You are on page 1of 49

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. CH. Ririn
Usia : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
Penghasilan keluarga : Rp. 1.700.000
Alamat : Kricak kidul, Yogyakarta
Tanggal berobat : 3 september 2014
Homevisit : 5 september 2014

B. ANAMNESIS

1 Keluhan Utama : Pusing, Nyeri ulu hati, Mual


2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Tegalrejo dengan keluhan pusing, nyeri
ulu hati disertai mual. Pasien juga mengeluh pusing dan kaku pada leher
bagian belakang. Keluhan ini dirasakan pasien hilang timbul sejak 1
minggu ini. Nyeri kepala dirasakan lebih sering dibanding minggu-minggu
sebelumnya. Keluhan ini membuat kepala pasien terasa berat dan menjalar
hingga ke leher.
Jika dinilai skala nyeri dengan tafsiran angka antara 1-10, nyeri
kepala pasien dirasa pada angka 7. Keluhan ini sering dirasakan pasien
sejak 2-3 tahun terakhir dan bersifat hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan
lebih berat jika pasien kecapaian atau stress. Nyeri kepala berkurang jika
pasien beristirahat atau tidur. Jika nyeri kepala dirasakan memberat, pasien
biasanya langsung berobat ke Puskesmas dan nyeri kepala berkurang
dengan obat yang diberikan dari Puskesmas. Selain nyeri kepala, pasien
tidak mengeluhkan adanya sulit tidur, pasien hanya mengaku terkadang
merasa terganggu dan khawatir karena sakit yang dirasakan sering
membuat aktivitasnya terganggu. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri
dada, sesak atau bengkak pada kaki.
Pasien mengaku keluhan ini berlangsung sejak tahun 2011. Setelah
berobat ke Puskesmas, pasien didiagnosis hipertensi.

3 Riwayat Penyakit Dahulu


a Riwayat penyakit : Hipertensi sejak tahun 2011
Dislipidemia (+)
asam urat disangkal
diabetes disangkal
penyakit paru disangkal
penyakit jantung disangkal
maag (+)
b Riwayat mondok : disangkal
c Riwayat kecelakaan : disangkal
d Riwayat pengobatan : obat-obatan antihipertensi
e Riwayat alergi : disangkal

4 Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Ada, yaitu ibu pasien
b. Riwayat penyakit jantung : disangkal
c. Riwayat hipertensi : disangkal
d. Riwayat diabetes/kencing manis : disangkal
e. Riwayat asma : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal

5 Riwayat Sosial dan Exposure


a.Community : daerah pemukiman padat
penduduk
b. Home : rumah merupakan bangunan
permanen tidak bertingkat, dinding terbuat dari
batu bata, lantai rumah dari semen, atap rumah
dari genteng, ventilasi kurang dengan tingkat
kelembaban tinggi, pencahayaan kurang, jumlah
jendela 1 buah, halaman rumah sempit, kebersihan
dalam rumah cukup bagus, sumber air minum dari
mata air (sumur), dengan jumlah anggota keluarga
4 orang.
c.Occupational : ibu rumah tangga.
d. Personal habit : berkumpul dengan
keluarga, mengikuti kegiatan warga, tidak
merokok, tidak mengkonsumsi alkohol.
e.Diet : sayur-sayuran, tempe, tahu, kadang
daging atau sumber protein hewani lain.
f. Drug : obat antihipertensi,
antikolesterolemia, dan maag.

6 Riwayat Gizi
Penderita makan tiga kali sehari. Penderita biasa mengkonsumsi
nasi, sayur-sayuran, tempe, tahu, dan terkadang mengkonsumsi daging.
Penderita masih mempunyai kebiasaan suka makan makanan yang asin.

7 Riwayat Psikologis
Penderita memiliki kecemasan terhadap keluhan yang dirasakan
karena cukup mengganggu aktivitasnya dirumah maupun diluar rumah.
Keluhan sering pusing membuat pasien merasa harus sering istirahat untuk
menenangkan nyeri sejenak.
8 Riwayat Ekonomi
Dalam hal ekonomi, keluarga penderita termasuk ke dalam keluarga
dengan ekonomi menengah kebawah. Kebutuhan primer dapat terpenuhi
dengan baik, dan kebutuhan sekunder cukup terpenuhi. Dalam berobat,
penderita menggunakan asuransi kesehatan.

9 Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan
harmonis. Hal tersebut dapat terlihat dari cara berkomunikasi pasien
dengan suaminya yang tampak baik dan bagaimana cara pasien
menceritakan keluarganya terutama perhatian anak-anaknya terhadap
keadaan orang tua mereka.

10 Riwayat Sosial
Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan
baik. Ny. R aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa baik berupa
kegiatan pengajian, PKK ataupun kegiatan dasawisma.

11 Review of System
a. Keluhan Utama : nyeri ulu hati, nyeri kepala
b. Kulit : warna kulit sawo matang
c. Kepala : Sakit kepala (+)
d. Mata : penglihatan kabur (-)
e. Hidung : keluar cairan (-)
f. Telinga : pendengaran jelas, keluar cairan (-)
g. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
h. Tenggorokan : sakit menelan (-)
i. Pernafasan : sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
j. Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-)
k. Sistem Gastrointestinal : mual (-),
muntah (-), nyeri perut (-), kembung (-)
l. Sistem Muskuloskeletal : lemas (-)
m. Sistem Genitourinaria : buang air kecil normal
n. Ekstremitas :
Atas : ujung jari terasa dingin (-), bengkak (-)
Bawah : ujung jari terasa dingin (-), bengkak (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan baik.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 140/90 mmHg
b. Nadi : 92 x /menit, regular
c. RR : 24 x /menit
d. Suhu : 36,1O C
3. Status gizi
a. BB : 60 kg
b. TB : 153 cm
c. IMT : 60/(1.53)2 = 25.63 (overweight)
Kesan status gizi lebih
4. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali <1 detik, ikterus
(-)
5. Kepala: mesocephal
6. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), air mata (+), mata cekung (-/-)
7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
8. Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
9. Mulut : Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-)
9. Tenggorokan : Radang (-)
10. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
11. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-),
retraksi (-)

Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Auskultasi : suara normal jantung S1>S2 murni, regular, bising (-)
Palpasi : nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas kanan atas di SIC II LPSD
batas kiri atas di SIC II LPSS
batas kanan bawah di SIC IV LPSD
batas kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS
Pulmo :
Inspeksi : bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris
Palpasi : pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang
tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : suara dasar paru kanan kiri vesikular normal, wheezing (-)
ronki (-)
12. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri
ketok kostovertebra (-)
13. Abdomen :
Inspeksi : hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-)
Auskultasi : bisung usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
14. Genitalia : Tidak dilakukan
15. Anorektal : Tidak dilakukan
16. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), clubbing finger (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), clubbing finger (-/-), akral dingin (-/-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada saat kontrol hari ini pasien tidak melakukan pemeriksaan
penunjang apapun, oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium untuk mengontrol beberapa penyebab dan
komplikasi hipertensi:
1. Pemeriksaan gula darah
2. Pemeriksaan kolesterol darah
3. Pemeriksaan fungsi ginjal
4. Pemeriksaan fungsi hati
5. Pemeriksaan EKG
6. Pemeriksaan mata

E. RESUME
Ny.R berusia 38 tahun, tinggal dalam keluarga berbentuk nuclear
family, dengan diagnosis klinis hipertensi grade I terkontrol obat. Pasien
memiliki kekhawatiran terhadap keluhan penyakitnya yang berhubungan
dengan aktivitas sehari-hari. Pasien tinggal bersama suami dan dua anaknya.
Status ekonomi keluarga tergolong menengah. Pendidikan pasien cukup.
Penderita tinggal di lingkungan pemukiman padat penduduk, dengan kondisi
rumah yang kurang sehat dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang,
namun kebersihannya cukup bagus. Hubungan Ny. R dengan masyarakat
sekitar baik.

F. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Biologis : Hipertensi Grade I
2. Diagnosis Psikologis : Kecemasan terhadap keluhan akibat penyakit
3. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi menengah kebawah
4. Diagnosis Sosial : Hubungan dengan masyarakat baik
5. Diagnosis Demografi : Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga
baik.

G. DIAGNOSIS HOLISTIK
Hipertensi grade I terkontrol obat disertai dispepsia pada ibu 38 tahun,
ibu rumah tangga dan mengandalkan suaminya untuk kebutuhan sehari-hari,
dengan kecemasan terhadap keluhan yang dirasa mengganggu aktivitasnya,
dan dengan keluarga yang fungsional (baik).

H. PENATALAKSANAAN
1. Patient Centered
PROMOTIF
1) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang komplikasi dan gejala-
gejala yang mungkin timbul akibat penyakitnya.
2) Meingkatkan pengetahuan tentang diet dan pola makan yang baik.
3) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat.
4) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang menejemen stress yang
baik.
5) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya kontrol dan
melakukan pengobatan rutin.

PREVENTIF
1) Meminimalisir keluhan yang bisa muncul
2) Mencegah terjadinya komplikasi dengan monitoring kerusakan organ
target (seperti: Retinopati hipertensi, Nefropati hipertensi, Penyakit
jantung hipertensi, Stroke)

KURATIF
a. Medikamentosa
1) Amlodipin 5 mg | 1 dd 1 tab
2) Antasida 500 mg | 3 dd 1 tab
3) Omeprazol 20 mg | 1 dd 1 tab
b. Non Medikamentosa
1) Menurunkan tekanan darah sampai dengan tahap tekanan darah
normal tinggi atau prehipertensi
2) Mengurangi asupan garam dan melaksanan diet dengan tepat bagi
penderita hipertensi
3) Istirahat yang cukup dengan tidur minimal 6 jam pada malam hari

Pengobatan Focus Family


a. Keluarga hendaknya bisa memilihkan makanan Ny.R, makanan yang asin
sebaiknya jangan dimakan oleh Ny.R karena akan meningkatkan tekanan
darah.
b. Karena Ny.R memiliki riwayat hipertensi, maka sebaiknya suami dan
anak Ny.R sejak dini bisa mengetahui hal-hal apa saja yang bisa memicu
penyakit hipertensi.

Pengobatan Focus Community


Untuk tetangga Ny.R sebaiknya sedini mungkin menghindari makanan yang
bisa meningkatkan tekanan darah, seperti makanan asin, kebiasaan minum
kopi, olah raga teratur. Dengan kondisi yang dialami Ny. R maka tetangganya
akan lebih memperhatikan kesehatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

HIPERTENSI

A. PENDAHULUAN

Di negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan


utama. Di Indonesia, hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena
angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang
ditimbulkannya. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2
golongan yaitu hipertensi primer yang diketahui penyebabnya atau idiopatik dan
hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi
dan 10% lainya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Dapat diketahui
penyebabnya, dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat
diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer
lebih mendapatkan prioritas. Banyak pernelitian dilakukan terhadap hipertensi
primer baik mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hamper sama besar di negara berkembang maupun di negara
maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal
ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab
terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka
kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan obat
jangka panjang.
Hipertensi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas
paling sering di dunia. Di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan
kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka
panjang yang ditimbulkannya. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal
jantung, stroke dan gagal ginjal. Disebut juga sebagai silent killer karena
orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala, secara statistic
penyakit ini lebih sering pada wanita dari pada laki-laki. Hipertensi sering
diteamukan pada usia lanjut, diperkirakan 23 % pada wanita dan 14 % pada pria
berusia diatas 65 tahun menderita hipertensi.
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena
alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa
disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung,
otak ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan
penglihatan, dan sakit kepala, seringkali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut
disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang bermakna.
Prevalensi hipertensi terkontrol hanya 4% padahal biaya pengobatan
hipertensi yang tidak terkontrol jauh lebih besar daripada biaya yang dibutuhkan
untuk pencegahannya. Berbagai faktor resiko terjadinya hipertensi meliputi
faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor
yang tidak dapat dikendalikan diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin, dan
usia. Sedangkan faktor yang dapat dikendalikan diantaranya adalah olahraga,
gaya hidup, konsumsi makanan dan minuman, merokok, kelebihan berat badan.
Oleh karena itu, selain memberikan terapi farmakologis dokter juga mempunyai
kewajiban untuk mengedukasi pasien untuk berubah perilaku, pola makan dan
gaya hidup sehat untuk menunjang pengobatannya.
Kedokteran keluarga (Family Medicine) merupakan spesialisasi
kedokteran yang memberikan pelayanan komprehensif bagi individu dan
keluarga dengan mengintegrasikan ilmu biomedik, ilmu perilaku, dan ilmu
social dengan menerapkan disiplin kedokteran akademik yang meliputi
pelayanan kesehatan yang komprehensif. Tujuan yang ingin dicapai dalam
pelayanan kedokteran keluarga adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi
individu dan keluarga serta masyarakat yang bermutu namun terkendali
biayanya, yang tercermin dalam tatalaksana pelayanan kesehatan yang diberikan
dokter keluarga. Dalam melakukan pelayanannya dokter keluarga berasaskan
paripurna (comprehensive), menyeluruh (holistic), dan berkesinambungan
(continuing care).
Dengan pendekatan dokter keluarga, maka pemeliharaan kesehatan baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif dapat dilakukan dengan
mengkaji masalah kesehatan individu dan keluarga dengan mempelajari riwayat
penyakit secara komprehensif sehingga pemeliharaan kesehatan dapat dilakukan.

B. DEFINISI

Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di


atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian (mortalitas). Penulisan tekanan darah (contoh: 120/80 mmHg)
didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung.
Hipertensi menurut WHO adalah peningkatan tekanan sistolik lebih besar
atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar
90 mmHG. Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik
lebih dari 140 mmGh dan tekanan diastokik lebih tinggi dari 90 mmHg.
Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Hipertensi essensial/primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum
dapat diketahui. disebut juga hipertensi idiopatik. Sekitar 90% penderita
hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan
pengobatan lebih banyak ditujukan bagi penderita hipertensi essensial ini.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Jenis hipertensi yang menjadi
penyebabnya dapat diketahui, sering disebut hipertensi renal karena kelainan
ginjal menjadi penyebab tersering. Penyebab hipertensi sekunder ini antara
lain kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, atau
penyekit kelenjar adrenal.Terdapat pada sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan dan lain-lain.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada
tabel dibawah

Kalsifikasi tekanan darah menurut JNC 7


Klasifikasi tekanan Sistol Diastol
darah (mmHg) (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prahipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160 Atau 100

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh


tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau
telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah
>180/120 mmHg; dikategotikan sebagai hipertensi emergensi atau hipertensi
urgensi.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai
dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan
darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit jam) untuk mencegah
kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut:
encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema
paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau
hipertensi berat selama kehamilan.
Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan
organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat
antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa
jam sampai beberapa hari.

