Professional Documents
Culture Documents
KEBUTUHAN OKSIGEN
A. PENGERTIAN
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas O 2 lebih dari 21% pada tekanan atmosfer sehingga
konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
(http://athearobiansyah.blogspot.com)
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel sel tubuh. Secara normal elemen tersebut
diperoleh dngan cara menghirup oksigen setiap kali bernapas. Penympaian O2 kejaringan tubuh
ditentukan oleh system respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan hemaatologi. Dalam keadaan
biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap
menit.
Respirasi berperan dalam mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga diperlukan
fungsi respirasi yang adekuat. Agar sel melakukan metabolisme untuk menghasilkan energi, sel
memerlukan suplai oksigen dan nutrisi yang cukup pada tubuh. Nutrisi diperoleh dari asupan
(intake) makanan dan cairan.
Proses respirasi adalah proses keluar masuknya udara ke paru paru dan terjadi pertukaran gas.
(Tarwoto & Wartonah,hal 9)
Respirasi juga berarti gabungan aktivitas mekanisma yang berperan dalam proses suplai O 2 ke
seluruh tubuh dan pembuangan CO2 ( hasil pembakaran sel).
(Iman Somantri, hal 1)
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung kebutuhan.
Factor factor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen yaitu:
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kemampuan mengikat oksigen seperti pada anemia.
b. Menurunya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran pernapasan
bagian atas.
c. Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun yang nengakibatkan terganggunya O2.
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dll.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosclerosis,
elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk
menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet tinggi lemak menimbullkan
arteriosclerosis.
b. Exercise : akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin dapat menyababkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
d. Substance abuse (obat-obatan dan alcohol): menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun
mengakibatkan hemoglobin menurun, alcohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut.
3. Kartilago Tiroid
Kartialgo terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Addam's aple).
4. Kartilago krikoid
Cincin kartilago yang utuh di laring (terletsk di bawah kartilago tiroid).
5. Kartilago Aritenoid
Digunakan pada pergerakan pita suara dan kartilago tiroid.
6. Pita suara
Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan suara dan melekat pada lumen
laring.
e. Trakhea
Disebut juga kantong tenggorok yang merupakan perpanjangan dari alring pada ketinggian
tulang vertebrae terokal ke-7 yang bercaabang menjadi dua bronkus.
Ujung cabang trakea disebut carina. Trakea bersifat sangat fleksibel, berotot, dengan pnjang 12
cm dengan cincin membentuk huruf C.
1.
2. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru paru yang sebelumnya berisi cairan
menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan napas yang pendek. Bentuk dada
bulat pada waktu bayi dan masa kanak kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang
dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thoraks diasumsikan
berbentuk oval. Sampai lanjut usia akan terjadi perubahan pada thoraks dan pola napas.
2.
3. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin, dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin
rendah PaO2, sehingga semakin sedikit oksigen yang dapat dihirup individu. Sebagai respon
panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit.
3. Gaya Hidup
Aktivitas dan latihan fisik meningkatkan laju, kedalaman pernapasan dan denyut jantung.
4. Status Kesehatan
Orang yang sehat system kardiovaskuler dan pernapsan dapat menyediakan oksigen yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
5. Narkotika
Seperti morfin dapat menurunkan laju dan kedalaman pernapasan ketika depresi pusat
pernapasan di medulla. Sehingga bila memberikan obat-obatan narkotik analgetik perawat harus
memantau laju dan kedalaman pernapasan.
Obstruksi lengkap atau sebagian dapat terjadi sepanjang salluran pernapasan di sebelah atas atau
bawah.
Obstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi
(inspirasi).
H. MEKANISME PERNAPASAN
1. Pernapasan Dada
Yaitu pernapasan yang melibatkan otot antara tulang rusuk. Mekanismenya berupa:
a. Fase inspirasi berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan rongga dada kecil daripada tekanan di luarnya sehingga udara luar
yang kaya oksigen masuk.
b. Fase ekspirasi sebagi fase relaksasi otot antar tulang rusuk ke posisi semula sehingga
rongga dada mengecil. Tekanan rongga dada besar dan udara di dalamnya yang kaya CO2 keluar.
