You are on page 1of 9

BAB I

ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

A. Teori Umum
Analisa saringan adalah penentuan persentase berat butir agregat yang lolos
dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik
pembagian butir. Sifat-sifat suatu macam agregat tertentu banyak tergantung
kepada ukuran butirnya. Oleh karena itu, pengukuran besarnya butiran agregat
merupakan suatu percobaan yang sangat penting dilakukan dalam bidang ilmu
bahan. Besarnya butiran menjadi dasar untuk pemberian atau klasifikasi nama
kepada macam-macam agregat tertentu.
Analisa saringan dilakukan dengan cara mengayak dengan menggetarkan
contoh agregat kasar melalui analisa satu set ayakan, dimana lubang- lubang atau
diameter dari ayakan tersebut berurutan dan makin kecil. Analisa saringan ini
dilakukan pada agregat halus yang diayak dengan saringan berdiameter #38,00
mm, #19,00 mm, #9,6 mm, #4,8 mm, #2,4 mm, #1,2 mm, #0,6 mm, #0,3 mm,
#0,15 mm, #0,08 mm, pan.
Dalam analisis saringan, sejumlah saringan yang memiliki ukuran lubang
berbeda-beda disusun dengan ukuran yang terbesar diatas yang kecil. Contoh
agregat halus yang akan diuji dikeringkan dalam oven,. Agregat halus yang
tertahan pada masing-masing saringan ditimbang dan selanjutnya dihitung
persentase dari agregat halus yang tertahan pada saringan tersebut. Bila Wi adalah
berat agregat halus yang tertahan pada saringan ke-i (dari atas susunan saringan)
dan W adalah berat agregat halus total, maka persentase berat yang tertahan
adalah :

Berat tertahan
%tertahan= Berat total
(1.1)

Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral
lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F). Agregat
adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai
Laporan Praktikum Perencanaan Perkerasan Jalan 2017

bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen
hidraulik atau adukan.
Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan butirbutir batu pecah,
kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang
berbentuk mineral padat beruppa ukuran besar mauppun kecil atau fragmen
fragmen.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan
jalan, yaitu 90% 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 85%
agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan
jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan
material lain.
Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara alamiah (misalnya kerikil). Agregat alami dapat diklasifikasikan
kedalam sejarah terbentuknya peristiwa geologi, yaitu agregat beku, agregat
sedimen, dan agregat metamorf, yang kemudian dibagi lagi menjadi kelompok-
kelompok yang lebih kecil, yaitu:
1. Pasir galian
Pasir galian ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara
menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan
bebas dari kandungan garam.
2. Pasir sungai
Pasir ini diperoleh langsung dari dasr sungai, yang pada umumnya berbutir
halus dan bulat-bulat akibat proses gesekan. Pada sungai yang dekat dengan
hutan kadang-kadang banyak mengandung humus.
3. Pasir pantai
Pasir pantai ialah pasir yang diambil dari pantai. Pasir pantai berasal dari
sungai yang mengendap di muara sungai (di pantai) atau hasil gerusan air di
dasar laut yang terbawa arus air laut dan mengendap di pantai. Pasir pantai
biasanya berbutir halus. Bila merupakan pasir dari dasar laut maka pasirnya
banyak mengandung garam. Oleh karena itu maka sebaiknya pasir pantai
diperiksa dulu sebelum di pakai. Jika mengandung garam maka sebaiknya
dicuci dulu dengan air tawar sebelum tawar sebelum dipakai.

2
Laporan Praktikum Perencanaan Perkerasan Jalan 2017

Menurut SNI - 03 - 2847 2002, agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil
disintegrasi 'alami' batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu
dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. Persyaratan agregat halus secara
umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah sebagai berikut:
1. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.
2. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh garam. Jika
dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah 10% berat.
Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat
kering), jika kadar lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci.
4. Modulus halus butir (fineness modulus) ialah suatu indeks yang sering dipakai
untuk menjadi ukuran kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat. Modulus
halus butir (MHB) ini didefinisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari
butir-buitr agregat yang tertinggal di atas suatu set ayakan dan kemudian
dibagi seratus.

% Tertahan
Modulus halus butir = 100
..(1.2)

British Standard (BS) memberikan syarat gradasi untuk pasir. Kekasaran


pasir dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus (zone
4), agak halus (zone 3), agak kasar (zone 2) dan kasar (zone 1) seperti pada Tabel
1.1 berikut :

Tabel 1.1 Gradasi Agregat Halus Menurut BS

Lubang Ayakan Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan


(mm) Zone I Zone II Zone III Zone IV
10 100 100 100 100

3
Laporan Praktikum Perencanaan Perkerasan Jalan 2017

4,8 90 100 90 100 90 100 90 100


2,4 60 95 75 100 85 100 90 100
1,2 30 70 55 90 75 100 90 100
0,6 15 34 35 59 60 79 80 100
0,3 5 20 8 30 12 40 15 50
0,15 0 10 0 10 0 10 0 15
Sumber: British Standard

Cara menganalisa pasir sehingga dapat digolongkan menjadi salah satu dari 4
zona dapat menggunakan grafik dibawah ini:

Gambar 1.1 Grafik Gradasi Pasir

Menurut SK SNI S 04 1989 F, harus mempunyai variasi besar butir


(gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit. Mempunyai modulus kehalusan
antara 1,5 - 3,8. Apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus
masuk salah satu daerah susunan butir menurut zone 1, 2, 3 atau 4 dan harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Sisa di atas ayakan 4,8 mm, maksimal 2 % dari berat

