You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Identitas Pasien
Nama : Tn S.W
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Selokambang 34 Batak, Tamantirto, Kasihan Bantul
No RM : 011590
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 29 oktober 2013

B. Anamnesis
Keluhan Utama : tidak mau minum obat
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk ke RS Grhasia karena selama 4 hari bicara sendiri, bicara ngelantur.
Pasien tidak mau minum obat oleh karena merasa tidak sakit 1 minggu terakhir.
Pasien tidak mau mandi, makannya kurang, merokok bertambah banyak. Pasien
sering melamun dan bermain dengan keponakannya. Kegiatan pasien di rumah
mengantar orang tua kerja, tidur siang dan momong keponakan. Pasien pernah kerja
sebagai loper koran.
- mendadak / perlahan- lahan : mendadak
- resiko mencederai diri sendiri : dulu pasien senang berkelahi
Hal - hal yang Mendahului Penyakit
a. Faktor Organik
kejang (-), trauma (+) oleh karena kecelakaan lalu lintas, pingsan (+) 10 tahun
yang lalu.
b. Stressor Psikososial
Tidak jelas
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mondok di Grhasia 1x = melarikan diri
Riwayat mondok di Grhasia 2x = melarikan diri
Riwayat Penyakit Keluarga
Adik pihak ibu gangguan jiwa
Riwayat Kehidupan Pribadi
Pasien minum alkohol (+) saat SMA, mabuk (+)
Riwayat Pendidikan
SLTA tamat
Riwayat Perkawinan
Belum menikah
Riwayat Keluarga
Pasien anak bungsu dari 4 bersaudara

C. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36,8 C

D. Pemeriksaan Psikiatri
Kesadaran : compos mentis
Orientasi o/w/t/s : baik/baik/baik/baik
Sikap/ tingkah laku : kooperatif/ normoaktif
Roman muka : saat bicara kadang - kadang tersenyum
Afek : tumpul
Bentuk Pikir : non realistik
Isi Pikir : waham curiga (+)
Progresi Pikir
- kualitatif : asosiasi longgar
- kuantitatif : cukup bicara
Halusinasi : (-)
Ilusi : (-)
Hubungan Jiwa : Mudah
Perhatian : Mudah ditarik mudah dicantum
Insight : Jelek

E. Diagnosis Banding
F20.0
F06.8

F. Diagnosis
Axis I : F20.1 (skizofrenia Hebefrenik)
Axis II : tidak ada diagnosis
Axis III : tidak ada diagnosis
Axis IV : masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Axis V : GAF 40 - 31

G. Terapi
Haloperidol 5 mg, - 0 -
Injeksi lodomer 1 amp
Clorilex 25mg, 0 - 0 -
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Skizofrenia
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik
dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul
(blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian (Maslim, 2001)
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh ditandai
dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang
terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental (atau
primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi,
khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif,
autisme, dan ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi
(Kaplan & Sadock, 2004).

B. Kriteria Diagnosis Skizofrenia


1. Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini bila gejala jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala - gejala kurang jelas) :
(a)
"thought echo" = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
"thought insertion or withdrawal" = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan
"thought broadcasting" = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
mengetahuinya.
(b)
"delusion of control" = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
"delusion of influence" = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
"delusion of passivity" = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suat kekuatan dari luar;
"delusional perception" = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

(c) halusinasi auditorik :


Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantaranya berbagai suara
yang berbicara, atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

(d) waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain).

2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

(e) halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide - ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu - minggu atau berbulan - bulan terus menerus
(f) arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme
(g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh - gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) gejala - gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

3. Adanya gejala - gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selam kurun waktu 1
bulan atau lebih

4. Harus ada suatu perubahan yang konsistendan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap
larut dalam diri sendiri 9self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.