2. Pernapasan Perut
Yaitu pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktivitas otot otot diafragma yang membatasi
rongga perut dan rongga dada. Mekanismenya:
a. Fase inspirasi, dimana otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,
akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
b. Fase ekspirasi, dimana terjadi relaksasi otot diafragma (kembali ke posisi semula,
mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebihy besar, akibatnya
udara keluar dari paru paru.
I. PERUBAHAN FUNGSI PERNAPASAN
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh meningkatkan jumlah O2 dari paru paru, agar pernapasan lebih cepat
dan dalam. Hal ini disebabkan oleh:
a. Kecemasan
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat obatan.
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti asidosis metabolic.
Tanda dan gejala berupa: napas pendek, nyeri dada, menurunnyakonsentrasi, disorientasi, dan
tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi slveolar tidak adekuat memenuhi penggunaan O 2 untuk mengeluarkan
CO2 dengan cukup. Seperti apda atelektaksis (kolaps paru).
Tanda dan gejala berupa: nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdisritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejanng, dan kardiak arrest.
3. Hipoksia
Yaitu suatu kondisi ketidakcukupan O2 di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan.
Disebabkan olleh:
a. Menurunnya Hb.
b. Berkurangnya konsentrasi oksigen jika di pegunungan.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen seperti pada keracunan.
d. Menurunnya difusi O2 seperti pada pneumonia.
e. Menurunnya perfusi jaringan, seperti syok.
f. Kerusakan/ gangguan ventilasi.
Tanda hipoksia : kelelahan, kecemasan, menurunnya konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan
cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, dan clubbing.
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERNAPASAN.
1. Metode Morfologis
a. Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar X
sehingga memberi bayangan yang sangat memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara
bayangan yang lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat member kesan warna
lebih putih dari bagian berbentuk udara.
b. Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan cabang utamanya.
Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma bronkogenik, atau untuk membuang benda
asing. Setelah tindakan ini pasien tidak bolelh makan atau minum selama 2 -3 jam sampai
tikmbul reflex muntah. Jika tidak, pasien mungki9n akan mengalami aspirasi ke dalam cabanga
trakeobronkeal.
c. Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru paru terutama berkaitan dengan penyakit paru yang bersifat menyebar
yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan.
Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme penyebab penyakit berbagai pneumonia,
bacterial, tuberkulosa, serta jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu
proses diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum adalah pagi hari
bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus cenderung berkumpul waktu tidur.
2. Metode Fisiologis
I. KONSEP KEBUTUHAN
1. PENGERTIAN
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh
dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas. Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau
hasil pengambilan oksigen.
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi.
Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah
sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa metode
pemberian oksigen:
Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya sistem ini lebih
nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola pernafasan pasien.
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan dengan konsisten,
teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan pasien.
2. NILAI-NILAI NORMAL
Beberapa hal yang perlu dikaji oleh perawat dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi antara lain:
1. Riwayat keperawatan
1. Riwayat kardiovaskuler
4. Gaya hidup
2. Riwayat diit riwayat terhadap adanya alergi terhadap suatu makanan tertentu
Keluhan utama: sesak nafas, batuk, nyeri dada, produksi sputum, panjang pendeknya
nafas.
Riwayat sakit saat ini: onset, durasi, lokasi, frekuensi, terapi, kualitas.
4. Pemeriksaan fisik
2. Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan mulut
4. Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan
kiri, suara nafas tidak normal.
Laboratorium
1. Pola nafas tidak efektif b.d., kelelahan otot pernafasan, cemas, nyeri, disfungsi
neuromuskular, penurunan energi
1. Pola nafas tidak efektif b.d. kelelahan otot pernafasan, cemas, nyeri, disfungsi
neuromuskular, penurunan energi.
