You are on page 1of 43

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGEN

A. PENGERTIAN
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas O 2 lebih dari 21% pada tekanan atmosfer sehingga
konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
(http://athearobiansyah.blogspot.com)
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel sel tubuh. Secara normal elemen tersebut
diperoleh dngan cara menghirup oksigen setiap kali bernapas. Penympaian O2 kejaringan tubuh
ditentukan oleh system respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hemaatologi. Dalam keadaan
biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap
menit.
Respirasi berperan dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga diperlukan
fungsi respirasi yang adekuat. Agar sel melakukan metabolisme untuk menghasilkan energi, sel
memerlukan suplai oksigen dan nutrisi yang cukup pada tubuh. Nutrisi diperoleh dari asupan
(intake) makanan dan cairan.
Proses respirasi adalah proses keluar masuknya udara ke paru paru dan terjadi pertukaran gas.
(Tarwoto & Wartonah,hal 9)
Respirasi juga berarti gabungan aktivitas mekanisma yang berperan dalam proses suplai O 2 ke
seluruh tubuh dan pembuangan CO2 ( hasil pembakaran sel).
(Iman Somantri, hal 1)
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung kebutuhan.
Factor factor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen yaitu:
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada anemia.
b. Menurunya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran pernapasan
bagian atas.
c. Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun yang nengakibatkan terganggunya O2.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dll.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosclerosis,
elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk
menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet tinggi lemak menimbullkan
arteriosclerosis.
b. Exercise : akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin dapat menyababkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
d. Substance abuse (obat-obatan dan alcohol): menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun
mengakibatkan hemoglobin menurun, alcohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut.

B. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGEN


1) Untuk mempertahkan oksigen yang adekuat pada jaringan.
2) Untuk menurunkan kerja jantung.
3) Untuk menurunkan kerja paru-paru.

C. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN


1) Saluran Pernapasan Bagian Atas
a. Hidung
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Terdiri dari bagian internal
dan eksternal. Bagian internal merupakan bagian rongga yang berlorong yang dipisahkan
menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi ventrikel yang sempit, yang disebut septum.
Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar
terhadap benda asing yang masuk.
Permukaan hidung (mukosa) terdapat epitel bersislia yang mengandung sel goblet. Sebagai sel
yang mengeluarkan lender sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam
saluran pernapasan.
Hidung berfungsi sebagai saluran utnuk udara mengalir ked an dari paru-paru. Dan juga
berfungsi sebagai jalan napas, pengatur kelembapan udara (humidifikasi), pengatur suhu,
pelindung dan penyaring udara, indra penciuman, dan resonator suara. Reseptor bau terletak
pada cribiform palte, di dalamnya terdapat ujung saraf cranial I (Nervus Olfactorius).
b. Sinus Paranasalis
Meruoakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Sinus paranasalis termasuk empat pasang
rongga bertualng yang dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar bertingkat semu bersilia.
Yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxilaris (sesuai dengan
letaknya). Sinus sebagai tempat umum terjadinya infeksi.
Fungsi sinus:
1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi.
2. Meringankan berat tulang tengkorak.
3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.
c. Faring
Merupakan pipa berotot berbentuk cerobong ( 13 cm) yang letaknya bermula dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago)
krikoid. Penghubung hidung dan rongga mulut ke laring.
Faring dibagi menajdi 3 berdasarkan letaknya:
1. nasofaring (belakanng hidung).
2. Orofaring (belakang mulut)
3. Laringofarinng (belakang laring).
d. Laring
Atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea.
Fungsi utama laring yaitu untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Yaitu pembentukan suara,
sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi prosesterjadinya
batuk.
Terdiri atas:
1. Epiglotis
Daun katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan.
2. Glotis
Lubang antara pita suara dan laring.

3. Kartilago Tiroid
Kartialgo terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Addam's aple).
4. Kartilago krikoid
Cincin kartilago yang utuh di laring (terletsk di bawah kartilago tiroid).
5. Kartilago Aritenoid
Digunakan pada pergerakan pita suara dan kartilago tiroid.
6. Pita suara
Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan suara dan melekat pada lumen
laring.

e. Trakhea

Disebut juga kantong tenggorok yang merupakan perpanjangan dari alring pada ketinggian
tulang vertebrae terokal ke-7 yang bercaabang menjadi dua bronkus.
Ujung cabang trakea disebut carina. Trakea bersifat sangat fleksibel, berotot, dengan pnjang 12
cm dengan cincin membentuk huruf C.

2) Saluran Pernapasan Bagian Bawah


a. Bronkhus
Terbagi menjadi bagian kanan dan kiri. Yaitu bronchus lobaris kanan ( 3 lobus) dan bronchus
lobaris kiri ( 2 lobus). Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar, dan cenderung lebih vertical
daripada yang kiri. Sehingga benda asing lebih mudah masuk ke dalam cabang sebelah kanan
daripada cabang bronchus sebelah kiri.
Bronchus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkhus segmental dan bronchus lobaris kiri terbagi
menjadi 9 bronkhus segmental. Segmen ini kemudian terbagi lagi menjadi subsegmen yang
dikelillingi jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik, dan saraf.
b. Bronkhiolus
Segmen bronkus bercabang menjadi bronkiolus yang mengandung kelenjar submukosa yang
memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian jalan napas.
c. Bronkhiolus Terminalis
Membentuk percabangan yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.
d. Bronkhiolus Respiratory
Yang kemudian akan menjadi bronkiolus respiratory yang dianggap sebagai saluran transisional
antara jalan napas konduksi dan jalan napas pertukaran gas.
e. Duktus Alveolar dan Sakus Alveolar
Bronchus respiratory kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar. Yang
kemudian menjadi alveoli.
f. Alveoli
Sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2. terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu akan
membentuk satu lembar dengan luas 70 m.

Terbagi atas 3 tipe:


1) Sel sel alveolar tipe I: adalh sel epitel pembentuk dinding.
2) Sel sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan.
3) Sel sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel sel fagositosis.
g. Paru paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam ronggga dada. Kedua paru
dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.
Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh
fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus tersebut kemudian
terbagi menjadi beberapa segmen.
h. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastic. Terbagi menjadi:
1. Pleura parietalis yaitu yang melapisi ronggga dada.
2. Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru.
Di antara pleura tersebut ada bagian rongga yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
memudahkan kedua permukaan bergerak selama pernapasan san mencegah pemisahan toraks
dengan paru paru.
Tekanan dalam pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer yang bertujuan untuk mencegah kolaps
paru.
Factor factor yang mempengaruhi pernapasan bisa berlangsung normal, yaitu:
1. Suplai oksigen yang adekuat
Tempat tinggi tidak mengubah komposisi udara, tapi menyebabkan tekanan O 2 menurun. Reaksi
awal yang timbul berupa tanda dan gejala yang sama terlilhat pada setiap orang yang kekurangan
okskigen. Tandanya berupa: nyeri kepala, sesak, lemah, mual, berkeringat, palppitasi,
penglihatan kabur, pendengaran berkurang, dan mengantuk pada kondisi hipoksia bera.
Oksigenasi dipengaruhi oleh:
a. Peningkatan ventilasi alveolus.
b. Penyesuaian komposisi asam basa darah dan cairan tubuh lain.
c. Peningkatan kapasitas pengangkutan O2 dan peningkatan curah jantung.
2. Saluran udara yang utuh
Pernapasan bisa terganggu / tidak karena faaktor penghambat pada saluran pernapasan (seperti
adanya obstruksi).
3. Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal.
Gangguannya bisa disebabkan oleh fraktur iga atau luka tembus pada dada.
4. Adanya alveoli dan kapiler yang bersama- sama berfungsi membentuk unit pernapasan
terminal dalam jumlah yang cukup.
5. Jumlah hemoglobin yang adekuat untuk membawa O2 pada sel tubuh.
6. Suatu system sirkulasi yang utuh dan pompa jantung efekif.
7. Berfungsinya pusat pernapasan.

D. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


Bernapas / pernapasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan lingkungannya
dimana O2 yang dihirup dan CO2 yang dibuang.
Pernapasan ini terjadi secara otomatis walau dapalm keadaan tertidur sekalipun karena pengaruh
susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya, pernapasan terdiri dari:
1. Pernapasan Luar
Adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler.
2. Pernapasan Dalam
Adalah pernapaasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel sel tubuh.

E. PROSES RESPIRASI EKSTERNAL


1) Ventilasi
Dimulai dari proses inspirasi dimana udara bergerak dari udara luar ke dalam trakea, bronchus,
bronkhiolus, dan alveoli. Selama ekspirasi, gas yang terdapat dalam alveolus. Prosesnya sama
seperti inspirasi dengan alur balik.
Faktor yang mempengaruhi keluar masuknya udara paru paru :
a. Perbedaan tekanan udara
Udara mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Saat inspirasi,
pergerakan diafragma dan otot bantu pernapasan lain memperluas rongga dada, sehingga
menurunkan terkanan dalam rongga dada sampai di bawah tekanan atmosfer. Yang akan
menyebabkan udara tertarik melalui trakea dan bronchus lalu masuk hingga masuk ke dalam
alveoli. Sedangkan saat ekspirasi sebaliknya, diafragma relaksasi dan paru paru mengempis,
sehingga terjadi penurunan luas riongga dada. Tekanan alveoli melebihi tekanan atmosferm,
sehingga udara terdesak keluar dari paru paru menuju ke atmosfer.
b. Resistensi jalan udara
Peningkatan tekanan cabang bronchus dan adanya benda asing dalam saluran napas akan
menyebabkan udara terhambat masuk ke dalam alveolus.
c. Komplian paru paru
Adalah kemampuan paru paru untuk mengembang dan mengempis.
2) Difusi
Gas gas melintasi membrane antara alveolar kapiler yang tipis (< 0,5 mmHg) akibat selilsih
tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan O 2 dalam atmosfer sama denagn tekanan laut
( 149 mmHg).
Saat inspirasi tekanan parsial ini mengalami penurunan 103 mmHg sebagai akibat dari udara
yang tercampur dengan ruangn rugi anatomis pada saluran udara dengan uap air.
Factor faktor yang menyebabkan kecepatan difusi gas melalui membrane paru paru adalah:
a. Semakin besar perbedaan tekanan pada membrane maka semakin cepat kecepatan difusi.
b. Semakin besar area membrane paru paru, semakin besar kuantitas gas yang dapat berdifusi
melewati membrane dalam waktu tertentu.
c. Semakin tipis membrane semakin cepat difusi gas melalui membrane tersebut ke bagian yang
berlawanan.
d. Koefisien difusi secara langsungn berbanding lurus terhadap kemampuan terlarut suatu gas
dalam cairan paru paru dan berbanding terbalik terhadap ukuran molekul.
Nilai koefisien difusi O2 = 1, nitrogen = 0,53, dan CO2 = 20,3. Perbandingan tersebut
menggamvarkan bahwa CO2 paling mudah larut dan N2 paling kurang dapat larut.
3) Transportasi
Meliputi :
a. Transpor oksigen dalam darah
Pengangkutan O2 ke jaringan tertentu tergantung pada:
Jumlah oksigen yang masuk paru paru.
Pertukaran gas yang cukup.
Aliran darah ke jaringan.
Kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
Dinamika reaksi Hb dengan O2 sangat memudahkan pengangkutan O2. Hb adalah protein yang
tersusun dari empat subunit, masing masing mengandung heme yang terikat pada rantai
polipeptida.
Oksigen disalurkan dari paru-paru ke jaringan melalui dua cara yaitu secara fisik larut dalam
plasma atau secara kimia berikatan dengan Hb tingkat jaringan disebut Heomoglobin tereduksi.
Yang berwarna ungu dan menyebabkan warna biru pada daerah vena (vena superficial).
b. Transport karbondioksida dalam darah
Dilakukan dengan 3 cara yaitu:
10% secara fisik larut dalam plasma.
20% berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah merah. Hb yang beikatan
dengan CO2 disebut karbominohemoglobin.
70% ditranspor sebagai bikarbonat plasma.
Keseimbangan asam basa sangat dipengaruhi oleh fungsi paru paru serta homeostasis
karbondioksida.
Untuk menyeimbangkan asam basa dalam tubuh, terdapat dua fase yang berhubungan yaitu:
a. Asidosis disebut sebagai hiperventilasi.
Sekresi ion hydrogen tubulus harus cukup ditingkatkan untuk mengabsorpsi bikarbonat dan bisa
menambah jumlah bikarbonat dalam darah.
Rangsangan paling penting utnuk meningkatkan sekresi ion hydrogen oleh tubulus dalam
keadaan asidosis:
Peningkatan PCO2 cairan ekstraseluler.
Peningkatan konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraselular (penurunan pH).
Penurunan pH yang terjadi karena peningkatan PCO2 disebut sebagai asidosis respiratorik. Atau
disebut juga sebagai kegagalan system pernapasan dalam membuang CO 2 dari cairan tubuh.
Kerusakan pernapasan, peningkatan PCO2 arteri di atas 45 mmHg denngan penurunan pH <
7,35.
Penyebabnya: penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas pusat
pernapasan (trauma kepala, perdarahan, narkotik, dll).
b. Alkalosis disebut sebagai hipoventilasi.
Pengurangan sekresi ion hydrogen oleh tubulus sampai sangat rendah hinngga tidak terjadi
reabsorpsi bikarbonat lengkap, yang membuat ginjal mampu meningkatkan ekskresi bikarbonat.
Ketidakseimbangan asam basa alkalosis disebut sebagai alkalosis respiratorik. Yang disebabkan
akibat kehilanngan CO2 dari paru paru pada kecepatan yang lebih tinggi dari produksinya
jaringan. Hal ini meninbulkan PCO2 arteri < 35 mmHg, pH >7,45.
Penyebabnya: hiperventilasi alveolar, anxietas, demam, meningitis, keracunan aspirin,
pneumonia, dan emboli paru.
F. REFLEKS PERNAPASAN
1. Reflex Batuk (Cough)
Dimulai ketika terangsangnya bagian peka saluran pernapasan seperti laring, trachea, dan
bronchus. Rangsang ditangkap oleh sensor taktil dan kemoreseptor aferen melallui nervus Vagus
menuju medulla oblongata (pusat pernapasan), misalnya benda asin. Kemudian pusat pernapasan
memerintahkan untuk melakukan reflex batuk agar benda itu keluar. Tubuh merespon dengan
menginspirasi udara ke paru paru, menutupnya glottis oleh epiglottis, menutup pita suara agar
udara inspirasi tertahan di apru paru. Sehingga terjadi tekanan pada alveolus yang
menyebabkan otot otot abdomen dan interkostalis interna berkontraksi dan terjadi ekspirasi
mendadak. Ekspirasi kuat membuat epiglotis dan pita suara terbuka sehingga udara dengan
cepat lewat bronchus dan trachea sehingga benda asing itu keluar.
2. Reflex Bersin (Sneeze)
Berbalik dengan reflex batuk, rangsang ditangkap oleh reseptor taktil hidung diteruskan Nervus
Trigeminus dan dilanjutkan ke pusat pernapasan di medulla oblongata.
Reflex ini bermanfaat utnuk mengeluarkan benda asing dari rongga hidung atau saluran napas
bawah.

G. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN

1.

2. Tahap Perkembangan

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru paru yang sebelumnya berisi cairan
menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan napas yang pendek. Bentuk dada
bulat pada waktu bayi dan masa kanak kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang
dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thoraks diasumsikan
berbentuk oval. Sampai lanjut usia akan terjadi perubahan pada thoraks dan pola napas.

2.

3. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin, dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin
rendah PaO2, sehingga semakin sedikit oksigen yang dapat dihirup individu. Sebagai respon
panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit.

3. Gaya Hidup

Aktivitas dan latihan fisik meningkatkan laju, kedalaman pernapasan dan denyut jantung.

4. Status Kesehatan

Orang yang sehat system kardiovaskuler dan pernapsan dapat menyediakan oksigen yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

5. Narkotika

Seperti morfin dapat menurunkan laju dan kedalaman pernapasan ketika depresi pusat
pernapasan di medulla. Sehingga bila memberikan obat-obatan narkotik analgetik perawat harus
memantau laju dan kedalaman pernapasan.

6. Perubahan / Gangguan pada Fungsi Pernapasan

Kondisi yang berpengaruh pada pernapasan :


a. Pergerakan udara ke luar atau ke dalam paru paru.
b. Difusi O2 dan Co2 antara alveoli dan kapiler paru.
c. Transport O dan O2 dari dank e sel jaringan melallui darah.

7. Perubahan Pola Napas.


Pernapasan normal dilakukan tanpa usaha. Bernapas yang sulit disebut dypsnoe (sesak napas).
Kadang kadang terdapat pernapasan cuping hidung. Orthopnoe yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan erdiri seperti pada penderita asma.

8. Obstruksi Jalan Napas

Obstruksi lengkap atau sebagian dapat terjadi sepanjang salluran pernapasan di sebelah atas atau
bawah.
Obstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi
(inspirasi).

H. MEKANISME PERNAPASAN

1. Pernapasan Dada

Yaitu pernapasan yang melibatkan otot antara tulang rusuk. Mekanismenya berupa:
a. Fase inspirasi berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan rongga dada kecil daripada tekanan di luarnya sehingga udara luar
yang kaya oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi sebagi fase relaksasi otot antar tulang rusuk ke posisi semula sehingga
rongga dada mengecil. Tekanan rongga dada besar dan udara di dalamnya yang kaya CO2 keluar.

2. Pernapasan Perut

Yaitu pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktivitas otot otot diafragma yang membatasi
rongga perut dan rongga dada. Mekanismenya:
a. Fase inspirasi, dimana otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,
akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
b. Fase ekspirasi, dimana terjadi relaksasi otot diafragma (kembali ke posisi semula,
mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebihy besar, akibatnya
udara keluar dari paru paru.
I. PERUBAHAN FUNGSI PERNAPASAN

1. Hiperventilasi

Merupakan upaya tubuh meningkatkan jumlah O2 dari paru paru, agar pernapasan lebih cepat
dan dalam. Hal ini disebabkan oleh:
a. Kecemasan
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat obatan.
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti asidosis metabolic.
Tanda dan gejala berupa: napas pendek, nyeri dada, menurunnyakonsentrasi, disorientasi, dan
tinnitus.

2. Hipoventilasi

Terjadi ketika ventilasi slveolar tidak adekuat memenuhi penggunaan O 2 untuk mengeluarkan
CO2 dengan cukup. Seperti apda atelektaksis (kolaps paru).
Tanda dan gejala berupa: nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdisritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejanng, dan kardiak arrest.

3. Hipoksia

Yaitu suatu kondisi ketidakcukupan O2 di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan.
Disebabkan olleh:
a. Menurunnya Hb.
b. Berkurangnya konsentrasi oksigen jika di pegunungan.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen seperti pada keracunan.
d. Menurunnya difusi O2 seperti pada pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan, seperti syok.
f. Kerusakan/ gangguan ventilasi.
Tanda hipoksia : kelelahan, kecemasan, menurunnya konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan
cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan clubbing.
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAPASAN.

1. Metode Morfologis

a. Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar X
sehingga memberi bayangan yang sangat memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara
bayangan yang lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat member kesan warna
lebih putih dari bagian berbentuk udara.
b. Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan cabang utamanya.
Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma bronkogenik, atau untuk membuang benda
asing. Setelah tindakan ini pasien tidak bolelh makan atau minum selama 2 -3 jam sampai
tikmbul reflex muntah. Jika tidak, pasien mungki9n akan mengalami aspirasi ke dalam cabanga
trakeobronkeal.
c. Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru paru terutama berkaitan dengan penyakit paru yang bersifat menyebar
yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan.
Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme penyebab penyakit berbagai pneumonia,
bacterial, tuberkulosa, serta jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu
proses diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum adalah pagi hari
bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus cenderung berkumpul waktu tidur.

2. Metode Fisiologis

Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:


a. Volume Alun Napas (Tidal Volume TV)
Yaitu volume udara yang keluar masuk paru pada keadaan istirahat (500ml).
b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume IRV)
Yaitu volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi
secara biasa. L = 3300 ml, P = 1900 ml.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume ERV)
Yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui kontraksi otot ekspirasi
setelah ekspirasi biasa. L = 1000 ml, P = 700 ml.
d. Volume Residu (Residu Volume RV)
Yaitu udara yang masih tersisa dlam paru setelah ekpsirasi maksimal. L = 1200 ml, P = 1100
ml.
Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumnlahan dua jenis volume atau lebih dalam satu
kesatuan.
e. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity IC)
Yaitu jumlah udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC = IRV
+ TV)
f. Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity FRC)
Yaitu jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV)
g. Kapasitas Vital (Vital Capacity VC)
Yaitu volume udara maksimal yang dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan
yaitu setelah inspirasi dan ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV)
h. Kapasitas Paru paru Total (Total Lung Capacity TLC)
Yaitu jumalh udara maksimal yang masih ada di paru paru (TLC = VC + RV). L = 6000 ml, P
= 4200 ml.
i. Ruang Rugi (Anatomical Dead Space)
Yaitu area disepanjang saluran napas yangvtidak terlibat proses pertukaran gas (150 ml). L =
500 ml.
j. Frekuensi napas (f)
Yaitu jumalh pernapsan yang dilakukan permenit (15 x/menit).
Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun bila seseorang berbaring dan meningkat
saat berdiri. Menurun karena isi perut menekan ke atas atau ke diafragma, sedangkan volume
udara paru menungkat sehingga ruangan yang diisi udara berkurang.
k. Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses ABGs)
Sampel darah yang digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

I. KONSEP KEBUTUHAN

1. PENGERTIAN

Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh
dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas. Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau
hasil pengambilan oksigen.
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi.
Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah
sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa metode
pemberian oksigen:

1. Low flow oxygen system

Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya sistem ini lebih
nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola pernafasan pasien.

2. High flow oxygen system

Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan dengan konsisten,
teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan pasien.
2. NILAI-NILAI NORMAL

Parameter Nilai normal

Tidal Volume (TV) 500 cc


Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml
Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) 1100 ml
Volume Residu 1200 ml
Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml
Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2300 ml
Kapasitas Vital 4600 ml
Kapasitas Total Paru 1.

3. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI

Beberapa hal yang perlu dikaji oleh perawat dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi antara lain:

1. Riwayat keperawatan

1. Masalah pernafasan yang pernah dialami

Pernah mengalami perubahan pola pernafasan

Pernah mengalami batuk dengan sputum

Pernah mengalami nyeri dada

Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala gangguan pernafasan.

1. Riwayat penyakit pernafasan


Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC

Bagaimana frekuensi setiap kejadian

1. Riwayat kardiovaskuler

Pernah mengalami penyakit jantung atua peredaran darah

4. Gaya hidup

- Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.

2. Riwayat diit riwayat terhadap adanya alergi terhadap suatu makanan tertentu

3. Masalah kesehatan saat ini:

Keluhan utama: sesak nafas, batuk, nyeri dada, produksi sputum, panjang pendeknya
nafas.

Riwayat sakit saat ini: onset, durasi, lokasi, frekuensi, terapi, kualitas.

4. Pemeriksaan fisik

1. Mata: - Konjungtiva pucat ( karena anemia), konjungtiva sianosis (karena


hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli lenak atau endokarditis)

2. Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan mulut

3. Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung

4. Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan
kiri, suara nafas tidak normal.

5. Pola pernafasan: pernafasan normal ( eupneu), pernafasan cepat ( tacypnea),


pernafasan lambat ( bradypnea)
5) Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Radiografi: rontgen thoraks, bronkhoskopi, tomographi (CT-scan), endoskopi, MRI

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi antara lain:

1. Pola nafas tidak efektif b.d., kelelahan otot pernafasan, cemas, nyeri, disfungsi
neuromuskular, penurunan energi

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. spasme jalan nafas.

3. Gangguan pertukaran gas b.d. ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan membran


kapiler alveolar.

III. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif b.d. kelelahan otot pernafasan, cemas, nyeri, disfungsi
neuromuskular, penurunan energi.

NOC: Status respirasi ventilasi, dengan kriteria hasil klien:

Memiliki RR dalam batas normal

Mampu inspirasi dalam

Memiliki dada yang mengembang secara simetris

Dapat bernafas dengan mudah


Tidak menggunakan otot-otot tambahan dalam bernafas

Tidak mengalami dispnea

Tidak mengalami ortopnea

NIC: Respiratory monitoring

Monitor rata-rata, irama, kedalamn dan usaha respirasi

Perhatikan pergerakan dada, amati kesemetrisan, penggunaan oto-otot aksesoris, dan


retraksi otot supraklavikuler dan interkostal

Monitor respirasi yang berbunyi, seperti mendengkur

Monitor pola pernafasan: bradipneu, takipneu, hiperventilasi, respirasi Kussmaul,


respirasi Cheyne-Stokes, dan apneustik Biot dan pola taxic

Perhatikan lokasi trakea

Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan, dan haus udara, perhatikan


perubahan pada SaO2, SvO2, CO2 akhir-tidal, dan nilai gas darah arteri (AGD), dengan tepat

Posisikan pasien on side

Monitor kualitas dari nadi

Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. spasme jalan nafas.

NOC: Kepatenan jalan nafas, dengan kriteria hasil klien:


Tidak mengalami demam

Tidak mengalami kecemasan

Tidak tersedak

Memiliki RR dalam batas normal

Memiliki irama pernafasan yang normal

Mampu mengeluarkan sputum dari jalan nafas

Bebas dari suara nafas tambahan

NIC: Airway suctioning

o Tentukan kebutuhan suction oral dan atau trakheal

o Auskultasi suara nafas sesudah dan sebelum melakukan saksion

o Informasikan kepada klien dan keluarga tentang saksion

o Gunakan perlindungan universal

o Pasang nasal kanul selama dilakukan saksion

o Monitor status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik
(tingkat MAP [mean arterial pressure] dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah
saksion

o Perhatikan tipe dan jumlah sekresi yang dikumpulkan


3. Gangguan pertukaran gas b.d. ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan membran
kapiler alveolar

NOC: Status respirasi pertukaran gas, dengan kriteria hasil klien:

Memiliki mental status yang normal

Dapat bernafas dengan mudah

Tidak mengalami dispnea

Tidak mengalami sianosis

Tidak mengalami somnolen

Memiliki PaO2 dan PaCO2 dalam batas normal

Memiliki pH arteri dalam batas normal

Memiliki saturasi O2 dalam batas normal

Memiliki perfusi ventilasi yang seimbang

NIC: Airway management

Posisikan klien untuk memaksimalkan potensi ventilasinya.

Identifikasi kebutuhan klien akan insersi jalan nafas baik aktual maupun potensial.

Lakukan terapi fisik dada

Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi
tambahan

Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sesuai kebutuhan


DAFTAR PUSTAKA

Gordon, Marjory dkk. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2001-2002.
Philadelphia: USA
Johnson, Marlon, M.Maas, S. Moorhead. 2000. Nusing Outcomes Classification ( NOC) Second
edition. Mosby: USA.
Kozier, Barbara, G. Erb, K. Blais. 1995. Fundamental of Nursing Concept, Process and
Practice. Addison-Wesley: California
McCloskey. 1996. Nursing Intervention Classification ( NIC). Mosby: USA
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3. Salemba
Medika: Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN

A. Kebutuhan Oksigen
Kapasitas ( daya muat ) udara dalam paru-paru adalah 4500 sampai 5000 ml. Udara yang
diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10 % ( 500 ml ), yakni yang dihirup ( inspirasi ) dan
yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernafasan biasa.
Kebutuhan oksigen merupakan salah satu kebutuhan dassr pada manusia, yaitu kebutuhan
fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigenitas ditunjukan untuk menjaga kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas bagi berbagai organ
dan sel.
B. Konsep Dasar Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam sisitem ( kimia atau fiiska). Oksigen
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah CO2, energi dan air. Akan tetapi penambahkan
CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktifitas sel.
C. Organ-Organ Pernapasan
Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia. Pada proses ini terjadi pertukaran
oksigen dan karbon dioksida antara tubuh dan lingkungan.

1. Hidung
Hidung merupakan organ pernapasan yang letaknya paling luar. Manusia menghirup udara
melalui hidung. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir
yang berfungsi menyaring udara yang masuk dari debu atau benda lainnya. Di dalam rongga
hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru
tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja,
namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen
(N2). Gas-gas tersebut ikut terhirup, namun hanya oksigen saja yang dapat berikatan dengan
darah. Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat
sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas yang
beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari
rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke tenggorokan.
2. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan merupakan bagian dari organ pernapasan. Tenggorokan berupa suatu pipa yang
dimulai dari pangkal tengorokan (laring), batang tenggorokan (trakea), dan cabang batang
tenggorokan (bronkus).

Setelah melewati hidung, udara masuk menuju pangkal tenggorokan (laring) melalui faring.
Faring terletak di hulu tenggorokan dan merupakan persimpangan antara rongga mulut ke
kerongkongan dan rongga hidung ke tenggorokan. Setelah melalui laring, udara selanjutnya
menuju ke batang tenggorokan (trakea). Pada batang tenggorokan ini terdapat suatu katup
epiglotis. Katup ini bekerja dengan cara membuka jika bernapas atau berbicara dan menutup
pada saat menelan makanan. Adanya katup tersebut, udara akan masuk ke paru-paru dan
makanan akan menuju lambung. Jika makan sambil berbicara, hal tersebut dapat mengakibatkan
makanan masuk ke paru-paru dan tenggorokan. Oleh karenanya, hindarilah makan sambil
berbicara. Pada laring, di bawah epiglotis, terdapat pita suara. Ketika udara melewati pita suara,
pita suara akan bergetar dan menghasilkan suara. Hal ini terjadi ketika berbicara.
3. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Cabang batang tenggorokan (bronkus) merupakan cabang dari trakea. Bronkus terbagi menjadi
dua, yaitu yang menuju paru-paru kanan dan menuju paru-paru kiri. Bronkus bercabang lagi
menuju bronkiolus. Masing-masing cabang tersebut berakhir pada gelembung paru-paru atau
alveolus. Alveolus merupakan tempat terjadinya difusi oksigen ke dalam darah. Oleh karena itu,
dinding alveolus mengandung banyak kapiler darah.
4. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Antara rongga dada dan rongga perut terdapat suatu
pembatas yang disebut diafragma. Pembatas ini bukan sekedar pembatas, tetapi berperan juga
dalam proses pernapasan. Paru-paru terbagi menjadi paru-paru kanan dan paruparu kiri. Paru-
paru pada dasarnya merupakan cabang-cabang suatu saluran yang ujungnya bergelembung.
Gelembunggelembung tersebut disebut alveoli (tunggal: alveolus). Dalam alveoli inilah
sesungguhnya terjadi pertukaran gas-gas. Paru-paru kanan terdiri atas tiga belahan sedangkan
paru-paru kiri hanya dua belahan. Paru-paru kanan lebih besar dibandingkan yang kiri. Agar
lebih jelas, perhatikan gambar penampang sistem pernapasan manusia berikut ini.

D. Proses Pernapasan
Saat bernapas, menghirup udara melalui hidung. Udara yang dihirup mengandung oksigen dan
juga gasgas lain. Dari hidung, udara terus masuk ke tenggorokan, kemudian ke dalam paru-paru.
Akhirnya, udara akan mengalir sampai ke alveoli yang merupakan ujung dari saluran. Oksigen
yang terkandung dalam alveolus bertukar dengan karbon dioksida yang terkandung dalam darah
yang ada di pembuluh darah alveolus melalui proses difusi. Dalam darah, oksigen diikat oleh
hemoglobin. Selanjutnya darah yang telah mengandung oksigen mengalir ke seluruh tubuh.
Oksigen diperlukan untuk proses respirasi sel-sel tubuh. Gas karbon dioksida yang dihasilkan
selama proses respirasi sel tubuh akan ditukar dengan oksigen. Selanjutnya, darah mengangkut
karbon dioksida untuk dikembalikan ke alveolus paru-paru dan akan dikeluarkan ke udara
melalui hidung saat mengeluarkan napas.
Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta mengeluarkan
napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi
melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun
berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya
rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat kamu
mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada
mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Jadi, hal yang perlu
diingat, bahwa udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan
lebih kecil.
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan;
1. Vertilisasi
Proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
Proses ventilasi dipengaruhi oleh:
a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis.
Pusat pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons, dipengaruhi oleh proses vertilisasi
2. Refusi, Penyaluran oksigen oleh darah keseluruh kapiler pulmonalis
3. Difusi, Pertukaran antara oksigen dari alveoli ke kapiler paru-paru dan karbon dioksida dari
kapiler ke alveoli. Proses ini dipengaruhi oleh:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membran respirasi/ permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
4. Transportasi, Proses pendistribusian antara oksigen kapiler ke jaringan tubuh dan karbon
dioksida jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh:
a. Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan & aktivasi seperti olahraga, dan lain-lain.
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
1. Faktor Fisiologis
gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen seseorang.
Kondisi ini lambat laun dapat mempengaruhi fungsi pernafasannya.
Penurunan kapasitas angkut O2, secara fisiologis daya angkut hemoglobin untuk membawa
O2 ke jaringan adalah 97 %. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya pada penderita anemia atau pada saat terpapar zat
beracun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O2.
Penurunan konsentrasi O2 inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi
pernafasan dan penurunann kadar O2 lingkungan.
Hipovolemia, kondisi ini disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah akibat kehilangan cairan
ekstraseluler yang berlebihan ( misal pada penderita syok atau dehidrasi berat ).
Peningkatan laju Metabolik, kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya tubuh mulai memecah
persediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot.
Kondisi lainnya, kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitas, abnornalitas musculus sceletal ( misal pectus excavatum dan kifosis ), trauma, penyakit
otot, penyakit susunan syaraf, gangguan syaraf pusat dan penyakit kronis.
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernafasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut
dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut
antara lain: gangguan pada sisten pernafasan dan kardiovaskuler, penyakit kronis, penyakit
obstruksi pernafasan atas, dll.

3. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi sistem pernafasan
individu.
Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur beresiko menderita penyakit membran serupa hialin
yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran
pernafasan.
Bayi dan anak-anak. Beresiko mengalami infeksi saluran napas atas, seperti faringitis,
influenza, tinsilitis, dan aspirasi benda asing ( misal makanan, permen, dan lain-lain )
Anak usia sekolah dan remaja. Beresiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
Dewasa muda dan paruh baya. Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan paru pada
usia ini.
Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada fungsi normal
pernafasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan
kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan
kadar O2.
4. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi pernafasannya. Status nutrisi,
gaya hidup, kebiasaan berolah raga, kondisi emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara
tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan
mal nutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernafasan yang akan mengurangi kkeuatan
kerja pernafasan
Olah Raga. Latihan fiisk akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung, dan
kedalaman serta frekuensi pernafasan yang meningkatkan kebutuhan oksigen.
Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena:
o Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernafasan dan susunan syaraf pusat sehingga
mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernafasan.
o Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat mendepresi pusat
pernafasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas
syaraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernafasan
sehingga kebutuhan oksigen meningkat
Gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi perifer dan penyakit jantung.
Selain itu, nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.

5. Lingkungan
Suhu. Faktor suhu ( panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan
ikatan Hb dan O2. dengan kata lain, suhu lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan oksigen
seseorang.
Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen juga ikut menurun. Akibatnya orang yang tinggal di dataran yang tinggi
cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernafasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada
dataran yang rendah akan mengalami peningkatan tekanan oksigen
Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit kepala, pusing,
batuk, terdesak, dan bernagai gangguan pernafasan lain pada orang yang menghisapnya. Para
pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar
zat berbahaya.

F. Gangguan/ Masalah Kebutuhan Oksigenasi


1. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defisiensi oksigen atau peningkatan kebutuhan oksigen di tingkat sel.
2. Perubahan pola pernapasan
a. Takipnea, Pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per menit.
b. Bradipnea, Pola pernapasan yang lambat abnormal, 10 kali per menit.
c. Hiperventilasi, Cara tubuh mengompensasi metabolisme tubuh yang terlampau tinggi dengan
pernapasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru.
d. Kussmaul, Pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat pada keadaan asidosis metabolik.
e. Hipoventilasi , Upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada ventilasi
alveolar.
f. Dispnea, Sesak dan berat saat bernafas.
g. Ortopnea, Kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
h. Cheyne stokes, Siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik kemudian menurun dan
berhenti, lalu dimulai lagi dari siklus baru.
i. Pernapasan paradoksial, Di mana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan
normal.
j. Biot , Pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes, akan tetapi amplitudonya
tidak teratur.
k. Stridor , Pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan.
l. Sianosis, Kebiruan pada kulit karena jumlah haemoglobin dioksigenasi yang berlebihan di
dalam pembuluh darah kulit atau kapiler.
3. Obstruksi jalan nafas
Suatu keadaan pada individu dengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait dengan
ketidakmampuan batuk secara efektif.
Tanda klinis:
Batuk tidak efektif atau tidak ada
Tidak mampu mengeluarkan sekret di jalan napas
Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
Jumlah, irama,dan kedalaman pernapasan tidak normal.
4. Pertukaran gas
Suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun
karbondioksida, antara alveoli paru-paru dan sistem vaskuler.
Tanda klinis:
Dispenia pada usaha napas
Napas denagn bibir pada fase ekspirasi yang panjang
Agitasi
Lelah, letargi.
Meningkatnya tahanan vascular paru-paru.
Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2
Sianosis

G. Terapi Oksigen
Terapi oksigen diberikan pada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada seluruh area
paru, pasien dengan pertukaran gas, serta mereka yang mengalami gagal jantung dan
membutuhkan terapi oksigen guna mencegah hipoksia. Sejumlah sistem pemberian oksigen
tersedia bagi klien diberbagai kondisi. Pilihan tersebut tergantung pada kebutuhan oksigen klien,
kenyamanan, dan tingkat perkembangannya. Suplai oksigen sendiir juga diberikan dalam
beberapa cara. Di sejumlah rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang, suplia oksigen
disalurkan melalui pipa panjang yang tertanam di dinding rumah sakit dan bermuara langsung di
samping tempat tidur pasien. Ini memungkinkan pasien mendapatkan terapi oksigen langsung
pada saat dibutuhkan. Hal lainnya yang harus diperhatikan saat memberikan terapi oksigen
adalah tindakan pengamanan (safety precaution) guna mencegah bahaya kebakaran. Beberapa
upaya pengamanan tersebut adalah:
Hindari menyalakan api disekitar sumber oksigen karena dapat meledak
Beritahu klien atau pengunjung untuk tidak merokok didikat sumber tersebut
Lakukan pengecekan perlengkapan listrik, terutama kabel-kabel diruangan tersebut. Pastikan
semuanya masih berfungsi dengan baik
Hindari penggunaan benda-benda dari serat atau tenunan sintesis
Hindari menggunakan minyak tanah atau bensin di sekitar sumber oksigen

1. Penatalaksanaan Sumber Oksigen


Sumber oksigen di rumah sakit dapat meliputi oksigen dinding dan batang oksigen.
a. Sumber Dinding, penata laksanaan pemberian oksigen melalui sumber dinding meliputi
Pasangkan flowmeter pada sumber oksigen, gunakan tekanan yang tidak terlalu kuat
Isi botol dengan kain steril, pasang pada flowmeter, dan atur aliran flowmeter
Pasangkan alat yang akan digunakan pada selang atau saluran oksigen.
b. Tabung, meliputi :
Lepas penutup pelindung tabung
Putar keran tabung secara perlahan sampai oksigen sedikit keluar untuk membersihkan debu
dan kotoran yang melekat di saluran keluar oksigen. Lakukan dengan hati-hati sebab tindakan
teersebut dapat menimbulkan bunyi yang keras.
Sambungkan flowmeter dengan outlet silinder, kencangkan dengan kunci inggris atau tang.
Letakkan tabung pada posisi mantap. Lepaskan katup secara perlahan sampai terbuka penuh,
lalu kembalikan atau tutup sampai seperempatnya.
Atur flowmeter sesuai dengan kebutuhan (intruksi dokter)
Isi botol pelembab dengan air suling, kemudian pasang pada tempatnya
Sambungkan saluran oksigen dengan alat yang akan digunakan klien.

2. Pemberian Terapi Oksigen


Metode Pemberian Oksigen dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem Aliran Rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO2
yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan
untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan
normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali
permenit.
Contoh sistem aliran rendah adalah :
1. Kanula nasal
2. Kateter nasal
3. Sungkup muka sederhana,
4. Sungkup muka dengan kantong rebreathing,
5. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

a. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran
1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta
dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan kateter
nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi
selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.
b. Kanul Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 6
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya
mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir
klien dan terasa nyaman.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien
bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi
selaput lendir.
Kanul Nasal
c. Sungkup Muka Sederhana
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 8 liter/mnt dengan konsentrasi
oksigen 40 60%.
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan
CO2 jika aliran rendah.
d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing :
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 80% dengan aliran 8 12
liter/mnt
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput
lendir
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 12
liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
- Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
- Kerugian
Kantong oksigen bisa terlipat.

masker non rebreathing


2. Sistem Aliran Tinggi
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan,
sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.

Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke
sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta
tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.
Aliran udara pada alat ini sekitas 4 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30 55%.
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak
dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta
tidak terjadi penumpukan CO2
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
H. Pernafasan Buatan
Nafas Buatan disebut juga Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Bantuan Hidup Dasar atau CPR
(CardioPulmonary Resuscitation), merupakan suatu tindakan kegawatan sederhana tanpa
menggunakan alat bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang dalam waktu yang sangat singkat
(Rahmad, 2009).
Prinsip utama RJP adalah, orang yang tidak bernafas dan atau jantungnya tidak berdetak (Henti
Jantung)

1. Orang yang tidak bernafas


Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari
korban/pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup
Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan:
Tenggelam
Stroke (Mempunyai riwayat hipertensi, trus tiba-tiba jatuh/pingsan)
Obstruksi jalan napas (Kerusakan daerah tenggorokan)
Epiglotitis (Peradangan Pita Suara)
Overdosis obat-obatan
Tersengat listrik
Infark miokard (Serangan Jantung)
Tersambar petir
Koma akibat berbagai macam kasus (Pingsan tanpa penyebab)
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa menit dan
jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini
diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah
henti jantung.

2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi darah. Henti sirkulasi
ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang
terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Jika Kita Bertemu Dengan Orang Seperti Diatas, Ada dua prinsip penting, yaitu:
Jangan lupa untuk memanggil bantuan, karna RJP hanyalah tindakan pertolongan partama yang
selanjutnya perlu tindakan medis
Pastikan kondisinya memang sesuai dengan kriteria RJP melalui pemeriksaan primer.

a. Pemeriksaan Primer
Prinsip pemeriksaan primer adalah bantuan napas dan bantuan sirkulasi. Untuk dapat mengingat
dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad A, B, C, yaitu :
A airway (jalan napas)
B breathing (bantuan napas)
C circulation (bantuan sirkulasi)
Sebelum melakukan tahapan A (airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada
korban/pasien, yaitu :
1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong
2. Memastikan kesadaran dari korban/pasien. Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar
atau tidak penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien,
dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan lembut dan
mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! /
Bu!!! / Mas!!! /Mbak !!!.
3. Meminta pertolongan. Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap
panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak Tolong !!! untuk mengaktifkan sistem
pelayanan medis yang lebih lanjut.
4. Memperbaiki posisi korban/pasien. Untuk melakukan tindakan RJP yang efektif,
korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. jika
korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi
terlentang. penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan
bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan
pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping
tubuh.
5. Mengatur posisi penolong. Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan
bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakkan lutut.

AIRWAY (Jalan Napas)


Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukkan tindakan :
Pemeriksaan jalan napas
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing.
Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat
dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan
sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan.
Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan
jari telunjuk Pada mulut korban.
Membuka jalan napas
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar
tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah
salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan
dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild chin lift) dan Manuver Pendorongan
Mandibula (Rahang Bawah).

BREATHING (Bantuan napas)


Prinsipnya adalah memberikan 2 kali ventilasi sebelum kompresi dan memberikan 2 kali
ventilasi per 10 detik pada saat setelah kompresi. Terdiri dari 2 tahap :
1. Memastikan korban/pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi napas dan merasakan
hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan
hidung korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka. Prosedur ini
dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.
2. Memberikan bantuan napas.
Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut,
mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara
memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali
hembusan adalah 1,5 2 detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000 1000 ml (10
ml/kg) atau sampai dada korban/pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas
dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup.
Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 17%. Penolong juga harus memperhatikan
respon dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.
Cara memberikan bantuan pernapasan :
o Mulut ke mulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan efektif untuk
memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut
ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus
dapat menutup seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat
mengghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan
ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang
diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 1000 ml (10 ml/kg). Volume udara yang
berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung,
sehingga terjadi distensi lambung.
o Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak memungkinkan,
misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya
jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut korban/pasien.
o Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang menghubungkan trakhea
langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi
dari mulut ke stoma.

CIRCULATION (Bantuan sirkulasi)


Terdiri dari 2 tahapan :
1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/pasien.
Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di
daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong
dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian
sisi kanan atau kiri kira-kira 1 2 cm raba dengan lembut selama 5 10 detik.
Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan
melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban/pasien. Jika
tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas.
2. Memberikan bantuan sirkulasi.
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan sirkulasi atau
yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
o Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga
bertemu dengan tulang dada (sternum).
o Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah
tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong dalam memberikan bantuan
sirkulasi.
o Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di atas
telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban/pasien, jari-
jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
o Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari
berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali (dalam 15 detik = 30 kali kompresi) dengan
kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 2 inci (3,8 5 cm).
o Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali
ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk
melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).
o Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat
melepaskan kompresi.
o Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 (Tiap 15 detik = 30 kompresi dan 2
kali tiupan nafas), dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong.

Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 80 mmHg, dan
diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah
jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar
sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
I. Nilai Normal Respiratory Rate ( RR )
Respiratory rate (RR) alias tingkat respirasi, ventilasi paru-paru atau ventilasi menilai rate,
adalah jumlah napas makhluk hidup, seperti manusia, mengambil dalam jangka waktu tertentu
(sering diberikan dalam napas per menit). Hanya ada penelitian terbatas pada pemantauan tingkat
pernapasan, dan penelitian ini berfokus pada isu-isu seperti ketidaktepatan pengukuran tingkat
pernapasan dan laju pernafasan sebagai penanda untuk disfungsi pernafasan.
Laju respirasi menilai biasanya diukur ketika seseorang beristirahat. Melibatkan menghitung
jumlah napas dalam satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat. Tingkat
pernapasan dikenal untuk meningkatkan dengan demam atau penyakit atau kondisi medis
lainnya. Jika individu memiliki kesulitan dalam bernapas, yang perlu dicatat. Nilai tingkat
pernapasan sebagai indikator memiliki nilai yang terbatas.
Sebuah metode sistematis dilatih pernapasan dikenal untuk menurunkan tingkat respirasi di
jantung pasien dan membantu mereka untuk menjaga kadar oksigen darah yang sehat. Rata-rata
rentang usia pernapasan diberikan di bawah ini:
Bayi yang baru lahir - Rata-rata 44 napas per menit
Bayi - 20-40 napas per menit
Anak-anak pra sekolah - 20-30 napas per menit
Anak-anak - 16-25 napas per menit
Dewasa - 12-20 napas per menit
Dewasa selama latihan berat - 35-45 napas per menit
Atlet puncak - 60-70 napas per menit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar balakang.
Kesehatan memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. karena kesehatan
merupakan faktor penting bagi seorang indufidu. Untuk mencapai status kesehatan seseorang
tidak bisa berperan dengan sendirinya. Mereka memerlukan tenaga kesehatan dan medis lainnya.
Dalam interaksi tersebut mereka memerluksn komunikasi demi efektifnya informasi yang
disampaikan.
Sepanjang rentang daur kehidupannya manusia sesungguhnya melakukan komunikasi dari
mulai manusia itu masih dirahim ibunya, lalu dilahirkan sampai dengan menjelang meninggal
atau kematiannya. Karena itu komunikasi tidak bisa dipisahkan dari setiap individu yang hidup.
Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu dalam melakukan interaksi.
Kadangkala individu merasakan komunikasi menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam
menafsirkan pesan yang diterimanya. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mempunyai
keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan
pesan bisa disebabkan karena persepsi yang berbeda-beda.

