You are on page 1of 9

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PEKALONGAN

No.59 /Pdt.G/PN.Pkl.
A. Kasus Posisi
Kasus bermula dari gugatan Sri Wiyani, S.Pd kepada PT. Adira Dinamika Multy
Finance.Tbk Perseroan Berkedudukan di Jakarta Cq., PT. Adira Dinamika Multy Finance.Tbk
kantor Cabang Pekalongan, tentang Pencantuman Klausula Baku UUPK Pasal 18 ayat (1)
khususnya huruf d dan huruf h , Pada Perjanjian Pembiayaan 1 ( Satu ) unit Mobil Merk
TOYOTA Type AVANZA G M/T, No.POL: G-8837-CM, STNK dan BPKB atas nama
Mochamad Wijatmiko yang telah diberikan oleh PT. Adira Dinamika Multy Finance.Tbk
kepada Sri Wiyani, S.Pd.
Bahwa Sri Wiyani, S.Pd adalah konsumen (debitur) yang telah memperoleh fasilitas
kredit dari PT. Adira Dinamika Multy Finance.Tbk kantor Cabang Pekalongan sebesar , Rp :
143.227.000,- (Seratus empat puluh tiga juta dua ratus dua puluh tujuh ribu rupiah) untuk
pembelian 1 ( Satu ) unit Mobil Merk TOYOTA Type AVANZA G M/T, No.POL: G-8837-
CM dari PT. Candra Pratama Motor Pekalongan, selanjutnya disebut Perjanjian Pembiayaan
Bersama dengan Penyerahan Hak Milik Secara Fidusia , Sri Wiyani, S.Pd telah melakukan
pembayaran angsuran terhitung dimulai sejak bulan Mei 2011 tetapi sejak gugatan diajukan
bulan September 2011 sampai dengan bulan Maret 2012 yaitu sudah selama 7 (tujuh) bulan
secara berturut-turut Sri Wiyani, S.Pd tidak melakukan pembayaran setiap bulannya.
Bahwa perjanjian yang dibuat dan disepakati antara Sri Wiyani dengan PT. Adira
Dinamika Multy Finance.Tbk beserta ikutannya sebelum perjanjian tersebut ditandatangani
oleh Sri Wiyani, S.Pd telah diperiksa. dibaca dan dikoreksi oleh Sri Wiyani, S.Pd bahkan Sri
Wiyani, S.Pd telah mendapatkan turunannya.
Sri Wiyani, S.Pd bulan September 2011 melayangkan gugatan ke PN. Pekalongan
dengan menggunakan Pasal 18 ayat (1), khususnya huruf d dan h UUPK dengan menyatakan
bahwa PT. Adira Dinamika Multy Finance.Tbk telah melakukan pelanggaran terhadap UUPK
dengan mencantumkan klausula baku dalam Perjanjian Pembiayaan Bersama dengan
Penyerahan Hak Milik Secara Fidusia, klausula baku Pasal 18 ayat 1 huruf d dan h UUPK
berisi dilarangnya pelaku usaha untuk melakukan pengalihan hak, baik secara lansung
ataupun tidak langsung , serta pembebanan hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh
konsumen secara angsuran, begitu pula PT. Adira Dinamika Multy Finance.Tbk melakukan
gugatan kepada Sri Wiyani, S.Pd atas wanprestasi dalam Perjanjian Pembiayaan Bersama
dengan Penyerahan Hak Milik Secara Fidusia, yang telah disepakati diantara para pihak.

1
A. Analisis Kasus

1. Kedudukan Hukum Para Pihak

a. Kedudukan Hukum Dalam Hubungan antara PT.Adira Dinamika Multy


Finance, Tbk dengan Sri Wiyani, S.Pd dan PT. Candra Pratama Motor
Pekalongan

Berdasarkan uraian kasus diatas, maka dapat disimpulkan adanya 3(tiga) pihak dalam
sengketa ini, pihak pertama adalah PT. Candra Pratama Motor Pekalongan selaku Suplier ,
pihak kedua Sri Wiyani, S.Pd selaku Debitur, pihak ketiga PT.Adira Dinamika Multy
Finance, Tbk selaku Kreditur, hubungan para pihak dapat dijelaskan sebagai berikut :