Tidak tersedak
o Monitor status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik
(tingkat MAP [mean arterial pressure] dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah
saksion
Identifikasi kebutuhan klien akan insersi jalan nafas baik aktual maupun potensial.
Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi
tambahan
Gordon, Marjory dkk. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2001-2002.
Philadelphia: USA
Johnson, Marlon, M.Maas, S. Moorhead. 2000. Nusing Outcomes Classification ( NOC) Second
edition. Mosby: USA.
Kozier, Barbara, G. Erb, K. Blais. 1995. Fundamental of Nursing Concept, Process and
Practice. Addison-Wesley: California
McCloskey. 1996. Nursing Intervention Classification ( NIC). Mosby: USA
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3. Salemba
Medika: Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
A. Kebutuhan Oksigen
Kapasitas ( daya muat ) udara dalam paru-paru adalah 4500 sampai 5000 ml. Udara yang
diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10 % ( 500 ml ), yakni yang dihirup ( inspirasi ) dan
yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernafasan biasa.
Kebutuhan oksigen merupakan salah satu kebutuhan dassr pada manusia, yaitu kebutuhan
fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigenitas ditunjukan untuk menjaga kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas bagi berbagai organ
dan sel.
B. Konsep Dasar Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam sisitem ( kimia atau fiiska). Oksigen
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah CO2, energi dan air. Akan tetapi penambahkan
CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktifitas sel.
C. Organ-Organ Pernapasan
Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia. Pada proses ini terjadi pertukaran
oksigen dan karbon dioksida antara tubuh dan lingkungan.
1. Hidung
Hidung merupakan organ pernapasan yang letaknya paling luar. Manusia menghirup udara
melalui hidung. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir
yang berfungsi menyaring udara yang masuk dari debu atau benda lainnya. Di dalam rongga
hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru
tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja,
namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen
(N2). Gas-gas tersebut ikut terhirup, namun hanya oksigen saja yang dapat berikatan dengan
darah. Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat
sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas yang
beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari
rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke tenggorokan.
2. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan merupakan bagian dari organ pernapasan. Tenggorokan berupa suatu pipa yang
dimulai dari pangkal tengorokan (laring), batang tenggorokan (trakea), dan cabang batang
tenggorokan (bronkus).
Setelah melewati hidung, udara masuk menuju pangkal tenggorokan (laring) melalui faring.
Faring terletak di hulu tenggorokan dan merupakan persimpangan antara rongga mulut ke
kerongkongan dan rongga hidung ke tenggorokan. Setelah melalui laring, udara selanjutnya
menuju ke batang tenggorokan (trakea). Pada batang tenggorokan ini terdapat suatu katup
epiglotis. Katup ini bekerja dengan cara membuka jika bernapas atau berbicara dan menutup
pada saat menelan makanan. Adanya katup tersebut, udara akan masuk ke paru-paru dan
makanan akan menuju lambung. Jika makan sambil berbicara, hal tersebut dapat mengakibatkan
makanan masuk ke paru-paru dan tenggorokan. Oleh karenanya, hindarilah makan sambil
berbicara. Pada laring, di bawah epiglotis, terdapat pita suara. Ketika udara melewati pita suara,
pita suara akan bergetar dan menghasilkan suara. Hal ini terjadi ketika berbicara.
3. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Cabang batang tenggorokan (bronkus) merupakan cabang dari trakea. Bronkus terbagi menjadi
dua, yaitu yang menuju paru-paru kanan dan menuju paru-paru kiri. Bronkus bercabang lagi
menuju bronkiolus. Masing-masing cabang tersebut berakhir pada gelembung paru-paru atau
alveolus. Alveolus merupakan tempat terjadinya difusi oksigen ke dalam darah. Oleh karena itu,
dinding alveolus mengandung banyak kapiler darah.
4. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Antara rongga dada dan rongga perut terdapat suatu
pembatas yang disebut diafragma. Pembatas ini bukan sekedar pembatas, tetapi berperan juga
dalam proses pernapasan. Paru-paru terbagi menjadi paru-paru kanan dan paruparu kiri. Paru-
paru pada dasarnya merupakan cabang-cabang suatu saluran yang ujungnya bergelembung.
Gelembunggelembung tersebut disebut alveoli (tunggal: alveolus). Dalam alveoli inilah
sesungguhnya terjadi pertukaran gas-gas. Paru-paru kanan terdiri atas tiga belahan sedangkan
paru-paru kiri hanya dua belahan. Paru-paru kanan lebih besar dibandingkan yang kiri. Agar
lebih jelas, perhatikan gambar penampang sistem pernapasan manusia berikut ini.
D. Proses Pernapasan
Saat bernapas, menghirup udara melalui hidung. Udara yang dihirup mengandung oksigen dan
juga gasgas lain. Dari hidung, udara terus masuk ke tenggorokan, kemudian ke dalam paru-paru.
Akhirnya, udara akan mengalir sampai ke alveoli yang merupakan ujung dari saluran. Oksigen
yang terkandung dalam alveolus bertukar dengan karbon dioksida yang terkandung dalam darah
yang ada di pembuluh darah alveolus melalui proses difusi. Dalam darah, oksigen diikat oleh
hemoglobin. Selanjutnya darah yang telah mengandung oksigen mengalir ke seluruh tubuh.
Oksigen diperlukan untuk proses respirasi sel-sel tubuh. Gas karbon dioksida yang dihasilkan
selama proses respirasi sel tubuh akan ditukar dengan oksigen. Selanjutnya, darah mengangkut
karbon dioksida untuk dikembalikan ke alveolus paru-paru dan akan dikeluarkan ke udara
melalui hidung saat mengeluarkan napas.
Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta mengeluarkan
napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi
melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun
berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya
rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat kamu
mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada
mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Jadi, hal yang perlu
diingat, bahwa udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan
lebih kecil.
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan;
1. Vertilisasi
Proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
Proses ventilasi dipengaruhi oleh:
a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau
kembang kempis.
Pusat pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons, dipengaruhi oleh proses vertilisasi
2. Refusi, Penyaluran oksigen oleh darah keseluruh kapiler pulmonalis
3. Difusi, Pertukaran antara oksigen dari alveoli ke kapiler paru-paru dan karbon dioksida dari
kapiler ke alveoli. Proses ini dipengaruhi oleh:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membran respirasi/ permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
4. Transportasi, Proses pendistribusian antara oksigen kapiler ke jaringan tubuh dan karbon
dioksida jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh:
a. Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan & aktivasi seperti olahraga, dan lain-lain.
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
1. Faktor Fisiologis
gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen seseorang.
Kondisi ini lambat laun dapat mempengaruhi fungsi pernafasannya.
Penurunan kapasitas angkut O2, secara fisiologis daya angkut hemoglobin untuk membawa
O2 ke jaringan adalah 97 %. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya pada penderita anemia atau pada saat terpapar zat
beracun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O2.
Penurunan konsentrasi O2 inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi
pernafasan dan penurunann kadar O2 lingkungan.
Hipovolemia, kondisi ini disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah akibat kehilangan cairan
ekstraseluler yang berlebihan ( misal pada penderita syok atau dehidrasi berat ).
Peningkatan laju Metabolik, kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya tubuh mulai memecah
persediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot.
Kondisi lainnya, kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitas, abnornalitas musculus sceletal ( misal pectus excavatum dan kifosis ), trauma, penyakit
otot, penyakit susunan syaraf, gangguan syaraf pusat dan penyakit kronis.
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernafasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut
dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut
antara lain: gangguan pada sisten pernafasan dan kardiovaskuler, penyakit kronis, penyakit
obstruksi pernafasan atas, dll.
3. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi sistem pernafasan
individu.
Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur beresiko menderita penyakit membran serupa hialin
yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran
pernafasan.
