Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 3
BAB II TATA CARA PENYUSUNAN RIP .................................................................................................... 11
2.1. Tahapan / Prosedur Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan ............................................... 11
2.2. Penyusunan Dokumen Studi Rencana Induk Pelabuhan ...................................................... 16
2.3. Sistematika PenulisanStudi Rencana Induk Pelabuhan ........................................................ 29
BAB III PROSEDUR PENETAPAN RIP ...................................................................................................... 38
BAB IV PERHITUNGAN KEBUTUHAN FASILITAS DARATAN DAN PERAIRAN .......................................... 45
BAB V PENUTUP .................................................................................................................................... 48
LAMPIRAN ................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
10. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, atau badan hukum Indonesia yang khusus
didirikan untuk pelayaran.
17. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara termasuk ruang didalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup dan
melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
18. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
21. Trafik adalah arus lalu-lintas moda angkutan darat dan laut
termasuk pergerakan muatannya di kawasan pelabuhan.
SURAT PENGAJUAN
PENYUSUNAN RENCANA INDUK
UPP / KSOP / OP
usulan akan
ditampung dan DIREKTUR JENDERAL
diajukan kembali pada PERHUBUNGAN LAUT
tahun anggaran
selanjutnya
KRITERIA EVALUASI :
1. KETERSEDIAAN
PENGUSULAN PROGRAM
ANGGARAN
TIDAK 2. BELUM ADANYA
DIREKTORAT PELABUHAN STUDI
DAN PENGERUKAN
3. HIERARKI
4. KEADAAN KAHAR
SURAT PEMBERITAHUAN
PENYUSUNAN RENCANA INDUK YA
Kepada KUPP / KSOP / OP / PEMDA /
INSTANSI TERKAIT LAINNYA
PROSES KONTRAK
PENYUSUNAN KONSULTAN
LAPORAN DOKUMEN
PENDAHULUAN
SURVEY LOKASI
PRESENTASI KONSULTAN
SOSIALISASI AWAL
LAPORAN DOKUMEN /DISKUSI/FGD
ANTARA OP/KSOP/UPP/PEMDA/
PRESENTASI KONSULTAN PEMERINTAH PUSAT
INSTANSI TERKAIT
LAPORAN DOKUMEN
SEMI RAMPUNG
PRESENTASI KONSULTAN
LAPORAN DOKUMEN
RAMPUNG
Gambar 2. 1 Skema Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Umum melalui dana APBN
DIREKTUR JENDERAL
PERHUBUNGAN LAUT
Cq. DIREKTUR PELABUHAN
DAN PENGERUKAN
KRITERIA EVALUASI :
EVALUASI 1. ADA/TIDAK DALAM
RIPN/TKN
TIDAK DIREKTORAT PELABUHAN 2. HIERARKI DALAM
DAN PENGERUKAN RIPN/TKN
3. ADA/TIDAK STUDI RIP
DALAM 5 TAHUN
SURAT PEMBERITAHUAN YA TERAKHIR
4. KEADAAN KAHAR
Kepada Pemerintah Daerah /
Instansi Terkait PROSES
PENYUSUNAN
LAPORAN DOKUMEN
PENDAHULUAN
SURVEY LOKASI
PRESENTASI KONSULTAN
Gambar 2. 2 Skema Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Umum melalui dana non APBN
RENCANA
02
PENGEMBANGAN
ANALISIS ditujukan untuk
menyusun pentahapan
ditujukan untuk
03 pengembangan dan 04
menghasilkan besaran penzonasian baik
kebutuhan pengembangan daratan maupun
di wilayah daratan dan perairan
perairan
Gambar 2. 3 Tahapan dalam Penyusunan Studi RIP
e. Karakteristik Laut
Mendapatkan informasi mengenai karakteristik wilayah perairan.
Contoh form wawancara/kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1
a. Survey Topografi
Pengukuran Topografi seluas 10,0 Ha (atau disesuaikan dengan
kondisi pelabuhan) dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana
pelabuhan serta bertujuan untuk mendapatkan peta situasi
wilayah daratan pada lokasi rencana pembangunan pelabuhan.
Topografi mencakup batas-batas luar wilayah pelabuhan dan
pemetaan terhadap fasilitas-fasilitas eksisting di dalam wilayah
pelabuhan.
b. Survey Bathimetri
Pengukuran Bathimetri seluas 30,0 Ha (atau disesuaikan dengan
kondisi pelabuhan) dilakukan pada lokasi dan sekitar pelabuhan
dan bertujuan untuk mendapatkan peta situasi wilayah perairan
pada lokasi rencana pembangunan pelabuhan. Survey bathimetri
mencakup kerapatan, kedalaman yang diukur sampai batas dari
alur pelayaran masuk.
c. Survey Hidrooseanografi
1) Pengamatan pasang surut
a) Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah
untuk menentukan kedudukan air tertinggi, duduk tengah
dan air terendah yang dicapai maupun kedudukan LWS;
b) Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan
minimum selama 15 hari terus menerus menggunakan alat
pencatat otomatis.