i. Hubungan PT. Candra Pratama Motor Pekalongan dengan Sri Wiyani,S.Pd,


adalah hubungan antara pihak konsumen dengan supplier selaku penjual,
hubungan diantara para pihak adalah jual beli (bersyarat), maksud dari jual
beli bersyarat adalah pihak PT. Candra Pratama Motor Pekalongan selaku
penjual , menjual barang kepada SriWiyani,S.Pd berupa sebuah Mobil Toyota
Avanza Type G Tahun 2011 warna Hitam, yang syaratnya digantungkan
kepada Pihak ketiga yaitu PT.Adira Dinamika Multy Finance, Tbk. Syarat
tersebut memiliki arti bahwa apabila karena alasan apapun pihak Lembaga
Pembiayaan Konsumen tidak dapat menyediakan dananya maka jual beli
antara PT. Candra Pratama Motor Pekalongan dengan Sri Wiyani, S.Pd sebagai
pembeli menjadi batal.

ii. Hubungan PT.Adira Dinamika Multy Finance, Tbk. dengan PT. Candra
Pratama Motor Pekalongan adalah hubungan antara pihak penyedia dana
dengan supplier yang tidak ada hubungan khusus , selain sebuah hubungan
yang diisyaratkan sebagai pihak ketiga yang menyediakan dana (pemberi
biaya), untuk digunakan dalam perjanjian jual beli antara pihak PT. Candra
Pratama Motor Pekalongan dengan Sri Wiyani, S.Pd. Oleh karena itu apabila
pihak penyedia dana wanprestasi dalam menyediakan dana, sementara kontrak
jual beli maupun kontrak pembiayaan konsumen telah selesai dilakukan , maka
jual beli bersyarat antara supplier dengan konsumen menjadi batal sehingga
pihak Sri Wiyani, S.Pd, dapat menggugat pihak PT.Adira Dinamika Multy
Finance, Tbk atas wanprestasi dalam penyediaan dana (pemberi dana).

2
iii. Hubungan PT.Adira Dinamika Multy Finance, Tbk, dengan Sri Wiyani, S.Pd,
adalah sebuah hubungan yang bersifat kontraktual yang artinya hubungan
diatara para pihak didasarkan pada adanya kontrak yang dalam hal ini adalah
kontrak atau perjanjian pembiayaan konsumen. Perusahaan penyedia dana
(Lembaga Pembiayaan Konsumen) memiliki kewajiban utama dalam
menyediakan dan / atau memberikan sejumlah dana untuk pembelian sebuah
Mobil Toyota Avanza Type G Tahun 2011 warna Hitam, sehingga pihak Sri
Wiyani, S.Pd, berkewajiban untuk mengembalikan atau membayar kembali
dana pembelian kendaraan tersebut secara cicilan atau angsuran kepada
PT.Adira Dinamika Multy Finance, Tbk.Jadi hubugan kontraktual antara
PT.Adira Dinamika Multy Finance,Tbk dengan Sri Wiyani, S.Pd adalah
perjajian kredit yang telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, dengan demikian dapatlah dijelaskan bahwa setelah kontrak
ditandatangani dan dana sudah dicairkan atau sudah diberikan kepada PT.
Candra Pratama Motor Pekalongan, serta sebuah Mobil Toyota Avanza Type
G Tahun 2011 warna Hitam, telah diserahkan kepada Sri Wiyani, S.Pd oleh PT.
Candra Pratama Motor Pekalongan, maka benda tersebut telah menjadi
miliknya dan Sri Wiyani, S.Pd dapat memberikan hak miliknya kepada
PT.Adira Dinamika Multy Finance, Tbk, untuk dijadikan Jaminan yang
nantinya didaftarakan dan dibebani dengan Fidusia atau dengan kata lain Hak
milik yang diserahkan oleh Pemberi Fidusia kepada Penerima Fidusia
dijadikan Jaminan Fidusia melalui Perjanjian Fidusia.

