Professional Documents
Culture Documents
Al-Quran adalah kitab suci yang sempurna yang mengandung semua hal dalam kehidupan manusia,
baik kehidupan dunia yang berupa tuntunan ibadah, pergaulan dalam keluarga dan masyarakat,
cerita-cerita umat terdahulu, maupun kehidupah akhirat berupa hari kiamat, surga, neraka dan
lainnya. Dalam Al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang menceritakan hal-hal yang samar dan
abstrak. Manusia tidak mampu mencernanya jika hanya mengandalkan akalnya saja. Sehingga
sering kali ayat-ayat tersebut diperumpamakan dengan hal-hal yang konkret agar manusia mampu
memahaminya. Untuk memahami itu semua, maka perlu adanya ilmu yang menjelaskan tentang
perumpamaan dalam Al-Quran agar manusia mampu mengambil pelajaran dengan
perumpamaan-perumpamaan tersebut. Karena itulah penulis mencoba menjelaskan tentang ilmu
tersebut, yaitu Ilmu Amtsal Al-Quran.
Hakikat-hakikat yang tinggi makna dan tujuannya akan lebih menarik jika dituangkan
dalam kerangka ucapan yang baik dan mendekatkan kepada pemahaman, melalui analogi
dengan sesuatu yang telah diketahui secara yakin.Tamtsil (membuat permisalan,
perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk
yang hidup dan mantap di dalam pikiran, dengan cara menyerupakan sesuatu yang ghaib
dengan sesuatu yang hadir, sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang kongkrit, dan dengan
menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. Betapa banyak makna yang baik, dijadikan
lebih indah, menarik dan mempesona oleh tamsil. Karena itulah maka tamsil lebih dapat
mendorong jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkan dan membuat akal merasa puas
dengannya. Tamsil adalah salah satu uslub Al-Quran dalam mengungkapkan berbagai
penjelasan dan segi-segi kemukjizatan.[1]
Rasulullah Saw. pun pernah bersabda tentang kedudukan amtsal dalam Al-Quran,
Rasulullah Saw. bersabda dalam hadits riwayat Abu Hurairah[2]:
Sesungguhnya Al-Quran turun dengan menggunakan lima sisi: halal, haram, muhkam, mutasyabih
dan amtsal. Kerjakanlah kehalalannya; tinggalkanlah keharamannya; ikutilah muhkamnya; imanilah
mutasyabihnya; dan ambillah pelajaran dari amtsalnya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amstal
Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari matsal, mitsl dan matsil adalah sama
dengan syabah, syibh, dan syabih,baik lafadz maupun maknanya. Sedangkan
pengertian amtsal secara terminologi ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para
ulama[3], yaitu:
1. Pengertian mitslu menurut ulama ahli ilmu adab adalah:
.
Mitslu dalam ilmu adab adalah ucapan yang disebutkan untuk menggambarkan ungkapan lain yang
dimaksudkan untuk menyamakan atau menyerupakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan
keadaan sesuatu yang dituju.
B. Unsur-unsur Amtsal
Sebagian ulama mengatakan bahwa amtsal memiliki empat unsur[5], yaitu:
1. ( ) Wajhu Syabah/ segi perumpamaan.
2. ( ) Adatu Tasybih/ alat yang dipergunakan untuk tasybih.
3. ( )Musyabbah/ yang diserumpamakan.
4. ( ) Musyabbah bih/ Sesuatu yang dijadikan perumpamaan
Sebagai contoh, pada firman Allah Swt. sebagai berikut:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-
tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui (QS. Al-baqarah : 261).
Wajhu Syabah yang terdapat pada ayat ini adalah pertumbuhan yang berlipat-
lipat. Adatu Tasybihnya adalah kata matsal. Musyabbahnya adalah infaq atau shadaqah di
jalan Allah. Sedangkan musyabbah bihnya adalah benih.
Dalam QS. Al-Baqarah ayat 17-20 di atas, Allah membuat dua perumpamaan
(mastsal) bagi orang munafik; matsal yang berkenaan dengan api (nari) dalam firman-Nya,
adalah seperti orang yang menyalakan api..., karena di dalam api terdapat unsur cahaya;
dan matsal yang berkenaan dengan air (mai) Atau seperti (orang-orang yang ditimpa)
hujan lebat dari langit..., karena di dalam air terdapat materi kehidupan. Dari wahyu yang
turun dari langit pun bermaksud untuk menerangi hati dan menghidupkannya.
