Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam
penyelesaian tugas kuliah kerja mahasiswa adalah sebagai berikut :
Mengingat permasalahan yang sangat luas, maka dalam penulisan laporan kuliah
kerja mahasiswa ini perlu adanya pembatasan masalah yaitu :
2
3. Meteri diantaranya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan
Pokok-Pokok Agraria Pasal 28
4. Kegiatan dilaksanakan secara perodik selama 2 kali sesi materi di teruskan
dengan tanya jawaban warga dengan Nara Sumber pembicara.
5. Kegiatan dilaksanakan dengan cara penyuluhan terhadap Warga Segorotambak
di kantor Kelurahan Segorotambak.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
ketentuan Undang-undang.
Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi yang disebut
permukaan bumi. Tanah yang dimaksudkan di sini bukan mengatur tanah dalam
segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya yaitu tanah dalam
pengertian yuridis yang disebut hak. Tanah sebagai bagian dari bumi disebutkan
dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA yaitu atas dasar hak menguasai dari negara sebagai
yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas
permukaan bumi yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai
oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta
badan-badan hukum.
Hak milik menurut Pasal 20 UUPA adalah hak turun-temurun, terkuat, dan
terpenuh. Kata kata terkuat dan terpenuh itu tidak berarti bahwahak milik
merupakan hak yang mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
Hak milik sangat penting bagi manusia untuk dapat melaksanakan hidupnya di
dunia. Semakin tinggi nilai hak milik atas suatu benda, semakin tinggi pula
penghargaan yang diberikan terhadap benda tersebut. Tanah adalah salah satu milik
yang sangat berharga bagi umat manusia, demikian pula bangsa Indonesia.
Mengenai keabsahan dan kehalalan hak milik, telah dikenal dua asas yaitu :
1) Asas nemo plus juris transfere potest quam ipse habet, artinya tidak
seorang pun dapat menglihkan atau memberikan sesuatu kepada orang lain
melebihi hak miliknya atau apa yang ia punyai.
2) Asas nemo sibi ipse causam possessionis mutare potest, artinya tidak
seorang pun dapat mengubah bagi dirinya atau kepentingan pihaknya sendiri, tijuan
dari penggunaan objek miliknya.
Sifat-sifatnya :
a. Terkuat
5
d. Dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan
e. Dapat diwakafkan.
Tujuan penggunaannya
Hak milik atas tanah dapat dipergunakaan baik untuk usaha pertanian maupun
dengan memperhatikan/menyesuaikan dengan rencana tata guna tanah.
d. Karena ditentukan dalam Pasal 21 ayat (3) dan Pasal 26 ayat (2)
UUPA.
Hak untuk mengusahakan tanah negara minimal 5 hektar dalam jangka waktu
yang terbatas dan tertentu, yaitu maksimal 25 tahun atau 35 tahun yang dapat
diperpanjang dengan maksimal 35 tahun dibidang pertanian, perikanan, peternakan
(Pasal 28)
d. Tanahnya musnah
6
Hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan di atas tanah yang
bukan miliknya sendiri (tanah negara dalam tanah milik orang lain) yang jangka
waktunya juga terbatas dan tertentu, yaitu maksimal 30 tahun yang dapat
diperpanjang dengan maksimal 20 tahun (Pasal 35). Penggunaan tanah yang
dipunyai dengan hak guna bangunan terutama untuk mendirikan/mempunyai
bangunan-bangunan, tetapi disamping itu diperbolehkan untuk menanam sesuatu
dan memelihara ternak, asal tujuannya yang pokok tetap dilaksanakan.
Hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah negara atau tanah
milik orang lain yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam
keputusan atau perjanjian pemberiannya (Pasal 41) tapi tidak bersumber pada
hubungan sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah.
Jangka waktu : hak pakai yang diberikan selama waktu tertentu atau selama
tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu. Dalam praktek pada umumnya
pemberiahhak pakai oleh pemerintah jangka waktunya 10 tahun.
c. Tanahnya musnah
7
Hak mempergunakan tanah milik orang lain untuk sesuatu keperluan dengan
membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa (Pasal 44). Antara
HGU, HGB, HP, dan HS terdapat kesamaan, yaitu hak yang memberi wewenang
untuk memakai/menggunakan tanah yang bukan miliknya sendiri dan dapat
dikelompokan sebagai hak pakai.
6. Hak Membuka Tanah (HMT) dan Hak Memungut Hasil Hutan (HMHH)
Dalam perkembangan UUPA yang mulai diatur dalam PMA No.9 tahun 1960,
kemudian dikenal dan dikembangkan pula hak pengelolaan. Pengelolaan sebagai
jenis hak belum disebut dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA, tetapi mengelola tanah
negara sendiri sebagai fungsi sebenarnya sudah terbaca dalam penjelasan angka
II/2 UUPA.
Hak pengelolaan adalah hak untuk menguasi atas tanah yang langsung dikuasai
oleh negara yang memberi wewenang kepada pemegang haknya untuk :
b. Menyerahkan bagian-bagian dari tanah itu kepada pihak ketiga dengan hak
pakai dengan jangka waktu 6 tahun (Perauran Mentri Agraria No.9 tahun1965)
Di samping itu, UUPA mengenal pula hak-hak yang bersifat sementar yang
disebut dalam Pasal 53, yaitu :
1. Hak gadai
3. Hak menumpang
BW (KUHP perdata) menganal berbagai jenis hak atas tanah sebagai barang
tidak bergerak, yaitu :
8
d. Herendienst (hak kerja rodi)
j. Het recht van gebruik en de bewoning (hak pakai dan hak mendiami)
a. Hak ulayat
Dari berbagai macam hak atas tanah tersebut, hak milik merupakan satu-satunya
hak primer yang mempunyai kedudukan paling kuat dibandingkan dengan hak-hak
yang lainnya. Hal ini dipertegas dalam ketentuan Pasal 20 ayat (1) UUPA yang
berbunyi:
Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat, terpenuh, yang dapat dipunyai orang
atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6.
