Professional Documents
Culture Documents
DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG ANAK RS MUHAMADIYAH LAMONGAN
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN.........................................
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI...........
BAB I : PENDAHULUAN..
1.1. Latar Belakang Permasalahan
1.2. Tujuan ...
1.3. Metode Pembahasan..............................
1.4. Ruang Lingkup...
1.5 Sistematika Penulisan.
BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan..
5.2. Kritik dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian.
Bronkopneumonia adalah merupakan salah satu pembagian dari
pneumonia menurut dasar anatomis (Ngastiyah, 1997 ).
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing
(Ngastiyah, 1997).
Peneumonia adalah keradangan parenkim paru dimana asinus
terisi cairan dan sel radang, dengan/ tanpa disertai infiltrasi sel radang ke
dalam dinding alveoli dan rongga intersitisium (Abdul Mukty. H,1995 :
122 ).
Pneumonia adalah infeksi akut dari ruang alveoli paru-paru dapat
melibatkan seluruh lobus. Jika terbatas pada alveoli yang berdampingan
dengan bronchi maka keadaan ini disebut bronkopneumonia.(Sumitro, dr,
1995 : 358-359 ).
2. Etiologi.
Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia,
dimana pada anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana
pada anak-anak dan bersifat progresif, Stafilokokus, H. Influenza,
Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia.
Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus
respiratori sinsisial.
Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
Protozoa : Pneumokistis karinii.
Bahan kimia :
o Aspirasi makanan/susu/isi lambung
o Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya
3. Patofisiologi
Kuman yang masuk bersama sekret ke dalam paru melalui jalan
pernapasan dapat menyebabkan reaksi radang berupa sembab seluruh
alveoli yang terkena disusul dengan infiltrasi sel-sel radang mulai dari
stadium kongesti sampai pada stadium resolusi.
Bakteri atau kuman yang masuk ke dalam paru-paru
meleui jalan pernapasan
4.Manifestasi Klinik
Bronkopneuminia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas
selama beberapa hari. Hal ini dapat mengakibatkan :
a. Suhu tubuh sampai 39C -40 C dan kadang disertai kejang.
b. Gelisah.
c. Dspnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung
serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
d. Muntah kadang disertai diare.
e. Batuk biasanya kering dan menjadi produktif.
f. Pada perkusi sering tidak ditemukan adanya kelainan pada torak.
g. Pada auskultasi terdengar ronchi basah nyarig halus/sedang.
5.Komplikasi
a. Empiema
b. Atelektasis
c. Emfisema
d. Meningitis
e. Efusi pleura
f. Perikarditis
g. Abses paru
6.Penatalaksanaan.
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada
penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibiotic.
Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita
dan dugaan kuman penyebab.
Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh
Streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus.
Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka
secara praktis dipakai :
Kombinasi :
o Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali
sehari,
o Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
Atau kombinas
o Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari
o Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.
Atau kombinasi :
o Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari
o Kloramfenikol (dosis sda).
Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia,
Stafilokokus atau Entero bacteriaceae.
Kombinasi :
o Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali
sehari,
o Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
Atau kombinasi :
o Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari
o Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan
malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.
Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :
Streptokokus pneumonia :
o Penisilin prokain IM atau
o Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4
kali sehari atau
o Eritromisin (dosis sda) atau
o Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
o Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).
Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat
(misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu
dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.
Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :
o kemajuan klinis penderita
o jenis kuman penyebab
BAB 3
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan.
1.1 Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita
pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini
dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat
KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
1.2 Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau
tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
1.3 Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
1.4 Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
1.5 Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
1.6 Riwayat kesehatan lingkungan.
pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.
Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang
kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik
atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga
perokok.
1.7 Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system
pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi
sekunder.
1.8 Pola kebiasaan sehari-hari
h. Pola nutrisi
didapatkan penurunan nafsu makan dan muntah.
i. Pola istirahat
Didapatkan kelemahan karena sesak dan suhu tubuh tinggi
j. Pola aktivitas
Pada klien bronkopneumonia terganggu karena dan adanya terapi
istirahat ditempat tidur sehubungan dengan kelelahan akibat
peningkatan upaya untuk bernapas.
k. Pola eliminasi
Klien dengan bronkopneumonia kadang-kadang diare sedangkan
pada eliminasi urin tidak ada gangguan.
l. Pola personal hygiene
Pemenuhannya dengan bantuan keluarga karena klien harus
istirahat dan aktivitas terbatas.