2) Pengukuran Arus
Pengalaman kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada
2 (dua) lokasi;
a. Analisis Teknis
1) Kajian hidro-oseanografi dalam pembuatan dan penetapan
arah arus dan gelombang di lokasi rencana pelabuhan untuk
2 Fasilitas Penunjang
a. Kantor m2 20 x 20 90% APBD
Kunjungan Kapal
Total Kunjungan
Tahun Kapal Barang Kapal Penumpang Kapal Peti Kemas
Kapal
(kali) (GT) (kali) (GT) (kali) (GT) (kali) (GT)
1999 24 35.677 51 768.553 - - 75 804.230
2000 18 18.355 45 609.042 - - 63 627.397
2001 19 12.672 64 932.840 8 23.318 91 968.830
2002 * 13 8.713 56 817.420 14 41.918 83 868.051
YA
PERBAIKAN
YA
PENETAPAN
MENTERI PERHUBUNGAN
PUBLIKASI
DISAMPAIKAN KEPADA PENYELENGGARA
PELABUHAN
WEBSITE KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
PERBAIKAN
EVALUASI PERMOHONAN
PENETAPAN RENCANA
TIDAK
INDUK PELABUHAN
PEMERINTAH PROVINSI
YA
PENETAPAN
GUBERNUR
DISAMPAIKAN KEPADA
PENYELENGGARA PELABUHAN
DISAMPAIKAN KEPADA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Cq. DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
BUPATI / WALIKOTA
PERBAIKAN
EVALUASI PERMOHONAN
TIDAK PENETAPAN RENCANA
INDUK PELABUHAN
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
YA
PENETAPAN
BUPATI/WALIKOTA
DISAMPAIKAN KEPADA
PENYELENGGARA PELABUHAN
DISAMPAIKAN KEPADA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Cq. DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DAN GUBERNUR
A. Fasilitas Daratan
1. Panjang Dermaga
Keterangan
n : jumlah tambatan
L : panjang dermaga yang terdiri dari n tambatan
Keterangan:
2
A : luas gudang (m )
T : Throughput per tahun (muatan yang lewat tiap tahun, ton)
TrT : transit time/dwelling time (waktu transit, hari)
Sf : Strorage factor (rata-rata volume untuk setiap satuan berat komoditi, m3/ton;
misalkan tip 1 m3 muatan mempunyai berat 1,5 ton; berarti Sf =
1/1,5=0,6667)
Sth : Stacking height (tinggi tumpukan muatan, m)
BS : Broken Sewage of Cargo (volume ruang yang hilang diantara tumpukan
muatan dan ruangan yang diperlukan untuk lalu lintas alat pengangkut seperti
fortklift atau peralatan lain untuk menyortir, menumpuk dan memindahkan
muatan, %)
365 : Jumlah hari dalam satu tahun
B. Fasilitas Perairan
1. Areal tempat berlabuh.
Areal tempat berlabuh dihitung untuk masing-masing jenis kapal dan kegiatan
yang dilayani di pelabuhan. Perhitungan kebutuhan area labuh akan
tergantung pada dimensi kapal yang direncanakan, estimasi rata-rata jumlah
kapal yang menunggu di area labuh, dan ketersediaan lahan perairan untuk
lokasi labuh kapal. Estimasi jumlah kapal yang menunggu dapat dihitung
dengan menggunakan pendekatan metode antrian, model simulasi, dan lain-
lain.
AREAL R = L + 6D + 30 METER
TEMPAT R : Jari-jari areal untuk labuh per kapal
BERLABUH L : Panjang kapal yang berlabuh
D : Kedalaman air
Luas areal berlabuh = jumlah kapal x x R2
2. Areal alih muat kapal (masuk rumus)
Areal alih muat kapal harus dihitung untuk pelabuhan yang membutuhkan
kegiatan alih muat antar kapal dan memiliki perairan yang memungkinkan
kegiatan alih muat antar kapal. Kebutuhan ruang alih muat kapal dihitung
dengan menggunakan rumus :
AREAL R = L + 6D + 30 METER
ALIH MUAT R : Jari-jari areal untuk labuh per kapal
KAPAL L : Panjang kapal yang berlabuh
D : Kedalaman air
Luas areal Alih Muat Kapal = jumlah kapal x
x R2
6. Alur Pelayaran.
AREAL ALUR A = WxL
PELAYARAN DARI W = 9B + 30 Meter
DAN KE PELABUHAN A : Luas areal laut
W : Lebar alur
L : Panjang alur (draft kapal d > 1,1D)
Full draft kapal
B : Lebar kapal maksimum
AREAL R = L + 6D + 30 METER
PINDAH LABUH R : Jari-jari areal untuk pindah labuh
KAPAL L : kapal
D : Panjang kapal maksimum
Kedalaman air
Luas areal Pindah Labuh kapal = jumlah
kapal x A
AREAL
PERCOBAAN Faktor yang perlu diperhatikan adalah
BERLAYAR ukuran kapal rencana
di
JAKARTA
..
Tembusan: Pangkat (Gol)
Sekretaris Direktorat Jenderal NIP.
Perhubungan Laut.
Tembusan: ..
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut Pangkat (Gol)
Kementerian Perhubungan; NIP.
2. Direktur Pelabuhan dan Pengerukan,
Ditjen Hubla.
GUBERNUR/WALIKOTA/BUPATI
Tembusan: ..
1. Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan;
2. Direktur Pelabuhan dan Pengerukan,
Ditjen Hubla;
3. Kepala Kantor (Otoritas
Pelabuhan/Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan/Unit Penyelenggara
Pelabuhan.
WALIKOTA/BUPATI
..
Tembusan:
1. Menteri Perhubungan RI;
2. Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
Kementerian Perhubungan;
3. Direktur Pelabuhan dan Pengerukan,
Ditjen Hubla;
4. Kepala Kantor (Otoritas
Pelabuhan/Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan/Unit Penyelenggara
Pelabuhan.