4
Laporan Praktikum Perencanaan Perkerasan Jalan 2017

b) Sisa di atas ayakan 1,2 mm, maksimal 10 % dari berat


c) Sisa di atas ayakan 0,30 mm, maksimal 15 % dari berat
Menurut ASTM C33-86, Agregat halus harus mempunyai susunan besar
butir dalam batas-batas pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 1.2 Syarat Gradasi Agregat Halus Menurut ASTM

Ukuran Lubang Ayakan (mm) Prosentase Lolos Komulatif (%)


9,5 100
4,75 95 100
2,36 80 100
1,18 50 85
0,60 25 60
0,30 10 30
0,15 2 10
Sumber: ASTM

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dari percobaan Analisa Saringan Agregat Halus adalah sebagai
pemeriksaan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dengan
menggunakan saringan.
Tujuan dari percobaan Analisa Saringan Agregat Halus adalah untuk
memperoleh besaran/jumlah presentase butiran agregat halus. Sehingga distribusi
yang diperoleh dapat ditampilkan dalam tabel serta grafik.

C. Benda Uji
Benda uji yang digunakan dalam percobaan Analisa Saringan Agregat Halus
adalah Abu Batu.
D. Peralatan
1. Seperangkat Saringan dengan besaran saringan no : ; ; 3/8; 4; 8; 16; 30;
50; 200; dan pan;
2. Sekop;
3. Electrical Sieve Shaker (mesin pengguncang elektrik);
4. Drying oven dengan suhu 105o C;
5. Cawan;
6. Dessicator;
7. Timbangan Elektrik.

5
Laporan Praktikum Perencanaan Perkerasan Jalan 2017

E. Cara Pengujian
1. Mengambil benda uji abu batu sebanyak 500 gram;
2. Memindahkan benda uji abu batu kedalam cawan yang telah disiapkan,
kemudian memasukkan benda uji abu batu kedalam Drying Oven selama
24jam dengan suhu 105o C;
3. Mengeluarkan benda uji abu batu dan mendiamkan hingga beratnya tetap;
4. Menimbang benda uji abu batu tersebut;
5. Kemudian menyusun saringan berdasarkan urutan nomor ; ; 3/8; 4; 8; 16;
30; 50; 200; dan pan;
6. Memasukkan benda uji kedalam saringan yang telah tersusun, kemudian
mengayak benda uji yang telah dimasukkan dalam saringan dengan Electrical
Sieve Shaker (mesin pengguncang elektrik) selama 15 menit;
7. Menimbang berat benda uji abu batu yang tertahan pada masing masing
saringan

F. Data Pengamatan dan Perhitungan


1. Data Pengamatan
Tabel 1.3 Data Pengamatan (Terlampir)
2. Perhitungan
Abu Batu = 500 gram
a. Perhitungan Komulatif Berat Tertahan
Sieve No :
1 = 0 gram
= 0 gram
= 0 gram
3
/8 = 0 gram
4 = 0 gram
8 =0 +1 =1 gram
16 =1 + 147 = 148 gram
30 = 148 + 135 = 283 gram
50 = 283 + 77 = 360 gram
200 = 360 + 130 = 490 gram
Pan = 490 + 10 = 500 gram
b. Perhitungan Komulatif % Tertahan

Komulatif tertahan
Komulatif % tertahan=
( Berat Sample ) x 100 %

1 = ( 5000 ) x 100 =0 %

6
Laporan Praktikum Perencanaan Perkerasan Jalan 2017

= ( 5000 ) x 100 =0 %

= ( 5000 ) x 100 =0 %

3
/8 = ( 5000 ) x 100 =0 %

4 = ( 5000 ) x 100 =0 %

8 = ( 5001 ) x 100 = 0,2 %

16 = ( 148
500 )
x 100
= 29,6 %

30 = ( 283
500 )
x 100
= 56,6 %

50 = ( 360
500 )
x 100
= 72 %

200 = ( 490
500 )
x 100
= 98 %

Pan = ( 500
500 )
x 100
= 100 %

c. Perhitungan Komulatif % Lolos


Komulatif % Lolos=100 %-% berat tertahan

1 = 100%
= 100% - 0% = 100 %
= 100% - 0% = 100 %
3
/8 = 100% - 0% = 100 %
4 = 100% - 0% = 100 %

7
Laporan Praktikum Perencanaan Perkerasan Jalan 2017

8 = 100% - 0,2% = 99,8 %


16 = 100% - 29,6 % = 70,4 %
30 = 100% - 56,6 % = 43,4 %
50 = 100% - 72 % = 28 %
200 = 100% - 98 % =2 %
Pan = 100% - 100 % =0 %
d. Perhitungan FM (Finnes Modulus)

FM ( Finnes Modulus ) =
% Berat Tertahan
100

0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0,2 + 29,6 + 56,6 + 72 + 98


FM = 100

= 2,564

G. Gambar Alat dan Gambar Kerja


1. Gambar Alat
Tabel 1.4 Gambar Alat (Terlampir)
2. Gambar Kerja
Tabel 1.5 Gambar Kerja (Terlampir)

H. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan Analisa Saringan Agregat Halus didapat (Finnes
Modulus) Abu Batu = 2,564
Benda Uji FM SNI Keterangan

Abu Batu 2,564 1,50 - 3,8 Sesuai SNI


2. Saran
a. Praktikan harus teliti pada saat menimbang setiap saringan yang
digunakan.
b. Menyusun saringan dengan benar sesuai dengan urutannya.

8
Laporan Praktikum Perencanaan Perkerasan Jalan 2017

You might also like