Allah Swt. juga menyebutkan kedudukan dan fasilitas orang munafik dalam dua
keadaan. Di satu sisi, mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk penerangan dan
kemanfaatan; mengingat mereka memperoleh kemanfaatan materi dengan sebab masuk
Islam. Namun di sisi lain, Islam tidak memberikan pengaruh nur-nya terhadap hati mereka,
karena Allah Swt. menghilangkan cahaya (nur) yang ada dalam api itu, Allah hilangkan
cahaya (yang menyinari) mereka,..., dan membiarkan unsur membakar yang ada padanya.
Inilah perumpamaan mereka yang berkenaan dengan api.
Mengenai matsal mereka yang berkenaan dengan air (mai), Allah Swt.
menyerupakan mereka dengan keadaan orang yang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap
gulita, gemuruh dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuatan orang itu dan ia meletakkan jari
jemari untuk menyumbat telinga serta memejamkan mata, karena takut petir menimpanya. Ini
mengingat bahwa Al-Quran dengan segala peringatan, perintah, larangan dan khitabnya bagi
mereka tidak ubahnya dengan petir yang turun sambar-menyambar.
b). Allah menyebutkan pula dua macam matsal, mai dan nari, dalam QS. Ar-Rad, bagi
yang hak dan yang batil:
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah
menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam)
yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya
seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang
bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; Adapun yang
memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan (QS. Ar-Rad : 17).
Wahyu yang diturunkan Allah Swt. dari langit untuk kehidupan hati diserupakan
denagn hujan yang diturunkan-Nya untuk kehidupan bumi dengan tumbuh-tumbuhan. Dan
hati diserupakan dengan lembah. Arus air yang mengalir di lembah, membawa buih dan
sampah. Begitu pula hidayah dan ilmu, jika mengalir di hati akan berpengaruh terhadap nafsu
syahwat, dengan menghilangkannya. Inilah matsal mai dalam firman-Nya, Dia telah
menurunkan air (hujan) dari langit.... Demikianlah Allah membuat matsal bagi yang hak
dan batil.
Mengenai matsal nari, dikemukakan dalam firman-Nya, Dan dari apa (logam) yang
mereka lebur dalam api.... Logam, baik emas, perak, tembaga, maupun besi. Ketika
dituangkan ke dalam api, maka api akan menghilangkan kotoran dan karat yang melekat
padanya, dan memisahkannya dari substansi yang dapat dimanfaatkannya, sehingga hilanglah
karat itu dengan sia-sia. Begitu pula dengan syahwat akan dilemparkan dan dibuang dengan
sia-sia oleh hati orang mumin sebagimana arus air menghanyutkan sampah atau api
melemparkan karat logam.
2. Amtsal Kaminah, yaitu matsal yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas
lafadz tamtsil (permisalan), tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam
kepadatan redaksinya dan mempunyai pengarih tersendiri bila dipindahkan kepada yang
serupa dengannya. Contohnya sebagai berikut:
A. Ayat-ayat yang senada dengan perkataan: ( Sebaik-baik urusan adalah
pertengahannya), yaitu:
a) Firman Allah mengenai sapi betina:
Mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami, agar Dia menerangkan
kepada kami; sapi betina Apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman
bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan
antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu"(QS. Al-Baqarah: 68).
B. Ayat yang senada dengan perkataan ( Kabar itu tidak sama dengan menyaksikan
sendiri). Misalnya firman Allah Swt. tentang Ibrahim:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana
Engkau menghidupkan orang-orang mati."Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?"
Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap
(dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu
cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit
satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang
kepadamu dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana (QS. Al-Baqarah: 260).
C. Ayat yang senada dengan perkataan ( Sebagaimana kamu telah menghutangkan,
maka kamu akan dibayar). Misalnya:
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula)
menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan
diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula)
penolong baginya selain dari Allah (QS. An-Nisa : 123).
D. Faedah-faedah Amtsal
1. Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk kongkrit yang
dapat dirasakan atau difahami oleh indra manusia.Misalnya Allah Swt. membuat matsal bagi
keadaan orang yang menafkahkan harta dengan riya, padahal ia tidak akan mendapatkan
pahala sedikit pun dari perbuatannya tersebut;
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah).
mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS. Al-Baqarrah : 264).
2. Menyingkapkan hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak nampak menjadi seakan-
akan nampak. Misalnya;
Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila... (QS. Al-
Baqarah : 275).
3. Mengumpulkan makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yang padat, seperti contoh
ayat pada amtsal kaminah dan amtsal mursalah.
4. Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh seperti apa yang digambarkan dalam
mastal, jika yang dicontohkan adalah amalan yang baik.Misalnya Allah Swt. membuat matsal
bagi keadaan orang yang menafkahkan harta di jalan Allah Swt. Hal tersebut akan
memberikan kebaikan yang banyak;
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-
tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 261).