C. MANIFESTASI KLINIS
Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya
berupa:Pusing, Mudah marah,Telinga berdengung, Sukar tidur, Sesak nafas,
Rasa berat di tengkuk, Mudah lelah, Mata berkunang-kunang, Mimisan (jarang
dilaporkan).
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada
hipertensi primer.bergantung pada tingginya tekanan darah yang timbul dapat
berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru
timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal,
mata, otak, dan jantung.

Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing, dan migrain dapat


ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang yang
tanpa gejala.

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala


sampai bertahun-tahun. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi
sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma
(peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin. Keterlibatan pembuluh darah
otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau
gangguan tajam penglihatan.

Menurut Corwin (2001) bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,
penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah
yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya
terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala,
keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, telinga
berdengung, dan mata berkunang-kunang.
D. FAKTOR RISIKO DAN PENCEGAHANNYA

FAKTOR RISIKO YANG TIDAK DAPAT DIMODIFIKASI

1. Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai
orang tua atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut
mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang
kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat
keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun
dan laki laki dibawah 55 tahun.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan
darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin
angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki laki lebih tinggi
daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat
setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon.
3. Umur
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin
tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini
disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan
bertambahnya umur. Sebagian besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari
65 tahun. Sebelum umur 55 tahun tekanan darah pada laki laki lebih tinggi
daripada perempuan. Setelah umur 65 tekanan darah pada perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah
dengan semakin bertambahnya umur.

FAKTOR RISIKO YANG DAPAT DIMODIFIKASI

1. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan
tekanan darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat
meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat
membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan
darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada
dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik,
denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian
O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada
pembuluh darah perifer.
2. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya
dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada
besarnya penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah
parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang.
Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing
masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu >
120 / 80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat
badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.
3. Dyslipidemia
Dislipidemia adalah kalainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Beberapa kelainan
fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, dan atau trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL.
4. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf
simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila
stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang
menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan bahwa pajanan terhadap stres
menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.
5. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar
kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik
membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30
45 menit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan tekanan darah
secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah
pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.
6. Asupan
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi
terutama di usus halus. Mekanisme penngaturan keseimbangan volume
pertama tama tergantung pada perubahan volume sirkulasi efektif. Volume
sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang
vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada orang sehat
volume cairan ekstraseluler umumnya berubah ubah sesuai dengan sirkulasi
efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.
Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal,
disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang
cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium
yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan
melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng
dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun. Aldosteron
merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin
tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah. Garam dapat
memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap natrium,
misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau
diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk
membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari. Pada populasi
dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya
meningkat lebih cepat dengan meningkatnya umur, serta kejadian hipertensi
lebih sering ditemukan.
Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih
belum jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi
kenaikan tekanan darah ketika asupan garam ditambah.
Asupan Kalium, Kalium merupakan ion utama dalam cairan
intraseluler, cara kerja kalium adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium
yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler,
sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan
tekanan darah.
Asupan Magnesium. Magnesium merupakan inhibitor yang kuat
terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan diduga berperan sebagai
vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure
(JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium
dan tekanan darah. Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan,
suplementasi magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini
dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi.
Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk
mencegah kejadian hipertensi.

E. PATOGENESIS

Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer terus


berkembang karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat
menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi
oleh curah jantung dan tahan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah
jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah, seperti yang
telihat pada gambar :
Gambar. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingginya Tekanan Darah

Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan


tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik.
Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan tahanan perifer
meningkat yang disebabkan oleh refleks aoturegulasi. Yang dimaksud dengan
refleks autoregulasi ialah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan
hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi
konstriksi sfingter prekapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peninggian tahanan perifer.
Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi primer terjadi secara bertahap
dalam waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu
singkat. Oleh karena itu, diduga terdapat faktor lain selain faktor hemodinamik
yang berperan pada hipertensi primer. Secara pasti belum diketahui faktor
hormonal atau perubahan anatomi yang terjadi pada pembuluh darah yang
berpengaruh pada proses tersebut. Kelainan hemodinamik tersebut diikuti pula
kelainan struktural pada pembuluh darah dan jantung. Pada pembuluh darah
terjadi hipertrofi dinding sedangkan pada jantung terjadi penebalan dinding
ventrikel.
Berbagai promotor pressor-growth bersama dengan kelainan fungsi
membran sel yang mengakibatkan hipertrofi vaskular akan menyebabkan
peninggian tahanan perifer dan peningkatan tekanan darah.

Gambar : Mekanisme berbagai Vascular Growth Promotors dalam


Menimbulkan hipertensi

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis


hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan
asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari tiga gram tiap hari
menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah sedangkan jika asupan garam
antara 5-15 gram per hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%.
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Peningkatan
asupan garam ini akan diikuti oleh peninggian ekskresi garam sehingga tercapai
kembali keadaan hemodinamik yang normal. Pada pasien hipertensi primer,
mekanisme (peningkatan ekskresi garam tersebut terganggu, selain adanya
faktor lain yang ikut berperan.
Sistem renin, angiotensin, dan aldosteron berperan pada timbulnya
hipertensi. Produksi renin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi
saraf simpatis. Renin berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II yang mempunyai efek vasokonstriksi. Angiotensin II
menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan retensi natrium dan air.
Keadaan tersebut berperan pada timbulnya hipertensi. Peran sistem renin,
angiotensin dan aldosteron pada timbulnya hipertensi primer masih merupakan
bahan perdebatan. Hal ini disebabkan oleh fakta yang menunjukan bahwa 20-
30% pasien hipertensi primer mempunyai kadar renin rendah, 50-60% kadar
renin normal, sedangkan kadar renin tinggi hanya 15%.

