Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. CH. Ririn
Usia : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SMP
Penghasilan keluarga : Rp. 1.700.000
Alamat : Kricak kidul, Yogyakarta
Tanggal berobat : 3 september 2014
Homevisit : 5 september 2014
B. ANAMNESIS
6 Riwayat Gizi
Penderita makan tiga kali sehari. Penderita biasa mengkonsumsi
nasi, sayur-sayuran, tempe, tahu, dan terkadang mengkonsumsi daging.
Penderita masih mempunyai kebiasaan suka makan makanan yang asin.
7 Riwayat Psikologis
Penderita memiliki kecemasan terhadap keluhan yang dirasakan
karena cukup mengganggu aktivitasnya dirumah maupun diluar rumah.
Keluhan sering pusing membuat pasien merasa harus sering istirahat untuk
menenangkan nyeri sejenak.
8 Riwayat Ekonomi
Dalam hal ekonomi, keluarga penderita termasuk ke dalam keluarga
dengan ekonomi menengah kebawah. Kebutuhan primer dapat terpenuhi
dengan baik, dan kebutuhan sekunder cukup terpenuhi. Dalam berobat,
penderita menggunakan asuransi kesehatan.
9 Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan
harmonis. Hal tersebut dapat terlihat dari cara berkomunikasi pasien
dengan suaminya yang tampak baik dan bagaimana cara pasien
menceritakan keluarganya terutama perhatian anak-anaknya terhadap
keadaan orang tua mereka.
10 Riwayat Sosial
Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan
baik. Ny. R aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa baik berupa
kegiatan pengajian, PKK ataupun kegiatan dasawisma.
11 Review of System
a. Keluhan Utama : nyeri ulu hati, nyeri kepala
b. Kulit : warna kulit sawo matang
c. Kepala : Sakit kepala (+)
d. Mata : penglihatan kabur (-)
e. Hidung : keluar cairan (-)
f. Telinga : pendengaran jelas, keluar cairan (-)
g. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
h. Tenggorokan : sakit menelan (-)
i. Pernafasan : sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
j. Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-)
k. Sistem Gastrointestinal : mual (-),
muntah (-), nyeri perut (-), kembung (-)
l. Sistem Muskuloskeletal : lemas (-)
m. Sistem Genitourinaria : buang air kecil normal
n. Ekstremitas :
Atas : ujung jari terasa dingin (-), bengkak (-)
Bawah : ujung jari terasa dingin (-), bengkak (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan baik.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 140/90 mmHg
b. Nadi : 92 x /menit, regular
c. RR : 24 x /menit
d. Suhu : 36,1O C
3. Status gizi
a. BB : 60 kg
b. TB : 153 cm
c. IMT : 60/(1.53)2 = 25.63 (overweight)
Kesan status gizi lebih
4. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali <1 detik, ikterus
(-)
5. Kepala: mesocephal
6. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), air mata (+), mata cekung (-/-)
7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
8. Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
9. Mulut : Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-)
9. Tenggorokan : Radang (-)
10. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
11. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-),
retraksi (-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Auskultasi : suara normal jantung S1>S2 murni, regular, bising (-)
Palpasi : nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas kanan atas di SIC II LPSD
batas kiri atas di SIC II LPSS
batas kanan bawah di SIC IV LPSD
batas kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS
Pulmo :
Inspeksi : bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris
Palpasi : pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang
tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : suara dasar paru kanan kiri vesikular normal, wheezing (-)
ronki (-)
12. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri
ketok kostovertebra (-)
13. Abdomen :
Inspeksi : hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-)
Auskultasi : bisung usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
14. Genitalia : Tidak dilakukan
15. Anorektal : Tidak dilakukan
16. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), clubbing finger (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), clubbing finger (-/-), akral dingin (-/-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada saat kontrol hari ini pasien tidak melakukan pemeriksaan
penunjang apapun, oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium untuk mengontrol beberapa penyebab dan
komplikasi hipertensi:
1. Pemeriksaan gula darah
2. Pemeriksaan kolesterol darah
3. Pemeriksaan fungsi ginjal
4. Pemeriksaan fungsi hati
5. Pemeriksaan EKG
6. Pemeriksaan mata
E. RESUME
Ny.R berusia 38 tahun, tinggal dalam keluarga berbentuk nuclear
family, dengan diagnosis klinis hipertensi grade I terkontrol obat. Pasien
memiliki kekhawatiran terhadap keluhan penyakitnya yang berhubungan
dengan aktivitas sehari-hari. Pasien tinggal bersama suami dan dua anaknya.