Bayi dan anak-anak. Beresiko mengalami infeksi saluran napas atas, seperti faringitis,
influenza, tinsilitis, dan aspirasi benda asing ( misal makanan, permen, dan lain-lain )
Anak usia sekolah dan remaja. Beresiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
Dewasa muda dan paruh baya. Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan paru pada
usia ini.
Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada fungsi normal
pernafasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan
kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan
kadar O2.
4. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi pernafasannya. Status nutrisi,
gaya hidup, kebiasaan berolah raga, kondisi emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara
tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan
mal nutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernafasan yang akan mengurangi kkeuatan
kerja pernafasan
Olah Raga. Latihan fiisk akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung, dan
kedalaman serta frekuensi pernafasan yang meningkatkan kebutuhan oksigen.
Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena:
o Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernafasan dan susunan syaraf pusat sehingga
mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernafasan.
o Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat mendepresi pusat
pernafasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas
syaraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernafasan
sehingga kebutuhan oksigen meningkat
Gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi perifer dan penyakit jantung.
Selain itu, nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
5. Lingkungan
Suhu. Faktor suhu ( panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan
ikatan Hb dan O2. dengan kata lain, suhu lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan oksigen
seseorang.
Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen juga ikut menurun. Akibatnya orang yang tinggal di dataran yang tinggi
cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernafasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada
dataran yang rendah akan mengalami peningkatan tekanan oksigen
Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit kepala, pusing,
batuk, terdesak, dan bernagai gangguan pernafasan lain pada orang yang menghisapnya. Para
pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar
zat berbahaya.
G. Terapi Oksigen
Terapi oksigen diberikan pada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada seluruh area
paru, pasien dengan pertukaran gas, serta mereka yang mengalami gagal jantung dan
membutuhkan terapi oksigen guna mencegah hipoksia. Sejumlah sistem pemberian oksigen
tersedia bagi klien diberbagai kondisi. Pilihan tersebut tergantung pada kebutuhan oksigen klien,
kenyamanan, dan tingkat perkembangannya. Suplai oksigen sendiir juga diberikan dalam
beberapa cara. Di sejumlah rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang, suplia oksigen
disalurkan melalui pipa panjang yang tertanam di dinding rumah sakit dan bermuara langsung di
samping tempat tidur pasien. Ini memungkinkan pasien mendapatkan terapi oksigen langsung
pada saat dibutuhkan. Hal lainnya yang harus diperhatikan saat memberikan terapi oksigen
adalah tindakan pengamanan (safety precaution) guna mencegah bahaya kebakaran. Beberapa
upaya pengamanan tersebut adalah:
Hindari menyalakan api disekitar sumber oksigen karena dapat meledak
Beritahu klien atau pengunjung untuk tidak merokok didikat sumber tersebut
Lakukan pengecekan perlengkapan listrik, terutama kabel-kabel diruangan tersebut. Pastikan
semuanya masih berfungsi dengan baik
Hindari penggunaan benda-benda dari serat atau tenunan sintesis
Hindari menggunakan minyak tanah atau bensin di sekitar sumber oksigen
a. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran
1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta
dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan kateter
nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi
selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.
b. Kanul Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 6
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya
mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir
klien dan terasa nyaman.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien
bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi
selaput lendir.
Kanul Nasal
c. Sungkup Muka Sederhana
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 8 liter/mnt dengan konsentrasi
oksigen 40 60%.
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan
CO2 jika aliran rendah.
d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing :
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 80% dengan aliran 8 12
liter/mnt
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput
lendir
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 12
liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
- Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
- Kerugian
Kantong oksigen bisa terlipat.
Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke
sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta
tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.
Aliran udara pada alat ini sekitas 4 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30 55%.
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak
dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta
tidak terjadi penumpukan CO2
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
H. Pernafasan Buatan
Nafas Buatan disebut juga Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Bantuan Hidup Dasar atau CPR
(CardioPulmonary Resuscitation), merupakan suatu tindakan kegawatan sederhana tanpa
menggunakan alat bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang dalam waktu yang sangat singkat
(Rahmad, 2009).
