pulmonary embolism infarct


4. Aneurysma aorta
Gambar 5.

Aneurisma
aorta dan
penatalaksanaannya

5. Functional heart disease: =


arrhythmia
= atrial fibrilation
6. Acut myocarditis non rheumatic
7. Rheumatic myocarditis.2

Aterosklerosis Koronari
Lebih kurang setengah individu yang mengidap penyakit arteri koroner mati
secara mendadak. Hal ini jelas kelihatan pada kasus forensik di Malaysia dan di negara
barat, yang menunjukkan bahwa penyakit arteri koroner merupakan sebab utama (75%)
bagi kematian mendadak. Di bagian forensik Malaysia, hal ini tidak begitu kelihatan
karena postmortem tidak dijalankan terhadap kebanyakan individu yang mengalami
penyakit arteri koroner dan lagipun jenis kasus forensik yang ditemui di Malaysia
berbeda sekali dengan jenis kasus yang ditemui di negara barat. Di Malaysia kasus
postmortem forensik yang paling sering ialah kasus kematian akibat kecelakaan lalu
lintas dan bukannya kasus kematian mendadak akibat penyakit biasa. Walaupun
bagaimanapun, penyakit arteri koroner merupakan salah satu sebab utama yang
menyebabkan kematian mendadak di malaysia apabila dibandingkan dengan penyakit-
penyakit lain.
Gambar 6. Plak Ateroma pada Infark Miokard

Sumbatan arteri koronari yang signifikan (resiko kematian) ialah sumbatan


lumen arteri koroner yang melebihi 75% pada potongan melintang arteri tersebut. Korban
yang mengalami penyakit hipertensi kardiovaskuler biasanya menunjukkan penebalan
kosentrik dinding arteri koroner oleh deposit aterosklerotik dan bukannya penebalan
dinding arteri koroner yang eksentrik seperti yang baisa ditemui pada kasus-kasus
ateroma arteri koroner.

Gambar 7. Coronary Thrombosis


Pada korban yang melebihi umur 60 tahun, arteri koroner sering kali kaku dan
terkalsifikasi akibat penumpukan kalsium pada dinding arteri tersebut. Plak yang
menyumbat lebih dari 75% potongan melintang bagian proksimal arteri koronaria yang
kiri yaitu bagian yang paling kritikal karena arteri koronaria kiri membekali sebagian
besar otot miokardium. Berbeda dengan arteri koronari kanan yang tidak membekali otot
miokardium yang signifikan.3

Gambar 8. Potongan melintang arteri.


Infark Miokard Akut
Gambar 9. Miokard normal
Infark miokar akut (IMA) adalah nekrosis miokard akut akibat gangguan aliran
darah arteri koronari yang bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena
thrombus atau spasme hebat yang berlangsung lama.4

Gambar 10. Oklusi pada arteri coronary


Gambar 11. Makroskopis dan mikroskopis pada myocard infark

Gambar 12. Pemasangan Ballon Catheter dan Stent pada arteri coronary

Perikarditis
Perikarditis adalah peradangan perikard parietalis, viseralis atau keduanya.
Etiologinya sangan bervariasi dari virus (paling sering), kuman, jamur, toksin, uremia,
pascaperikardiotomi, pascainfark jantung akut, penyakit kolagen, malignansi dan radiasi.
Perikard viseralis melekat ke miokard, sedang perikard parietalis ada di bagian luar
membungkus rongga perikard. Permukaan dalam perikard dilapisi oleh jaringan elastic
dan kolagen. Rongga perikard berisi cairan sekitar 15-50 ml (rata-rata 30 ml). cairan
perikard berfungsi sebagai lubrikan, mengandung elektrolit dan protein seperti cairan
limfe. Kakunya perikard parietalis membuat tekanan di rongga perikard cepat meningkat
bila jumlah cairan perikar meningkat dengan cepat dan mengganggu pengisian ventrikel.
Sebaliknya perikard parietalis dapat merenggang apabila penambahan cairan terjadi
perlahan-lahan. Rongga perikard dapat terisi cairan sebanyak 1000-2000 ml tanpa
peningkatan tekanan apabila cairan timbul sangat perlahan. Tetapi peningkatan cairan
>200 ml dalam waktu singkat dapat meningkatkan tekanan intra perikard secara
signifikan.