Status ekonomi keluarga tergolong menengah. Pendidikan pasien cukup.
Penderita tinggal di lingkungan pemukiman padat penduduk, dengan kondisi
rumah yang kurang sehat dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang,
namun kebersihannya cukup bagus. Hubungan Ny. R dengan masyarakat
sekitar baik.
F. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Biologis : Hipertensi Grade I
2. Diagnosis Psikologis : Kecemasan terhadap keluhan akibat penyakit
3. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi menengah kebawah
4. Diagnosis Sosial : Hubungan dengan masyarakat baik
5. Diagnosis Demografi : Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga
baik.
G. DIAGNOSIS HOLISTIK
Hipertensi grade I terkontrol obat disertai dispepsia pada ibu 38 tahun,
ibu rumah tangga dan mengandalkan suaminya untuk kebutuhan sehari-hari,
dengan kecemasan terhadap keluhan yang dirasa mengganggu aktivitasnya,
dan dengan keluarga yang fungsional (baik).
H. PENATALAKSANAAN
1. Patient Centered
PROMOTIF
1) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang komplikasi dan gejala-
gejala yang mungkin timbul akibat penyakitnya.
2) Meingkatkan pengetahuan tentang diet dan pola makan yang baik.
3) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat.
4) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang menejemen stress yang
baik.
5) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya kontrol dan
melakukan pengobatan rutin.
PREVENTIF
1) Meminimalisir keluhan yang bisa muncul
2) Mencegah terjadinya komplikasi dengan monitoring kerusakan organ
target (seperti: Retinopati hipertensi, Nefropati hipertensi, Penyakit
jantung hipertensi, Stroke)
KURATIF
a. Medikamentosa
1) Amlodipin 5 mg | 1 dd 1 tab
2) Antasida 500 mg | 3 dd 1 tab
3) Omeprazol 20 mg | 1 dd 1 tab
b. Non Medikamentosa
1) Menurunkan tekanan darah sampai dengan tahap tekanan darah
normal tinggi atau prehipertensi
2) Mengurangi asupan garam dan melaksanan diet dengan tepat bagi
penderita hipertensi
3) Istirahat yang cukup dengan tidur minimal 6 jam pada malam hari
HIPERTENSI
A. PENDAHULUAN
B. DEFINISI
C. MANIFESTASI KLINIS
Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya
berupa:Pusing, Mudah marah,Telinga berdengung, Sukar tidur, Sesak nafas,
Rasa berat di tengkuk, Mudah lelah, Mata berkunang-kunang, Mimisan (jarang
dilaporkan).
Peninggian tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda pada
hipertensi primer.bergantung pada tingginya tekanan darah yang timbul dapat
berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala, dan baru
timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal,
mata, otak, dan jantung.
Menurut Corwin (2001) bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,
penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah
yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya
terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala,
keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, telinga
berdengung, dan mata berkunang-kunang.
D. FAKTOR RISIKO DAN PENCEGAHANNYA
1. Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai
orang tua atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut
mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang
kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat
keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun
dan laki laki dibawah 55 tahun.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan
darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin
angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki laki lebih tinggi
daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat
setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon.
3. Umur
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin
tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini
disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan
bertambahnya umur. Sebagian besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari
65 tahun. Sebelum umur 55 tahun tekanan darah pada laki laki lebih tinggi
daripada perempuan. Setelah umur 65 tekanan darah pada perempuan lebih
tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah
dengan semakin bertambahnya umur.
1. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan
tekanan darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat
meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat
membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan
darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada
dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik,
denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian
O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada
pembuluh darah perifer.
2. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya
dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada
besarnya penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah
parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang.
Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing
masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu >
120 / 80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat
badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.
3. Dyslipidemia
Dislipidemia adalah kalainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Beberapa kelainan
fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, dan atau trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL.
4. Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf
simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila
stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang
menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan bahwa pajanan terhadap stres
menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.
5. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar
kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik
membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30
45 menit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan tekanan darah
secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah
pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.
6. Asupan
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi
terutama di usus halus. Mekanisme penngaturan keseimbangan volume
pertama tama tergantung pada perubahan volume sirkulasi efektif. Volume
sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang
vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada orang sehat
volume cairan ekstraseluler umumnya berubah ubah sesuai dengan sirkulasi
efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.
Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal,
disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang
cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium
yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan
melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng
dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun. Aldosteron
merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin
tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah. Garam dapat
memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap natrium,
misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau
diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk
membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari. Pada populasi
dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya
meningkat lebih cepat dengan meningkatnya umur, serta kejadian hipertensi
lebih sering ditemukan.
Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih
belum jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi
kenaikan tekanan darah ketika asupan garam ditambah.
Asupan Kalium, Kalium merupakan ion utama dalam cairan
intraseluler, cara kerja kalium adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium
yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler,
sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan
tekanan darah.
Asupan Magnesium. Magnesium merupakan inhibitor yang kuat
terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan diduga berperan sebagai
vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure
(JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium
dan tekanan darah. Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan,
suplementasi magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini
dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi.
Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk
mencegah kejadian hipertensi.
E. PATOGENESIS
F. DIAGNOSIS
G. PENATALAKSANAAN
Tidak mencapai target tekanan darah (< 140/90 mmHg) (<130/80 untuk penderita diabetes atau penyakit ginjal kronik)
Tanpa indikasi yang memaksa Dengan indikasi yang memaksa (with compelling indications)
(without compelling
indiacations)
Hipertensi
Hipertensi
stage
stage
2 (TDS
1 (TDS
160
140-159
atau TDD
atau100
TDDmmHg)
90-99
Obat-obat
mmHg) untuk indikasi yang memaksa (compelling indications)
Kombinasi
Diuretika2 jenis
obat thiazide
untuk sebagian
untuk sebagian
besar kasus
besar
(umumnya
kasus
Obat antihipertensi
diuretika jenis
lain
thiazide
sesuaidan
kebutuhan
ACEI, atau
diuretika,
ARB, atau
ACEI,
PB,ARB,
atauf3b
C
Dapatdipertimbangkan ACEI, ARB, Bb, CCB, atau kombinasi
Optimalkan dosis/berikan tambahan obat sampai target TD tercapai, pertimbangkan konsultasi ahli hipertensi
Menurut ESH-ESC (2007), pemilihan antara monoterapi dan terapi
kombinasi harus mempertimbangkan tingkat tekanan darah yang belum diterapi,
ada tidaknya kerusakan organ dan faktor resiko.
Pilihan antara
H. KOMPLIKASI
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan
diastolik 130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara
mendadak dan tinggi.
Beberapa negara mempunyai pola komplikasi yang berbeda-beda. Di
Jepang, gangguan serebrovaskular lebih mencolok dibandingkan dengan
kelainan organ yang lain, sedangkan di Amerika dan Eropa komlikasi jantung
ditemukan lebih banyak. Di Indonesia belum ada data mengenai hal ini, akan
tetapi komplikasi serebrovaskular dan komplikasi jantung sering ditemukan.
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada
mata, ginjal, jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang
sering ditemukan pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard.
Pada otak sering terjadi pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat
terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
(transient ischaemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi
hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.
I. STRESS PSIKIS
Salah satu sumbangan pertama dalam penelitian tentang stress adalah
deskripsi Cannon tentang respon fight or flight pada tahun 1932. Cannon
berpendapat bahwa ketika organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka
secara cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem syaraf
simpatis dan endokrin. Respon fisiologis ini mendorong organisme untuk
menyerang ancaman tadi atau melarikan diri (Garmezy, 1983; Taylor, 1991).
Menurut Hans Seyle pada tahun 1936 tentang General Adaptation
Syndrome (GAS), (Bieliauskas, 1982; Leventhal, 1983; Helman, 1990; Taylor,
1991, dll), ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan mendorong
dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh kelenjar adrenal
yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatis. Tanpa memperhatikan
penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola reaksi fisiologis
yang sama (non spesific response). Selebihnya dengan mengulangi atau
memperpanjang stess, sehingga akan mematahkan sistem (wear and tear of the
system) (Taylor, 1991).
Sumber stress dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan manusia
tetapi kondisi stress juga dapat terjadi setiap saat sepanjang kehidupan. Kadang-
kadang sumber stress itu ada di dalam diri seseorang. Salah satunya melalui
kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan
umur individu (Sarafino, 1990). Stress juga akan muncul dalam seseoang
melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang
mengalami konflik.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor psikis (emosi). Pada saat cemas atau
dalam keadaan marah, tubuh melepaskan hormon katekolamin yang berpengaruh
terhadap peningkatan resistensi perifer dari pembuluh darah sehingga tekanan
darah meningkat.