2. Analisis Kasus Berkaitan dengan Jaminan Fidusia

Fidusia, sebagai pranata jaminan. muncul karena kebutuhan praktek akan suatu
lembaga jaminan, dimana jaminan dalam sengketa diatas adalah Mobil Toyota Avanza Type
G Tahun 2011 warna Hitam, tetapi benda jaminan itu bisa tetap berada dalam tangan Sri
Wiyani, S.Pd, sebagai pemberi fidusia, karena masih dibutuhkan oleh pemberi fidusia.
Perjanjian Pembiayaan Bersama dengan Penyerahan Hak Milik Secara Fidusia antara
PT.Adira Dinamika Multy Finance, Tbk, dengan Sri Wiyani, S.Pd adalah perjanjian accesoir ,
hal ini karena perjanjian fidusia selalu dikaitkan dengan perjanjian kredit sebagai perjanjian
pokoknya, dalam perjanjian fidusia sering terdapat kata-kata :
bahwa surat perjanjian tentang penyerahan hak milik secara fidusia ini (selanjutnya
disebut surat perjanjian ) merupakan jaminan bagi setiap jumlah uang yang sekarang

3
ada maupun yang masih akan datang terhutang oleh pihak-pihak berhutang /
peminjam kepada Bank1.

Sudah jelas bahwa dalam kalimat tersebut diatas menunjukan bahwa perjanjian
pemberian fiduasia selalu dikaitkan dengan adanya perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok
yang hendak dijamin. Klausula yang pada umumnya terdapat dalam perjanjian pemberian
fidusia adalah :

penyerahan hak milik secara kepercayaan (fiduciare) sebagaimana diuraikan dalam


perjanjian ini dilangsungkan dengan ketentuan, bahwa apabila debitur telah membayar
kembali seluruhnya (melunasi) dan sebagaimana mestinya, hutang pokok, bunga
kepada kreditur , maka hak milik atas barang barang tersebut diatas dengan sendirinya
beralih kembali kepada debitur.
Hal tersebut diatas menyatakan sifat perjanjian pemberian jaminan fidusia dengan
sendirinya atau otomatis hapus apabila perjanjian pokoknya hapus karena sifatnya adalah
accessoir.2

Apabila dikaitkan dengan kasus sengketa antara PT.Adira Dinamika Multy Finance,
Tbk dengan Sri Wiyani, S.Pd, maka perjanjian yang terbit pada awalnya adalah perjanjian
Jual Beli antara PT. Candra Pratama Motor Pekalongan selaku supplier dengan Sri Wiyani,
S.Pd selaku konsumen, Jual-Beli menurut KUHPerdata adalah suatu perjanjian bertimbal
balik dalam mana pihak yang satu PT. Candra Pratama Motor Pekalongan berjanji untuk
menyerahkan hak milik atas suatu barang, berupa Mobil Toyota Avanza Type G Tahun 2011
warna Hitam sedang pihak yang lainnya Sri Wiyani, S.Pd berjanji untuk membayar harga
yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.
Mengenai macam-macam cara memperoleh hak milik itu diatur dalam Pasal 584
KUH Perdata. Dimana dalam pasal itu macam-macam cara memperoleh hak milik itu disebut
satu persatu secara limitatif, jadi seolah-olah menggambarkan pengaturan perolehan hak
milik secara limitatif sedangkan pada hakekatnya pengaturan cara memperoleh hak milik itu
secara enuntiatif , artinya pasal 584 KUH Perdata itu hanya menyebutkan beberapa cara saja
sedangkan diluar pasal 584 KUH Perdata itu masih ada beberapa cara yang lain untuk
memperoleh hak milik yang diatur oleh wet.3 Dalam cara memperoleh hak milik sebagaimana
yang diatur dalam 584 KUH Perdata dikaitkan dengan perjanjian jual beli antara PT. Candra
Pratama Motor Pekalongan dengan Sri Wiyani, S. Pd, adalah dengan penyerahan (levering ).
1
J.Satrio , J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti 1993),hal.128.
2
Ibid , hal.129.
3
Sri Soedewi MS, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan
Perorangan. (Yogyakarta: Liberty Offset. 2001), hal.62.