5. Menjauhkan (tanfir, kebalikan dari poin 4), jika isi matsal berupa sesuatu yang dibenci jiwa.
Misalnya firman Allah tentang larangan mengunjing;
... dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya...(QS. AL-Hujurat : 12).
6. Untuk memuji orang yang diberi mastal. Seperti pada firman-Nya tentang para sahabat;
... Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat
lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan
hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin)... (QS. Al-Fath : 29). Demikianlah keadaan para
sahabat, pada mulanya mereka hanya golongan minoritas, kemudian tumbuh berkembang
hingga keadaannya semakin kuat dan mengagumkan hati karena kebesaran mereka.
7. Untuk menggambarkan (dengan matsal tersebut) sesuatu yang mempunyai sifat yang
dipandang buruk oleh orang banyak. Misalnya matsal tentang keadaan orang yang dikaruniai
Kitabullah, tetapi ia tersesat jalan hingga tidak mengamalkannya, dalam ayat;
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat
Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat
itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-
orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya
dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada
mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir (QS. Al-Araf : 175-176).
8. Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat
dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati. Allah banyak menyebut
amtsal di dalam Al-Quran untuk peringatan dan pelajaran. Ia berfirman;
Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran ini Setiap macam
perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran (QS. Az-Zumar : 27).
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu (QS. Al-Ankabut : 43).
Nabi Muhammad Saw. juga membuat matsal dalam haditsnya. Demikian juga pada
dai yang menyeru manusia kepada Allah Swt. mempergunakannya di setiap masa untuk
menolong kebenaran dan menegakkan hujjah. Para pendidik pun menggunakannya dan
menjadikannya sebagai media untuk menjelaskan dan membangkitkan semangat, serta
sebagai media untuk membujuk dan melarang, memuji dan mencaci.
KESIMPULAN
Seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam Al-Quran
terdapat ayat-ayat tentang perumpamaan atau yang dalam istilah ulumul Quran disebut dengan
Amsal Al-Quran. Terdapat perbedaan pendapat mengenai hal tersebut mulai dari ulama ahli adab,
ahli bayan dan ahli tafsir, namun yang menurut penulis lebih cocok dengan pengertian tersebut
adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat yang mengena
dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas). Definisi inilah yang
relevan dengan yang terdapat dalam Al-Quran, karena mencakup semua macam amtsal al-
Quran.Amsal juga mempunyai rukun-rukun atau unsur-unsur, antara lain Wajhu Syabah/ segi
perumpamaan, Adaatu Tasybih/ alat yang dipergunakan untuk tasybih, Mussyabbah/ yang
diserumpamakan, dan Musyabbah Bih/ sesuatu yang dijadikan perumpamaannya.Adapun macam-
macam amsal terdiri dari tiga bagian yaitu, amsal musarrahah, amsal kaaminah, dan amsal mursalah
yang masing-masing mempunyai perbedaan diri sendiri.Adapun membuat masal ataupun
perumpamaan Al-Quran dengan digunakan dengan percakapan sehari-hari itu tidak diperbolehkan,
karena tujuan Al-Quran turun bukan hanya untuk masalah amsal, melainkan Al-Quran untuk
direnungi dan dipikirkan secara mendalam serta diamalkan dalam kehidupan keseharian umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Maktabah Asy-Syamilah. Al-Itqan Fi Ulumil Quran. Juz 1. dan Mabahits Fi Ulumil Quran.
ManaKhalil al-Qattan. 1992. Studi Ilmu-ilmu Quran. Jakarta: Litera AntarNusa.
Maulana, Rizka. Amtsal Al-Quran (Pdf).
Nashruddin Baidan. 2005. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
[1] Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran, Terj: Mabahits fi Ulumil Quran. PT. Litera AntarNusa.
Jakarta, 1992, cet.ke-1, h. 397.
[2] Maktabah Asy-Syamilah. Al-Itqan Fi Ulumil Quran. Juz 1, hal:386.
[3] Manna Khalil Al-Qattan, , (Terj). h. 398-400.
[4] Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 249.
[5] Rizka Maulan, 2007.Pdf.
[6] Maktabah Asy-Syamilah. Al-Itqan Fi Ulumil Quran. Juz 1,hal:387.
[7] Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran, Terj: Mabahits fi Ulumil Quran. PT. Litera
AntarNusa. Jakarta, 1992, cet.ke-1, h. 401-406.
[8] Lihat Balaghatul Quran, hal: 33 pada Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran, Terj: Mabahits
fi Ulumil Quran. PT. Litera AntarNusa. Jakarta, 1992, cet.ke-1, h. 405-406.