You are on page 1of 20

laporan praktikum pengukuran pasang surut dan frekuensi

gelombang d pelabuhan sibolga


LAPORAN PRATIKUM OCEANOGRAFI PENGUKURAN
PASANG SURUT DAN FREKUENSI GELOMBANG DI PELABUHAN
SIBOLGA

OLEH:

KELOMPOK II

1. OHARA DUHA

2. AGUSMAN GUL

3. LETISYAH HUTAGALUNG

4. MANISYAH HULU
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN SIBOLGA

SIBOLGA

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha kuasa atas berkat
dan karuniakannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.Terima kasih kepada dosen penanggung jawab mata kuliah
oceanografi Rudyard situmorang ,S.pi yang telah memotivasi kami di dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Ada pun tujuan kami dalam
pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas akhir semester mata
kuliah oceanografi.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat


kekurangan, Untuk itu bila ada kesalahan di dalam kata-kata maupun
didalam penulisannya mohon di maafkan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya penulis berharap untuk kritikan dan
saran guna untuk menyempurnakan makalah ini dimasa yang akan
datang.akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Sibolga, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................i

DAFTAR TABEL...............................................................iii

PENDAHULUAN.............................................................1

1.1 latar belakang..................................................1

1.3 Tujuan...............................................................2

1.4 Manfaat............................................................2

TINJAUAN PUSTAKA......................................................3

2.1. Pantai pelabuhan sibolga...............................3

2.2.Pasang surut muka air laut...............................3

2.3. Daftar istilah pada pasang surut....................6

2.4.Penyebab variasi pasang surut........................8

METODOLOGI................................................................9

3.1. Alat dan bahan................................................10

3.2. Waktu dan tempat...........................................10

3.3. Metode kerja...................................................10


HASIL PENGAMATAN....................................................12

4.1. Pengukuran pasang surut................................12

4.2. Pengukuran frekuensi gelombang...................12

PENUTUP........................................................................17

5.1.Kesimpulan.......................................................17

5.2. Saran...............................................................17

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel pengamatan ketinggian air (pasut) hari ke-1..........13


Grafik pengamatan ketinggian air hari ke-1.....................13
Tabel pengamatan frekuensi gelombang hari ke-1..........14
Grafik pengamatan frekuensi gelombang hari ke -1......14
Tabel pengamatan ketinggian air (pasut) hari ke-2..........15
Grafik pengamatan ketinggian air hari ke -2....................15
Tabel pengamatan ketinggian air (pasut)hari ke -2..........16
Grafik pengamatan frekuensi gelombang hari ke -2........16
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Gelombangsurut, dan dikarakterisasi oleh naik dan turunnya


permukaan laut yang berirama gelombang laut yang paling panjang adalah
yang berhubungan dengan pasang setelah periode beberapa jam. Pasang
naik biasanya disebut sebagai aliran/flow (atau flood), sedangkan pasang
turun dinamakan (ebb).

Dari awal mulanya telah diketahui bahwa ada hubungan antara pasang
surut dengan matahari dan bulan. Pasang surut dalam keadaan tertinggi
pada saat bulan purnama atau baru, dan waktu waktu pasang surut yang
tinggi pada lokasi tertentu dapat diperkirakan (tapi tidak tepat sekali)
dihubungkan dengan posisi bulan di langit. Karena pergerakan relatif bumi,
matahari, bulan cukup rumit, maka mengakibatkan pengaruh mereka akan
peristiwa pasang surut menghasilkan pola pola kompleks yang sama.
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan
periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk
kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan
dari benda benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran
bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari.
Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis edar
dan periode yang tertentu. Pengaruh dari benda angkasa yang lainnya
sangat kecil dan tidak perlu diperhitungkan .

Gerakan dari benda angkasa tersebut di atas akan mengakibatkan


terjadinya beberapa macam gaya pada setiap titik di bumi ini,yang disebut
gaya pembangkit pasang surut. Masing masing gaya akan memberikan
pengaruh pada pasang surut dan disebut komponen pasang surut, dan gaya
tersebut berasal dari pengaruh matahari, bulan atau kombinasi keduanya.

1.2Tujuan

1) Untuk mempelajari dan mengukur pasang surut dan frekuensi gelombang


laut pada malam hari di pelabuhan sibolga.
2) Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah oceanografi.