C. Klasifikasi Skizofrenia
1. Skizofrenia Paranoid
Simtom utamanya adalah adanya waham kejar atau waham kebesaran dimana
individu merasa di kejar - kejar. Hal tersebut terjadi karena segala sesuatu ditanggapi
secara sensitif dan egosentris seolah olah orang lain akan berbuat buruk kepadanya.
Tipe paranoid biasanya memiliki pikiran yang tidak rasional yang tidak dapat
dibantah (waham) yang sangat dominan.

2. Skizofrenia Hebefrenik
Tipe hebefrenik merupakan tipe yang paling parah. Di sini, penderita mengalami
kemunduran secara mental dan kembali seperti kehidupan seorang anak - anak.
Perilakunya pun menjadi seperti anak - anak, misalnya melingkarkan tubuh, mengompol
disembarang tempat, berdiam diri, dan tidak mau berkomunikasi dengan siapapun.
3. Skizofrenia Katatonik
Dibandingkan dengan tipe jenis skizofrenia yang lainnya, tipe ini serangannya
berlangsung jauh lebih cepat.
Aktivitasnya jauh berkurang dibandingkan waktu normal. Pada individu terjadi
stupor, dimana individu diam, tidak mau berkomunikasi, kalau berbicara suaranya
monoton, ekspresi mukanya datar, makan dan berpakaian harus dibantu dan sikap
badannya aneh yaitu biasanya tegang/ kaku seperti serdadu dan biasanya dipertahankan
untuk waktu yang lama.
Penderita skizofrenia katatonik yang parah biasanya di tempat tidur, tidak mau
berbicara, jorok, makan minum dipaksa, dan apabila mata terbuka biasanya akan terpaku
pada satu titik, tidak berkedip, dan ekspresi kosong.
Penderita bersifat negatif (negatifistik), di mana penderita tidak ada tertarik sama
sekali terhadap sekelilingnya, tanpa kontak sosial, dan membisu dalam waktu yang lama.

4. Skizofrenia tak tergolongkan (undifferentiated)


Penderita mengalami delusi, halusinasi, gangguan pikiran, dan kekacauan berat,
namun tidak cocok dikategorikan ke dalam salah satu dari tipe Paranoid dan Katatonik
dan Hebefrenik.

5. Depresi Pasca Skizofrenia


Kriteria umum dari skizofrenia masih ditemukan dalam 12 bulan terakhir atau
episode depresi masih tetap ada setelah pasien dinyatakan sembuh dari penyakitnya.

6. Skizofrenia Residual
Ini adalah keadaan residual yang menahun dari Skizofrenia dengan gejala - gejala
ulang tidak lengkap lagi (di bidang halusinas, waham, dan proses berpikir) dalam
beberapa hal waham tersebut terselubung atau terbatas sehingga tidak mengakibatkan
gangguan pada tingkah laku. Keadaan ini biasanya terjadi setelah adanya beberapa kali
serangan Skizofrenia khas. Dalam keadaan ini, pasien mungkin mengadakan hubungan
sosial dengan cukup wajar.
7. Skizofrenia Simplex
Simtom utamanya adalah apatis, yaitu seolah tidak memiliki kepentingan untuk
diri sendiri. Bahkan, sering harus diberikan pengertian tentang hal - hal yang menjadi
kebutuhannya. Penderita biasanya berkeinginan untuk berbaring, malas - malasan, jorok,
tidur -tiduran, jarang mandi, motorik lamban dan jarang berbicara. Sering berprilaku yang
amoral, misalnya memaki - maki orang yang sedang lewat, memainkan alat kelaminnya.

8. Skizofrenia Yang Lainnya


Selain gambaran gejala klinis skizofrenia yang jelas dengan pengelompokan
tersebut di atas ada pula pengelompokan gangguan yaitu gangguan Skizofreniform
(episode skizofrenik akut), Skizofrenia latent, gangguan skizoafektif.

9. Skizofrenia tak terinci


Tipe ini merupakan tipe buangan yang tidak termasuk dalam tipe manapun.

D. Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia Hebrefrenik adalah perilaku yang khas, regresi, primitive, afek tidak
sesuai denan karakteristik umumnya wajah dungu, tertawa aneh-aneh, menangis dan
menarik diri secara ekstrim (Mary C. Towsend dalam Novy Helena C, 1998 : 143).
Skizofrenia Hebrefrenik adalah Percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek
yang datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi. (Ann Isaac,
2004 : 153).
Skizofrenia Hebrefrenik permulaanya subakut dan sering timbul pada masa
remaja antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok ialah gangguan proses fikir, gangguan
kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personalitty. Gangguan psikomotor
seperti mannerism, neologisem atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada
herbefrenia, waham dan halusinasi banyak sekali. (Maramis, 1998 : 223)

Seseorang yang menderita skizofrenia herbefrenik, disebut juga disorganized type atau
kacau balau yang ditandai dengan gejala-gejala antara lain sebagai berikut :
1) Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
2) Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidakserasi atau ketolol-tololan.
3) Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau
senyum yang hanya dihayati sendiri.
4) Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan
5) Halusinasi yang terpecah-pecaj yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu
kesatuan.
6) Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,
berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri
secara akstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001 :640.
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan skizofenia hebrefrenik adalah
gangguan jiwa dengan perilaku yang khas regresi dan primitif, afek tidak sesuai, dengan
karakteristik umum wajah dungu, tertawa-tawa aneh, meringis, percakan dan perilaku
yang kacau, permulaanya perlahan-lahan atau subakut, sering timbul pada masa remaja
atau antara 15-25 tahun yang disertai adanya gangguan kemauan, gangguan psikomotor
seperti manerisme, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan, waham, dan halusinasi.

Proses Terjadinya Skizofrenia Herbefrenik


1) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi
seperti pada harga diri rendah antara lain :
a) Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genets skizofrenia diturunkan melaluui kromosom-
kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa menjadi faktor penentu gangguan
ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada
dikromosom no. 6 dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar
identik memilki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya
mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote peluangnya sebesar 15%. Seorang anak
yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia, ssementara bila kedua orang tuany
skizofreia maka peluangnya menjadi 35%.
b) Faktor Neeurologis
Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien skizofrenia tidak
pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi penurunan
volume dan fungsi otakyang banormal. Neurotransmitter yang ditemukan tidak normal
khususnya dopamine, serotonine, dan glutamat.
c) Studi Neurotransmiter
Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmitter
dopamine yang berlebihan.
d) Teori Virus
Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi faktor predispossisi
skizofrenia.
e) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara lain anak
yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

2) Faktor Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
a) Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frotal otak.
b) Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.
c) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkunga, sikap da perilaku.
Gejala-gejala pencetus respon biologis :
(1) Kesehatan : nutrisis kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian,
kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau layanan kesehatan.
(2) Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan
kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran
berhubungan dengan oran lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasidan ketidakmampian mendapatkan
pekerjaan.
(3) Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali
diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa
malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan
pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.

Tanda dan Gejala Skizofrenia Herbefrenik


1) Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
2) Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.
3) Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidakserasi atau ketolol-tololan.
4) Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau
senyum yang hanya dihayati sendiri.
5) Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan
6) Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu
kesatuan.
7) Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh,
berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri
secara akstrim dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001 :640.)

E. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1%, yang


berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia selama masa
hidupnya. Studi Epidemiologic Catchment Area (ECA) yang disponsori National Institute
of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 0,6 ampai 1,9
persen. Menurut DSM IV TR, insidensi tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5 sampai
5,0 per 10000 dengan beberapa variasi geografik (insidensi lebih tinggi pada orang yang
lahir di daerah perkotaan di negara maju). Di Amerika Serikat, kurang lebih 0,05 persen
populasi total menjalani pengobatan untuk skizofrenia setiap tahun dan hanya sekitar
setengah dari semua pasien skizofrenia mendapatkan pengobatan, mekipun penyakit ini
termasuk berat.
F. Perjalanan Gangguan dan Prognosis Skizofrenia

Perjalanan berkembangnya skizofrenia sangatlah beragam pada setiap kasus.


Namun, secara umum melewati tiga fase utama, yaitu (Prabowo,2007) :

1. Fase prodormal

Fase prodormal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi kehidupan,
sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau akibat
gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling sedikit dua gejala dari kriteria A pada
kriteria diagnosis skizofrenia. Awal mulanya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati
suatu periode yang sangat panjang, yaitu ketika seorang individu mulai menarik diri
secara sosial dari lingkungannya (Prabowo, 2007)

Individu yang mengalami fase prodormal dapat berlangsung selama beberapa


minggu hingga bertahun - tahun, sebelum gejala lain yang memenuhi kriteria untuk
menegakkkan diagnosis skizofrenia muncul. Individu dengan fase prodormal singkat,
perkembangan gejala gangguannya lebih jelas terlihat daripada individu yang mengalami
fase prodormal panjang (Prabowo, 2007).

2. Fase Aktif Gejala


Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala - gejala skizofrenia secara
jelas. Sebagian besar penderita gangguan skizofrenia memiliki kelainan pada
kemampuannnya untuk melihat realitas dan kesulitan dalam mencapai insight. Sebagai
akibatnya episode psikosis dapat ditandai oleh adanya kesenjangan yang semakin besar
anatara individu dengan lingkungan sosialnya (Prabowo, 2007).

3. Fase Residual

Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat dua gejala
dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat menetap dan tidak
disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan penggunaan zat. Dalam perjalannan
gangguannya, beberapa pasien skizofrenia mengalami kekambuhan hingga lebih dari
lima kali. Oleh karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya kekambuhan.

Penegakan prognosis dapat menghasilkan dua kemungkinan, yaitu prognosis positif


apabila didukung oleh beberapa aspek berikut, seperti : onset terjadi pada usia yang lebih
lanjut, faktor pencetusnya jelas, adanya kehidupan yang relatif baik sebelum terjadinya
gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, dan seksual, fase prodormal terjadi secara
singkat, munculnya gejala gangguan mood, adanya gejala positif, sudah menikah, dan
adanya sistem pendukung yang baik (Kaplan & Sadock, 2004)

Sedangkan prognosis negatif, dapat ditegakkan apabila muncul beberapa keadaan seperti
berikut: onset gangguan lebih awal, faktor pencetus tidak jelas, riwayat kehidupan
sebelum terjadinya gangguan kurang baik. Fase prodormal terjadi cukup lama, adanya
perilaku yang autistik, melakukan penarikan diri, statusnya lajang, bercerai, atau
pasangannya telah meninggal, adanya riwayat keluarga yang mengidap skizofrenia,
munculnya gejala negatif , sering kambuh secara berulang, dan tiak adanya sistem
pendukung yang baik (Kaplan & Sadock, 2004).
BAB III

PEMBAHASAN

Pedoman diagnostik skizofrenia hebefrenik harus memenuhi kriteria umum


diagnosis skizofrenia. Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada
usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15 - 25 tahun). Kepribadian
premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri, namun tidak harus
demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenik yang meyakinkan
umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk
memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :
- perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta mannerisme,
ada kecendrungan untuk selalu menyendiri, dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan
hampa perasaan.
- afek pasien dangkal dan tidak wajar (inappropiate), sering disertai cekikikan atau
perasaan puas diri, senyum sendiri atau oleh sikap tinggi hati, tertawa menyeringai,
mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau, keluhan hipokondriakal, dan ungkapan
kata yang diulang - ulang.
- proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol. Dorongan
kehendak dan yang bertujuan hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku
penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud.
Adanya suatu preokupsi yang dangkal dan bersifat dibuat - buat terhadap agama, filsafat
dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
BAB IV
KESIMPULAN

Pada pasien ini diagnosisnya Skizofrenia Hebefrenik.

You might also like