F. DIAGNOSIS

Seperti lazimnya pada penyakit lain, diagnosa hipertensi esensial


ditegakkan berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan
laboratorium maupun pemeriksaan penunjang. Pada saat pasien berkonsultasi
perlu ditanyakan riwayat hipertensi orang tuanya, mengingat 70-80% kasus
hipertensi esensial diturunkan dari kedua orang tuanya. Perlu juga ditanyakan
tentang pengobatan yang sedang dijalaninya pada saat itu. Ada beberapa obat-
obatan dapat menimbulkan hipertensi seperti golongan obat kortikosteroid. Pada
wanita, keterangan mengenai hipertensi pada kehamilan, riwayat eklamsia
(keracunan kehamilan), riwayat persalinan dan penggunaan pil kontrasepsi
diperlukan pada saat konsultasi. Selain itu, data mengenai penyakit yand diderita
seperti diabetes melitus (kencing manis), penyakit ginjal, serta faktor resiko
terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stress, data berat badan juga perlu
ditanyakan. Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya tanda
klinis hipertensi esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara
akurat.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah adalah :
faktor pasien, faktor alat dan tempat pengukuran. Agar didapat pengukuran yang
akurat, sebaiknya pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat dengan
cukup, minimal setelah 5 menit berbaring dan dilakukan pada posisi berbaring,
duduk dan berdiri sebanyak 3-4 kali pemeriksaan, dengan interval antara 5-10
menit. Tempat pemeriksaan dapat pula mempengaruhi hasil pengukuran.
Pengukuran di tempat praktek, biasanya mendapatkan hasil yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan pengukuran di rumah. Hasil pengukuran lebih tinggi
di tempat praktek disebut office hypertension. Mengingat hal tersebut di atas,
untuk keperluan follow up pengobatan sebaiknya dipakai pegangan hasil
pengukuran tekanan darah di rumah. Pengukuran yang pertama kali belum dapat
memastikan adanya hipertensi, akan tetapi dapat merupakan petunjuk untuk
dilakukan observasi lebih lanjut.

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:


1. Mengidentifikasi penyebab hipertensi
2. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular,
beratnya penyakit, serta respons terhadap pengobatan
3. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskular yang lain atau
penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan
panduan pengobatan

G. PENATALAKSANAAN

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis


penatalaksanaan:

1. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup;


Modifikasi kebiasaan hidup dilakukan pada setiap penderita hipertensi,
meskipun cara ini tidak dapat dilakukan sebagai cara tunggal untuk setiap derajat
hipertensi, akan tetapi cukup potensial dalam menurunkan faktor resiko
kardiovaskuler dan bermanfaat pula menurunkan tekanan darah. Disamping itu
diharapkan memperbaiki efikasi obat antihipertensi. Keuntungan lain karena
merupakan upaya penatalaksanaan hipertensi yang murah dengan efek samping
minimal.
Menurut JNC 7, modifikasi kebiasaan hidup untuk pencegahan dan
penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai berikut:
Menurunkan berat badan (index masa tubuh diusahakan 18,5 - 24,9
kg/m2) diperkirakan menurunkan TDS 5-20 mmHg/10 kg penurunan berat
badan.
Diit dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi
makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam
lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg
Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmoU hari (6 gram
NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg
Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30
menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg
Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengurangi
konsumsi alkohol 2 gelas ( 30 mL ethanol) per hari pada laki-laki dan1 gelas
per hari pada wanita dan pasien kurus diharapkan dapat menurunkan TDS
24 mmHg.

2. Penatalaksanaan farmakologis atau dengan obat


Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
Pengobatan ini adalah pengobatan jangka panjang dengan kemungkinan besar
untuk seumur hidup.
Klasifikasi dan Tatalaksana Tekanan Darah Menurut JNC 7

Pemilihan obat anti hipertensi menurut ESH-ESC (2007) harus


mempertimbangkan manfaat utama pengobatan hipertensi, yaitu penurunan
tekanan darah itu sendiri. Terdapat bukti bahwa obat-obat kelas tertentu dapat
memiliki efek berbeda, dan pada kelompok penderita tertentu obat-obatan tidak
memiliki efek samping yang setara, terutama pada individu tertentu.Kelas-kelas
utama obat antihipertensi seperti diuretik, -bocker, calcium antagonist, ACE
inhibitor, ARB dapat dipakai sebagai pilihan awal dan juga pemeliharaan.
Pilihan obat awal menjadi tidak penting karena kebutuhan untuk menggunakan
kombinasi 2 obat atau lebih untuk mencapai tekanan darah target. Dengan
banyaknya bukti-bukti ilmiah, pilihan obat tergantung banyak faktor, antara lain:
Pengalaman pasien sebelumnya dengan obat antihipertensi, harga obat,
gambaran resiko, ada tidaknya kerusakan organ dan penyakit penyerta, serta
pilihan pasien.
Pada sebagian besar pasien, pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat
antihipertensi yang dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan
dinaikkan, bergantung pada umur, kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat
antihipertensi yang dipilih sebaiknya yang mempunyai efek penurunan tekanan
darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari, dan setelah 24 jam efek
penurunan tekanan darahnya masih diatas 50 % efek maksimal. Obat
antihipertensi kerja panjang yang mempunyai efek penurunan tekanan darah
selama 24 jam lebih disukai daripada obat jangka pendek disebabkan oleh
beberapa faktor :
1) Kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari
2) Harga obat dapat lebih murah
3) Pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten
4) Mendapat perlindungan terhadap faktor resiko seperti kematian
mendadak, serangan jantung, dan stroke, yang disebabkan oleh peninggian
tekanan darah pada saat bangun setelah tidur malam hari.
Ternyata kebanyakan penderita hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah. Jika target tekanan darah
belum tercapai penambahan obat kedua dari klas lain harus segera ditambahkan.
Jika tekanan darah 20/10 mmHg diatas target tekanan darah dipertimbangkan
pengobatan awal dengan menggunakan dua macam kelas obat sebagai obat
kombinasi tetap atau masing-masing diberikan tersendiri.
Pemberian dua obat antihipertensi sejak awal ini akan mempercepat
tercapainya target tekanan darah. Akan tetapi harus diwaspadai kemungkinan
hipotensi ortostatik terutama pada penderita diabetes, disfungsi saraf otonom dan
penderita geriatric. Penggunaan obat generik atau kombinasi perlu
dipertimbangkan untuk mengurangi biaya. Penderita paling sedikit harus
dievaluasi setiap bulan untuk penyesuaian obat agar target tekanan darah segera
tercapai. Jika target sudah tercapai, evaluasi dapat dilakukan tiap 3 bulan.
Penderita dengan hipertensi derajat 2 atau dengan faktor komorbid misalnya
diabetes, dan payah jantung, memerlukan evaluasi lebih sering. Faktor resiko
kardiovaskuler yang lain serta adanya kondisi komorbid harus secara bersama
diobati sampai seoptimal mungkin.
Algoritme pengobatan hipertensi (JNC 7)

Modifikasi gaya hidup

Tidak mencapai target tekanan darah (< 140/90 mmHg) (<130/80 untuk penderita diabetes atau penyakit ginjal kronik)

PILIHAN OBAT AWAL

Tanpa indikasi yang memaksa Dengan indikasi yang memaksa (with compelling indications)
(without compelling
indiacations)

Hipertensi
Hipertensi
stage
stage
2 (TDS
1 (TDS
160
140-159
atau TDD
atau100
TDDmmHg)
90-99
Obat-obat
mmHg) untuk indikasi yang memaksa (compelling indications)
Kombinasi
Diuretika2 jenis
obat thiazide
untuk sebagian
untuk sebagian
besar kasus
besar
(umumnya
kasus
Obat antihipertensi
diuretika jenis
lain
thiazide
sesuaidan
kebutuhan
ACEI, atau
diuretika,
ARB, atau
ACEI,
PB,ARB,
atauf3b
C
Dapatdipertimbangkan ACEI, ARB, Bb, CCB, atau kombinasi

TIDAK MENCAPAI TARGET TEKANANDARAH

Optimalkan dosis/berikan tambahan obat sampai target TD tercapai, pertimbangkan konsultasi ahli hipertensi
Menurut ESH-ESC (2007), pemilihan antara monoterapi dan terapi
kombinasi harus mempertimbangkan tingkat tekanan darah yang belum diterapi,
ada tidaknya kerusakan organ dan faktor resiko.