1.3 Manfaat
1) Dengan hasil praktek ini ,maka mahasiswa dapat memperoleh wawasan
dan pengetahuan mengenai pengukuran pasut dan gelombang laut pada
malam hari
2) Sebagai bahan pertimbangan bagi maha siswa dalam melakukan
penelitian di masa depan .

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pantai Pelabuhan Sibolga

Pantai pelabuhan sibolga dilengkapi dengan berbagai sarana seperti


sarana pokok, sarana fungsional dan sarana tambahan/penunjang. Pantai
pelabuhan sibolga yang terletak di pantai barat sumatera utara. Ini menjadi
starategis karena dapat menghubungkan daerah pemasaran di setiap daerah
di sumatera , sebagai pintu gerbang keluar masuknya arus komiditi barang
ekspor impor yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan industry. Oleh
karena itu,Pantai pelabuhan sibolga memiliki topografi pantai yang landai
dan merupakan pantai dengan perairan tenang dan gelombang yang tidak
terlalu besar. Arah angin dominan sepanjang tahun yang mempengaruhi
pembentukan gelombang laut yang menuju ke arah pantai Teluk tapanuli
Ketinggian gelombang di laut sumatera umumnya disebabkan oleh angin
biasanya mencapai lebih dari 2 meter dan merupakan gelombang laut
dalam.

2.2. Pasang Surut Muka Air Laut

Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang
dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh
masuk kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut terjadi karena adanya
gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya,
peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi
matahari. Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu
garis edar dan periode yang tertentu. Pengaruh dari benda angkasa yang
lainnya sangat kecil dan tidak perlu diperhitungkan .Gerakan dari benda
angkasa tersebut di atas akan mengakibatkan terjadinya beberapa macam
gaya pada setiap titik di bumi ini,yang disebut gaya pembangkit pasang
surut. Masing masing gaya akan memberikan pengaruh pada pasang surut
dan disebut komponen pasang surut, dan gaya tersebut berasal dari
pengaruh matahari, bulan atau kombinasi keduanya.

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang


disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan
pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang
surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau
lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara
12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.

Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan


matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan
pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah.
Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi
yang rendah dan pasang rendah yang tinggi.

Gambar. Spring Tide dan Neap Tide

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding
terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari,
gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari
dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat
daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke
arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang
surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh
deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari.

Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap


bahwa bumi benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh
lapisan air laut yang sama tebalnya sehingga didalam hal ini dapat
diterapkan teori keseimbangan. Pada setiap titik dimuka bumi akan terjadi
pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang
mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan
gaya pembangkitnya. Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya
ditutupi oleh air laut melainkan sebagian merupakan daratan dan juga
kedalaman laut berbeda beda. Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan
maka pasang surut akan terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai
kecepatan amplitudo dan kecepatan sudut tertentu, sama besarnya seperti
yang diuraikan pada teori keseimbangan.Kisaran pasang-surut (tidal range),
yakni perbedaan tinggi muka air pada saat pasang maksimum dengan tinggi
air pada saat surut minimum, rata-rata berkisar antara 1 m -3 m.
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap
harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap
gaya pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali
pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut
dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe
harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan
antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides)
dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran
condong harian ganda (Mixed Tide predominantly Semi-diurnal Tide) dan tipe
campuran condong harian tunggal (Mixed Tide predominantly Diurnal Tide).

Gambar Tipe-Tipe Pasut

2.3 . Daftar Istilah pada pasang surut :

Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-
rata pada suatu periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama
18,6 tahun.

Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air
rendah pada suatu periode waktu.

Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua
pasang tinggi.

Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut
rendah.
Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang
tertinggi dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang
panjang. Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air
tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi terttinggi.

Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air


terendah dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang
panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk pasut harian (diurnal).

Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air


tertinggi dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang
panjang. Hal ini tidak akan terdapat pada pasut diurnal.

Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah
dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang.
Jika hanya satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air
rendah tersebut diambil sebagai air rendah terendah.

Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua
air tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika
tunggang (range) pasut itu tertinggi.

Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang


diperoleh dari dua air rendah berturut-turut selama periode pasang
purnama.

Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua
air tinggi berturut-turut selama periode pasut perbani (neap tides),
yaitu jika tunggang (range) pasut paling kecil.

Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang


dihitung dari dua air berturut-turut selama periode pasut perbani.
Highest Astronomical Tide (HAT)/Lowest Astronomical Tide
(LAT) adalah permukaan laut tertinggi/terendah yang dapat
diramalkan terjadi di bawah pengaruh keadaan meteorologis rata-rata
dan kombinasi keadaan astronomi. Permukaan ini tidak akan dicapai
pada setiap tahun. HAT dan LAT bukan permukaan laut yang ekstrim
yang dapat terjadi, storm surges mungkin saja dapat menyebabkan
muka laut yang lebih tinggi dan lebih rendah. Secara umum
permukaan (level) di atas dapat dihitung dari peramalan satu tahun.
Harga HAT dan LAT dihitung dari data beberapa tahun.

Mean Range (Tunggang Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-


rata antara MHW dan MLW.

Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan


MLWS.

Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN.

2.4. Penyebab variasi pasang surut, antara lain:

1.Kedalaman Laut

Agar tonjolan air laut dapat mengikuti gerakan bulan, haruslah dapat
bergerak mengellingi bumi dalam 25 jam, namun kecepatan maksimum
gelombang untuk bergerak dibatasi oleh kedalaman laut. Dibutuhkan
kedalaman samudera rata-rata 22 km agar ketinggian pasut dapat orbit 25
jam, nyatanya kedalaman laut rata-rata hanya 4 km.

2.Massa Daratan dan Topografi Dasar Laut


Adanya daratan menghalangi tonjolan untuk bergerak mengitari bumi.
Bukit dan palung di laut menghalangi berkembangnya pasut.

3.Gesekan

Teori pasut mengabaikan gesekan antara dasar laut dengan air maupun
gesekan dalam air itu sendiri. Viskositas memperlambat reaksi air terhadap
gaya penyebab pasut.

4.Pengaruh Gaya Coriolis

Akibat putaran bumi pada porosnya, membelokkan gaya yang bekerja.

5.Resonansi

Tiap bagian air mempunyai periode osilasi alami tergantung ukuran dan
kedalaman. Jika gelombang terjadi dalam bagian air yang mempunyai
frekuensi sama, maka gelombang tersebut cenderung diperbesar.

METODOLOGI

3.1. ALAT DAN BAHAN


Dalam melakukan pratikum ini alat dan bahan yang di gunakan adalah
sebagai berikut :
A . Alat : - Kayu (yang sudah di beri skala)

-bola pimpong

- stop watch

- pensil / pena

B. Bahan : - Buku tulis


-Buku panduan oceanografi

3.2. Waktu dan tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan pratikum mengenai pengukuran


pasang surut dan frekuensi gelombang yaitu pada tanggal 16 17 juni 2014
di mulai pada pukul 20:00 s/d 24:00 wib di pelabuhan sibolga.

3.3. Metode kerja

Adapun metode kerja pada pelaksanan pratikum pengukuran pasang


surut dan frekuensi gelombang antara lain sebagai berikut :

1. pengukuran pasang surut di lakukan setiap 30 menit ,dengan tinggi air di


ukur dengan menggunakan kayu yang telah berskala dan pada titik yang
sama di mulai pada pukul 20:00 s/d 24:00 wib dalam jangka waktu 2
hari.Kemudian di catat ketinggian air tertinggi dan air terendah.

2. Pengukuran frekuensi gelombang juga di lakukan setiap 30 menit ,dengan


menggunakan bola pingpong yang di letakkan di atas permukaan air laut
.dengan menghitung barapa kali bola tersebut naik mengikuti pergerakan
gelombang selama 1 menit.yang di mulai pada pukul 20:00 s/d 24:00.

3. Dalam tempo waktu 30 menit setiap hasil pengukuran yang telah di


lakukan kemudian di catat pada buku catatan pengamatan.

4. Selanjut nya hasil pengukuran dan pengamatan tersebut di buat dalam


bentuk tabel dan juga dalam bentuk grafik ,sesuai dengan hari ke 1 dan ke-
2.

5. Setelah data telah terkumpul semua , maka data tersebut di jadikan


sebagai laporan hasil pratikum kepada dosen penanggungjawab oceanografi.