9
Adanya diskriminasi dalam memperoleh dan memiliki Hak atas tanah yang
terjadi di desa Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi.
10
mengalami konversi, akibat para petani menjual tanah kepada investor yang
kemudian tidak mengolah tanah tersebut. Banyaknya tanah terlantar di perkotaan
maupun pedesaan sangat mencolok sekali di tengah kebutuhan mendesak akan
pemukiman bagi warga, maupun kebutuhan akan lahan pertanian. Hal ini membuat
masyarakat merasa termarginalkan di daerahnya sendiri, dan kerapkali
menimbulkan konflik maupun sengketa di atas tanah tersebut. Ironisnya tanah-
tanah yang dibiarkan terlantar itu tidak ditindak lanjuti oleh pemerintah untuk
diamankan padahal berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (1) UUPA setiap orang dan
badan hukum mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya
diwajibkan mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif dengan mencegah
cara-cara pemerasan. Jadi konsekuensi dari ketentuan Pasal 10 ayat (1) ini adalah
bahwa tanah pertanian itu tidak boleh dibiarkan terlantar sehingga keberadaannya
menjadi tidak bermanfaat dan rusak sedangkan menurut ketentuan Pasal 15 UUPA
bahwa memelihara tanah, termasuk menambah kesuburannya serta mencegah
kerusakannya adalah kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang
mempunyai hubungan hukum dengan tanah itu, dengan memperhatikan pihak
ekonomi lemah.
11
alasan ekonomis, namun sebaliknya terdapat pula kepemilikan sertifikat oleh
banyak orang.
Lahir dua pemikiran terhadap segala persoalan terkait dengan hak milik atas
tanah sebagaimana diuraikan di atas bahwa hal tersebut timbul tidak hanya akibat
dari kekeliruan pemerintah dalam penerapan kebijakan tetapi juga tidak lepas dari
peran serta masyarakatnya yang tampak berupaya untuk berontak/melepaskan diri
dari kebijakan hukum pemerintahan yang bersangkutan. Oleh karena itu segala
permasalahan tersebut perlu dianalisis lebih cermat baik terhadap pihak pelaksana
kebijakan yang seringkali menyelewengkan amanat dari pembuat kebijakan
maupun terhadap masyarakat luas yang juga berperan serta memperuncing segala
permasalahan yang terjadi berkaitan dengan hak milik ini.
12
BAB III
OBSERVASI LAPANGAN
No Kelompok n % n % n %
Program Penyuluhan dilakukan dari hasil survei dan hasil Kesepakatan pihak
Kelurahan terhadap mahasiswa kelompok KKN Universitas Narotama. Diantaranya
adalah :
13
Materi penyuluhan ( Acara Puncak )
4. Alat alat Penyuluhan,Materi dan pembicara Disiapkan Oleh mahasiswa KKN
14
BAB IV
15
Agil Bafaqih Ketua
16
Agil Bafaqih Ketua
17
Agil Bafaqih Ketua
18
1. Kegiatan penyuluhan hukum dapat berjalan dengan sesuai materi yang telah
direncanakan.
2. Kegiatan Penyuluhan hukum mengenai UU Pertanahan Tentang perlindungan
anak memberikan tambahan wawasan kepada warga Bagaimana Hukum
mengatur pertanahan di Indonesia serta Prosedur pembuatan sertifikat tanah.
1. Kegiatan penyuluhan hukum dapat dilakukan pada generasi masa Kuliah Kerja
Nyata (KKN) generasi yang akan datang, untuk meneruskan dan
mengembangkannya.
2. Hasil dari kegiatan penyuluhan hukum ini dapat dilanjutkan dalam kegiatan
sadar hukum.
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas mengenai Persamaan hak dalam memperoleh hak atas
tanah memang UUD 1945 dan UUPA telah mengaturnya dengan rinci, akan tetapi yang
salah adalah masalah penerapannya dalam masyarakat. Ditinjau dari berbagai daerah
tentang permasalahn ini, persamaan hak memang kadang dikesampingkan akibat
kepentingan-kepentingan tertentu. Pemebedaan perlakuan terhadap masyarakat grass
root (kalangan akar rumput) secara nyata terjadi dalam berbagai daerah. Masyarakat
kalangan high class cenderung mendapatkan apa yang mereka inginkan. Karena dengan
gampangnya melakukan lobi-lobi dengan aparat hukum. Hukum tidak lagi menegakkan
keadilan, tapi meniadakan keadilan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) :
Setelah kami adakan Penyuluhan kami sarankan warga segera memproses pendaftaran
tanahnya sesuai amanat perundang undangan.Serta berkomunikasi baik dengan aparat
desa agar terjadi pemahaman yang lebih baik dan sebaliknya.
Dan adanya perubahan perilaku warga mitra KKN dalam penanganan sengketa
pemilikan tanah dan memahami prosedur pemilikan/perolehan tanah maupun
penyerahan tanah sesuai peraturan perundangan-undangan di lingkungan lokasi KKN.
20
DAFTAR PUSTAKA
Muljadi, Kartini dan Gunawan wijaya. Hak-hak atas tanah, (Jakarta:Kencana Prenada
Media group), 2007
Santoso, Urip, Hukum Agraria & hak-hak Atas Tanah, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group), 2005
Undang Undang :
Peraturan Pemerintah (PP) No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1953 (L.N. 1953, No. 14, T.L.N. No. 362).
PP NO 24 TAHUN 1997
21