4
Penyerahan atau Levering ialah cara memperoleh hak milik yang penting dan yang
paling sering terjadi dalam masyarakat . Penyerahan ini merupakan lembaga hukum yang
hanya dikenal khusus dalam sistem hukum perdata. Menurut Hukum Perdata yang dimaksud
dengan penyerahan itu adalah penyerahan suatu benda oleh pemilik atau atas namanya
kepada orang lain, sehingga orang lain ini memperoleh hak milik atas benda itu. 4 Jadi dalam
jual beli yang dilakukan antara PT. Candra Pratama Motor Pekalongan denga Sri Wiyani,
S.Pd, dengan adanya perjanjian jual beli saja haknya PT. Candra Pratama Motor Pekalongan
sudah beralih tanpa adanya penyerahan. Sedangkan menurut sistem hukum perdata KUH
Perdata dalam perjanjian jual beli harus diikuti penyerahan supaya terjadi perpindahan hak.
Jadi menurut sistem Hukum Perdata KUH Perdata ini adalah ciri khas dari KUH Perdata
bahwa perjanjian jual beli hanya bersifat obligatoir saja, yaitu hanya melahirkan kewajiban
untuk menyerahkan barangnya bagi PT. Candra Pratama Motor Pekalongan, dari kewajiban
untuk membayar bagi Sri Wiyani, S.Pd, tidak berakibat berpindahnya hak milik atas barang,
Hak milik atas barang baru berpindah kepada Sri Wiyani, S.Pd, setelah adanya penyerahan.
Jadi penyerahan disini adalah merupakan perbuatan juridis dalam arti transfering of
ownership.
Cara Penyerahan dari PT. Candra Pratama Motor Pekalongan atas Mobil Toyota
Avanza Type G Tahun 2011 warna Hitam, kepada Sri Wiyani, S.Pd, diatur menurut ketentuan
dari pasal 612 ayat (1) KUH Perdata yaitu dilakukan dengan penyerahan nyata (feitelijke
levering) atau penyerahan dari tangan ke tangan5, adanya perjanjian jual beli bersyarat antara
PT. Candra Pratama Motor Pekalongan dengan Sri Wiyani, S.Pd, digantungkan kepada
pemenuhan prestasi PT.Adira Dinamika Multy Finance, Tbk sebagai perusahaan pembiayaan
atau Lembaga Pembiayaan Konsumen, oleh pasal 612 ayat (2) KUH Perdata adakalanya
penyerahan benda-benda bergerak yang berwujud itu pada peralihan hak tak perlu dilakukan
yaitu dalam hal benda yang akan diserahkan itu telah berada dalam tangan orang yang hendak
menerimanya berdasarkan atas hak lain. Mengenai hal ini maka figur penyerahan yang
berkaitan dengan kasus tersebut diatas adalah Constitutum Possesorium yaitu penyerahan
dengan melanjutkan penguasaan atas bendanya.6
Hak milik Kendaraan sudah berada Pada Sri Wiyani, sehingga dalam Perjanjian
Pembiayaan Bersama dengan Penyerahan Hak Milik Secara Fidusia antara Sri Wiyani, S.Pd
dengan PT.Adira Dinamika Multy Finance, Tbk, atas kepercayaan dan ketentuan sesuai

4
Ibid , hal.67
5
Ibid, hal.68
6
Ibid, hal.69

5
dalam perjanjian yang sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak. Jaminan Fidusia bersifat
droit de suite, yaitu penerima jaminan (PT.Adira Dinamika Multy Finance) mempunyai hak
mengikuti benda yang menjadi objek jaminan. Sri Wiyani merupakan pihak yang
memberikan jaminan (pemberi jaminan), sedangkan PT.Adira Dinamika Multy Finance
sebagai penerima jaminan. Jaminan Fidusia memberikan hak preferen, bahwa kreditur
sebagai penerima jaminan fidusia memiliki hak yang didahulukan untuk mendapatkan
pelunasan utang dari hasil eksekusi benda jaminan fidusia tersebut dalam hal debitur cedera
janji atau lalai membayar utang.7
Perjanjian kerjasama pembiayaan dengan penyerahan hak milik secara fidusia
merupakan perjanjian yang telah sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata serta Pasal 1338
KUHPerdata dan telah sesuai dengang ketentuan khusus lex spesialis derogate legi generalis
yaitu Undang-Undang Jaminan Fidusia.

B. Kesimpulan
Penjabaran serta pembahasan diatas dapat disimpulkan, diantaranya:

7
Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis,( Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012), hal. 30.