Gambar 13. Pericardium

Respon perikard terhadap peradangan sangat bervariasi berupa akumulasi cairan


(efusi) atau darah, deposisi fibrin, proliferasi jaringan fibrosa, pembentukan granuloma
atau kalsifikasi. Bentuk-bentuk yang umum dan penting secara hemodinamik muncul
sebagai gambaran yang khas seperti: perikarditis akut, efusi perikard tanpa tamponade,
efusi perikard dengan temponade, perikarditis konstriktiva.
Gambar 14. Inflamsi pada perikardium
Efek hemodinamika efusi perikard ditentukan oleh banyaknya efusi, kecepatan
terbentuknya efusi dan elastisitas perikard. Efusi perikard yang banyak atau timbul cepat
akan menghambat pengisian ventrikel, penurunan volume akhir diastolic sehingga curah
jantung sekuncup dan semenit berkurang. Kompensasi sementara adalah takikardi, tetapi
pada taraf kritis akan menyebabkan gangguan sirkulasi berupa penurunan tekanan darah
dan gangguan perfusi organ.

Gambar 15. Perikarditis


Tamponade jantung adalah gangguan pengisian ventrikel akibat peningkatan
tekanan intraperikard karena adanya efusi perikard dan menyebabkan hipotensi serta
ganguan perfusi organ (compromised circulation).4

SUDDEN DEATH
(SUDDEN UNEXPECTED NATURAL DEATH)

Definisi : Kematian yang datangnya tidak terduga dan tidak diharapkan. Tanpa ada
trauma dan tanda-tanda keracunan, dimana sebelumnya korban tampak sehat
Sudden death menjadi kasus forensic oleh karena :
1. TKP nya bukan di rumah sendiri / RS

2. Terjadinya tiba-tiba, menimbulkan kecurigaan adanya tindak pidana oleh karena


dalam pemikiran orang jika seseorang mati biasanya ada proses yang
mendahuluinya yang mengarah kepada kematian.

3. Sebelumnya korban tampak sehat

4. Tidak ada rudapaksa atau keracunan

5. Tidak ada saksi


6. Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.

KEMATIAN

WAJAR TIDAK WAJAR


( oleh karena penyakit )

TRAUMA
KERACUNAN
SUDDEN DEATH

Aspek medikolegal (-) Aspek medikolegal


- Kecelakaan

- Bunuh diri

- Pembunuhan

Secara garis besar lesi (gangguan) yang dapat menyebabkan mati mendadak :
1. Penyakit alamiah (prosesnya lambat dan tersembunyi, merusak organ vital tanpa
gejala hingga organ berhenti sama sekali)

2. Pecahnya pembuluh darah, misalnya :

i. Aneurisma aorta

ii. Aneurisma circulus willis pendarahan subarachnoid

iii. Pecahnya kehamilan ektopik pendarahan cavum peritoneum

3. Infeksi laten (tanpa gejala hingga korban mati)

Diagnose / kesimpulan sebab kematian yang ditarik dapat dibagi dalam 3 kelompok :
1. Ditemukannya kelainan organic yang derajat dan lokasinya dapat menjadi
penyebab kematian, misalnya :

i. MCI

ii. Apopleksia cerebri, dll

2. Ditemukan kelainan organik yang dapat menerangkan kematiannya, namun tidak


dapat ditentukan secara langsung sebagai penyebab kematiannya, misalnya :
i. Aterosklerosis berat

ii. Sirosis hepatis

iii. Kanker, dll

3. Tidak ditemukan adanya penyebab kematian, meskipun telah dilakukan


pemeriksaan toksikologi, bakteriologi, histology, kimiawi (undetermined)

Presentasi kematian mendadak berdasarkan Chief Medical Examiner New York :


i. Kardiovaskuler : 44,9%

ii. Respirasi : 23,1 %

iii. SSP : 17,9 %

iv. Cerna : 6,5 %

v. S.kemih : 1,9 %

vi. Genital : 1,3 %


Daftar Pustaka
1. Muin A Idris. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi pertama. Binarupa
Aksara, Jakarta:1997. hal.209.
2. Satyo A. Bacaan Wajin Mahasiswa, Ilmu kedokteran Kehakiman. FK-USU:1990.
hal.2-7.
3. Wahid S A. Patologi Forensik. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian
Pendidikan Malaysia, Kualalumpur:1993. hal.380-2.
4. Simadibrata M, Setiadi S, Alwi I, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang
Ilmu Penyakit Dalam. Cetaka ketiga, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Jakarta:2001. hal. 165, 173-4.

You might also like