Prinsip utama RJP adalah, orang yang tidak bernafas dan atau jantungnya tidak berdetak (Henti
Jantung)
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi darah. Henti sirkulasi
ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang
terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Jika Kita Bertemu Dengan Orang Seperti Diatas, Ada dua prinsip penting, yaitu:
Jangan lupa untuk memanggil bantuan, karna RJP hanyalah tindakan pertolongan partama yang
selanjutnya perlu tindakan medis
Pastikan kondisinya memang sesuai dengan kriteria RJP melalui pemeriksaan primer.
a. Pemeriksaan Primer
Prinsip pemeriksaan primer adalah bantuan napas dan bantuan sirkulasi. Untuk dapat mengingat
dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad A, B, C, yaitu :
A airway (jalan napas)
B breathing (bantuan napas)
C circulation (bantuan sirkulasi)
Sebelum melakukan tahapan A (airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada
korban/pasien, yaitu :
1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong
2. Memastikan kesadaran dari korban/pasien. Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar
atau tidak penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien,
dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan lembut dan
mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! /
Bu!!! / Mas!!! /Mbak !!!.
3. Meminta pertolongan. Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap
panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak Tolong !!! untuk mengaktifkan sistem
pelayanan medis yang lebih lanjut.
4. Memperbaiki posisi korban/pasien. Untuk melakukan tindakan RJP yang efektif,
korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. jika
korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi
terlentang. penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan
bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan
pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping
tubuh.
5. Mengatur posisi penolong. Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan
bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakkan lutut.
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 80 mmHg, dan
diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah
jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar
sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
I. Nilai Normal Respiratory Rate ( RR )
Respiratory rate (RR) alias tingkat respirasi, ventilasi paru-paru atau ventilasi menilai rate,
adalah jumlah napas makhluk hidup, seperti manusia, mengambil dalam jangka waktu tertentu
(sering diberikan dalam napas per menit). Hanya ada penelitian terbatas pada pemantauan tingkat
pernapasan, dan penelitian ini berfokus pada isu-isu seperti ketidaktepatan pengukuran tingkat
pernapasan dan laju pernafasan sebagai penanda untuk disfungsi pernafasan.
Laju respirasi menilai biasanya diukur ketika seseorang beristirahat. Melibatkan menghitung
jumlah napas dalam satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat. Tingkat
pernapasan dikenal untuk meningkatkan dengan demam atau penyakit atau kondisi medis
lainnya. Jika individu memiliki kesulitan dalam bernapas, yang perlu dicatat. Nilai tingkat
pernapasan sebagai indikator memiliki nilai yang terbatas.
Sebuah metode sistematis dilatih pernapasan dikenal untuk menurunkan tingkat respirasi di
jantung pasien dan membantu mereka untuk menjaga kadar oksigen darah yang sehat. Rata-rata
rentang usia pernapasan diberikan di bawah ini:
Bayi yang baru lahir - Rata-rata 44 napas per menit
Bayi - 20-40 napas per menit
Anak-anak pra sekolah - 20-30 napas per menit
Anak-anak - 16-25 napas per menit
Dewasa - 12-20 napas per menit
Dewasa selama latihan berat - 35-45 napas per menit
Atlet puncak - 60-70 napas per menit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar balakang.
Kesehatan memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. karena kesehatan
merupakan faktor penting bagi seorang indufidu. Untuk mencapai status kesehatan seseorang
tidak bisa berperan dengan sendirinya. Mereka memerlukan tenaga kesehatan dan medis lainnya.
Dalam interaksi tersebut mereka memerluksn komunikasi demi efektifnya informasi yang
disampaikan.