6
1. Dari dalil-dalil yang dikemukakan oleh para pihak yang bersengketa dalam proses
pemeriksaan , maupun alasan hukum yang dipergunakan sebagai pertimbangan
keputusan Hakim, membuktikan bahwa pemahaman mengenai Undang-Undang
Jaminan Fidusia masih sangat kurang, terutama mengenai semangat dan prinsip yang
terkandung dalam Undang-Undang tersebut yang pada intinya adalah pemahaman
mengenai ketentuan Pasal 1 dan 4 UndangUndang Jaminan Fidusia. Pasal 1
UndangUndang Jaminan Fidusia adalah esensi pembebanan Jaminan Fidusia , yaitu
tentang beralihnya kepemilikan atas benda yang dijaminkan kepada penerima fidusia
berdasarkan kepercayaan dan berubahnya kedudukan pemberi fidusia dari pemilik
menjadi hanya pemakai (yang mengusai) saja. Pasal 4 UndangUndang Jaminan
Fidusia adalah mengenai sifat perjanjian Pemberian Jaminan Fidusia yang merupakan
perjanjian tambahan (accessoir) dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan
hutang piutang.
Dalam kasus ini, Penggugat yaitu Sri Wiyani, S.Pd mengunakan pasal 18 ayat
(1) huruf d dan huruf h Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen sebagai dasar untuk dapat menyatakan bahwa Perjanjian diantara para
pihak yaitu antara Sri Wiyani, S.Pd dan PT.Adira Dinamika Multy Finance, Tbk
berupa Perjanjian Bersama Dengan Penyerahan Hak Milik Secara Fidusia nomor :
040811.200122, merupakan perjanjian yang telah melanggar ketentuan bagi pelaku
usaha dalam pencantuman klausula baku tentang pemberian hak , tidak tepat atau
salah penerapan ketentuan Undang-Undang, hal ini terjadi dikarenakan konsumen
tidak atau belum mengetahui bahwa Perjanjian Bersama Dengan Penyerahan Hak
Milik Secara Fidusia (kepercayaan) selain merupakan perjanjian accesoir, perjanjian
ini juga mengakibatkan penyerahan hak milik Sri Wiyani, S. Pd (pemberi fidusia)
kepada PT.Adira Dinamika Multy Finance, Tbk (penerima fidusia) , dengan
terjadinya hubungan hukum tersebut maka melahirkan suatu kuasa yang dimiliki oleh
PT.Adira Dinamika Multy Finance, Tbk, untuk dapat melakukan dan/atau
melaksanakan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) No.130/PMK
0.10/2012, Tentang Kewajiban Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan
Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor
Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia.
2. Alasan perusahaan pembiayaan terhadap pasal 18 ayat (1) huruf d dan huruf h
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bahwa, ketentuan
tersebut seharusnya bukanlah suatu pelanggaran, karena tanpa adanya kuasa yang
7
diberikan kepada perusahaan serta pembebanan jaminan atas obyek perjanjian, akan
merugikan perusahaan karena memunculkan resiko yang lebih besar dimana dapat
terjadi hilangnya hingga pelarian kendaraan oleh konsumen serta, tidak adanya
jaminan bahwa kredit akan berjalan lancar dengan tidak merugikan perusahaan.
Alasan pencantuman pasal tentang pengalihan hak oleh PT.Adira Dinamika Multy
Finance, Tbk dalam perjanjian pembiayaan konsumen didasarkan pada 2 alasan, yaitu:
1) Sri Wiyani, S.Pd terlambat membayar angsuran;
2) Mencegah pemindahtanganan obyek perjanjian sebelum selesainya angsuran oleh
pihak Sri Wiyani, S. Pd, tanpa sepengetahuan PT.Adira Dinamika Multy Finance,
Tbk, belum lunasnya pembayaran, dan kendaraan telah hilang atau musnah.
3. Dari keseluruhan pendapat ahli di atas, dapat penulis simpulkan benang merah dari
fungsi jaminan fidusia adalah sebagai berikut :
1) Memberikan kepastian Hukum bagi kreditur dan debitur. Bagi Kreditur yaitu
kepastian hukum untuk memperoleh pengembalian pokok kredit dan
bungannya, dan bagi debitur kepastian hukum untuk membayar kembali
pokok kredit dan bunga yang telah ditentukan.
2) Untuk Memberi kemudahan dalam memperoleh kredit bagi debitur, dan
debitur tidak khawatir dalam mengembangkan usahanya.
3) Memberikan keamanan terhadap suatu perjanjian hutang-piutang yang
disepakati bersama.

D. Daftar Pustaka

Santiago, Faisal, Pengantar Hukum Bisnis, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012

Satrio J., Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
1993

8
Soedewi, Sri MS, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan
Perorangan. Yogyakarta: Liberty Offset. 2001

------------------, Hukum Perdata: Hukum Benda, Yogyakarta: Liberty, 1974

You might also like