A. ANALISA KASUS
I. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Ny. R dan suami memiliki 3 orang anak, 1 anak telah berkeluarga dan
2 anak belum berkeluarga. Anak ke-2 dan ke-3 tinggal bersama Ny.R
dan suami. Ny. R memiliki 1 orang cucu dari anak pertamanya. Tidak
ada anak pasien yang menderita hipertensi. Riwayat penyakit maag,
diabetes mellitus, penyakit jantung, dan penyakit paru disangkal.
Riwayat penyakit hipertensi pada orang tua dan keluarga diterima yaitu
ibu Ny.R.
2. Fungsi Psikologis
Pada dasarnya, hubungan kekeluargaan antar anggota keluarga dapat
dikatakan baik. Antar anggota keluarga terdapat rasa saling
menyayangi dan melindungi. Hubungan antar anggota keluarga terjalin
komunikasi yang cukup baik. Apabila ada masalah, maka anggota
keluarga lainnya siap untuk mendengarkan dan membantu apabila
mampu.
3. Fungsi Sosial
Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan baik.
Ny. R aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa, seperti pengajian,
dasawisma dan PKK.
4. Fungsi Ekonomi
Ekonomi rumah tangga NY.R termasuk dalam menengah kebawah,
penghasilan digantungkan kepada suami sepenuhnya, keuangan
keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder
dalam kehidupan sehari-hari. Biaya pengobatan menggunakan asuransi
kesehatan.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Masing-masing anggota keluarga memiliki keterbukaan dalam
berkomunikasi. Antar anggota keluarga memiliki kebiasaan untuk
saling berbagi bila sedang mengalami masalah. Anggota keluarga lain
akan mendengarkan dan berusaha membantu bila mampu.
ADAPTATION
Dalam menghadapi suatu masalah, tiap anggota keluarga suka untuk
bercerita kepada anggota keluarga lainnya. Tiap anggota keluarga sering
berbagi cerita tentang apapun. Apabila mampu, anggota keluarga lainnya
akan berusaha untuk membantu. Misalnya, jika Ny. R meminta sesuatu,
maka anggota keluarga lainnya akan berusaha mengabulkannya.
PARTNERSHIP
Dalam hal komunikasi, pengambilan suatu keputusan, penyelesaian suatu
masalah, dapat dikatakan baik. Ny. R selalu menceritakan perasaannya
kepada suami dan anaknya. Sedangkan anak Ny. R yang tinggal di luar
rumah masih dapat berkomunikasi melalui telepon, selain itu anak Ny.R
juga selalu mengusahakan untuk berkunjung ke rumah Ny. R beberapa
minggu - bulan, walaupun secara bergantian.
GROWTH
Antar anggota keluarga selalu mendukung dalam hal mematangkan
petumbuhan atau kedewasaaan anggota keluarga lainnya. Anggota
keluarga mendukung pola makan yang dianjurkan demi kesehatan Ny. R.
Namun kesadaran akan kesehatan kadang ditentang Ny. R dengan suka
minum kopi, teh dan makanan asin.
AFFECTION
Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota keluarga
berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan di hati,
maka anggota keluarga akan mengutarakannya kepada yang lain sehingga
permasalahan dapat selesai tanpa ada yang salah pengertian.
RESOLVE
Waktu untuk kebersamaan antar seluruh anggota keluarga memang tidak
mempunyai jadwal yang tetap. Dalam keluarga tidak mempunyai
kebiasaan makan malam bersama, nonton televisi bersama, karena Ny. R
sibuk dengan kegiatannya. Apabila anggota keluarga sedang berada dalam
rumah, akan diusahakan untuk berkumpul dengan anggota keluarga
lainnya.
IV. GENOGRAM
= hubungan baik
d. Komprehensive Care
Dokter keluarga tidakn hanya melakukan kuratif saja tetapi promotif
dan preventif. Tindakan kuratif dilakukan untuk menstabilkan TD,
sehingga keluhan dapat berkurang atau menghilang.
e. Continuing Care
Berdasarkan hubungan dokter-pasien jangka panjang dokterkeluarga
telah melakukan kunjungan kerumah pasien dan menggali lebih
dalam masalah lingkungan yang ada pada keluarga pasien. Pada
pasien ini dilakkukan rencana terpai jangka panjang, sehingga
edukasi yang dilakukan bertujuan agar pasien tidak bisan untuk
kontrol TD setiap bulannya.
f. Emphasis on Preventive Medicine
Pada kasus ini dokter keluarga juga menekankan manajemennya
pada usaha pencegahan telah dilakukan edukasi mengenai terapi
yang diberikan pada pasien untuk mengintrol TD sehingga dapat
mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan.