Pilihan antara

Obat tunggal Kombinasi 2 obat dengan dosis rendah


dosis rendah
Jika target tekanan darah tidak tercapai

Obat sebelumnya dengan


Ganti dosis
ke obat
maksimal
lain
Kombinas
dengani dosis rendah
Tambahkan
sebelumnya obat maksimal
dengan dosis ketiga dengan dosis rendah

Jika target tekanan darah tidak tercapai

Kombinasi 3 obat pada dosis efektif

Kombinasi 2 atau 3 obat


Monoterapi dosis

Kombinasi 2 obat yang efektif dan ditoleransi dengan baik adalah :


Diuretika dan beta bloker
Diuretic dengan ACE inhibitor w au ARB
Calcium antagonis (dehidropiri(lin) dan beta blocker
Calcium antagonist dan ACE Inhibitor atau ARB
Calcium antagonist dan diuretic
Alfa blocker dan beta blocker
Oleh karena faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan
darah pada hipertensi primer sangat banyak, obat antihipertensi yang
dikembangkan tentu saja berdasarkan pengetahuan patofisiologi tersebut. Obat
golongan diuretic, penyekat beta, antagonis kaslsium, dan penghambat enzim
konversi angiotensin (penghambat ACE), merupakan antihipertensi yang sering
digunakan pada pengobatan.
a. Diuretic
Mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume
ekstraseluler dan plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung.
b. Golongan penghambat simpatetik
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak
seperti pada pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf
perifer seperti reserpin dan guanetidin. Metildopa mempunyai efek
antihipertensi dengan menurunkan tonus simpatik secara sentral.
c. Penyekat beta
Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah jantung
dan penekanan sekresi renin. Obat ini dibedakan dalam 2 jenis : yang
menghambat reseptor beta 1 dan yang menghambat reseptor beta 1 dan 2.
Penyekat beta yang kardioselektif berarti hanya menghambat reseptor beta
1, akan tetapi dosis tinggi obat ini juga menghambat reseptor beta 2
sehingga penyekat beta tidak dianjurkan pada pasien yang telah diketahui
mengidap astma bronchial. Kadar renin pasien dapat dipakai sebagai
predictor respons antihipertensi penyekat beta karena mekanisme kerjanya
melalui system renin-angiotensin.
d. Vasodilator
Yang termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin,
minoksidil, diazoksid, dan sodium nitropusid. Obat golongan ini bekerja
langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan
mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah. Hidralazin,
minoksidil, dan diazoksid bekerja pada arteri sehingga penurunan
resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh peninggian aktivitas simpatik,
yang akan menimbulkan takikardia, dan peninggian kontraktilitas otot
miokard yang akan mengakibatkan peningkatan curah jantung.
e. Penghambat enzim konversi angiotensin
Yang pertama kali digunakan dalam klinik adalah enalapril dan kaptopril.
Kaptopril yang dapat diberikan peroral menurunkan tekanan darah dengan
cara menghambat enzim konversi angiotensin sehingga terjadi penurunan
kadar angiotensin 11, yang mengakibatkan penurunan aldosteron dan
dilatasi arteriol. Selain itu, obat ini menghambat degradasi bradikinin yang
merupakan vasodilator kuat yang akan memperkuat efek antihipertensinya.
Pada hipertensi ringan dan sedang dapat diberikan dosis 2 kali 12,5 mg
tiap hari. Dosis yang biasa adalah 25-50 mg tiap hari. Pada saat ini sudah
beredar obat penghambat enzim konversi angiotensin yang lain seperti
lisinopril, fosinopril, ramipril, silazapril, benazepril, kuinopril, dan
delapril.
f. Antagonis kalsium
Hubungan antara kalsium dengan system kardiovaskuler telah lama
diketahui. Aktivitas kontraksi otot polos pembuluh darah diatur oleh kadar
ion kalsium (Ca2+) intraseluler bebas yang sebagian besar berasal dari
ekstrasel dan masuk melalui saluran kalsium (calcium channels).
Peningkatan kontraktilitas otot jantung akan mengakibatkan peninggi-tn
curah jantung. Hormone presor seperti angiotensin, juga akan meningkat
efeknya oleh pengaruh kalsium. Berbagai faktor tersebut berpengaruh
terhadap peningkatan tekanan darah.

H. KOMPLIKASI

Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan
diastolik 130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara
mendadak dan tinggi.
Beberapa negara mempunyai pola komplikasi yang berbeda-beda. Di
Jepang, gangguan serebrovaskular lebih mencolok dibandingkan dengan
kelainan organ yang lain, sedangkan di Amerika dan Eropa komlikasi jantung
ditemukan lebih banyak. Di Indonesia belum ada data mengenai hal ini, akan
tetapi komplikasi serebrovaskular dan komplikasi jantung sering ditemukan.
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada
mata, ginjal, jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang
sering ditemukan pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard.
Pada otak sering terjadi pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat
terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
(transient ischaemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi
hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.

I. STRESS PSIKIS
Salah satu sumbangan pertama dalam penelitian tentang stress adalah
deskripsi Cannon tentang respon fight or flight pada tahun 1932. Cannon
berpendapat bahwa ketika organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka
secara cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem syaraf
simpatis dan endokrin. Respon fisiologis ini mendorong organisme untuk
menyerang ancaman tadi atau melarikan diri (Garmezy, 1983; Taylor, 1991).
Menurut Hans Seyle pada tahun 1936 tentang General Adaptation
Syndrome (GAS), (Bieliauskas, 1982; Leventhal, 1983; Helman, 1990; Taylor,
1991, dll), ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong
dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal
yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatis. Tanpa memperhatikan
penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola reaksi fisiologis
yang sama (non spesific response). Selebihnya dengan mengulangi atau
memperpanjang stess, sehingga akan mematahkan sistem (wear and tear of the
system) (Taylor, 1991).
Sumber stress dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan manusia
tetapi kondisi stress juga dapat terjadi setiap saat sepanjang kehidupan. Kadang-
kadang sumber stress itu ada di dalam diri seseorang. Salah satunya melalui
kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan
umur individu (Sarafino, 1990). Stress juga akan muncul dalam seseoang
melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang
mengalami konflik.

J. HUBUNGAN STRESS PSIKIS DENGAN HIPERTENSI

Pada kenyataannya, faktor stres psikis atau pikiran yang berlebihan


merupakan pemicu utama terjadinya hipertensi. Pembuluh darah yang kurang
elastis mengakibatkan resistensi (tahanan) perifer yang meningkat berbanding
lurus dengan tekanan darah. Pembuluh darah dipengaruhi berbagai faktor, salah
satunya emosi.

Hipertensi dipengaruhi oleh faktor psikis (emosi). Pada saat cemas atau
dalam keadaan marah, tubuh melepaskan hormon katekolamin yang berpengaruh
terhadap peningkatan resistensi perifer dari pembuluh darah sehingga tekanan
darah meningkat.

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah


jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Sistem saraf
simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara
waktu akan:

1. meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight


(reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)
2. meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di
daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak)
3. mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga
akan meningkatkan volume darah dalam tubuh
4. melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin
(noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah
BAB III
PEMBAHASAN

A. ANALISA KASUS

Menurut teori Blum, didapatkan bahwa kesehatan manusia terdiri beberapa


unsur yang saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarkis yaitu lingkungan,
pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan.
Dari hasil kunjungan rumah pada penderita hipertensi grade 1, didapat
bahwa pasien memiliki keturunan darah tinggi dari ibunya, dan pasien juga
memiliki pola hidup yang kurang sehat sehingga memacu meningkatnya tekanan
darahnya, antara lain, memiliki kebiasaan tidur larut malam dan istirahat kurang,
tidak mengontrol makanan yang dikonsumsi, kurangnya olah raga walaupun
teratur minum obat anti hipertensinya. Dilihat dari hasil kunjungan rumah
pasien, didapatkan bahwa tempat tinggal pasien, termasuk dalam kategori
kurang sehat, sebab kurangnya ventilasi dalam rumah, kurangnya pencahayaan
di dalam rumah serta kurangnya kebersihan didalam rumah tersebut.
Maka terbukti bahwa kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh beberapa
unsur menurut Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja
di Puskesmas, sebaiknya dapat memberikan penyuluhan perorangan untuk
memperbaiki pola hidup pasien.
Diagnosis Klinis pada pasien ini adalah hipertensi terkontrol obat dan
dispepsia. Hipertensi diketahui berdasarkan anamnesis pasien mempunyai
riwayat HT dan dari pemeriksaan vital sign di dapatkan tekanan darah pasien
130/90 mmHg. Diagnosis dispepsia ditegakkan berdasarkan temuan klinis
berupa nyeri ulu hati (+), mual (+).
Illness merupakan keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang
didapat dari penyakit tersebut (bersifat subyektif). Illness terdiri dari beberapa
komponen, yaitu pemahaman terhadap penyakit, efek penyakit yang dirasakan
pasien terhadap fungsi hidupnya (pergaulan, pekerjaan), perasaan, dan harapan.
Pada pasien ini berharap agar dapat terbebas dari rasa sakitnya dan memiliki
kekhawatiran terhadap dirinya yang takut akan keluhan yang timbul dan
mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
Pada pasien ini perlu juga dilakukan pengaturan pola makan untuk
mengontrol hipertensi serta memperbaiki kebiasan makan pasien. Pola makan
yang sesuai dengan penyakit pasien adalah DASH (Dietary approaches to stop
hypertention) yang meliputi:
1. Makan lebih banyak buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak
olahan susu
2. Kurangi makanan yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol
3. Makan lebih banyak gandum, ikan, ungags dan kacang-kacangan
4. Batasi asupan natrium, makanan dan minuman manis serta daging merah.

Beberapa studi intervensi gizi, the Trials of Hypertension Prevention


(TOHP) dan Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) mendemostrasikan
keberhasilan pencegahan hipertensi dan menurunkan tekanan darah orang
dengan tekanan darah normal-tinggi. Pada studi TOHP, ditargetkan berat badan
berkurang 4,5 kg atau juga dengan pembatasan sodium (target harian 80 mmol
atau 80 mEq) menurunkan insidensi hipertensi. Akan tetapi, perubahan perilaku
tidak dikaji lebih lanjut. Sementara penelitian dengan DASH menunjukkan
bahwa diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu nonlemak serta rendah
rendah lemak total, dapat menurunkan SBP rata-rata 6-11 mm Hg. Diet secara
total lebih efektif daripada hanya diet dengan penambahan sayur dan buah.

Contoh Menu dengan Diet DASH


*) Rencana diet dengan DASH berdasarkan 2000 kCal per hari. Jumlah porsi
sehari bervariasi tergantung kebutuhan energi perorangan.
Bahan Makanan Jumlah Kebutuhan Saji
Sarapan 6 oz 1 porsi buah
Jus jeruk 8 oz (1 ckr) 1 porsi susu
Susu rendah lemak 1% 1 ckr 2 porsi serealia
Corn flakes (gula 1 sdt) 1 bh sedang 1 porsi buah
Pisang 1 iris 1 porsi serealia
Roti gandum penuh 1 sdt 1 porsi lemak
(dengan 1 sdm jelly)
Margarin rendah lemak
Makan Siang
Salad Ayam
Roti pita
Sayuran segar campuran: ckr
Wortel dan seledri btg iris besar
Lobak 3-4 potong panjang 1 porsi unggas
Daun selada 2 1 porsi serealia
Keju mozarella skim 2 lembar 1 porsi sayuran
Susu rendah lemak 1% 1,5 potong (1,5 oz) 1 porsi susu
Cocktail buah dengan 8 oz 1 porsi susu
syrup encer ckr 1 porsi buah
Makan Malam
Ikan bakar bumbu rempah
Beras
Brokoli kukus 3 oz
Tomat rebus 1 ckr
Salad bayam ckr 1 porsi ikan
Bayam ckr 2 porsi serealia
Tomat cherry ckr 1 sayuran
Timun 2 1 sayuran
Saus salad italia rendah 2 iris 1 porsi sayuran
lemak 1 sdt porsi lemak lemak
Roti gulung 1 bh kecil 1 porsi serealia
Margarin rendah lemak 1 sdt 1 porsi lemak
Melon(potong bentuk bola) ckr 1 porsi buah
Snacks 1 oz (3/4 ckr) 1 porsi buah
Buah aprikot kering 1 oz (3/4 ckr) 1 porsi serealia
Kue pretzel mini 1,5 oz (1/3 ckr) 1 porsi kacang
Kacang campuran 12 oz 0
Ginger-ale diet

Pasien memiliki keluarga dengan fungsi baik sehingga untuk meningkat


quality of life pasien keluarga perlu lebih dilibatkan. Keluarga pasien diberikan
edukasi mengenai pentingnya menjaga pola makan serta aktivitas fisik.
Disamping itu perlu diberikan pula motivasi kepada keluarga agar tidak bosan
untuk terus mengingatkan pasien untuk tidak menunda makan dan makan
dengan teratur serta gizi seimbang.