1.9 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umum
Kesadaran composmentis sampai koma,keadaan umum lemah dan
gelisah, suhu tubuh meningkat ( 39C -40 C ), nadi cepet dan
lemah, respirasi cepet dan dangkal, BB sesusi dengan umur.
b. Pemeriksaan fisik
Kepala dan leher pemeriksaannya meliputi keadaan kepala,
rambut, mata, hidung terdapat kesukaran bernapas, pernapasan
cuping hidung, ssianosis disekeliling mulut,pada leher terdapat
gerakan/tarikan suprs sternal serta dengan adanya devisit cairan
didapatkan vena jugolaris mendatar pada posisi berbaring.
Pada dada klien didapatkan pada perkusi redup, adanya suara
napas tambahan, ronchi halus yang ada di sisi yang sakit
.Tachypnea,tachycardi serta adanya getaran-getaran suara yang
berlebihan ada palpitasi.
Abdomennya distensi, menonjol, dan mennggambarkan adanya
distensi lambung akibat udara yang tertelan atau disebabkan
oleh karena ileus, hati mungkin kelihayan lebih besar akibat
dari pergeseran diafragma ke bawah kanan atau gagal jantung
kongesti yang menyertai.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit meningkat
mencapai 15.000-40.000/mm3, urin biasanya berwarna lebih tua,
terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi
menunjukan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2
1.10 Analisa data
Menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori, prinsip
yang relevan untuk mengetahui masalah klien serta dilakukan untuk
mengesahkan, mengelompokan, membandingkn dengan standart,
menentukan kesenjangan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan
broncopneumonia adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi
mukus kental pada paru dan ketidakefektifan batuk.
b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya bakteri dan
invasi virus.
c. Intoleran aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara pemasukan
dan pengeluaran oksigen.
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam,
kehilangan cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan
proses bernapas.
e. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.
2.1 Diagnosa keperawatan I
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi
mukus kental pada paru, ketidakefektifan batuk.
a. Auskultasi susra napas 2-4 jam
R/ : Mengetahui obstruksi pada saluran napas dan manifestasinya
pada suara napas.
b. Berikan posisi kepala lebih tinggi dari badan dan kaki.
R/ : Penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru dengan
maksimal
c. Latih dan ajarkan klien untuk batuk efektif.
R/ : Batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mengeluarkan
benda asing dari saluran pernapasan dengan baik dan benar.
d. Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 4 jam.
R/ : Penekanan yang terus-menerus pada satu sisi akan
menyebabkan jaringan tidak mendapat aliran nutrisi sehingga
menimbulkan kerusakan pada kulit.
e. Lakukan suction bila perlu
R/ : Mengeluarkan mukus yang menghambat jalan napas
f. Monitor tanda-tanda vital tiap 2-4 jam
R/ : mengetahui perkembangan pernapasan klien
g. Lakukan kolaborasi
- Pemberian oksigen
R/ : Kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu dengan
tambahan yang diberikan.
- Pemberian obat ekspetoran, bronkodilstor, mukolitik dan
pemeriksaan penunjang
R/ : Pelebaran saluran napas sekret yang mudah keluar akan
memudahkan klien untuk bernapas.
- Pemberian nebulizer
R/ : untuk merangsang batuk efektif klien
2.1 Diagnosa keperawatan II
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya bakteri dan
invasi virus.
a. Monitor suhu tubuh tiap 2-4 jam
R/ : Perubahan suhu dapat mengetahui adanya infeksi.
b. Berikan kompres hangat
R/ : Kompres hangat menurunkan panas dengan cara konduksi.
c. Berikan anti piretik analgesik sesuai program dokter
R/ : Menurunkan pusat panas pada hipotalamus
2.2 Diagnisa keperawatan III
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran oksigen.
a. Rencanakan periode istirahat sering pada klien untuk penghematan
energi.