Hal ini juga sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, misalnya pasien sering
komplain karena tenaga kesehatan tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien,
sehingga pasien tersebut menjadi marah dan tidak datang lagi mengunjungi pelayanan kesehatan
tersebut. Atau contoh lain adalah selisih faham atau pendapat antara tenaga kesalahan karena
salah mempersepsikan informasi yang diterima yang berakibat terjadinya konflik antara tenaga
kesehatan tersebut. Untuk itu dalam pelayanan kesehatan para tenaga kesehatan yang terkait
harus selalu memperhatikan konunikasi dengan kliennya. Seperti komunikasi pada pasien yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen.
Manusia yang normal akan membutuhkan oksigen sekitar 375 liter per hari. Secara alamiah,
kita mendapatkan oksigen dengan bernapas melalui paru-paru. Olsigen sampai di paru-paru
kemudian ke alveoli lalu akan diikat oleh hemoglobin di dalam darah. Kemudian disalurkan ke
seluruh tubuh untuk membantu proses pembakaran glukosa menjadi energi.Sekali kita
menghirup nafas, paru-paru bisa menampung sekitar 500 ml udara ke dalam tubuh. Dalam
kondisi lelah, seperti sehabis olah raga, kebutuhan tersebut akan meningkat 5-10 kali lipat. Saat
berolahraga, tubuh akan merasa lelah karena asupan oksigennya berkurang.Dalam suhu ruangan,
air secara alamiah sudah mengandung oksigen sebanyak 10 ppm atau 10 miligram per liter. Pada
suhu lebih rendah (misalnya dalam lemari pendingin), kadar oksigen bisa meningkat hingga 15
ppm. Dari fenomena ini bahwa mustahil makhluk hidup dialam ini yang tidak membutuhkan
oksigen, karena oksigen adalah salah satu faktor penting fadari tumbuh kembang makhluk hidup,
tanpa oksigen makhhluk hidup akan mati.
1.2 Tujuan
Diketahuinya pengertiaan dan konsep dasar dari oksigen.

Diketahuinya manfaat dari oksigen bagi makhluk hidup

Diketahui faktor- faktor yang mempengaruhi oksigen

Diketahui tanda- tanda dari kekurangan oksigen.


BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian
Oksigen adalah: salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahnkan kelangsungan hidup seluruh sel- sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh
dengan cara menghirup oksigen ruangan setiap kali bernapas.
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode
bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme
yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi
berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).

2.2. Penyebab masalah

a. Faktor intrinsik

Infeksi : para influenza virus, pneumonia, micoplasmal. Fisik : cuaca dingin, perubahan
temperatur, iritan kimia, polusi udara ( CO, asap rokok dan parfum)
Emosional : takut, cemas, dan tegang Aktivitass berlebihan

b. Faktor ekstrinsik

Reaksi antigen dan antibody, karena inhalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulu binatang).
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN. Makalah ini dibuat
dalam rangka mengikuti mata kuliah komunikasi dalam keperawatan.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari buku panduan,
internet dan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini sehingga berhasil, terutama kepada dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung kekurangan, karena
keterbatasan buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kepentingan makalah penulis dimasa
mendatang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri.

Bukittinggi, juni 2009

BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahnkan kelangsungan hidup seluruh sel- sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen ruangan setiap kali
bernapas.

2. Konsep dasar
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respiratori kardiovaskuler dan
keadaan hematologi.

1. Sistem respiratori/ pernapasan


Terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri
atas dinding dada, otot- otot pernapasan diafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat
pernapasan di otak.
Pada keadaan istirahat frkuensi pernapasan antara 12- 15 kali/menit
Tiga langkah dalam proses oksigenasi :
a. Ventilasi
Yaitu proses keluar masuknya udara dari dan ke paru- paru, jumlahnya sekitar 500 ml.
Ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana
pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada tekanan atmosfer
sehingga udara akan masuk kedalam alveoli.
Kepatenan ventilasi terganung pada:
Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi masuk
dan keluarnya udara dari dan ke paru- paru.
Adekuatnya sistem syaraf pusat dan pusat pernapasan.
Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru- paru.
Kemampuan otot- otot pernapasan seperti diafragma, eksternal interkosta, inrenal interkosta,
otot abdominal.
b. Perfusi paru
Adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi
paru adalah darah deoksigenasi yang mengallir dalam arteri pulmonalis dari ventrikel kanan
jantung.
c. Difusi
Adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi tubuh.
Terjadi antara alveolus dengan membran kapiler.
Oksigan terus menerus berdifusi dsri udara dalam alevoli ke dalam aliran darah dan
karbondioksida terus berdifusi dari darah kedalam alveoli.
2. Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk
memompa darah sebagai transpor oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dan vena pulmonalis
aliran darah keluar dari ventrikrl kiri menuju aorta melelui katup aorta. Kemudian dari aorta
darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu
kembali membentuk vena yang kemudian dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari
atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis kemudian keluar ke arteri
pulmonalismelalui katup pulmonalis untuk kemudian dialirkan ke paru- paru kanan dan kiri
untuk berdifusi. Darah mengalir didalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan
bersirkulasi secara sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik berdampak pada
kemampuan transport gas oksigen dan karbon dioksida
3. Hematologi.
Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin
dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat
molekul besi dalam Hb berikatan dengan satu molekul oksigen membentuk HbO2. Ikatan ini
dipengaruhi oleh suhu, PH, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah
Faktor- faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen:
Faktor fisiologi
1. Menurunnya kapasitas pengikatan oksigen seperti pada anemia.
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas.
3. Hipovolemia sehingg tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2 terganggu.
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil dll.
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
muskulus skleton yang abnormal, penyakit kronik seeprti TBC paru
Faktor perkembangan
1. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan toddler: adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut.
3. Anak usia sakolah dan remaja, resiko infeksi saluran napas dan merokok.
4. Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas
5. Dewasa tua:adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan atterioskleorosis,
elastisitas menurun.
Faktor prilaku
1. Nutrisi
2. Exercise
3. Merokok
4. Substance abuse( alkohol dan obat- obatan).
5. Kecemasan
Faktor lingkungan
1. Tempat kerja
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dari permukaan laut
Tanda - tanda kekurangan oksigen

Badan cepat lelah, letih dan lesu

Daya tahan tubuh cepat menurun sehingga mudah terserang infeksi.

Otot terasa pegal - pegal dan linu - linu.

Tekanan darah tinggi / rendah.

Gangguan pencernaan.

Manfaat oksigen bagi tubuh

Lebih banyak oksigen dalam tubuh akan miningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak
mudah terserang penyakit.

Lebih banyak oksigen dalam otot akan meningkatkan performa, sehingga terlihat lebih
segar dan selalu energik.
lebih banyak oksigen dalam otak membuat kita berpikir lebih jernih, tajam dan lebih
wapada.

Lebih banyak oksigen dalam kulit akan menjadikan kulit lebih segar, lebih sehat dan awet
muda

You might also like