B. IDENTIFIKASI MASALAH DAN PENYELESAIANNYA

No. Masalah yang Target Sasara Instansi Pembinaan


dihadapi n yang
terlibat
1 Hipertensi TD terkontrol Pasien Dokter Melakukan rencana
kuratif yang
dilakukan secara
rutin
2 Kecemasan Kecemasan Pasien Dokter Edukasi akan
pasien berkurang manfaat rutin
terhadap gejala kontrol supaya
mengganggu pasien lebih paham
aktivitasnya dengan
penyaklitnya dan
patuh untuk
mengambil obat di
Puskesmas
3 Pola diet yang Pasien paham Pasien Dokter dan Edukasi pasien dan
tidak akan dan ahli gizi keluaega supaya
diperhatikan makanan keluar memperhatikan
yang ga pola gizi yang tepat
dikonsumsi untuk pasien,
supaya TD tetap
terkontrol sesuai
dengan yang
diharapkan
4 PHBS yang PHBS bisa Pasien Petugas Edukasi PHBS
kurang diperbaiki yang ,masih kurang
baik dilingkungan
rumahnya,
memakan buah dan
sayur lebih banyak
dan setiap hari,
berolahraga teratur
5 Sumber daya Kekurangan Pasien Dokter Edukasi
keluarga yang dibidang pemanfaatan
kurang ekonomi jaminan kesehatan
dibidang jangan
ekonomi sampai
mengganggu
masalah
kesehatan
pasien

C. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

I. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Ny. R dan suami memiliki 3 orang anak, 1 anak telah berkeluarga dan
2 anak belum berkeluarga. Anak ke-2 dan ke-3 tinggal bersama Ny.R
dan suami. Ny. R memiliki 1 orang cucu dari anak pertamanya. Tidak
ada anak pasien yang menderita hipertensi. Riwayat penyakit maag,
diabetes mellitus, penyakit jantung, dan penyakit paru disangkal.
Riwayat penyakit hipertensi pada orang tua dan keluarga diterima yaitu
ibu Ny.R.
2. Fungsi Psikologis
Pada dasarnya, hubungan kekeluargaan antar anggota keluarga dapat
dikatakan baik. Antar anggota keluarga terdapat rasa saling
menyayangi dan melindungi. Hubungan antar anggota keluarga terjalin
komunikasi yang cukup baik. Apabila ada masalah, maka anggota
keluarga lainnya siap untuk mendengarkan dan membantu apabila
mampu.
3. Fungsi Sosial
Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan baik.
Ny. R aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa, seperti pengajian,
dasawisma dan PKK.
4. Fungsi Ekonomi
Ekonomi rumah tangga NY.R termasuk dalam menengah kebawah,
penghasilan digantungkan kepada suami sepenuhnya, keuangan
keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder
dalam kehidupan sehari-hari. Biaya pengobatan menggunakan asuransi
kesehatan.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Masing-masing anggota keluarga memiliki keterbukaan dalam
berkomunikasi. Antar anggota keluarga memiliki kebiasaan untuk
saling berbagi bila sedang mengalami masalah. Anggota keluarga lain
akan mendengarkan dan berusaha membantu bila mampu.

II. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R. SCORE)


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R.
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah =
0. A.P.G.A.R. SCORE di sini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = buruk, 5-7 = sedang, dan
8-10 = baik.

ADAPTATION
Dalam menghadapi suatu masalah, tiap anggota keluarga suka untuk
bercerita kepada anggota keluarga lainnya. Tiap anggota keluarga sering
berbagi cerita tentang apapun. Apabila mampu, anggota keluarga lainnya
akan berusaha untuk membantu. Misalnya, jika Ny. R meminta sesuatu,
maka anggota keluarga lainnya akan berusaha mengabulkannya.
PARTNERSHIP
Dalam hal komunikasi, pengambilan suatu keputusan, penyelesaian suatu
masalah, dapat dikatakan baik. Ny. R selalu menceritakan perasaannya
kepada suami dan anaknya. Sedangkan anak Ny. R yang tinggal di luar
rumah masih dapat berkomunikasi melalui telepon, selain itu anak Ny.R
juga selalu mengusahakan untuk berkunjung ke rumah Ny. R beberapa
minggu - bulan, walaupun secara bergantian.
GROWTH
Antar anggota keluarga selalu mendukung dalam hal mematangkan
petumbuhan atau kedewasaaan anggota keluarga lainnya. Anggota
keluarga mendukung pola makan yang dianjurkan demi kesehatan Ny. R.
Namun kesadaran akan kesehatan kadang ditentang Ny. R dengan suka
minum kopi, teh dan makanan asin.

AFFECTION
Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota keluarga
berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan di hati,
maka anggota keluarga akan mengutarakannya kepada yang lain sehingga
permasalahan dapat selesai tanpa ada yang salah pengertian.
RESOLVE
Waktu untuk kebersamaan antar seluruh anggota keluarga memang tidak
mempunyai jadwal yang tetap. Dalam keluarga tidak mempunyai
kebiasaan makan malam bersama, nonton televisi bersama, karena Ny. R
sibuk dengan kegiatannya. Apabila anggota keluarga sedang berada dalam
rumah, akan diusahakan untuk berkumpul dengan anggota keluarga
lainnya.

A.P.G.A.R. Score Keluarga Ny. R


A.P.G.A.R. Ny. S Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tidak
/selalu -
kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10
Ny. R mempunyai hubungan yang harmonis dengan keluarganya walaupun
tidak disediakan waktu khusus untuk kumpul dengan suami, anak dan
cucunya dan juga berusaha untuk selalu menceritakan masalah apa yang
sedang dia rasakan kepada suaminya.

III. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M.)


Fungsi patologis dari keluarga dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M.
Tabel 3.4. S.C.R.E.E.M Keluarga Ny. R
Sumber Patologis
Membina hubungan yang baik dengan tetangga
sekitarnya. Keluarga Ny. S aktif dalam kegiatan
Social -
kemasyarakatan seperti pengajian, arisan, PKK,
dasawisma, kerja bakti, dll.
Keluarga ini masih menggunakan bahasa jawa
dalam percakapan sehari-hari. Adat dan
kesopanan Jawa masih dipertahankan, walaupun
ada anggota keluarga yang fasih berbahasa
Indonesia. Kepuasan atau kebanggaan terhadap
Culture -
budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih
diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat
hajatan, sunatan, nyadran dll
Dalam keluarga ini pemahaman agama baik.
Religious Keluarga ini melakukan shalat 5 waktu dan sering -
mengikuti pengajian.
Status ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke
bawah. Kebutuhan primer dapat tercukupi,
Economic +
walaupun kebutuhan sekunder tidak dapat tercukupi
seluruhnya.
Latar belakang pendidikan tergolong cukup.
Educationa
Keluarga tidak berlangganan koran, biasanya -
l
melihat berita dari acara tv ataupun radio.
Bila ada anggota keluarga yang sakit, segera
Medical dibawa ke puskesmas. Keluarga menggunakan -
ASKES untuk pembiayaan kesehatan.
a. Economic (+) artinya status ekonomi keluarga ini tergolong menengah
ke bawah. Walaupun kebutuhan pimer sudah terpenuhi, tetapi
kebutuhan sekunder belum dapat dipenuhi seluruhnya.
Kesimpulan :
Keluarga Ny. Y memiliki fungsi patologis dari segi ekonomi.