g. Patient-centered, Family Focus dan Community-oriented Care
Pada kasus ini dokter keluarga telah melakuan penanganan serta
edukasi kepada keluarga dalam membantu permasalahan pasien
termasuk diet dan keoatuhan minum obat, tetapi dokter kurang
menekankan pencegahan pada komunitas. Tetapi dokter keluarga
dapat memberikan edukasi tentang beberapa hal yang berkaitan
dengan penyakit.
h. Colaborative Care
Pada pasien ini dokter keluarga telah merencanakan konsultasi gizi,
supaya pasien paham mengenani makanan ataupun minuman yang
boleh dikonsumsi sehari-hari sehingga Td tetap terkontrol dengan
baik. Selain itu edukasi mengenai PHBS dalam hal ini dokter bisa
berkolaborasi dengan ahli gizi dan petugas HS untuk melakukan
tindakan lebih lanjut pada pasien.
F. MANAJEMEN HOLISTIK
PROMOTIF
1) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang komplikasi dan gejala-gejala
yang mungkin timbul akibat penyakitnya.
2) Meingkatkan pengetahuan tentang diet dan pola makan yang baik.
3) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat.
4) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang menejemen stress yang baik.
5) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya kontrol dan
melakukan pengobatan rutin.
PREVENTIF
1) Meminimalisir keluhan yang bisa muncul
2) Mencegah terjadinya komplikasi dengan monitoring kerusakan organ
target (seperti: Retinopati hipertensi, Nefropati hipertensi, Penyakit
jantung hipertensi, Stroke)
KURATIF
a. Medikamentosa
1) Amlodipin 5 mg | 1 dd 1 tab
2) Antasida 500 mg | 3 dd 1 tab
3) Omeprazol 20 mg | 1 dd 1 tab
b. Non Medikamentosa
1) Menurunkan tekanan darah sampai dengan tahap tekanan darah
normal tinggi atau prehipertensi
2) Mengurangi asupan garam dan melaksanan diet dengan tepat bagi
penderita hipertensi
3) Istirahat yang cukup dengan tidur minimal 6 jam pada malam hari.
4) Mengurangi asupan garam < 6 gr perhari
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 5 oktober
2014, didapatkan bahwa pasien adalah penderita Hipertensi stage I terkontrol
obat. Pasien kurang memiliki pengetahuan tentang penyakitnya sehingga
melakukan pola hidup yang salah, kurang tidur, kurang olahraga dan masih
mengkonsumsi makanan asim secara berlebihan. Ibu pasien memiliki riwayat
sakit darah tinggi oleh karena itu pasien disarankan untuk melakukan
pencegahan sekunder untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul dengan
minum obat secara teratur, kontrol tekanan darah secara rutin minimal 1 bulan
sekali ke Puskesmas terdekat dan olahraga secara teratur, memperbaiki pola
makan dan melakukan hal-hal yang terdapat dalam perilaku hidup sehat.
Sedangkan keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk
berperilaku hidup sehat sedini mungkin dan mengontrol tekanan darah secara
teratur. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh hendaknya didukung pula
oleh kondisi rumah dan lingkungan yang sehat.
2. Saran
Pada penderita Hipertensi, untuk melakukan pola hidup yang sehat, agar
tekanan darah tetap stabil yaitu dengan cara mengontrol makanan yang
dikonsumsi, mengurangi asupan garam dan berlemak, menambah makanan yang
sehat, istirahat yang cukup, mengurangi stres dan teratur minum obat
antihipertensi dan selalu di kontrol tekanan darahnya dengan datang ke
Puskesmas terdekat. Pada keluarga pasien sebagai kelompok risiko tinggi, untuk
berperilaku hidup sehat dengan cara mengontrol makanan, istirahat cukup dan
olah raga teratur.
Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh yaitu dengan memperbaiki
kondisi rumah dengan cara memperbaiki ventilasi ruangan, pencahayaan yang
cukup dan menjaga kebersihan rumah.
PRESENTASI KASUS
HIPERTENSI GRADE I TERKONTROL OBAT DISERTAI
DISPEPSIA PADA IBU RUMAH TANGGA DAN
MENGANDALKAN SUAMINYA UNTUK KEBUTUHAN
SEHARI-HARI, DENGAN KECEMASAN TERHADAP
KELUHAN YANG DIRASA MENGGANGGU
AKTIVITASNYA, DENGAN KELUARGA YANG
FUNGSIONAL (BAIK).
DisusunUntukMemenuhiSebagianSyaratKepaniteraanKlinik
diBagianIlmuKedokteranKeluargaPuskesmasTegalrejo
Disusunoleh:
NOVERA WARDALIA
20090310131
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
2014