Sepanjang rentang daur kehidupannya manusia sesungguhnya melakukan komunikasi dari
mulai manusia itu masih dirahim ibunya, lalu dilahirkan sampai dengan menjelang meninggal
atau kematiannya. Karena itu komunikasi tidak bisa dipisahkan dari setiap individu yang hidup.
Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting bagi individu dalam melakukan interaksi.
Kadangkala individu merasakan komunikasi menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam
menafsirkan pesan yang diterimanya. Hal ini disebabkan karena setiap manusia mempunyai
keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam menafsirkan
pesan bisa disebabkan karena persepsi yang berbeda-beda.
Hal ini juga sering terjadi pada institusi pelayanan kesehatan, misalnya pasien sering
komplain karena tenaga kesehatan tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien,
sehingga pasien tersebut menjadi marah dan tidak datang lagi mengunjungi pelayanan kesehatan
tersebut. Atau contoh lain adalah selisih faham atau pendapat antara tenaga kesalahan karena
salah mempersepsikan informasi yang diterima yang berakibat terjadinya konflik antara tenaga
kesehatan tersebut. Untuk itu dalam pelayanan kesehatan para tenaga kesehatan yang terkait
harus selalu memperhatikan konunikasi dengan kliennya. Seperti komunikasi pada pasien yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen.
Manusia yang normal akan membutuhkan oksigen sekitar 375 liter per hari. Secara alamiah,
kita mendapatkan oksigen dengan bernapas melalui paru-paru. Olsigen sampai di paru-paru
kemudian ke alveoli lalu akan diikat oleh hemoglobin di dalam darah. Kemudian disalurkan ke
seluruh tubuh untuk membantu proses pembakaran glukosa menjadi energi.Sekali kita
menghirup nafas, paru-paru bisa menampung sekitar 500 ml udara ke dalam tubuh. Dalam
kondisi lelah, seperti sehabis olah raga, kebutuhan tersebut akan meningkat 5-10 kali lipat. Saat
berolahraga, tubuh akan merasa lelah karena asupan oksigennya berkurang.Dalam suhu ruangan,
air secara alamiah sudah mengandung oksigen sebanyak 10 ppm atau 10 miligram per liter. Pada
suhu lebih rendah (misalnya dalam lemari pendingin), kadar oksigen bisa meningkat hingga 15
ppm. Dari fenomena ini bahwa mustahil makhluk hidup dialam ini yang tidak membutuhkan
oksigen, karena oksigen adalah salah satu faktor penting fadari tumbuh kembang makhluk hidup,
tanpa oksigen makhhluk hidup akan mati.
1.2 Tujuan
Diketahuinya pengertiaan dan konsep dasar dari oksigen.
a. Faktor intrinsik
Infeksi : para influenza virus, pneumonia, micoplasmal. Fisik : cuaca dingin, perubahan
temperatur, iritan kimia, polusi udara ( CO, asap rokok dan parfum)
Emosional : takut, cemas, dan tegang Aktivitass berlebihan
b. Faktor ekstrinsik
Reaksi antigen dan antibody, karena inhalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulu binatang).
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN. Makalah ini dibuat
dalam rangka mengikuti mata kuliah komunikasi dalam keperawatan.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari buku panduan,
internet dan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini sehingga berhasil, terutama kepada dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung kekurangan, karena
keterbatasan buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kepentingan makalah penulis dimasa
mendatang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahnkan kelangsungan hidup seluruh sel- sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen ruangan setiap kali
bernapas.
2. Konsep dasar
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respiratori kardiovaskuler dan
keadaan hematologi.
Gangguan pencernaan.
Lebih banyak oksigen dalam tubuh akan miningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak
mudah terserang penyakit.
Lebih banyak oksigen dalam otot akan meningkatkan performa, sehingga terlihat lebih
segar dan selalu energik.
lebih banyak oksigen dalam otak membuat kita berpikir lebih jernih, tajam dan lebih
wapada.
Lebih banyak oksigen dalam kulit akan menjadikan kulit lebih segar, lebih sehat dan awet
muda