R/ : Istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien secara
bertahap.
b. Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa stress.
R/ : Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman
pada klien
c. Ubah posisi secara bertahap dan tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi.
R/ : Membantu mobolisasi secara bertahap.
d. Sertakan orang tua dalam meningkatkan kebutuhan istirahat.
R/ : Istirahat tidur lebih efektif dengan peran serta orang tua.
2.3 Diagnosa keperawatan IV
Potensial kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam,
kehilangan cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan
proses bernapas.
a. Tingkatkan frekwensi pemasukan cairan melalui oral.
R/ : Membantu melancarkansekresi pernapasan.
b. Monitor pengeluaran urin tiap 8 jam.
R/: Mengetahui perbandingan antara pemasukan cairan dan
pengeluaran urin.
c. Berikan caira/infus sesuai program dokter.
R/ : Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
d. Kolaborasi tentang pemberian anktipiretik.
R/ : dengan antipiretik dapat mengurangi demam.
2.4 Diagnosa keperawatan V
Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya
informasi mengenai proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di
rumah.
a. Berikan penjelasan pada keluarga tentang perlunya istirahat.
R/ : Meminimalkan gerak sehingga klien tidak kelelahan.
b. Diskusikan tanda dan gejala distress pernapasan.
R/ : Keluarga mengetahui lebih dini gejala distress pernapasan.
c. Ajarkan orang tua klien tentang prosedur drainasepostural dan
perkusi.
R/ : Keluarga dapat melakukannya bilamana ada keluarga di
rumah mengalami hal yang sama.
3. Pelaksanaan
Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana keperawatan yang
telah ditentukan.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir di dalam proses keperawatan.
BAB 4
TINJAUAN KASUS
4.1.1 Pengkajian
No.Reg :06815482 Tempat:RSUD Sumberjo Bojonegoro
MRS :07-07-2010 Jam :07:00 wib
Tgl pengkajian:07-07-2010 Jam :07:00 wib
Oleh : Anis dwi oktavia ningtyas
A. Data Subyektif
1. Biodata/Identifitas
Nama anak : An D
Umur : 3 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
2. Diagnosa Medis
Bronkopneumonia
3. Keluhan Utama
Sesak
8. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa imunisasi anaknya sudah lengkap. BCG pada usia
1 bulan, DPT 3x pada usia 2, 3, 4 bulan, HB pada usia 1, 2, 3 bulan, Polio
4x pada usia 1, 2, 3 bulan, Campak pada usia 9 bulan
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah :-
Nadi : 120 kali/menit
Respirasi : 40 kali/menit
Suhu : 37,9 C
BB / TB :12 kg / 118 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Umum
Kepala :Bentuk kepala bulat telur, ubun ubun besar menutup,
warna rambut merah seperti rambut jagung, bersih, tidak
ada bekas luka atau odema, tidak ada benjoln abnormal.
Mata :simetris, palpebra berwarna putih terdapat gambaran tipis
pembuluh darah, conjungtiva merah muda, pupil isokor.
Hidunga :terdapat secret,tidak ada cyanosis, terdapat pernafasan
cuping hidung.
Mulut :bibir kering, warna kemeraham, lidah kotor, trdapat
stomatitis, gusi tidak berdarah, teerdapat caries gigi.
Telinga :simetris, terdapat cairan berwarna putih agak keruh.
Dada :bentuk dada bulat datar, terdapat tarikan nafas intercoste,
terdapat suara nafas tambahan (ronchi).
Abdomen :bentuk bulat datar, tidak ada luka/ bekas luka, umbilicus
masuk kedalam, tidak ada pembesaran limfe dan hepar,
perkusi:timpani, bising usus 12x/menit.
Genetalia :bersih, tidak ada pengeluaran cairan, tidak ada odema.
Ekstemitas :simetris, akral hangat, tidak sindaktili/polidaktili,
pergerakan kurang aktif, tangan kiri terpasang infuse.