IV. GENOGRAM

Genogram Keluarga Ny.R

V. POLA INTERAKSI KELUARGA


Keterangan:

= hubungan baik

= hubungan kurang baik

Pola Interaksi Keluarga Ny.R

D. DIAGNOSIS KESEHATAN KELUARGA

Bentuk keluarga : Nuclear Family


Fungsi yang terganggu : Ekonomi, Kesehatah, Afektif
Faktor yang mempengaruhi : Kondisi bio-psiko-sosial dan penyakit
yang diderita
Diagnosis holistik : Hipertensi grade I terkontrol obat disertai
dispepsia pada ibu 38 tahun, ibu rumah tangga dan mengandalkan
suaminya untuk kebutuhan sehari-hari, dengan kecemasan terhadap
keluhan yang dirasa mengganggu aktivitasnya, dan dengan keluarga
yang fungsional (baik).
E. ASPEK KEDOKTERAN KELUARGA
a. Primary Care
Dokter keluarga sebagai lini pertama ketika pasien kontak dnegan
pelayanan kesehatan sudah terwujud dalam penangan ini, dilihat
dari pasien yang memeriksakan diri ke Puskesmas setiap ada
masalah kesehatan
Mudah diakses dan terjangkau, lokasi ke Puskesmas strategis
dilihat dari rumah pasien
b. Personal Care
Dokter keluarga pada kasus ini telah memperlakukan pasien secara
humanistic, tidak memandang pasien sebagai objek, hal ini
diwujudkan dalam penggalian masalah pasien secara personal.
Dokter keluarga mencoba memahami kecemasan pasien dan
mendengarkan keluhan-keluhan pasien tentang penyakitnya. Pasien
mempercayakan penuh pada dokter keluarga intuk melakukan
rencana pengobatan secara rutin
c. Pendekatan Holistik
Dokter keluarga mermandang pasien melalui bio-psiko-sosial.
Doketr keluarga menggali masalah biologis pasien dengan
melakukan anamnesis yang mencakup masalah biologis, psikologis,
dan sosial serta ekonomi.
Masalah biologis : pusing, kaku pada leher bagian belakang,
dan nyeri ulu hati, setelah dicek tekanan darahnya 140/90
mmHg.
Masalah psikologis: pasien merasa cemas atas keluhan-
keluahan yang timbul yang di rasa mengganggu kegiatan
sehari-hari pasien
Masalah ekonomi: kurangnya penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

d. Komprehensive Care
Dokter keluarga tidakn hanya melakukan kuratif saja tetapi promotif
dan preventif. Tindakan kuratif dilakukan untuk menstabilkan TD,
sehingga keluhan dapat berkurang atau menghilang.
e. Continuing Care
Berdasarkan hubungan dokter-pasien jangka panjang dokterkeluarga
telah melakukan kunjungan kerumah pasien dan menggali lebih
dalam masalah lingkungan yang ada pada keluarga pasien. Pada
pasien ini dilakkukan rencana terpai jangka panjang, sehingga
edukasi yang dilakukan bertujuan agar pasien tidak bisan untuk
kontrol TD setiap bulannya.
f. Emphasis on Preventive Medicine
Pada kasus ini dokter keluarga juga menekankan manajemennya
pada usaha pencegahan telah dilakukan edukasi mengenai terapi
yang diberikan pada pasien untuk mengintrol TD sehingga dapat
mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan.
g. Patient-centered, Family Focus dan Community-oriented Care
Pada kasus ini dokter keluarga telah melakuan penanganan serta
edukasi kepada keluarga dalam membantu permasalahan pasien
termasuk diet dan keoatuhan minum obat, tetapi dokter kurang
menekankan pencegahan pada komunitas. Tetapi dokter keluarga
dapat memberikan edukasi tentang beberapa hal yang berkaitan
dengan penyakit.
h. Colaborative Care
Pada pasien ini dokter keluarga telah merencanakan konsultasi gizi,
supaya pasien paham mengenani makanan ataupun minuman yang
boleh dikonsumsi sehari-hari sehingga Td tetap terkontrol dengan
baik. Selain itu edukasi mengenai PHBS dalam hal ini dokter bisa
berkolaborasi dengan ahli gizi dan petugas HS untuk melakukan
tindakan lebih lanjut pada pasien.

F. MANAJEMEN HOLISTIK

PROMOTIF
1) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang komplikasi dan gejala-gejala
yang mungkin timbul akibat penyakitnya.
2) Meingkatkan pengetahuan tentang diet dan pola makan yang baik.
3) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat.
4) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang menejemen stress yang baik.
5) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya kontrol dan
melakukan pengobatan rutin.

PREVENTIF
1) Meminimalisir keluhan yang bisa muncul
2) Mencegah terjadinya komplikasi dengan monitoring kerusakan organ
target (seperti: Retinopati hipertensi, Nefropati hipertensi, Penyakit
jantung hipertensi, Stroke)

KURATIF
a. Medikamentosa
1) Amlodipin 5 mg | 1 dd 1 tab
2) Antasida 500 mg | 3 dd 1 tab
3) Omeprazol 20 mg | 1 dd 1 tab
b. Non Medikamentosa
1) Menurunkan tekanan darah sampai dengan tahap tekanan darah
normal tinggi atau prehipertensi
2) Mengurangi asupan garam dan melaksanan diet dengan tepat bagi
penderita hipertensi
3) Istirahat yang cukup dengan tidur minimal 6 jam pada malam hari.
4) Mengurangi asupan garam < 6 gr perhari
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 5 oktober
2014, didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi stage I terkontrol
obat. Pasien kurang memiliki pengetahuan tentang penyakitnya sehingga
melakukan pola hidup yang salah, kurang tidur, kurang olahraga dan masih
mengkonsumsi makanan asim secara berlebihan. Ibu pasien memiliki riwayat
sakit darah tinggi oleh karena itu pasien disarankan untuk melakukan
pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan
minum obat secara teratur, kontrol tekanan darah secara rutin minimal 1 bulan
sekali ke Puskesmas terdekat dan olahraga secara teratur, memperbaiki pola
makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat.
Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk
berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara
teratur. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung pula
oleh kondisi rumah dan lingkungan yang sehat.

2. Saran
Pada penderita Hipertensi, untuk melakukan pola hidup yang sehat, agar
tekanan darah tetap stabil yaitu dengan cara mengontrol makanan yang
dikonsumsi, mengurangi asupan garam dan berlemak, menambah makanan yang
sehat, istirahat yang cukup, mengurangi stres dan teratur minum obat
antihipertensi dan selalu di kontrol tekanan darahnya dengan datang ke
Puskesmas terdekat. Pada keluarga pasien sebagai kelompok risiko tinggi, untuk
berperilaku hidup sehat dengan cara mengontrol makanan, istirahat cukup dan
olah raga teratur.
Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh yaitu dengan memperbaiki
kondisi rumah dengan cara memperbaiki ventilasi ruangan, pencahayaan yang
cukup dan menjaga kebersihan rumah.
PRESENTASI KASUS
HIPERTENSI GRADE I TERKONTROL OBAT DISERTAI
DISPEPSIA PADA IBU RUMAH TANGGA DAN
MENGANDALKAN SUAMINYA UNTUK KEBUTUHAN
SEHARI-HARI, DENGAN KECEMASAN TERHADAP
KELUHAN YANG DIRASA MENGGANGGU
AKTIVITASNYA, DENGAN KELUARGA YANG
FUNGSIONAL (BAIK).
DisusunUntukMemenuhiSebagianSyaratKepaniteraanKlinik

diBagianIlmuKedokteranKeluargaPuskesmasTegalrejo

Disusunoleh:

NOVERA WARDALIA

20090310131
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

You might also like