6. Laporan yang telah di buat dalam bentuk tabel dan grafik tersebut
,kenudian di muat ke dalam blog ( internet ).
HASIL PENGAMATAN

4.1 Pengukuran pasang surut air laut

Pada pengukuran pasang surut air laut , kami mendapat kan hasil yang
dimana tinggi air selama 2 hari yang di lakukan pada malam hari tersebut
terjadi perbedaan ,pada hari pertama lebih rendah tinggi air nya pada hari ke
2.menurut pengamatan kami hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor yang
meliputi : angin (gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari
(gelombang pasang-surut,serta gelombang yang di sebabkan oleh kapal.

4.2 Pengukuran frekuensi gelombang

Frekuensi gelombang pada hari ke 2 lebih tinggi pada hari pertama


( sesuai dengan tabel dan grafik pengamatan).Tabel dan grafik pengamatan
pengukuran pasang surut dan frekuensi gelombang per 1 menit hari ke 1
dan ke -2 dapat di lihat pada kertas milimeter yang telah di tulis tangan.
Tabel pengukuran pasang surut hari
Ke -1

Waktu pengamatan Ketinggian Air


(WIB) (CM)

20:00 53

20:30 50

21:00 42

21:30 48

22:00 40

22:30 38

23:00 35

23:30 33

24:00 30

Grafik pengukuran pasang suru hari ke-1

Pengukuran pasang surut hari Ke-2

Waktu pengamatan Ketinggian Air

(WIB) (CM)

20:00 58

20:30 58

21:00 56

21:30 54

22:00 52

22:30 51

23:00 49
23:30 46

24:00 39

Grafik pengukuran pasang surut ke -2

Tabel Pengukuran Gelombang hari ke -1

No Waktu Periode Banyak Arah


pengamata gelombang Gelomban gelombang
n g

1 20:00 WIB 60 detik 18 kali Menuju pantai

2 20:30 WIB 60 detik 16 kali Menuju pantai

3 21:00 WIB 60 detik 20 kali Menuju pantai

4 21:30 WIB 60 detik 27 kali Menuju pantai

5 22:00 WIB 60 detik 14 kali Menuju pantai

6 22:30 WIB 60 detik 16 kali Menuju pantai

7 23:00 WIB 60 detik 13 kali Menuju pantai

8 23:30 WIB 60 detik 10 kali Menuju pantai

9 24:00 WIB 60 detik 14 kali Menuju pantai

Grafik Frekuensi Gelombang Hari ke I

Tabel pengukuran gelombang hari ke- 2

No Waktu Periode Banyak Arah


pengamatan gelombang Gelombang gelombang

1 20:00 WIB 60 detik 30 kali Menuju


pantai
2 20:30 WIB 60 detik 31 kali Menuju
pantai

3 21:00 WIB 60 detik 29 kali Menuju


pantai

4 21:30 WIB 60 detik 27 kali Menuju


pantai

5 22:00 WIB 60 detik 16 kali Menuju


pantai

6 22:30 WIB 60 detik 16 kali Menuju


pantai

7 23:00 WIB 60 detik 28 kali Menuju


pantai

Grafik Frekuensi Gelombang Hari ke-II


PENUTUP

5.1.Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah praktikum dilaksanakan di


Pantai Pelabuhan sibolga pada tanggal 16 juni 17 Juni 2014. Disana kami
melakukan pengambilan data pasang-surut, dan gelombang.

Dari pengolahan data tersebut kami peroleh hasil bahwa jenis perairan
tersebut memiliki tipe pasang surut campuran,dimana ketinggian air di
daerah ini selalu mengalmi perubahan setiap 30 menit Gelombang pada
perairan tersebut tidak terlalu besar karena topografi perairan yang landai
merupakan perairan pantai utara yang tenang.

5.2. Saran

Semoga dengan laporan pratikum ini ,mahasiswa dapat menambah


wawasan untuk ke depan, dan dapat belajar dari kesalahan yang mungkin
terdapat dalam laporan pratikum ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Gelombang-Laut http://faiqun.edublogs.org/2008/04/13/gelombang-


laut/

Anonim, 2010. Pasang Surut.


http://www.geography.learnontheinternet.co.uk/pasangsurut

Anonim, 2010. http://www.operationaloceanography-brokdkp.com/index.php?


news=14

Anonim, 2010. http://rageagainst.multiply.com/journal/item/35

You might also like