3. Pemeriksaan
Penunjang
Data Labolatorium
Hematokrit :27,7
HB :7,8 gr % (P 11,4 15,1)
Leukosyt :8.100 (4000 9000)/ml
Trombosyt :378.000 (150.000 450.000)/ml
Laju endap darah :53-73
Widal A (-)
Widal B (-)
Widal H (-)
Widal O (-)
4. Terapi
- Infud D5 500 cc/24 jam
- Injeksi cefotaxim 3x250
- Injeksi Rantin amp
- Inj Antarin amp
- Inj Dexametason amp
- O2
- Nebulasi Ventolin + PZ
3.5 IMPLEMENTASI
18:00
08-07-2010
14:30 - Mengobservasi tetesan infuse
- Mengobservasi TTV :
16:00
KU Lemah
Suhu :37,7C
Nadi :115x/menit
RR :34 x/menit
- Memberikan terapi/injeksi :
Inj Ampicilin 300 mg
17:00 Inj Gentamicyn 60cc
Inj Indexon 1/3 amp
Nebulation + PZ
- Mengobsevasi tetesan infuse.
18:00
09-07-2010
08:00 - Menanyakan kepada keluarga
berhubungan dengan sesak nafas dan suhu
tubuh yang tinggi pada anaknya.
- Memberikan injeksi :
09:00
Inj Ampicilin 300 mg
Inj Indexon 1/3 amp
Inj Gentamicyn 60 cc
Nebulation ventolin + PZ
- Mengobservasi TTV :
Suhu :37,5C
Nadi :115 x/menit
12:00 RR :40 x/menit
- Mengobservasi intake output cairan.
12:30
3.6 EVALUASI
DX 2 :
S :ibu mengatakan anaknya panas tinggi
O :pasien masih demam
- Ku Lemah
- Suhu :37,9C
A :masalah teratasi sebagian.
P :lanjutkan intervensi
08-07-2010 DX 1
21:00 S :ibu mengatakan anaknya masih sesak dan krok-krok
O :pasien masih batuk dan nafas ronchi
- KU Lemah
- Suhu :37,7C
- Nadi :120 x/menit
- RR :38 x/menit
A :masalah teratasi sebagian
P :intervensi dilanjutkan
DX 2
S :ibu mengatakan anaknya masih panas
O :pasien masih demam (suhu :37,7C)
A :masalah teratasi sebagian
P :lanjitkan Intervensi
08-07-2010 DX 1
14:00 S :ibu mengatakan mengatakan anaknya sudah tidak batuk
tetapi masih sesak dan krok-krok
O :masih sesak dan terdapat ronchi
- KU Cukup
- Suhu :37,5C
- Nadi :110 x/menit
- RR :30 x/menit
A :masalah teratasi sebagian
P :Intervensi dipertahankan
DX 2
S :ibu mengatakan anaknya masih panas tetapi sedikit
berkurang.
O : - KU Lemah
- Suhu 37,5C
A :masalah teratasi sebagian
P :intervensi dipertahankan
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Anak D didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
Pengkajian terpenting dari Bronkopneumonia adalah melakukan
anamnese selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab
kejang terjadi.
Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan
penyebab Bromnkopneumonia maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
Analisa dan Sintesa Data Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam
kasus nyata penulis hanya menemukan satu diagnosa dan dua masalah..
Perencanaan Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah
tindakan yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan
pustaka sesuai kebutuhan klien saat itu.
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata tidak menemui kesulitan karena
sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.
Evaluasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri
atas tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien. Dengan
evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien yang dapat
berubah-ubah.
5.2 Saran
Bagi Perawat atau Bidan
Karena Bronkopneumonia merupakan kasus gawat darurat pada anak dan
sering ditemukan dalam praktek maka perlu mengembangkan kemampuan diri,
baik melalui intitusi maupun non intitusi untuk meningkatkan ketrampilan dan
pengetahuan. Dan hendaknya selalu berupaya memberikan asuhan keperawatan
yang bermutu dengan memperhatikan pribadi individu yang unik, dimana aspek
bio psiko sosial dan spiritual terintegrasi secar utuh.
Bagi Institusi
Asuhan keperawatan ini sebagai acuan untuk penulisan asuhan
keperawatan yang akan datang sebagai pembanding terhadap perubahan
perubahan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA